Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul
dalam
Percakapan Sehari-hari Mahasiswa
Universitas Sebelas Maret
NOVIA NUR AFSANI
Universitas Sebelas Maret
[email protected]ABSTRACT
The language that developed at this time underwent many changes and became diverse.
Especially young people, contemporary language or commonly called slang is very
prevalent used by students. Many argue that slang damages the Indonesian language
order properly and correctly, but there are those who argue that slang is a variety of
languages that enrich Indonesian vocabulary. The variety of slang used by students in
daily conversation as a communication tool can come from words that have been
abbreviated, words that have a dictionary meaning, but experience changes in meaning
or meaning. This study has the aim to describe the phenomenon of the use of slang in
daily conversation among students. The method used in this research is qualitative with
a descriptive approach. The data source in this study is the result of conversations
between UNS students who were heard by researchers. Data collection is done by
documentation technique which is to record and collect slang that is heard. Based on the
results of research into the phenomenon of the use of slang in everyday conversation
among students slang is influenced by abbreviations, from foreign languages (English),
initial phonemes, warm words, shortening of words, words that the meaning is in
accordance with the dictionary but changes in meaning, as well as words that appear as
a result of certain events.
Keywords: phenomenon, slang, daily conversation, students, sebelas maret university,.
ABSTRAK
Bahasa yang berkembang saat ini banyak mengalami perubahan dan menjadi beraneka
ragam. Khususnya anak muda, bahasa kekinian atau yang biasa disebut bahasa gaul
sangat marak digunakan oleh kalangan mahasiswa. Banyak yang berpendapat bahwa
bahasa gaul merusak tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi ada pula
yang berpendapat bahwa bahasa gaul merupakan ragam bahasa yang memperkaya
kosa bahasa Indonesia. Beraneka ragam bahasa gaul yang digunakan mahasiswa dalam
percakapan sehari-hari sebagai alat komuikasi dapat berasal dari kata yang mengalami
penyingkatan, kata-kata yang mempunyai makna kamus, tetapi mengalami perubahan
arti atau makna. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan fenomena
penggunaan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari di kalangan mahasiswa. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil percakapan sesama mahasiswa UNS yang
didengar oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi yaitu
mencatat dan mengumpulkan bahasa gaul yang didengar. Berdasarkan hasil penelitian
fenomena penggunaan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari di kalangan
mahasiswa bahasa gaul mendapat pengaruh berupa singkatan, dari bahasa asing
(bahasa Inggris), penghilangan huruf (fonem) awal, kata-kata yang menyangatkan,
pemendekan kata, kata-kata yang maknanya sesuai kamus tetapi mengalami perubahan
makna, serta kata yang muncul sebagai akibat dari peristiwa tertentu.
Kata Kunci : fenomena, bahasa gaul, percakapan sehari-hari, mahasiswa, universitas
sebelas maret.
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan zaman dan keajuan teknologi, banyak perubahan yyang
terjadi, salah satu hal yang menfalami perubahan adalah bahasa, di mana
semakin bervariasinya kosa kata dalam bahasa yang menjadikan komunikasi
semakin beraneka ragam. Bahasa menjadi hal yang begitu penting dalam
percakapan sehari-hari di kehidupan manusia. Bahasa telah digunakan manusai
sebagai alat komunikasi antar sesama sejak beradab-abad yang lalu. Bahasa
muncul sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau
bangsa. Interaksi sosial antar sesama manusia merupakan hal pokok
pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial.
Menurut Chaer (2004: 11) Bahasa sebagai sebuah sistem lambang, berupa
bunyi, produktif, dinamis, bersifat arbitrer, beragam dan manusiawi. Bahasa
memiliki pola tertentu atau kaidah yang sama. Fungsi utama bahasa adalah
sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat ( Saddhono, 2012). Akan tetapi,
karena bahasa digunakan oleh pemakai bahasa yang heterogen serta
mempunyai kebiasaan dan latar belakang sosial yang berbeda, maka bahasa
tersebut menjadi beragam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kridalaksana
(2008: 225), yang menyatakan bahwa“sosiolinguistik sebagai cabang linguistik
yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan
perilaku sosial.” Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia
untuk berinteraksi antar sesama. Dengan bahasa manusia mampu
menggunakan hati dan pikiran untuk mengatur hubungan atau kekerabatan
dengan yang lainnya serta dapat meningkatkan persaudaraan antara yang satu
dengan yang lainnya (Simatupang dkk, 2018).
Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner
dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan
faktor-faktor sosial di dalam masyarakat tutur. Linguistik adalah ilmu bahasa
atau bidang yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer dan
Agustina, 2010:4). Sumarsono dan Partana (2012:1) mengemukakan bahwa
sosiolinguistik menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolinguistik
memiliki kaitan erat dengan kedua kajian sosio dan linguistik. Sosio adalah
masyarakat sedangkan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi sosiolinguistik yaitu
kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi dalam masyarakat.
Sunahrowi mengungkapkan mahasiswa penting diberikan pengajaran
sosiolinguitik agar pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
masyarakat dapat berjalan dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan bahasa
dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat. Bahasa tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat penggunanya. Jadi, sosiolingistik
menempatkan tumpuannya pada bahasa dan masyarakat (dalam Saddhono,
2012). Sosiolinguistik mengkaji pilihan bahasa dalam penggunaan bahasa.
pilihan bahasa terda-pat pada masyarakat aneka bahasa yaitu masya-rakat yang
menguasai dua atau beberapa bahasa yang harus dipilih pada saat dia berbicara
(Simatupang dkk, 2018).
Jadi, sosiolingustik merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari
bahasa dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, seseorang tidak lagi
dipandang sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota dari kelompok
sosial. Dengan demikian, bahasa dan penggunanya tidak diamati secara
individual, tetapi dihubungkan dengan kegiatan yang dilakukan dalam
masyarakat atau dipandang secara sosial. Saddhono (2006) mengungkapkan
bahwa dalam kajian sosiolinguistik yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
antara lain Giles dan Susan Gal Sumarsono, Markamah dan Kundharu Sadhono
berfokus pada pilihan bahasa masyarakat yang multilingual. Penelitian tentang
fenomena penggunaan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari di kalangan
mahasiswa masuk dalam kajian sosiolinguistik. Bahasa gaul atau bahasa
Indonesia kekinian yang digunakan dalam percakapan menghasilkan hubungan
bahasa sebagai komunikasi interaksi soisal. Bahasa kekinian yang saat ini
banyak digunakan oleh para remaja bahkan sekarang merambah di kalangan
mahasiswa berasal dari bahasa gaul yang muncul di tahun 1990-an di media
elektronik antara lain televisi dan radio.
KAJIAN TEORI
Fenomena adalah suatu peristiwa yang terjadi yang berupa fakta dan dapat
disaksikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari fenomena adalah(1)
fakta, kenyataan: peristiwa itu merupakan fenomena sejarah yang tidak dapat
diabaikan; (2) sesuatu yang luar biasa, keajaiban; (3) hal-hal yang dapat
disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
Oleh karena itu, fenomena penggunaan bahasa gaul di kalangan mahasiswa bisa
dikategorikan dalam suatu fenomena yaitu fakta atau kenyataan yang beredar
di kalangan mahasiswa, yang dapat disaksikan, dan tidak dapat diabaikan.
Oetomo (2002:104) mengemukakan bahwa kata-kata yang digunakan
sepintas dengar sangat terkenali, akan tetapi konteks maupun maknanya,
setidaknya pada awal terkesan tidak sesuai dengan tempatnya. Bahasa gaul
madalah salah satu bentuk variasi bahasa yang muncul akibat perkembangan
zaman yang semakin maju. Bahasa gaul adalah bahasa yang digunakan untuk
berbincang-bincang dan bergaul dalam pertemanan di tengah masyarakat
khusunya marak digunakan di kalangan anak muda. Penggunaan bahasa gaul
lebih didominasi oleh anak muda, seperti remaja masa kini lebih sering dan
senang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia yang sesuai
kaidah. Menurut mereka (anak-anak muda), bahasa gaul lebih cocok digunakan
dalam percakapn sehari-hari karena lebih nyaman, anak-anak muda
menganggap penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah (resmi) terlalu
kaku dan monoton, dan tidak santai. Sahertian mengemukakan Ragam bahasa
gaul atau dulunya dikenal sebagai bahasa prokem adalah dialek bahasa
Indonesia non-formal yang umumnya digunakan di daerah perkotaan. Salah satu
ragam bahasa Indonesia salah satu bhasa gaul yang digunakan untuk
menunjang pergaulan. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada waktu
itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasa yang digunakan para bajingan atau
anak-anak yang hidup di jalanan, hal itu disebabkan arti kata prokem dalam
pergaulan sehari-hari memiliki makna sebagai preman (dalam Theodora, 2013).
Mulyana (2008) mengatakn bahwa bahasa gaul yaitu sejumlah kata atau
istilah yang memiliki makna yang unik, menyimpang, khusus, atau bahkan
bertentangan dengan makna yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari
subkultur tertentu. Ertika dkk (2019) menjelaskan bahasa gaul adalah salah satu
variasi bahasa yang sengaja digunakan dan diciptakan khususnya oleh kalangan
remaja atau anak-anak muda untuk meningkatkan keakraban dan eksistensi
dalam kelompok mereka. Selain pendapat tersebut Sarwono mengatakan bahwa
bahasa gaul yaitu bahasa khas remaja (kata-katanya diubah sedemikian rupa,
sehingga hanya bisa dipahami oleh kalamgan mereka saja) dapat dimengerti
oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa,
padahal istilah-istilah itu berubah, berkembang, dan bertambah hampir setiap
hari. Saling melengkapi antara kedua definisi (dalam Sari, 2015). Yuniaryani
(2015) berpendapat kehadiran bahasa gaul berjalan beriringan dengan konsep
kebudayaan populer di Indonesia. Ia mengatakan bahwa fenomena bahasa gaul
diserap dengan begitu sempurna oleh kalangan remaja secara meluas tanpa
melalui filter yang berarti. Masyarakat Indonesia secara luas dan khususnya
remaja menyerap dengan begitu saja segala bentuk-bentuk modernisasi
kehidupan salah satunya bahasa gaul.
Masyakarat Indonesia telah mengetahui bahwa bahasa Indonesia memiliki
kaidah yang baik dan benar, akan tetapi tidak dipungkiri bahwa akibat
perubahan zaman yang semakin maju muncullah istilah-istilah baru (Supriehatin,
2011). Meskipun bahasa gaul merusak tataran bahasa baku atau tidak, istilah
dan kosakata baru dalam bahasa gaul semakin memperkaya kosakata dalam
khasanah bahasa Indonesia (Putriana, 2013). Ragam bahasa gaul adalah salah
satu variasi bahasa yang ada. Secara lingual perbedaan bahasa remaja dengan
anggota kelompok masyarakat yang lain dapat dilihat dalam berbagai tataran
kebahasaannya, seperti tataran morfologi, tataran fonologi, tataran tataran
leksikon, tataran sintaksis, dan bahkan mungkin tataran yang lebih tinggi
(Wijana, 2010:6). Ragam bahasa gaul tidak konsisten digunakan oleh
penggunanya karena dapat dikatakan sebagai bahasa musiman (tidak digunaan
secara permanenan) karena apabila satu periode tertentu telah berlalu maka
bahasa atau istilah tersebut tidak lagi digunakan atau dan akan mucul bahasa
baru sebagai bahasa gaul atau dapat dikatakan bahasa itu mengikuti trend yang
sedang ada pada saat itu. Bahasa seperti ini sangatlah berbeda dengan bahasa
Indonesia yang sesuai kaidah baik dan benar ( Sudana, 2011:144). Sudana
mengatakan ragam bahasa gaul cenderung memilih ragam santai, sehingga
tidak terlalu kaku atau baku. Ketidakbakuan tersebut tecermin dalam struktur,
kosa kata, kalimat, dan intonasi. Ragam ini merupakan bahasa keseharian yang
digunakan oleh penduduk Jakarta yang sangat Metropolitan. Oleh karena itu,
banyak kalangan yang menyebutnya ragam santai dialek Jakarta, atau bahasa
gaul Jakarta(dalam Setyawati, 2016).
Dalam penggunaan bahasa Inggris bahasa gaul sering disebut dengan
slang, yaitu variasi bahasa yang bercirikan dengan kosa kata yang cepat
berubah ban ditemukan. (Aslinda dan Syafyahya, 2010:18). Slang merupakan
bidang kosakata daripada bidang gramatika maupun fonologi. Oleh karena itu,
kosakata yang digunakan dalam slang ini tidak tetap atau selalu berubah-ubah.
Slang bersifat temporal dan lebih sering digunakan oleh para kawula muda
meski kawula tua terkadang ada pula yang menggunakannya. Bahasa Slang oleh
Kridalaksana (2007:40) dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi
dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau kelompok remaja sebagai bentuk
komunikasi intern usaha orang di luar kelompoknya yang tidak paham, berupa
kosa kata yang serba baru dan tidak tetap (berubah-ubah). Hal ini sejalan
dengan pendapat Alwasilah bahwa slang yaitu variasi ujaran dengan ciri-ciri kosa
kata yang baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kelompok anak muda
atau kelompok sosial dan profesional dalam berkomunikasi. Slang digunakan
sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa penggunaan kata yang
diberi arti baru, kosakata yang serba baru dan berubah-ubah atau dari
pemendekan kata. Selain itu, slang juga terjadi karena pembalikan tata bunyi
sebuah kosakata yang lazim dipakai masyarakat sehingga menjadi lucu, aneh,
dan bahkan ada yang maknya berbeda dengan yang sebenarnya (Gunawan,
2013).
Menurut Mulyana dkk. (dalam Theodora, 2013), salah satu syarat bahasa
yang baik dan benar yaitu pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang
dianggap baku atau pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Ragam bahasa gaul semacam ini
merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk Jakarta yang
sangat kosmopolitan. Lumintaintang menambahkan, bahasa gaul cenderung
memilih ragam santai sehingga tidak terlalu kaku dan baku. Ketidakbakuan
tersebut tercermin dari struktur, kosakata, kalimat dan intonasi. (Sudana,
2010:144).
METODE PENELITIAN
Penelitian yang berjudul “Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul dalam
Percakapan Sehari-hari Mahasiswa Universitas Sebelas Maret” merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sudjana (2008:52)
mengemukakan metode deskriptif digunakan dengan tujuan mendeskripsikan
kejadian atau peristiwa yang ada pada masa sekarang. Moleong (2012:11)
berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif deskriptif data yang dikumpulkan
adalah data yang berupa kata-kata atau gambar, dan bukan data angka-angka.
Laporan penelitian berupa gambaran penyajian laakan yang berisi kutipan-
kutipan data.
Arikunto (2014:203) menyatakan instrumen penelitian yaitu fasilitas atau
alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih lengkap, cermat, dan sistematis
sehingga data akan lebih mudah diolah. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mendengarkan para mahasiswa UNS yang sedang bercakap-cakap
anatarsesama teman dengan menggunakan bahasa kgaul, kemudian peneliti
menulis dan mengumpulkan kata-kata dalam bahasa gaul tersebut. Selanjutnya
mengklasifikasi, menerjemahkan, dan menganalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahasa gaul yang banyak digunakan oleh mahasiswa merupakan bahasa untuk
berkomunikasi (berbincang-bincang) antarsesama teman dalam suasana atau
situasi santai. Bahasa yang diguankan cenderung santai bahkan banyak yang
melenceng dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena banyaknya
variasi atau ragam kosakata yang terdengar unik, atau mungkin nyeleneh dari
kata yang seebnarnya. Kata-kata yang dirangkai menjadi suatu bahasa gaul
yang terdengar sangat menarik dan tentunya antarsesama teman sudah
mengerti arti dan makna dari bahasa gaul yang mereka gunakan. Bahasa gaul
yang digunakan oleh mahasiswa mencakup kata-kata yang menglami
penyingkatan, kata-kata mengalami kebalikan, kata-kata yang bernada manja,
dan lain-lain seperti yang telah dituliskan di tabel 1.
Ketika berjalan-jalan di area lingkungan kampus atau bahkan di
lingkungan yang sarat akan hiburan sering kita mendengar kata-kata ujaran
yang umum diucapkan atau digunakan oleh banyak komunitas. Misalnya saja
ketika sedang berjalan-jalan di sekitar area kampus UNS, di salah satu fakultas,
ada sebuah dialog yang tidak sengaja didengar dan percakapan tersebut
ternyata merupakan bahasa gaul yang sedang ngetrend di kalangan mahasiswa
ataupun anak muda zaman sekarang.
A : “Hai, bro kenapa loe, suntuk banget muke loe”
B : “lagi Bete, susah buat move on, gagal mulu”.
A : “Jangan galau gitu deh, loe sih baperan jadi orang.”
B : “Tahu deh, cabut ke cafe nongki kuy, butuh refreshing gue.”
Dari percakapan mahasiswa di atas dapat dibuat tabel beberapa kata yang
termasuk bahasa gaul.
No Bahasa Gaul
.
1. Bro
2. Loe
3. Muke
3 Bete
4. Move on
5. Mulu
6. Galau
7. Gitu
8. Deh
9. Sih
10. Baperan
11. Cabut
12. Nongki
13. Kuy
14. Butuh
15. Refreshing
16. Gue
Tabel 1. Contoh Bahasa Gaul
Fenomena penggunaan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari di kalangan
mahasiswa Data 1) kata bro merupakan sapaan sebagai tanda keakraban pada
kalangan anak muda khususnya teman laki-laki, kata loe mempunyai arti kamu,
kata muke mempunyai arti muka, wajah atau rupa yang terjadi menggantian
fonem /a/ menjadi fonem /e/ berubah menjadi kata muke. Kata Bete memunyai
arti boring total. Kata Bete, merupakan bahasa gaul yang termasuk
penggolongan kata yang mengalami penyingkatan. Kata move on memiliki arti
mencari pacar atau kekasih baru setelah putus, kata mulu memunyai arti melulu
yang merupakan pemendekan kata dari kata yang panjang yaitu melulu berarti
terus (tidak berhenti). Kata bro dan move on merupakan bahasa gaul yang
mendapat pengaruh dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata galau
memunyai arti sedih sekali, sedangkan kata deh digunakan untuk menambah
kata-kata yang ada di depannya. Kata galau, dan deh merupakan bahasa gaul
yang termasuk penggolongan kata-kata memiliki arti menyangatkan. Kata baper
memunyai arti bawa perasaan. Sama halnya dengan Bete, kaat baper
merupakan penggolongan bahasa gaul yang mengalami penyingkatan.
sedangkan kata gitu termasuk bahasa gaul yang mengalami pemendekan kata
dari kata begitu. Kata cabut mempunyai arti segera beranjak (pergi) dari suatu
tempat. Kata cabut diartikan berpindah atau pergi meninggalkan. Kata nongki
mempunyai arti nongkrong yang terjadi menggantian fonem sehingga menjadi
kata nongki yang berarti duduk bersantai. Kata kuy mempunyai arti yuk, yang
berupa ajakan, kata kuy merupakan bahasa gaul yang susunan katanya
menggalami keterbalikan. Kata refreshing berarti kesegaran dengan me-refresh
(menyegarkan) diri. Kata refreshing sendiri merupakan kata bahasa asing
bahasa Inggris. Sedangkan gue mempunyai arti aku, atau saya.
Selain contoh di atas, ada satu contoh percakapan antara dua mahasiswa
yang sedang duduk santai di taman di lingkungan UNS. Percekapan yang mereka
laukan banyak terdapat kata-kata gaul.
AA : hai Bro……kamu di sini ternyata? Katanya kamu wis nembak si Tania to?
BB : Wadidawww....kamu itu kepo banget. Tapi iya nih, aku wis nembak tapi aku
radak parno, Bro.
AA : Wis lah….gak usah parno, ojo jaim lak wis seneng. Seng penting yakin aja.
Gak ada matkul to?
BB : Ada, tapi aku males. Dah pewe banget.
AA : Woke bro. Aku capsus dulu ya.
Dari percakapan di atas, dibuat tabel 2 yang terdiri dari beberapa kata gaul.
No Bahasa Gaul
.
1. Bro
2. Nembak
3. Wadidaw
4. Kepo
5. Nih
6. Wis
7. Radak
8. Parno
9. Ojo
10. Jaim
11. Seneng
12. Aja
13. Matkul
14. Males
15. Dah
16. Pewe
17. Woke
18. Capcus
Tabel 2. Contoh Bahasa Gaul
Data 2) Kata bro digunakan sebagai sapaan kepada teman laki-laki, kata ini
merupakan ungkapan keakraban pada anak muda dan merupakan bahasa gaul
yang mendapatkan pengaruh bahasa Inggris. Kata wadidaw merupakan
ungkapan kata yang menyatakan keterkejutan, yang diambil dari kata wow dan
mengalami pergantian fonem dengan makna yang sama. Kata kepo bisa
digolongkan ke dalam bahasa gaul berupa singkatan yaitu knowing every
particular object dan kata-kata yang mendapat pengaruh bahasa asing yaitu
bahasa Hokkien. Dari bahasa keduanya ini kata kepo memunyai arti serba ingin
tahu urusan orang lain. Kata parno juga berasal dari bahasa asing yaitu bahasa
Inggris, kata parno berasal dari kata paranoid yang artinya takut, kawatir.
Sedangkan kata nih digunakan untuk menambah kata-kata yang ada di
depannya. Kata radak merupakan kata yang memiliki sedikit kekhawatiran yang
diambil dari bahasa Jawa. Kata ojo mempunyai arti jangan yang diambil dari
bahasa daerah bahasa Jawa. Kata aja merupakan kata dalam bahasa gaul yang
mengalami pengurangan fonem yang berasal dari kata saja, dengan
menghilamgkan fonem /s/ yang memiliki arti selalu. Sama halnya dengan dah,
yang berasal dari kata sudah dan terjadi penghilangan fonem sebagai ungkapan
telah selesai. Kata nembak dapat digolongkan pada kata-kata yang memunyai
makna sesuai kamus tetapi berubah makna. Kata nembak berasal dari kata
tembak yang memunyai arti mengarahkan senapan dan melepaskan peluru
kepada sasaran tetapi pada bahasa gaul (kekinian) kata nembak memunyai
maksud menyatakan cinta. Kata seneng mempunyai arti berbahagia. Kata males
mempunyai arti tidak bernafsu. Kata seneng dan males merupakan kata yang
berubah fonem dari fonem /a/ menjadi fonem /e/ yang digunakan dalam
percakapan anak muda sehari-hari. Kata matkul merupaka singkatan dari mata
kuliah yang dalam penggunaan percakapan terjadi penyingkatan kata. Kata jaim
dan pewe dapat digolongkan pada bahasa kekinian berupa singkatan, karena
jaim dan pw singkatan dari jaga image dan posisi (w) enak. Pada kata pewe
terdapat penambahan w pada saat mengucapkan sehingga disingkat menjadi
pw. Kata woke merupakan kata dalam bahasa gaul yang berasal dari kata oke
sebagai ungkapan persetujuan dengan mendapat tambahan fonem /w/. Kata
capcus memunyai arti beranjak dari suatu tempat, cabut, pulang, atau pergi.
Kata capcus bisa digolongkan pada bahasa gaul berupa kata-kata yang muncul
sebagai akibat dari peristiwa tertentu.
SIMPULAN
Dari hasil analisisis di atas yang dijabarkan di bagain hasil dan pembahasan,
peneliti menghasilkan penjabaran tentang fenomena penggunaan bahasa gaul
dalam percakapan sehari-hari di kalangan mahasiswa UNS yang mendapat
pengaruh dari bahasa asing (bahasa Inggris), kata-kata yang mengalami
penyingkatan, kata-kata yang merupakan menyangatan, penghilangan tau
penambahan fonem, pemendekan kata, hingga makna sesuai kamus tetapi
mengalami perubahan makna, akibat peristiwa tertentu. Tidak bisa dipungkii
maraknya bahasa gaul yang terjadi saat ini adalah salah satu bentuk dari
keanekaragaman dan variasi bahasa yang semakin menambah khasanah dalam
bahasa Indonesia sendiri, meskipun ada yang beranggapan dapat merusak
tataran dari bahasa Indonesia tetapi kosa kata yang berkembang dalam bahasa
gaul akan terus bertambah seiring dengan munculnya kata-kata unik dari trend
yang sedang berlangsung, dan kreatifitas anak muda dalam menciptakan kata-
kata unik yang selalu berubah-ubah dengan perkembangan zaman yang
semakin maju akan teknologi.
REFERENSI
Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Aslinda & Syafyahya L.. 2010. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Chaer, A.& Agustina L. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Chaer, A. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Ertika R., Chandra D. E., & Diani I. 2019. Ragam Bahasa Gaul Kalangan Remaja di
Kota Bengkulu. Jurnal Ilmiah Korpus. 3(1):84-91. DOI:
https://doi.org/10.33369/jik.v3i1.7349
Gunawan, F. 2013. Implikasi Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap Pemakaian
Bahasa Indonesia di Kalangan Siswa SMA N 3 Kendari. Al-Izzah.8(1):56-
72. DOI: http://dx.doi.org/10.31332/ai.v8i1.87
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia.
____________________. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Mulyana, 2008. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Rembang: Yayasan
Adhigama.
Moleong, L. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Oetomo, D. 2002. Indonesia Tanda yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Putriana, E. 2013. Penggunaan bahasa gaul dalam meningkatkan keakraban
pada pergaulan di kalangan Mahasiswa Sosiologi angkatan 2013 FISIP
Universitas Tadulako. Jurnal Online Kinesik. 4(1):67-80.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Kinesik/article/download/
8254/6564.
Saddhono, K. 2006. Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: Kajian
Sosiolinguistik di Kota Surakarta. Kajian Linguistik dan Sastra. 18(34): 1-
15. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/204
____________. 2012. Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (Bipa) di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra. 4(2):176-186.
DOI: https://doi.org/10.23917/kls.v24i2.96
____________. 2012. Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah Jumat.
Jurnal Adabiyyāt. 11(1): 71-92.
https://doi.org/10.14421/ajbs.2012.11104.
Sari, B. P. 2015. Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja
Terhadap Bahasa Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa
UNIB.171-176. http://repository.unib.ac.id/eprint/11122
Setyawati, N. 2016. Pemakaian Bahasa Gaul dalam Komunikasi di Jejaring Sosial.
Journal Sasindo Upgris. 2(2):1-19.
http://journal.upgris.ac.id/index.php/sasindo/article/view/974
Simatupang, R. R., Rohmadi, M., dan Saddhono, K. 2018. Alih Kode dan Campur
Kode Tuturan di Lingkungan Pendidikan. LingTera. 5(1): 1-9.
https://doi.org/10.21831/lt.v5i1.19198.
. 2018. Tuturan dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia (Kajian Sosiolinguistik Alih Kode dan
Campur Kode). Kajian Linguistik dan Sastra. 3(2): 119-130.
https://doi.org/10.23917/kls.v3i2.5981
Sudana, I Wayan. 2011. Telaah Maksud dan Makna Ragam Bahasa Gaul dalam
Komunikasi Remaja dalam Soshum. Jurnal Sosial dan Humaniora
1(3):144.
Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumarsono & Partana P. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan
Sabda.
Suprihatien. 2016. Fenomena Penggunaan Bahasa Kekinian di Kalangan
Mahasiswa. Jurnal
Inovasi. 18(2):77-86. https://fbs.uwks.ac.id/myfiles/files/INOVASI,
%20Volume%20XVIII,%20Nomor%202,%20Juli%202016/11.%20Artikel
%20Suprihatien%20hal.pdf
Theodora, N. 2013.Studi Tentang Ragam Bahasa Gauldi Media Elektronika
Radiopada Penyiar Memora-Fm Manado. Journal Acta Diurna. 2(1):1-11.
https://media.neliti.com/media/publications/93101-ID-none.pdf
Wijana, I D. P. 2010. Bahasa Gaul Remaja Indonesia. Yogyakarta. Aditya Media.
Yuniaryani, T. 2015. Fenomena Bahasa ‘Gaul’ di Kalangan Remaja dalam Kaitan
dengan Kepribadian Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Pertemuan
Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXVII, (Online),
(http://repository.usd.ac.id./1652/1/1800artikel+R+Kunjana+Rahardi_Se
minar+Nasional+PIBSI+ke-37(1).pdf, diakses 17 November 2019).