Inventarisasi Keanekaragaman Anggrek Dan Sebaran Vertikal Anggrek Epifit Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Inventarisasi Keanekaragaman Anggrek Dan Sebaran Vertikal Anggrek Epifit Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Abstract
Bantimurung Bulusaraung National Park in South Sulawesi shows high diversity of orchids. However, there is no
information on vertical distribution of epiphytic orchids from the area. Such information is necessary to
understand the habitat preferences of epiphytic orchids, which is required to ensure their ex situ conservation.
This research was conducted to determine the orchid diversity and the vertical distribution of epiphytic orchids
at Bantimurung Bulusaraung National Park. An explorative method was applied. The study recorded 19 species
of orchids in addition to a number of 66 specimens that were identified by generic names. The most common
orchids were Dendrobium barbatum Breda, Coelogyne celebensis J.J. Sm., and Phalaenopsis amabilis (L.) Blume.
Alstonia scholaris (L.) R. Br. was the most frequent host of the epiphytic orchids in the area. Based on the vertical
distribution of epiphytic orchids on its host tree, the epiphytic orchid found in all zones is D. barbatum. Epiphytic
orchids were mostly found in zone 3, which is at the bottom of the branching of its host tree.
Keywords: Bantimurung Bulusaraung National Park, epiphytic orchids, orchid diversity, vertical distribution
Abstrak
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memiliki keanekaragaman anggrek yang tinggi. Namun demikian,
belum ada informasi tentang sebaran vertikal anggrek epifit di kawasan itu. Informasi tersebut penting untuk
memahami preferensi habitat dari anggrek epifit yang dibutuhkan untuk upaya konservasi ex situ. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit di Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah. Tercatat ada 19 jenis
anggrek dan 66 spesimen anggrek yang baru teridentifikasi sampai tingkat marga. Jenis anggrek yang banyak
ditemukan adalah Dendrobium barbatum Breda, Coelogyne celebensis J.J. Sm., dan Phalaenopsis amabilis (L.)
Blume. Alstonia scholaris (L.) R. Br. adalah inang yang paling banyak ditemukan. Berdasarkan sebaran vertikal
anggrek epifit pada pohon inangnya, anggrek epifit yang ditemukan tumbuh pada semua zona adalah
D. barbatum. Sebagian besar anggrek epifit tumbuh di zona 3, yaitu pada bagian dasar percabangan dari pohon
inangnya.
Kata kunci: anggrek epifit, keanekaragaman anggrek, sebaran vertikal, TN Bantimurung Bulusaraung
|47
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…
48 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]
Gambar 2. Lima zona sebaran vertikal anggrek epifit pada pohon inang berdasarkan Johansson (1974)
|49
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…
yang tinggi di TN Bantimurung Bulusaraung, selain intensitas cahaya matahari, dan temperatur udara
Pattunuang, Tondong Tallasa, dan Gunung di kawasan-kawasan tersebut lebih mendukung
Bulusaraung. Cenderawasih & Shagir (2019) kehidupan jenis anggrek alam.
menduga hal tersebut karena kelembapan udara,
Tabel 1. Jenis-jenis anggrek dari Resor Bantimurung Leang Leang dan Resor Mallawa, TN Bantimurung
Bulusaraung.
Jenis anggrek yang berhasil dikoleksi pada carinata. Delapan jenis tersebut kemungkinan
penelitian ini relatif lebih banyak daripada hasil termasuk ke dalam koleksi yang belum berhasil
eksplorasi Hiola et al. (2015) di Resor Mallawa. diidentifikasi karena masih dalam fase vegetatif.
Penelitian ini berhasil mengoleksi 19 jenis anggrek Penelitian ini memperoleh tujuh nomor koleksi
dan 66 spesimen yang baru teridentifikasi sampai Dendrobium spp., dua nomor koleksi Liparis spp.
tingkat marga. Sementara itu, Hiola et al. (2015) dan Oberonia spp., serta satu nomor koleksi
mengoleksi 10 jenis anggrek dan sisanya sebanyak Thelasis sp. Jenis Abdominea minimiflora tidak
19 nomor baru teridentifikasi sampai tingkat marga ditemukan pada kegiatan ini diduga karena
serta tujuh nomor baru teridentifikasi sampai ukurannya yang kecil dan tidak sedang berbunga
tingkat suku. Inventarisasi yang dilakukan oleh pada saat penelitian sehingga tidak terlihat dengan
Puspitaningtyas (2017) di Bentenge, Resor Mallawa jelas dan tidak terkoleksi.
memperoleh 10 nomor jenis anggrek dan tujuh Beberapa jenis anggrek yang ditemukan
nomor baru teridentifikasi sampai tingkat marga. dalam penelitian ini tidak ditemukan oleh Hiola et
Delapan jenis anggrek yang ditemukan Hiola al. (2015) dan Puspitaningtyas (2017). Anggrek-
et al. (2015) dan Puspitaningtyas (2017) tidak anggrek tersebut diantaranya adalah Cymbidium
ditemukan dalam kegiatan ini, yaitu Abdominea ensifolium, Dendrobium bicaudatum, D. barbatum,
minimiflora, Dendrobium phalaenopsis, D. Geodorum densiflorum, dan Pholidota imbricata.
uncatum, Liparis elegans, Oberonia celebica, Hiola et al. (2015) juga tidak menemukan ketiga
O. fungumolens, O. costeriana, dan Thelasis jenis Nervilia yang ditemukan dalam penelitian ini,
50 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]
yaitu Nervilia concolor, N. plicata, dan N. punctata. Selanjutnya bunga tersebut akan layu, kemudian
Puspitaningtyas (2017) juga tidak menemukan menumbuhkan daun.
ketiga jenis anggrek terestrial tersebut di Bentenge, Beberapa foto bunga anggrek epifit dan
namun menjumpai ketiga jenis Nervillia tersebut di anggrek terestrial yang dikoleksi dapat dilihat pada
kawasan lain di Tompo Bulu, Pattunuang, dan Gambar 3. dan Gambar 4. Semua anggrek yang
Karaenta. Hal tersebut diduga karena ketiga jenis dikoleksi tersebut termasuk ke dalam daftar
Nervilia tersebut sedang dalam masa dorman, Apendiks II CITES (CITES, 2018). Anggrek epifit
dimana umbinya tertanam di dalam tanah sehingga maupun anggrek terestrial yang dikoleksi pada
tidak terlihat. Menurut Sharma et al. (2013), umumnya memiliki potensi sebagai tanaman hias
Nervilia merupakan anggrek terestrial yang tumbuh dan beberapa jenis anggrek juga berpotensi sebagai
berkoloni. Umbi anggrek tersebut dapat dorman tanaman obat, seperti A. odorata, D. crumenatum,
dan jika sudah siap untuk fase pertumbuhan E. spectabilis, dan N. concolor.
berikutnya dari umbi tersebut akan tumbuh bunga.
Gambar 3. Beberapa jenis anggrek epifit yang dikoleksi di Resor Bantimurung Leang Leang dan Resor Mallawa, TN
Bantimurung Bulusaraung: (a) Coelogyne celebensis, (b) Cymbidium finlaysonianum, (c) Dendrobium bicaudatum,
(d) Dendrobium crumenatum, (e) Phalaenopsis amabilis, dan (f) Trichoglottis geminata.
Gambar 4. Beberapa jenis anggrek terrestrial yang dikoleksi di Resor Bantimurung Leang Leang dan Resor Mallawa, TN
Bantimurung Bulusaraung: (a) Calanthe triplicata, (b) Habenaria beccarii, (c) Geodorum densiflorum,
(d) Eulophia spectabilis, dan (e) Nervilia concolor.
|51
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…
Sebaran vertikal anggrek epifit pada pohon 2012; Timsina et al., 2016). Selain itu, kulit kayu
inangnya di Resor Mallawa A. scholaris juga tidak mengelupas. Menurut
Hasil pengamatan sebaran vertikal anggrek Harshani et al. (2013), sebagian besar inang anggrek
epifit di Resor Mallawa menunjukkan ada sembilan epifit memiliki tipe kulit kayu yang tidak
jenis pohon inang yang tercatat di lokasi mengelupas.
pengamatan (Gambar 5.). Jumlah anggrek epifit Faktor lain yang mendukung mikroklimat
yang tumbuh pada satu pohon inang berkisar dari untuk pertumbuhan anggrek epifit adalah
1–10 jenis (Gambar 5.). Alstonia scholaris keberadaan substrat di pohon inang. Anggrek epifit
merupakan pohon inang yang paling banyak yang tumbuh pada A. scholaris dijumpai memiliki
ditemukan (ada lima pohon) dan paling banyak substrat berupa sphagnum moss atau kadaka yang
ditumbuhi oleh anggrek epifit, yaitu Bulbophyllum cukup tebal. Menurut Harshani et al. (2013),
sp.2, Coelogyne celebensis, Dendrobium keberadan substrat menyebabkan kulit kayu pohon
crumenatum, D. bicaudatum, Dendrobium sp.3, Eria inang menjadi lembap. Selain itu, A. scholaris juga
sp., Liparis latifolia, Luisia sp., Macropodanthus sp., merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai
dan Phalaenopsis amabilis (Tabel 2.). Hal tersebut 40 m (Orwa et al., 2009). Menurut hasil
diduga terkait dengan karakter kulit kayu pengamatan Timsina et al. (2016), anggrek epifit
A. scholaris yang bertekstur kasar dan kondisi lebih melimpah pada pohon yang tinggi karena
mikroklimatnya (Orwa et al., 2009). Callaway et al. mendapatkan cahaya matahari lebih banyak dan
(2002), Adhikari et al. (2012), dan Adhikari et al. mempunyai ruang tumbuh yang lebih banyak
(2016) menyatakan bahwa pohon yang memiliki karena ukuran pohon yang besar. Menurut
kulit kayu yang kasar lebih sering ditumbuhi epifit. Hernández-Pérez et al. (2018), pohon yang
Rosa-Manzano et al. (2014) menyatakan bahwa berukuran besar memiliki masa hidup yang lama
kekasaran kulit kayu pohon inang merupakan faktor sehingga memungkinkan anggrek epifit untuk
penting bagi kelimpahan anggrek epifit. Kelimpahan tumbuh mengoloni pohon tersebut. Kombinasi
anggrek meningkat seiring dengan meningkatnya antara keberadaan mikorhiza di alam, air,
kekasaran kulit kayu. Tekstur kulit kayu yang kasar kelembapan, dan cahaya matahari mendukung biji-
memungkinkan biji anggrek dan air tersimpan di biji anggrek yang terjebak di kulit kayu pohon inang
antara rekahan kulit kayu yang kasar (Adhikari et al., untuk berkecambah.
Gambar 5. Sembilan jenis pohon inang bagi anggrek epifit di Resor Mallawa
Beberapa jenis anggrek epifit ditemukan Flickingeria sp.2, Liparis latifolia, Thelasis sp., dan
tumbuh pada satu jenis pohon inang. Anggrek- Trichoglottis geminata (Tabel 2.). Hasil pengamatan
anggrek tersebut adalah Aerides sp.1, Aerides sp.2, Adhikari et al. (2012) menemukan bahwa
Agrostophyllum sp., Bulbophyllum sp.1, Dendrobium nobile hanya ditemukan di satu jenis
Bulbophyllum sp.2, Dendrobium bicaudatum, pohon inang, yaitu Schima wallichii. Sementara
52 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]
anggrek epifit lainnya dijumpai tumbuh di berbagai dijumpai tumbuh hanya pada satu pohon inang,
jenis pohon inang, seperti C. celebensis, sedangkan Appendicula angustifolia ditemukan
D. barbatum, D. bicaudatum, D. crumenatum, tumbuh pada empat jenis pohon inang yang
D. sphenochilum, Eria sp., L. condylobulbon, Luisia berbeda. Menurut Rasmussen & Rasmussen (2018),
sp., Macropodanthus sp., dan P. amabilis (Tabel 2.). hubungan spesifik antara anggrek epifit dan
Phalenopsis amabilis ditemukan tumbuh di lima inangnya, terkait dengan sifat fisik dan kimia dari
pohon inang, yaitu A. scholaris, Barringtonia kulit kayu pohon inang serta perubahan kondisi
racemosa, Ficus villosa, Syzigium polycephaloides, mikroklimat, belum dapat dijelaskan. Anggrek epifit
dan Vitex cofassus. Hasil pengamatan ini sejalan dapat tumbuh pada pohon yang kemudian menjadi
dengan hasil penelitian Nurfadilah (2015) di Coban inangnya jika anggrek tersebut berhasil
Trisula, Malang, yang menunjukkan bahwa pohon menyelesaikan keseluruhan tahapan siklus
inang bagi satu jenis anggrek epifit, bervariasi dari hidupnya, mulai dari biji berkecambah hingga
satu sampai beberapa jenis pohon inang. Nurfadilah menghasilkan buah kembali.
(2015) menunjukkan bahwa Appendicula elegans
Tabel 2. Pohon inang dan anggrek epifit di Resor Mallawa, TN Bantimurung Bulusaraung
|53
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…
Berdasarkan Tabel 2. dan Gambar 6. terlihat (O’Byrne, 2001; Handoyo, 2010). Puspitaningtyas
bahwa anggrek epifit yang banyak ditemukan di (2017) dan Cenderawasih & Shagir (2019) juga
Resor Mallawa adalah Dendrobium barbatum, menunjukkan bahwa jenis ini merupakan salah satu
Coelogyne celebensis, Phalaenopsis amabilis, Eria anggrek alam yang dominan ditemukan di TN
sp., dan Macropodanthus sp. Dendrobium Bantimurung Bulusaraung. Menurut O’Byrne (2001)
barbatum merupakan anggrek epifit simpodial yang dan Handoyo (2010), satu tangkai bunga majemuk
memiliki pertumbuhan batang yang tak berbatas dari P. amabilis dapat memiliki sampai 10 kuntum
dengan rhizomanya (O’Byrne, 2001; Handoyo, bunga dengan ukuran bunga 7–12 cm. Jumlah
2010). Hal tersebut efektif bagi perbanyakan secara bunga yang banyak tersebut dapat menjadi buah
vegetatif untuk menumbuhkan banyak individu- yang banyak pula dengan jutaan biji anggrek pada
individu baru. Coelogyne celebensis merupakan setiap buah sehingga mendukung kelimpahan
anggrek epifit simpodial endemik Sulawesi anggrek tersebut di alam.
Gambar 6. Lima jenis anggrek epifit yang banyak ditemukan di Resor Mallawa
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tumbuh di zona dengan cahaya matahari penuh
sebaran vertikal anggrek epifit di pohon inang maupun agak ternaungi. Kemampuan anggrek
bervariasi, dari zona I sampai zona V (Tabel 3.). Dendrobium barbatum untuk hidup pada kondisi
Anggrek yang paling banyak ditemukan di lokasi intensitas cahaya yang berbeda dan zona tumbuh
pengamatan yaitu Dendrobium barbatum, memiliki vertikal pada pohon inang yang luas mendukung
daerah sebaran vertikal terluas, mulai dari zona I kelimpahan anggrek tersebut.
sampai zona V (Tabel 3.). Dendrobium barbatum
54 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]
Tabel 3. Sebaran anggrek epifit di pohon inang dan jumlah individu anggrek di setiap zona
Jumlah anggrek yang tumbuh di zona I relatif Mallawa, hanya D. barbatum dan C. celebensis yang
sedikit. Hanya ada satu rumpun D. barbatum dan ditemukan juga tumbuh di zona V. Hal tersebut
tiga individu P. amabilis di zona I. Zona III sesuai dengan preferensi kedua jenis anggrek
mempunyai populasi anggrek paling banyak tersebut terhadap intensitas cahaya matahari yang
dibandingkan dengan zona lainnya, yaitu ada 48 penuh (O’Byrne, 2001; Handoyo, 2010). Jenis
individu atau rumpun (Tabel 3.). Pengamatan Rosa- anggrek lainnya yang juga umum ditemukan di
Manzano et al. (2014) menemukan pertumbuhan Resor Mallawa, yaitu P. amabilis, tidak tercatat
anggrek epifit yang lebih tinggi di zona III daripada tumbuh di zona V. Hal tersebut sesuai dengan
di zona lainnya. Gravendeel et al. (2004) O’Byrne (2001) dan Handoyo (2010), yang
menyatakan bahwa populasi anggrek epifit lebih menyatakan bahwa P. amabilis menyukai intensitas
banyak terdapat di daerah kanopi maupun cahaya matahari sedang (ternaungi). Hasil
percabangan daripada di daerah batang utama. pengamatan Hiola et al. (2015) juga menunjukkan
Populasi anggrek yang lebih banyak di zona III bahwa P. amabilis yang ditemukan di Resor
disebabkan oleh mudahnya biji anggrek terjebak di Mallawa hanya tumbuh di tempat dengan intensitas
bagian dasar percabangan. Selain itu, biji anggrek cahaya sedang. Keberadaan anggrek di zona V juga
masih mendapatkan cahaya matahari dan cukup air, lebih sedikit daripada di zona III. Anggrek di zona V
serta nutrisi. Kombinasi ketiga faktor tersebut hanya ada 19 individu atau rumpun yang terdiri atas
mendukung perkecambahan biji anggrek di pohon tujuh jenis, sedangkan di zona III ada 48 individu
inang. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil atau rumpun yang terdiri atas 13 jenis. Menurut
penelitian Nurfadilah (2015), dimana sebaran Gravendeel et al. (2004) dan Hernández-Pérez et al.
vertikal anggrek epifit di zona III–V lebih banyak (2018), zona V merupakan bagian luar kanopi
daripada di zona I–II. sehingga bagian tersebut memiliki tingkat gangguan
Zona V merupakan zona yang umumnya yang tinggi dan fluktuasi suhu yang besar.
memiliki intensitas cahaya matahari penuh. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa dari kelima jenis
anggrek epifit yang umum ditemukan di Resor
|55
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…
56 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]
|57
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…
58 |