0% found this document useful (0 votes)
68 views12 pages

Inventarisasi Keanekaragaman Anggrek Dan Sebaran Vertikal Anggrek Epifit Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

This document summarizes a study on orchid biodiversity and the vertical distribution of epiphytic orchids in Bantimurung Bulusaraung National Park in South Sulawesi, Indonesia. 19 orchid species from 19 genera were recorded. The most common species were Dendrobium barbatum, Coelogyne celebensis, and Phalaenopsis amabilis. Alstonia scholaris was the most frequent host tree. D. barbatum was found in all vertical zones of the host trees. Most epiphytic orchids were found in zone 3, at the bottom of the host tree branches. The study provides baseline data on orchid diversity and habitat preferences in

Uploaded by

Syfrh Fira
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
68 views12 pages

Inventarisasi Keanekaragaman Anggrek Dan Sebaran Vertikal Anggrek Epifit Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

This document summarizes a study on orchid biodiversity and the vertical distribution of epiphytic orchids in Bantimurung Bulusaraung National Park in South Sulawesi, Indonesia. 19 orchid species from 19 genera were recorded. The most common species were Dendrobium barbatum, Coelogyne celebensis, and Phalaenopsis amabilis. Alstonia scholaris was the most frequent host tree. D. barbatum was found in all vertical zones of the host trees. Most epiphytic orchids were found in zone 3, at the bottom of the host tree branches. The study provides baseline data on orchid diversity and habitat preferences in

Uploaded by

Syfrh Fira
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

jurnal.krbogor.lipi.go.id Buletin Kebun Raya Vol. 22 No.

2, Juli 2019 [47–58]


e-ISSN: 2460-1519 | p-ISSN: 0125-961X
Scientific Article

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN ANGGREK DAN SEBARAN VERTIKAL


ANGGREK EPIFIT DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG

Orchids Biodiversity and Vertical Distribution of Epiphytic Orchids in Bantimurung


Bulusaraung National Park

Eka Martha Della Rahayu dan Winda Utami Putri


Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya – LIPI
Jalan Ir. H. Juanda No. 13 Bogor 16122
Email: [email protected]

Diterima/Received: 12 Desember 2018; Disetujui/Accepted: 20 Maret 2019

Abstract

Bantimurung Bulusaraung National Park in South Sulawesi shows high diversity of orchids. However, there is no
information on vertical distribution of epiphytic orchids from the area. Such information is necessary to
understand the habitat preferences of epiphytic orchids, which is required to ensure their ex situ conservation.
This research was conducted to determine the orchid diversity and the vertical distribution of epiphytic orchids
at Bantimurung Bulusaraung National Park. An explorative method was applied. The study recorded 19 species
of orchids in addition to a number of 66 specimens that were identified by generic names. The most common
orchids were Dendrobium barbatum Breda, Coelogyne celebensis J.J. Sm., and Phalaenopsis amabilis (L.) Blume.
Alstonia scholaris (L.) R. Br. was the most frequent host of the epiphytic orchids in the area. Based on the vertical
distribution of epiphytic orchids on its host tree, the epiphytic orchid found in all zones is D. barbatum. Epiphytic
orchids were mostly found in zone 3, which is at the bottom of the branching of its host tree.

Keywords: Bantimurung Bulusaraung National Park, epiphytic orchids, orchid diversity, vertical distribution

Abstrak

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memiliki keanekaragaman anggrek yang tinggi. Namun demikian,
belum ada informasi tentang sebaran vertikal anggrek epifit di kawasan itu. Informasi tersebut penting untuk
memahami preferensi habitat dari anggrek epifit yang dibutuhkan untuk upaya konservasi ex situ. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit di Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah. Tercatat ada 19 jenis
anggrek dan 66 spesimen anggrek yang baru teridentifikasi sampai tingkat marga. Jenis anggrek yang banyak
ditemukan adalah Dendrobium barbatum Breda, Coelogyne celebensis J.J. Sm., dan Phalaenopsis amabilis (L.)
Blume. Alstonia scholaris (L.) R. Br. adalah inang yang paling banyak ditemukan. Berdasarkan sebaran vertikal
anggrek epifit pada pohon inangnya, anggrek epifit yang ditemukan tumbuh pada semua zona adalah
D. barbatum. Sebagian besar anggrek epifit tumbuh di zona 3, yaitu pada bagian dasar percabangan dari pohon
inangnya.

Kata kunci: anggrek epifit, keanekaragaman anggrek, sebaran vertikal, TN Bantimurung Bulusaraung

PENDAHULUAN sementara Thomas & Schuiteman (2002)


melaporkan 548 jenis anggrek ditemukan di
Sulawesi termasuk salah satu pulau yang Sulawesi. Cenderawasih & Shagir (2019)
memiliki keanekaragaman hayati terbesar di menginventarisasi keanekaragaman jenis anggrek
Indonesia. Kessler et al. (2002) melaporkan sekitar alam di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
120 suku tumbuhan berkayu terdapat di Sulawesi,

|47
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…

dan memperoleh sedikitnya 85 jenis anggrek alam BAHAN DAN METODE


yang terdiri atas 43 marga.
Inventarisasi keanekaragaman anggrek di Lokasi dan waktu
kawasan TN Bantimurung Bulusaraung telah TN Bantimurung Bulusaraung ditunjuk
beberapa kali dilakukan. Hiola et al. (2015) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
menginventarisasi keanekaragaman anggrek di Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004
Resor Mallawa. Sementara itu, Hilmiah (2017) dan tanggal 18 Oktober 2004. Taman nasional tersebut
Nirwana et al. (2018) menginventarisasi memiliki luas ± 43.750 ha yang terletak di wilayah
keanekaragaman anggrek di Desa Tompobulu Resor administratif Kabupaten Maros dan Kabupaten
Balocci. Puspitaningtyas (2017) menginventarisasi Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Terdapat dua
keanekaragaman anggrek di empat lokasi dalam Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTN)
kawasan TN Bantimurung Bulusaraung, yaitu di TN Bantimurung Bulusaraung, yaitu SPTN I yang
Tompo Bulu, Pattunuang, Bentenge, dan Karaenta. terdiri atas Resor Balocci, Resor Minasate’ne, dan
Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut Resor Tondong Tallasa serta SPTN II yang terdiri atas
belum melaporkan sebaran vertikal anggrek epifit Resor Bantimurung Leang Leang, Resor Pattunuang
pada pohon inangnya. Karaenta, Resor Camba, dan Resor Mallawa (Balai
Siklus hidup anggrek sangat tergantung pada Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, 2017).
organisme lain, seperti hewan penyerbuk, Kegiatan penelitian dilakukan di beberapa
mikorhiza simbiotik, dan pohon inang bagi anggrek lokasi di dalam kawasan SPTN II, Resor Bantimurung
epifit (Rasmussen & Rasmussen, 2018). Menurut Leang Leang dan Resor Mallawa, TN Bantimurung
Gravendeel et al. (2004), dari 25.000 jenis anggrek Bulusaraung. Kegiatan inventarisasi keaneka
yang saat ini dikenal ilmu pengetahuan, lebih dari ragaman anggrek dilakukan di Resor Bantimurung
70% hidup di kanopi pohon atau sebagai anggrek Leang Leang dan Resor Mallawa. Sedangkan
epifit. Hernández-Pérez et al. (2018) menyatakan kegiatan pengamatan sebaran vertikal anggrek
bahwa komunitas epifit umumnya menunjukkan epifit dilakukan di Resor Mallawa. Penelitian
sebaran vertikal dalam pohon inang. Sebaran dilakukan di Kelurahan Kalabbirang (18 m dpl.),
vertikal tersebut adalah hasil dari pembagian relung Desa Bentenge (610–812 m dpl.), dan Desa
ekologi, yang memungkinkan koeksistensi jenis Samaenre (496–565 m dpl.) (Gambar 1.). Kegiatan
epifit yang berbeda. Sebaran vertikal berhubungan penelitian dilakukan pada tanggal 22 Maret–10
dengan serangkaian kondisi mikroklimatik tertentu April 2017.
yang bervariasi dari batang ke kanopi dalam dan
luar, ditentukan oleh arsitektur dan fenologi pohon
inang, yang kemudian memberikan dampak
terhadap variasi dan kondisi pertumbuhan epifit.
Hubungan antara anggrek epifit dan pohon
inangnya hingga saat ini belum banyak dipelajari.
Informasi mengenai hubungan tersebut sangat
penting dalam upaya konservasi anggrek langka dan
terancam punah.
Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi
Gambar 1. Lokasi kegiatan penelitian inventarisasi
informasi tentang keanekaragaman anggrek dan
keanekaragaman anggrek dan sebaran
mengamati sebaran vertikal anggrek epifit pada vertikal anggrek epifit pada pohon inangnya
pohon inangnya di Resor Mallawa. Hasil penelitian di Kalabbirang (Resor Bantimurung Leang
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui preferensi Leang) serta Bentenge dan Samaenre
habitat anggrek epifit di habitat alaminya. Hal (Resor Mallawa) TN Bantimurung
tersebut kemudian dapat diterapkan pada upaya Bulusaraung. Sumber: Google Earth
konservasi ex situ dari anggrek-anggrek epifit demi
mendukung kelestariannya.

48 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]

Metode anggrek pada pohon inang. Penentuan zona


Kegiatan inventarisasi keanekaragaman tumbuh anggrek epifit pada pohon inang mengacu
anggrek dan pengamatan sebaran vertikal anggrek pada metode Johansson (1974), yaitu zona I, bagian
epifit pada inangnya dilakukan dengan metode dasar batang utama; zona II, bagian atas batang
jelajah. Pengamatan, pendataan, pengoleksian, dan utama sampai percabangan; zona III, bagian dasar
pendokumentasian anggrek dilakukan pada semua percabangan; zona IV, bagian tengah percabangan;
jenis yang ditemukan di lokasi penelitian. Data yang dan zona V, bagian luar percabangan (Gambar 2.).
diamati adalah nama jenis anggrek, jumlah anggrek, Data hasil pengamatan dianalisa secara deskriptif.
jenis pohon inang, lokasi tumbuh, dan zona tumbuh

Zona I: bagian dasar batang utama


Zona II: bagian atas batang utama
Zona III: bagian dasar percabangan
Zona IV: bagian tengah percabangan
Zona V: bagian luar percabangan

Gambar 2. Lima zona sebaran vertikal anggrek epifit pada pohon inang berdasarkan Johansson (1974)

Keanekaragaman anggrek Bulbophyllum, Ceratostylis, Cleisostoma,


Kegiatan inventarisasi anggrek di Resor Dendrobium, Eria, Eulophia, Goodyera,
Bantimurung Leang Leang dan Resor Mallawa, TN Hippeophyllum, Liparis, Luisia, Macropodanthus,
Bantimurung Bulusaraung, telah mengoleksi Malaxis, Oberonia, Phaius, Podochilus, Thelasis,
sebanyak 19 jenis anggrek, baik anggrek epifit Trichoglottis, dan Thrixspermum.
maupun anggrek terestrial (Tabel 1.). Selain itu juga Beberapa jenis anggrek yang ditemukan di
terdapat 66 spesimen anggrek yang baru Resor Mallawa tidak ditemukan di Resor
teridentifikasi sampai tingkat marga. Dengan Bantimurung Leang Leang (Tabel 1.). Anggrek-
demikian, kegiatan inventarisasi dan koleksi anggrek tersebut adalah Calanthe triplicata
keanekaragaman anggrek di Resor Bantimurung (Willemet) Ames, Coelogyne celebensis J.J.Sm.,
Leang Leang dan Resor Mallawa telah Cymbidium ensifolium (L.) Sw., C. finlaysonianum
mengkonservasi sekitar 22,35% dari anggrek yang Lindl., Dendrobium barbatum Breda, D. bicaudatum
ditemukan di TN Bantimurung Bulusaraung Reinw. ex Lindl., D. shpenochilum F. Muell. &
(Cenderawasih & Shagir, 2019), atau 3,47% dari 548 Kraenzl, Geodorum densiflorum (Lam.) Schtlr,
jenis anggrek yang ditemukan di Sulawesi (Thomas Liparis condylobulbon Rchb. F., Nervilia plicata
& Schuiteman, 2002). (Andrews) Schltr, N. punctata (Blume) Makino,
Terdapat 66 spesimen anggrek yang baru Phalaenopsis amabilis (L.) Blume, dan Trichoglottis
teridentifikasi sampai tingkat marga karena pada geminata (Teijsm. & Binn.) J. J. Smith.
saat dikoleksi, anggrek tidak sedang berbunga Hasil kegiatan inventarisasi ini sejalan
sehingga sulit untuk diidentifikasi sampai pada dengan laporan Cenderawasih & Shagir (2019) yang
tingkat jenis. Koleksi anggrek yang belum menyatakan bahwa Resor Mallawa, khususnya
teridentifikasi sampai tingkat jenis diantaranya Bentenge dan Ballanglowe, termasuk salah satu
berasal dari marga Aerides, Agrostophyllum, kawasan dengan keanerakaragaman anggrek alam

|49
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…

yang tinggi di TN Bantimurung Bulusaraung, selain intensitas cahaya matahari, dan temperatur udara
Pattunuang, Tondong Tallasa, dan Gunung di kawasan-kawasan tersebut lebih mendukung
Bulusaraung. Cenderawasih & Shagir (2019) kehidupan jenis anggrek alam.
menduga hal tersebut karena kelembapan udara,

Tabel 1. Jenis-jenis anggrek dari Resor Bantimurung Leang Leang dan Resor Mallawa, TN Bantimurung
Bulusaraung.

Daerah asal koleksi


No. Nama jenis Habitus Resor Bantimurung Resor Mallawa
Leang Leang
1. Aerides inflexa Teijsm. & Binn. Epifit +
2. Aerides odorata Lour. Epifit +
3. Calanthe triplicata (Willemet) Ames Terestrial +
4. Coelogyne celebensis J.J.Sm. Epifit +
5. Cymbidium ensifolium (L.) Sw. Terestrial +
6. Cymbidium finlaysonianum Lindl. Epifit +
7. Dendrobium barbatum Breda Epifit +
8. Dendrobium bicaudatum Reinw. ex Lindl. Epifit +
9. Dendrobium crumenatum Sw. Epifit + +
10. Dendrobium shpenochilum F. Muell. & Epifit +
Kraenzl.
11. Eulophia spectabilis (Dennst.) Suresh Terestrial + +
12. Geodorum densiflorum (Lam.) Schtlr. Terestrial +
13. Habenaria beccarii Schltr. Terestrial + +
14. Liparis condylobulbon Rchb.f. Epifit +
15. Nervilia concolor (Blume) Schltr. Terestrial + +
16. Nervilia plicata (Andrews) Schltr. Terestrial +
17. Nervilia punctata (Blume) Makino Terestrial +
18. Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Epifit +
19. Trichoglottis geminata (Teijsm. & Binn.) J. Epifit +
J. Smith
Keterangan: + dijumpai tumbuh

Jenis anggrek yang berhasil dikoleksi pada carinata. Delapan jenis tersebut kemungkinan
penelitian ini relatif lebih banyak daripada hasil termasuk ke dalam koleksi yang belum berhasil
eksplorasi Hiola et al. (2015) di Resor Mallawa. diidentifikasi karena masih dalam fase vegetatif.
Penelitian ini berhasil mengoleksi 19 jenis anggrek Penelitian ini memperoleh tujuh nomor koleksi
dan 66 spesimen yang baru teridentifikasi sampai Dendrobium spp., dua nomor koleksi Liparis spp.
tingkat marga. Sementara itu, Hiola et al. (2015) dan Oberonia spp., serta satu nomor koleksi
mengoleksi 10 jenis anggrek dan sisanya sebanyak Thelasis sp. Jenis Abdominea minimiflora tidak
19 nomor baru teridentifikasi sampai tingkat marga ditemukan pada kegiatan ini diduga karena
serta tujuh nomor baru teridentifikasi sampai ukurannya yang kecil dan tidak sedang berbunga
tingkat suku. Inventarisasi yang dilakukan oleh pada saat penelitian sehingga tidak terlihat dengan
Puspitaningtyas (2017) di Bentenge, Resor Mallawa jelas dan tidak terkoleksi.
memperoleh 10 nomor jenis anggrek dan tujuh Beberapa jenis anggrek yang ditemukan
nomor baru teridentifikasi sampai tingkat marga. dalam penelitian ini tidak ditemukan oleh Hiola et
Delapan jenis anggrek yang ditemukan Hiola al. (2015) dan Puspitaningtyas (2017). Anggrek-
et al. (2015) dan Puspitaningtyas (2017) tidak anggrek tersebut diantaranya adalah Cymbidium
ditemukan dalam kegiatan ini, yaitu Abdominea ensifolium, Dendrobium bicaudatum, D. barbatum,
minimiflora, Dendrobium phalaenopsis, D. Geodorum densiflorum, dan Pholidota imbricata.
uncatum, Liparis elegans, Oberonia celebica, Hiola et al. (2015) juga tidak menemukan ketiga
O. fungumolens, O. costeriana, dan Thelasis jenis Nervilia yang ditemukan dalam penelitian ini,

50 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]

yaitu Nervilia concolor, N. plicata, dan N. punctata. Selanjutnya bunga tersebut akan layu, kemudian
Puspitaningtyas (2017) juga tidak menemukan menumbuhkan daun.
ketiga jenis anggrek terestrial tersebut di Bentenge, Beberapa foto bunga anggrek epifit dan
namun menjumpai ketiga jenis Nervillia tersebut di anggrek terestrial yang dikoleksi dapat dilihat pada
kawasan lain di Tompo Bulu, Pattunuang, dan Gambar 3. dan Gambar 4. Semua anggrek yang
Karaenta. Hal tersebut diduga karena ketiga jenis dikoleksi tersebut termasuk ke dalam daftar
Nervilia tersebut sedang dalam masa dorman, Apendiks II CITES (CITES, 2018). Anggrek epifit
dimana umbinya tertanam di dalam tanah sehingga maupun anggrek terestrial yang dikoleksi pada
tidak terlihat. Menurut Sharma et al. (2013), umumnya memiliki potensi sebagai tanaman hias
Nervilia merupakan anggrek terestrial yang tumbuh dan beberapa jenis anggrek juga berpotensi sebagai
berkoloni. Umbi anggrek tersebut dapat dorman tanaman obat, seperti A. odorata, D. crumenatum,
dan jika sudah siap untuk fase pertumbuhan E. spectabilis, dan N. concolor.
berikutnya dari umbi tersebut akan tumbuh bunga.

Gambar 3. Beberapa jenis anggrek epifit yang dikoleksi di Resor Bantimurung Leang Leang dan Resor Mallawa, TN
Bantimurung Bulusaraung: (a) Coelogyne celebensis, (b) Cymbidium finlaysonianum, (c) Dendrobium bicaudatum,
(d) Dendrobium crumenatum, (e) Phalaenopsis amabilis, dan (f) Trichoglottis geminata.

Gambar 4. Beberapa jenis anggrek terrestrial yang dikoleksi di Resor Bantimurung Leang Leang dan Resor Mallawa, TN
Bantimurung Bulusaraung: (a) Calanthe triplicata, (b) Habenaria beccarii, (c) Geodorum densiflorum,
(d) Eulophia spectabilis, dan (e) Nervilia concolor.

|51
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…

Sebaran vertikal anggrek epifit pada pohon 2012; Timsina et al., 2016). Selain itu, kulit kayu
inangnya di Resor Mallawa A. scholaris juga tidak mengelupas. Menurut
Hasil pengamatan sebaran vertikal anggrek Harshani et al. (2013), sebagian besar inang anggrek
epifit di Resor Mallawa menunjukkan ada sembilan epifit memiliki tipe kulit kayu yang tidak
jenis pohon inang yang tercatat di lokasi mengelupas.
pengamatan (Gambar 5.). Jumlah anggrek epifit Faktor lain yang mendukung mikroklimat
yang tumbuh pada satu pohon inang berkisar dari untuk pertumbuhan anggrek epifit adalah
1–10 jenis (Gambar 5.). Alstonia scholaris keberadaan substrat di pohon inang. Anggrek epifit
merupakan pohon inang yang paling banyak yang tumbuh pada A. scholaris dijumpai memiliki
ditemukan (ada lima pohon) dan paling banyak substrat berupa sphagnum moss atau kadaka yang
ditumbuhi oleh anggrek epifit, yaitu Bulbophyllum cukup tebal. Menurut Harshani et al. (2013),
sp.2, Coelogyne celebensis, Dendrobium keberadan substrat menyebabkan kulit kayu pohon
crumenatum, D. bicaudatum, Dendrobium sp.3, Eria inang menjadi lembap. Selain itu, A. scholaris juga
sp., Liparis latifolia, Luisia sp., Macropodanthus sp., merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai
dan Phalaenopsis amabilis (Tabel 2.). Hal tersebut 40 m (Orwa et al., 2009). Menurut hasil
diduga terkait dengan karakter kulit kayu pengamatan Timsina et al. (2016), anggrek epifit
A. scholaris yang bertekstur kasar dan kondisi lebih melimpah pada pohon yang tinggi karena
mikroklimatnya (Orwa et al., 2009). Callaway et al. mendapatkan cahaya matahari lebih banyak dan
(2002), Adhikari et al. (2012), dan Adhikari et al. mempunyai ruang tumbuh yang lebih banyak
(2016) menyatakan bahwa pohon yang memiliki karena ukuran pohon yang besar. Menurut
kulit kayu yang kasar lebih sering ditumbuhi epifit. Hernández-Pérez et al. (2018), pohon yang
Rosa-Manzano et al. (2014) menyatakan bahwa berukuran besar memiliki masa hidup yang lama
kekasaran kulit kayu pohon inang merupakan faktor sehingga memungkinkan anggrek epifit untuk
penting bagi kelimpahan anggrek epifit. Kelimpahan tumbuh mengoloni pohon tersebut. Kombinasi
anggrek meningkat seiring dengan meningkatnya antara keberadaan mikorhiza di alam, air,
kekasaran kulit kayu. Tekstur kulit kayu yang kasar kelembapan, dan cahaya matahari mendukung biji-
memungkinkan biji anggrek dan air tersimpan di biji anggrek yang terjebak di kulit kayu pohon inang
antara rekahan kulit kayu yang kasar (Adhikari et al., untuk berkecambah.

Gambar 5. Sembilan jenis pohon inang bagi anggrek epifit di Resor Mallawa

Beberapa jenis anggrek epifit ditemukan Flickingeria sp.2, Liparis latifolia, Thelasis sp., dan
tumbuh pada satu jenis pohon inang. Anggrek- Trichoglottis geminata (Tabel 2.). Hasil pengamatan
anggrek tersebut adalah Aerides sp.1, Aerides sp.2, Adhikari et al. (2012) menemukan bahwa
Agrostophyllum sp., Bulbophyllum sp.1, Dendrobium nobile hanya ditemukan di satu jenis
Bulbophyllum sp.2, Dendrobium bicaudatum, pohon inang, yaitu Schima wallichii. Sementara

52 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]

anggrek epifit lainnya dijumpai tumbuh di berbagai dijumpai tumbuh hanya pada satu pohon inang,
jenis pohon inang, seperti C. celebensis, sedangkan Appendicula angustifolia ditemukan
D. barbatum, D. bicaudatum, D. crumenatum, tumbuh pada empat jenis pohon inang yang
D. sphenochilum, Eria sp., L. condylobulbon, Luisia berbeda. Menurut Rasmussen & Rasmussen (2018),
sp., Macropodanthus sp., dan P. amabilis (Tabel 2.). hubungan spesifik antara anggrek epifit dan
Phalenopsis amabilis ditemukan tumbuh di lima inangnya, terkait dengan sifat fisik dan kimia dari
pohon inang, yaitu A. scholaris, Barringtonia kulit kayu pohon inang serta perubahan kondisi
racemosa, Ficus villosa, Syzigium polycephaloides, mikroklimat, belum dapat dijelaskan. Anggrek epifit
dan Vitex cofassus. Hasil pengamatan ini sejalan dapat tumbuh pada pohon yang kemudian menjadi
dengan hasil penelitian Nurfadilah (2015) di Coban inangnya jika anggrek tersebut berhasil
Trisula, Malang, yang menunjukkan bahwa pohon menyelesaikan keseluruhan tahapan siklus
inang bagi satu jenis anggrek epifit, bervariasi dari hidupnya, mulai dari biji berkecambah hingga
satu sampai beberapa jenis pohon inang. Nurfadilah menghasilkan buah kembali.
(2015) menunjukkan bahwa Appendicula elegans

Tabel 2. Pohon inang dan anggrek epifit di Resor Mallawa, TN Bantimurung Bulusaraung

No. Jenis pohon inang Nomor Jenis anggrek Jumlah


pohon individu
inang
1. Aleurites moluccana 1 Eria sp. 1
(L.) Wild. Dendrobium barbatum Breda 3
Dendrobium sp. 2 3
2 Dendrobium barbatum Breda 9
Dendrobium shpenochilum F. Muell. & Kraenzl. 3
2. Alstonia scholaris (L.) R. Br. 1 Eria sp. 2
Dendrobium sp.2 1
Dendrobium crumenatum Sw. 2
2 Coelogyne celebensis J.J.Sm. 8
3 Liparis latifolia (Blume) Lindl. 3
4 Phalaenopsis amabilis (L.) Blume 1
Luisia sp. 1
Eria sp. 1
Macropodanthus sp. 3
Bulbophyllum sp.2 2
5 Dendrobium crumenatum Sw. 1
Luisia sp. 1
Dendrobium bicaudatum Reinw. ex Lindl. 4
3. Artocarpus integra Merr. 1 Dendrobium barbatum Breda 4
Eria sp. 2
4. Barringtonia racemosa (L.) 1 Macropodanthus sp. 2
Spreng Aerides sp. 1 2
Dendrobium barbatum Breda 9
2 Phalaenopsis amabilis (L.) Blume 4
Aerides sp.2 1
3 Trichoglottis sp.1 1
4 Liparis condylobulbon Rchb. f. 2
Luisia sp. 2
5. Dracontomelon dao 1 Liparis condylobulbon Rchb. f. 3
(Blanco) Merr. & Rolfe 2 Flickingeria sp.2 2
6. Ficus sp. 1 Coelogyne celebensis J.J.Sm. 1
Thelasis sp. 2
2 Agrostophyllum sp. 1
Coelogyne celebensis J.J.Sm. 4

|53
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…

No. Jenis pohon inang Nomor Jenis anggrek Jumlah


pohon individu
inang
Eria sp. 5
3 Bulbophyllum sp.1 2
Dendrobium barbatum Breda 1
7. Ficus villosa Blume 1 Phalaenopsis amabilis (L.) Blume 3
8. Syzigium polycephaloides 1 Phalaenopsis amabilis (L.) Blume 1
(C.B. Rob) Merr. Macropodanthus sp. 3
Luisia sp. 1
Dendrobium crumenatum Sw. 2
Dendrobium shpenochilum F. Muell. & Kraenzl. 3
9. Vitex cofassus Reinw. ex. 1 Phalaenopsis amabilis (L.) Blume 4
Blume

Berdasarkan Tabel 2. dan Gambar 6. terlihat (O’Byrne, 2001; Handoyo, 2010). Puspitaningtyas
bahwa anggrek epifit yang banyak ditemukan di (2017) dan Cenderawasih & Shagir (2019) juga
Resor Mallawa adalah Dendrobium barbatum, menunjukkan bahwa jenis ini merupakan salah satu
Coelogyne celebensis, Phalaenopsis amabilis, Eria anggrek alam yang dominan ditemukan di TN
sp., dan Macropodanthus sp. Dendrobium Bantimurung Bulusaraung. Menurut O’Byrne (2001)
barbatum merupakan anggrek epifit simpodial yang dan Handoyo (2010), satu tangkai bunga majemuk
memiliki pertumbuhan batang yang tak berbatas dari P. amabilis dapat memiliki sampai 10 kuntum
dengan rhizomanya (O’Byrne, 2001; Handoyo, bunga dengan ukuran bunga 7–12 cm. Jumlah
2010). Hal tersebut efektif bagi perbanyakan secara bunga yang banyak tersebut dapat menjadi buah
vegetatif untuk menumbuhkan banyak individu- yang banyak pula dengan jutaan biji anggrek pada
individu baru. Coelogyne celebensis merupakan setiap buah sehingga mendukung kelimpahan
anggrek epifit simpodial endemik Sulawesi anggrek tersebut di alam.

Gambar 6. Lima jenis anggrek epifit yang banyak ditemukan di Resor Mallawa

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tumbuh di zona dengan cahaya matahari penuh
sebaran vertikal anggrek epifit di pohon inang maupun agak ternaungi. Kemampuan anggrek
bervariasi, dari zona I sampai zona V (Tabel 3.). Dendrobium barbatum untuk hidup pada kondisi
Anggrek yang paling banyak ditemukan di lokasi intensitas cahaya yang berbeda dan zona tumbuh
pengamatan yaitu Dendrobium barbatum, memiliki vertikal pada pohon inang yang luas mendukung
daerah sebaran vertikal terluas, mulai dari zona I kelimpahan anggrek tersebut.
sampai zona V (Tabel 3.). Dendrobium barbatum

54 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]

Tabel 3. Sebaran anggrek epifit di pohon inang dan jumlah individu anggrek di setiap zona

Jenis anggrek epifit Zona I Zona II Zona III Zona IV Zona V


Aerides sp. 1 2
Aerides sp.2 1
Agrostophyllum sp. 1
Bulbophyllum sp.2 2
Bulbophyllum sp.1 2
Coelogyne celebensis J.J.Sm. 5 3 2 3
Dendrobium barbatum Breda 1 2 10 9 4
Dendrobium crumenatum Sw. 2 2 1
Dendrobium bicaudatum Reinw. ex Lindl. 3 3
Dendrobium sphenochilum F. Muell. & Kraenzl. 1
Dendrobium sp.3 4
Eria sp. 2 4 5
Flickingeria sp.2 2
Liparis condylobulbon Rchb.f. 5
Liparis latifolia (Blume) Lindl. 3
Luisia sp. 3 2
Macropodanthus sp. 6 2
Phalaenopsis amabilis (L.) Blume 3 4 5 1
Thelasis sp. 1 1
Trichoglottis geminata (Teijsm. & Binn.) J.J.Sm. 1
Total individu atau rumpun 4 19 48 23 19

Jumlah anggrek yang tumbuh di zona I relatif Mallawa, hanya D. barbatum dan C. celebensis yang
sedikit. Hanya ada satu rumpun D. barbatum dan ditemukan juga tumbuh di zona V. Hal tersebut
tiga individu P. amabilis di zona I. Zona III sesuai dengan preferensi kedua jenis anggrek
mempunyai populasi anggrek paling banyak tersebut terhadap intensitas cahaya matahari yang
dibandingkan dengan zona lainnya, yaitu ada 48 penuh (O’Byrne, 2001; Handoyo, 2010). Jenis
individu atau rumpun (Tabel 3.). Pengamatan Rosa- anggrek lainnya yang juga umum ditemukan di
Manzano et al. (2014) menemukan pertumbuhan Resor Mallawa, yaitu P. amabilis, tidak tercatat
anggrek epifit yang lebih tinggi di zona III daripada tumbuh di zona V. Hal tersebut sesuai dengan
di zona lainnya. Gravendeel et al. (2004) O’Byrne (2001) dan Handoyo (2010), yang
menyatakan bahwa populasi anggrek epifit lebih menyatakan bahwa P. amabilis menyukai intensitas
banyak terdapat di daerah kanopi maupun cahaya matahari sedang (ternaungi). Hasil
percabangan daripada di daerah batang utama. pengamatan Hiola et al. (2015) juga menunjukkan
Populasi anggrek yang lebih banyak di zona III bahwa P. amabilis yang ditemukan di Resor
disebabkan oleh mudahnya biji anggrek terjebak di Mallawa hanya tumbuh di tempat dengan intensitas
bagian dasar percabangan. Selain itu, biji anggrek cahaya sedang. Keberadaan anggrek di zona V juga
masih mendapatkan cahaya matahari dan cukup air, lebih sedikit daripada di zona III. Anggrek di zona V
serta nutrisi. Kombinasi ketiga faktor tersebut hanya ada 19 individu atau rumpun yang terdiri atas
mendukung perkecambahan biji anggrek di pohon tujuh jenis, sedangkan di zona III ada 48 individu
inang. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil atau rumpun yang terdiri atas 13 jenis. Menurut
penelitian Nurfadilah (2015), dimana sebaran Gravendeel et al. (2004) dan Hernández-Pérez et al.
vertikal anggrek epifit di zona III–V lebih banyak (2018), zona V merupakan bagian luar kanopi
daripada di zona I–II. sehingga bagian tersebut memiliki tingkat gangguan
Zona V merupakan zona yang umumnya yang tinggi dan fluktuasi suhu yang besar.
memiliki intensitas cahaya matahari penuh. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa dari kelima jenis
anggrek epifit yang umum ditemukan di Resor

|55
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…

KESIMPULAN Himalayas, Nepal. Journal of Mountain


Science 13(5): 774–784.
Kegiatan inventarisasi di Resor Bantimurung Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Leang Leang dan Resor Mallawa, Taman Nasional 2017.http://www.tn-babul.org/. (diakses 28
Bantimurung Bulusaraung, mencatat 19 jenis Januari 2019).
anggrek dan 66 spesimen yang telah teridentifikasi Callaway, R.M., K.O. Reinhart, G.W. Moore, D.J.
sampai tingkat marga. Dengan demikian, kegiatan Moore, & S.C. Pennings. 2002. Epiphyte host
inventarisasi dan pengoleksian dari Resor preferences and host traits: mechanisms for
Bantimurung Leang Leang dan Mallawa telah species-specific interactions. Oecologia 132:
mengkonservasi sekitar 22,35% dari anggrek yang 221–230.
ditemukan di TN Bantimurung Bulusaraung atau Cenderawasih, P. & K. Shagir. 2019.
3,47% dari 548 jenis anggrek yang ditemukan di Keanekaragaman jenis anggrek alam di
Sulawesi. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Berdasarkan sebaran vertikal pada pohon http://tn-babul.org/index.php/index.
inangnya, anggrek epifit yang ditemukan tumbuh php?option=com_content&view=article&id
pada semua zona adalah Dendrobium barbatum. =458%3Akeanekaragaman-jenis-anggrek-
Terdapat sembilan jenis pohon inang ditemukan di alam-di-taman-nasional-bantimurung-
lokasi pengamatan. Pohon inang yang paling banyak bulusaraung&catid=49%3Aartikel&Itemid=1
ditumbuhi anggrek epifit adalah Alstonia scholaris. . (diakses 28 Januari 2019).
Sebagian besar anggrek epifit yang ada di lokasi CITES. 2018. Appendices I, II and III.
pengamatan tumbuh di zona III, yaitu pada bagian http://www.cites.org/eng/app/e-
dasar percabangan dari pohon inangnya. appendices.pdf. (diakses 28 Januari 2019).
Gravendeel, B., A. Smithson, F.J.W. Slik, & A.
UCAPAN TERIMA KASIH Schuiteman. 2004. Epiphytism and pollinator
specialization: drivers for orchid diversity?
Kegiatan penelitian ini didukung oleh Philosophical Transactions of the Royal
kegiatan eksplorasi flora untuk Kebun Raya Jompie Society B 359: 1523–1535.
Parepare yang dibiayai oleh DIPA melalui Program Handoyo, F. 2010. Orchids of Indonesia. Vol.1.
Nasional 9 (PN 9). Terima kasih kepada pimpinan Indonesian Orchid Society, Jakarta.
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya – LIPI, Harshani, H.B.C., S.P. Senanayake, & H. Samdamali.
Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Konservasi 2013. Host tree specificity and seed
Tumbuhan Ex Situ PKT KR – LIPI, Kepala TN germination of Dendrobium aphyllum
Bantimurung Bulusaraung beserta seluruh staf, (Roxb.) C.E.C. Fisch. In Sri Lanka. Journal of
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare the National Science Foundation of Sri Lanka
beserta jajarannya, semua personil eksplorasi, serta 41 (3): 71–86.
semua pihak dan institusi yang telah membantu Hernández-Pérez, E., E. Solano, & R. Ríos-Gómez.
selama kegiatan eksplorasi. 2018. Host affinity and vertical distribution
of epiphytic orchids in a montane cloud
DAFTAR PUSTAKA forest in southern Mexico. Botanical
Sciences 96(2): 200–217.
Adhikari, Y.P., H.S. Fischer, & A. Fischer. 2012. Host Hilmiah. 2017. Eksplorasi dan inventarisasi anggrek
tree utilization by epiphytic orchids in di Desa Tompobulu Resort Balocci Taman
different land-use intensities in Kathmandu Nasional Bantimurung Bulusaraung. Jurnal
Valley, Nepal. Plant Ecololgy 213: 1393– Bionature 18 (2): 163–174.
1412. Hiola. S.F., G.D. Dirawan, & M.W. Caronge. 2015.
Adhikari, Y.P., F. Anton, & F.H. Siegfried. 2016. The diversity of wild orchids in epiphytic
Epiphytic orchids and their ecological niche Mallawa Resort Area of Bantimurung
under anthropogenic influence in central Bulusaraung National Park, South Sulawesi,
Indonesia. Journal of Tropical Crop Science
2(2): 28–33.

56 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 2, Juli 2019 [47–58]

Johansson, D. 1974. Ecology of vascular epiphytes in South Sulawesi, Indonesia. Biodiversitas


West African rain forest. Acta 18(1): 341–350.
Phytogeographica Suecica 59: 1–136. Rasmussen, H.N. & F.N. Rasmussen. 2018. The
Kessler, P.J.A., M.M. Bos, S.E.C. Sierra Daza, A. Kop, epiphytic habitat on a living host: reflections
L.P.M. Willemse, R. Pitopang, & S.R. on the orchid-tree relationship. Botanical
Gradstein. 2002. Checklist of woody plants of Journal of the Linnean Society 186: 456–472.
Sulawesi, Indonesia. Blumea Supplement: 1– Rosa-Manzano, E.D.L., J.L. Andrade, G. Zotz, C.
159. Reyes-García. 2014. Epiphytic orchids in
Nirwana, S. F. Hiola, & H. Karim. 2018. Analisis tropical dry forests of Yucatan, Mexico–
vegetasi anggrek epifit di Desa Tompobulu Species occurrence, abundance and
Resort Balocci Taman Nasional Bantimurung correlations with host tree characteristics
Bulusaraung Kabupaten Pangkep. Prosiding and environmental conditions. Flora 209:
Seminar Nasional Biologi dan 100–109.
Pembelajarannya: 347–352. Sharma, S., R. Kumar, S.K. Singh, & J.S. Jalal. 2013.
Nurfadilah, S. 2015. Diversity of epiphytic orchids Nervilia punctata (Orchidaceae) – A new
and host trees (phorophytes) in secondary record for Northeast India. Richardiana XIV:
forest of Coban Trisula, Malang Regency, 32–38.
East Java, Indonesia. Biotropia 22 (2): 120– Thomas, S. & S. Schuiteman. 2002. Orchids of
128. Sulawesi and Maluku: A preliminary
O’Byrne, P. 2001. A to Z of Southeast Asian orchid Catalogue. Lindleyana 17(1): 1–72.
species. 1st ed. Orchids Society of South East Timsina, B., M.B. Rokaya, Z. Műzbergová, P.
Asia, Singapore. Kindlmann, B. Shrestha, B. Bhattarai, & B.B.
Orwa C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass, & S. Raskoti. 2016. Diversity, distribution and
Anthony. 2009 Agroforestree Database: a host-species associations of epiphytic
tree reference and selection guide version orchids in Nepal. Biodiversity and
4.0 Conservation 25: 2803–2819.
(http://www.worldagroforestry.org/sites/tr
eedbs/treedatabases.asp). (diakses 28
Januari 2019)
Puspitaningtyas, D.M. 2017. Orchid inventory in
Bantimurung-Bulusaraung National Park,

|57
E.M.D. Rahayu dan W.U. Putri, Inventarisasi keanekaragaman anggrek dan sebaran vertikal anggrek epifit…

58 |

You might also like