PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS BERBAHAN
DASAR AMPAS SAGU TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays L)
(THE EFFECT OF GIVEN COMPOST-BASED SAGO FIBRES TO
THE VEGETATIVE GROWTH OF CORN (Zea mays L))
Fitrianti Maninggir, Verry R. Ch. Warouw,
Meldi T. M. Sinolungan
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi
Agroekoteknologi, Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Universitas
Sam Ratulangi Email:
[email protected] ABSTRACT
This research aimed to know the effect of the given compost-based sago fibres to
the vegetative growth of corn. Taking the dregs of sago in the village of Salurang,
subdistrict of South Central Tabukan, regency of Sangihe Islands. This was carried
out in the Faculty of Agriculture University of Sam Ratulangi Manado. The soil and
the dregs of sago were analized at Laboratory of Chemistry and Soil Fertility, Faculty
of Agriculture University of Sam Ratulangi Manado. This study used a Random
Completed Design (RCD), which consisted of ten treatment combinations and
repeated as much as 3 times, so that the retrieved 30 pot experiments. Each pot
contained a soil experiment weighing of 5 kg. The research results showed that every
treatment there was significant effects of height corn plants, the amount of corn
leaves, wet weight of header section, wet weight of plant root and dry weight of
header section, however no significant effect to the dry weight of root section of corn
plants. The best combination of mixed soil with compost-based sago fibres was a
combination of soil and compost based sago fibres on a dose of 30 tons/ha.
Keywords: plant corn (Zea mays L), sago fibres compost
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kompos
berbahan dasar ampas sagu terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.
Pengambilan ampas sagu di Kampung Salurang, Kecamatan Tabukan Selatan
Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini
dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Analisis
tanah dan ampas sagu dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 10 perlakuan kombinasi dan
diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 30 pot percobaan. Setiap pot percobaan
1
berisi tanah seberat 5 kg. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap perlakuan yang
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah
bagian tajuk tanaman, berat basah bagian akar tanaman dan berat kering bagian tajuk
tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering bagian akar tanaman
jagung. Kombinasi terbaik dari campuran tanah dengan pupuk kompos berbahan
dasar ampas sagu adalah kombinasi tanah dan kompos ampas sagu dengan dosis 30
ton/ ha.
Kata kunci: tanaman jagung (Zea mays L), kompos ampas sagu
PENDAHULUAN
Keadaan tanah dan pengelolaannya pengolahan sagu (Islamiyati, 2009).
merupakan faktor yang berperan Pemanfaatan ampas sagu masih
penting untuk pertumbuhan tanaman. terbatas dan biasanya dibuang begitu
Untuk mendapatkan tanah yang ideal saja ketempat penampungan atau
bagi pertumbuhan tanaman dilakukan kesungai yang ada disekitar daerah
pemupukan pada tanah. Pemupukan penghasil. Oleh karena itu ampas sagu
sangat penting karena menentukan berpotensi menimbulkan dampak
tingkat pertumbuhan dan hasil baik pencemaran lingkungan (La Teng dan
kuantitatif maupun kualitatif. Pupuk Sutanto, 2010). Ampas sagu dapat
merupakan kunci dari kesuburan tanah dimanfaatkan sebagai salah satu bahan
karena berisi satu atau lebih unsur baku untuk pembuatan pupuk kompos.
untuk menggantikan unsur yang habis Kompos adalah pupuk alami (organik)
terisap tanaman (Lingga dan Marsono, yang terbuat dari bahan-bahan hijauan
2002). Dalam pertanian modern, dan bahan organik lain yang sengaja
penggunaan pupuk sangat diperlukan ditambahkan untuk mempercepat
untuk pertumbuhan dan produksi proses pembusukan (Wied, 2004).
tanaman. Limbah sagu merupakan Kompos ampas sagu dapat digunakan
ampas empulur sagu yang telah sebagai alternatif dalam budidaya
diambil patinya. Pada proses tanaman hortikultura dengan
pengolahan sagu dihasilkan limbah pengembangan sistem pertanian
padat dan limbah cair. Limbah padat organik (Organic farming) yang alami,
sagu berupa ampas sagu, yang terdiri mendukung kesehatan para konsumen.
dari serat-serat empulur yang diperoleh Selain itu, pemakaian kompos ampas
dari hasil pemarutan/pemerasan isi sagu ini juga dapat mengurangi
batang sagu, sedangkan limbah cair penggunaan pupuk kimia yang sifatnya
sagu umumnya bersifat asam, berbau tidak ramah lingkungan. Syakir et al
busuk dan konsentrasi padatan tinggi (2009), mengemukakan bahwa
(Banu et al, 2006). Tingginya jumlah pemberian ela sagu dapat
limbah yang dihasilkan belum meningkatkan jumlah daun, jumlah
dimanfaatkan secara optimal dan cabang sekunder, jumlah tandan buah
hanya dibiarkan menumpuk di tempat dan komponen produksi seperti
2
panjang tandan, jumlah biji per tandan, Jagung (Zea mays L.) merupakan salah
bobot kering buah/per tanaman, satu tanaman pangan dunia yang
jumlah biji dan bobot kering buah terpenting, selain gandum dan padi.
tanaman lada perdu. Hasil penelitian Tanaman jagung relatif membutuhkan
Sulistyowati (2011), menunjukkan hara untuk dapat tumbuh optimal,
bahwa pemberian bokasi ampas sagu sehingga pemberian pupuk merupakan
pada tanah aluvial memberikan salah satu faktor kunci bagi
pengaruh yang baik untuk tinggi keberhasilan budidaya jagung.
tanaman, jumlah daun, volume akar, Tanaman jagung menghendaki tanah
dan berat kering tanaman pada bibit yang gembur, subur, berdrainase yang
jarak pagar. Semakin tinggi dosis baik, pH tanah 5,6 - 7,0. Jenis tanah
bokasi ampas sagu, maka semakin yang dapat toleran ditanami jagung
tinggi pula nilai rerata untuk tinggi antara lain andosol, latosol dengan
tanaman, jumlah daun, volume akar, syarat pH-nya harus memadai untuk
dan berat kering bibit jarak pagar. tanaman tersebut (Rukmana, 1997).
METODE PENELITIAN
Ampas sagu diambil di 5 kg per pot percobaan. Perlakuan
Kampung Salurang, Kecamatan yang diberikan pada penelitian ini
Tabukan Selatan Tengah, Kabupaten adalah:
Kepulauan Sangihe, analisis tanah dan S0: Tanpa ampas sagu (kontrol)
ampas sagu dilakukan di Laboratorium S1: Ampas sagu mentah 10ton/ha
Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas S2: Ampas sagu mentah 20ton/ha
Pertanian Universitas Sam Ratulangi S3: Ampas sagu mentah 30ton/ha
Manado, sedangkan penelitian S4:Ampas sagu matang 10 ton/ha
dilaksanakan di Fakultas Pertanian S5:Ampas sagu matang 20 ton/ha
Universitas Sam Ratulangi Manado. S6:Ampas sagu matang 30 ton/ha
Penelitian ini berlangsung dari bulan S7:Kompos ampas sagu 10
Mei sampai November 2017. ton/ha
Penelitian ini menggunakan S8:Kompos ampas sagu 20
Rancangan Acak Lengkap (RAL) ton/ha
dengan 10 perlakuan dan tiga (3) S9:Kompos ampas sagu 30
ulangan sehingga diperoleh 30 polibag ton/ha
percobaan dengan ditambahkan tanah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Sifat Kimia Tanah masam. Jika kandungan hara dalam
Hasil analisis sifat kimia tanah tanah memiliki jumlah yang rendah
yang digunakan pada penelitian ini maka pertumbuhan tanaman tidak akan
dapat dilihat pada Tabel optimal. Dengan kondisi tanah seperti
ini perlu adanya tindakan perbaikan
Berdasarkan Tabel 1 tanah sifat kimia tanah seperti menambahkan
mengandung N, P, K, C-Organik yang bahan organik untuk memperbaiki sifat
rendah dan pH tanah yang agak fisik, biologi dan kimia tanah.
3
Tabel 1. Analisis Sifat Kimia Tanah
Perlakuan Hasil Analisis Kriteria
pH H2O 1 : 2,5 5,63 Agak Masam
N tanah Metode Kjedahl 0,11% Rendah
P2O5 tersedia ekstraksi Bray 1 13,79 ppm Rendah
K2O tersedia ekstraksi Bray 1 10,39 ppm Rendah
C-Organik Walkey and Black 1,42% Rendah
Sumber Hasil Analisis Laboratorium
Analisis Sifat Kimia Ampas Sagu produksi tanaman jagung. Kualitas
Matang dan Kompos Ampas Sagu kompos sangat ditentukan oleh tingkat
Pada Tabel 2 menunjukan bahwa kematangan kompos di samping
kandungan N, P, K, C-Organik dari kandungan logam beratnya. .
ampas sagu matang dan kompos Pemberian kompos ela sagu ke tanah
ampas sagu sesuai dengan standar SNI dapat menambah bahan organik tanah
19-7030-2004 dan SK Mentan No sehingga menunjang pertumbuhan
28/Permentan/SR.130/B/2009. tanaman dan produksi (Kaya, 2009).
Kompos yang telah matang memiliki Berdasarkan hasil analisis kompos
kandungan hara makro dan mikro yang ampas sagu dan ampas sagu matang
lengkap (Tatipata dan Jacob, 2011) dapat digunakan sebagai salah satu
yang dapat menunjang dan alternatif untuk memperbaiki sifat
meningkatkan pertumbuhan dan fisik, kimia dan biologi dari tanah.
Tabel 2. Analisis Sifat Kimia
Jenis Sifat Kimia Hasil
N (%) P2O5 (%) K2O (%) C-Organik C/N (%)
(%)
Ampas sagu matang 0,59 0,32 0,47 9,89 16,06 Sesuai
Kompos ampas sagu 0,73 0,21 0,36 12,53 16,76 Sesuai
Standar SNI 2004 > 0,40 > 0,10 > 0,20 > 9,8-32 10-20
SK Mentan 2009 <6 <6 <6 >12 15-25
Sumber Hasil Analisis Laboratorium
Tinggi Tanaman dengan perlakuan ampas sagu mentah.
Rata-rata tinggi tanaman jagung pada Pada minggu ke 4 dan ke 6 setelah
setiap minggu pengamatan disajikan tanam, tanaman jagung dengan
pada Tabel 3. pemberian kompos ampas sagu 30 ton
Pada Tabel 3 perlakuan ampas sagu menunjukan nilai tertinggi dan berbeda
matang, kompos ampas sagu dengan nyata dengan perlakuan ampas sagu
dosis yang berbeda memberikan mentah serta tidak berbeda nyata
pengaruh yang nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
4
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung pada Setiap Minggu Pengamatan
(cm)
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
S0 3,93bc 9,76c 11,16bc 15,66c 23,40b 28,13b
S1 3,43abc 6,13a 7,63ab 9,16ab 12,20a 15,53a
S2 2,00a 6,33a 7,03a 8,50ab 10,93a 14,00a
S3 2,46ab 6,50ab 7,66abc 8,00a 10,50a 14,66a
S4 3,83bc 9,90c 11,56c 14,26bc 21,80b 31,30b
S5 4,40c 9,70c 10,50abc 14,00abc 21,33b 28,16b
S6 2,90abc 8,53abc 9,90abc 13,93abc 22,06b 28,83b
S7 3,30abc 9,43bc 11,16bc 17,50c 23,53b 27,76b
S8 3,00abc 8,36abc 9,83abc 16,66c 22,46b 26,96b
S9 2,96abc 9,53c 10,50abc 17,33c 26,43b 31,43b
BNt 1% 1,690 2,982 3,909 6,053 7,519 10,859
Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
Pada minggu ke 4 sampai 6 minggu kompos ampas sagu mulai dari 4
setelah tanam, tanaman jagung dengan minggu setelah tanam sampai 6
pemberian kompos ampas sagu 30 ton minggu setelah tanam. Hal ini
menunjukan nilai tertinggi dan berbeda menunjukkan bahwa tanaman jagung
nyata dengan perlakuan ampas sagu mulai menyerap unsur hara dari
mentah serta tidak berbeda nyata kompos ampas sagu mulai dari 4
dengan perlakuan yang lain. Hal ini minggu setelah tanam sampai dengan
menunjukan bahwa tanaman jagung 6 minggu setelah tanam.
mulai menyerap unsur hara dari
90.0
Kontrol
80.0
Sagu Mentah 10 ton
70.0
Sagu Mentah 20 ton
Tinggi tanaman Jagung (cm)
60.0 Sagu Mentah 30 ton
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur tanaman (mst)
Gambar 1. Tinggi Tanaman Jagung Antar Perlakuan Kontrol dan Ampas
Sagu Mentah
5
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa tersedia kepada tanaman jagung.
perlakuan kontrol memiliki tinggi Menurut Syakir (2010) limbah sagu
tanaman yang lebih baik dibanding yang belum matang tidak dapat
dengan perlakuan ampas sagu mentah. dimanfaatkan tanaman karena masih
Tanah yang ditambahkan dengan mengandung selulosa dengan nisbah
ampas sagu mentah memiliki C/N yang tinggi.
pertumbuhan tanaman jagung yang Pada gambar 2 dan gambar 3 tanaman
paling buruk dibandingkan dengan jagung dengan perlakuan ampas sagu
perlakuan yang lain. Ini disebabkan matang dan kompos ampas sagu
karena kandungan unsur hara yang ada memiliki pertumbuhan yang baik dan
didalam ampas sagu mentah masih berbeda tidak nyata dengan perlakuan
belum dapat diserap atau belum kontrol.
90.0
Kontrol
80.0
Sagu Masak 10 ton
70.0 Sagu Masak 20 ton
Tinggi tanaman Jagung (cm)
Sagu Masak 30 ton
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur tanaman (mst)
Gambar 2. Tinggi tanaman Jagung Antar Perlakuan Kontrol dan Ampas
Sagu Matang
90.0
Kontrol
80.0
Kompos Sagu 10 ton
70.0 Kompos Sagu 20 ton
Tinggi tanaman Jagung (cm)
60.0 Kompos Sagu 30 Ton
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur tanaman (mst)
Gambar 3. Tinggi Tanaman Jagung Antar Perlakuan Kontrol dan
Kompos Ampas Sagu
6
Hal ini diduga disebabkan karena tanaman itu sendiri sehingga pengaruh
pemberian pupuk tidak terlalu dari luar faktor tanaman tidak terlalu
berpengaruh lagi karena unsur hara berpengaruh terhadap tinggi tanaman
dalam tanah masih mencukupi. Dapat (Lakitan, 2004). Bahan organik yang
juga disebabkan karena pupuk kompos tidak terdekomposisi secara sempurna
ampas sagu yang digunakan tidak akan menimbulkan efek yang
terlalu matang atau tidak matang merugikan pertumbuhan tanaman.
dengan sempurna sehingga Penambahan kompos yang belum
mempengaruhi pertumbuhan dari matang ke dalam tanah dapat
tanaman jagung itu sendiri. menyebabkan terjadinya persaingan
bahan nutrient antara tanaman dan
Pada awal pertumbuhan tanaman,
mikroorganisme tanah. Keadaan ini
kandungan unsur hara belum terserap
dapat mengganggu pertumbuhan
oleh tanaman secara maksimal, selain
tanaman
itu pada fase pertumbuhan vegetatif,
tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik
Jumlah Daun berpengaruh nyata terhadap
Rata-rata jumlah daun pada setiap pertumbuhan tanaman dilihat dari
minggu pengamatan disajikan pada jumlah daun tanaman jagung mulai
Tabel 4. Berdasarkan sidik ragam dari 1 MST sampai 5 MST
maka pemberian jenis ampas sagu
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun pada Setiap Minggu Pengamatan
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
S0 3a 4b 5bc 6bc 6c
S1 3a 3a 4ab 4a 5bc
S2 2a 3a 4ab 4a 4ab
S3 3a 3a 3a 4a 3a
S4 3a 4b 4ab 5ab 5bc
S5 3a 4b 5bc 5ab 6c
S6 3a 4b 4ab 5ab 6c
S7 3a 5c 6c 7c 6c
S8 3a 4b 5bc 6bc 5bc
S9 3a 4b 5bc 6bc 6c
BNt 1% 1,340 0,946 1,121 1,848 1,642
Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
Pada minggu pertama tidak ada Hardjowigeno (2003), menyatakan
perbedaan yang nyata antar masing- bahwa, respon tanaman terhadap
masing perlakuan. Diduga karena pupuk organik lebih lambat dari pada
tanaman jagung masih menyerap unsur pupuk buatan.
hara dari dirinya sendiri.
Pada 2 MST perlakuan ampas sagu nyata dengan perlakuan yang lain.
mentah (S1, S2, S3) sangat berbeda Tanaman jagung yang diberi perlakuan
7
kompos ampas sagu dengan dosis 20 tanaman jagung. Tingginya kadar
ton memiliki jumlah daun terbanyak. unsur hara tersedia diduga dapat
Makin banyak daun yang terbentuk per memacu aktifitas hormonal dalam
tanaman maka permukaan daun yang pembentukan daun. Pembentukan daun
aktif melakukan fotosintesis juga dipengaruhi oleh banyaknya
semakin besar karena radiasi cahaya rangsangan hormonal (Goldsworthy
yang diintersepsi oleh daun semakin dan Fisher, 1992).
banyak. Dengan demikian, jika
Biomassa Tanaman Jagung
ditunjang dengan serapan hara yang
cukup oleh tanaman maka proses Biomassa Segar Bagian Tajuk
fotosintesis akan berlangsung lancar Tanaman Jagung
dan mempengaruhi pertumbuhan
Tabel 5. Rata-rata Biomassa Segar Bagian Tajuk Tanaman Jagung (g)
Perlakuan Rata-rata
S0 53,26c
S1 12,00ab
S2 7,83a
S3 8,66a
S4 53,00c
S5 44,30abc
S6 56,73c
S7 51,10bc
S8 52,10c
S9 58,63c
BNt 1% 39,168
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penyediaan unsur hara bagi tanaman
secara keseluruhan perlakuan yang berpengaruh terhadap sistem dan laju
diberikan berpengaruh nyata terhadap absorbsi air dan unsur hara yang dapat
biomassa segar bagian tajuk tanaman meningkatkan laju pertumbuhan
jagung. Pada penelitian ini biomassa tanaman melalui peningkatan jumlah
segar tanaman jagung tertinggi yaitu daun, pertumbuhan tinggi, pembesaran
pada perlakuan kompos sagu 30 ton batang tanaman, transpirasi dan
dengan berat 58,63 g, sedangkan berat fotosintesis serta biomasa tanaman
basah terendah pada perlakuan sagu yang diukur melalui berat segar
mentah 20 ton yaitu 7,73 g. Biomassa tanaman (Mulyani, 2010).
segar tanaman merupakan berat Pertumbuhan vegetatif tanaman
tanaman pada saat tanaman masih dipengaruhi oleh kegiatan fisiologis
hidup dan ditimbang secara langsung tanaman yang akan mendorong
setelah panen, sebelum tanaman perpanjangan dan perbesaran sel.
menjadi layu akibat kehilangan air Kegiatan fisiologis tanaman yang
(Lakitan, 1996). terkait dengan berat segar adalah
8
fotosintesis. Prawiranata et al (1988), Berdasarkan hasil sidik ragam
menyatakan peningkatan berat basah terhadap rata-rata biomassa segar
adalah akibat serapan air dalam jumlah bagian akar tanaman jagung, ternyata
yang besar di sel-sel tanaman dan juga perlakuan ampas sagu yang dibiarkan
akibat peningkatan laju fotosintesis. matang lebih berpengaruh nyata
dibandingkan dengan perlakuan ampas
Biomassa Segar Bagian Akar
sagu yang masih mentah. Hasil
Tanaman Jagung
penelitian menunjukan bahwa setiap
Biomassa segar bagian akar tanaman
perlakuan yang dilakukan berpengaruh
jagung disajikan pada Tabel 6
nyata pada berat basah akar tanaman
jagung.
Tabel 6. Rata-rata Biomassa Segar Akar Tanaman Jagung (g)
Perlakuan Rata-rata
S0 4,06ab
S1 0,70a
S2 0,43a
S3 0,76a
S4 4,53ab
S5 3,46ab
S6 8,83b
S7 7,40ab
S8 8,60b
S9 6,80ab
BNt 1% 7,685
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
Perlakuan sagu matang 30 ton bertekstur lempung sehingga aerasi
memiliki berat basah akar tertinggi tanah menjadi baik dan akar tanaman
yaitu 8,83 g dari perlakuan yang lain dapat berkembang dengan baik dan
dan berpengaruh nyata dengan leluasa karena oksigen tersedia cukup
perlakuan sagu mentah. Ampas sagu dalam tanah untuk menunjang respirasi
matang adalah kondisi dimana ampas akar (Jacob dan Tatipata, 2014).
sagu hasil pengolahan sagu dibiarkan Pemberian pupuk organik berperan
begitu saja di tempat pengolahan sagu, dalam pertumbuhan vegetatif tanaman
terdekomposisi selama berbulan-bulan jagung, dimana dengan pemberian
bahkan bertahun-tahun. Penambahan pupuk organik maka tanah sebagai
ampas sagu matang dengan dosis 30 media tumbuh tanaman dapat
ton lebih baik bila dibandingkan diperbaiki sifat fisik, biologi dan
dengan perlakuan yang lain untuk kimianya, sehingga penyerapan unsur
proses pertumbuhan akar. Bahan hara oleh tanaman semakin meningkat
organik yang berasal dari kompos ela dan dapat dimanfaatkan untuk
sagu yang terdekomposisi sempurna pertumbuhannya dalam pembentukan
mengurangi kepadatan tanah, daun (Marpaung, 2014).
meningkatkan ukuran pori pada tanah
9
Biomassa Kering Bagian Tajuk Rata-rata biomassa kering bagian tajuk
Tanaman Jagung tanaman jagung disajikan pada Tabel
7.
Tabel 7. Rata-rata Biomassa Kering Bagian Tajuk Tanaman Jagung Setelah
Kering Oven (g)
Perlakuan Rata-rata
S0 10,46b
S1 2,20a
S2 1,76a
S3 1,93a
S4 9,90b
S5 8,16ab
S6 11,23b
S7 8,63ab
S8 8,93ab
S9 11,10b
BNt 1% 7,602
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
Pada Tabel 7, terlihat bahwa perlakuan dibandingkan dengan perlakuan 10 ton
S6 (ampas sagu matang 30 ton) dan dan 20 ton. Hasil penelitian ini
perlakuan S9 (kompos ampas sagu 30 menunjukan adanya pengaruh nyata
ton) memiliki rata-rata biomassa dari perlakuan yang diberikan dengan
kering bagian tajuk lebih tinggi bila berat kering bagian atas tanaman
setelah dioven. Perlakuan sagu mentah oleh tanaman serta laju fotosintesis.
20 ton memiliki berat yang terendah Unsur hara pada tanaman berperan
yaitu 1,76 g dan berbeda nyata dengan dalam proses metabolism tanaman
perlakuan yang lain. Berdasarkan sidik untuk memproduksi bahan kering yang
ragam perlakuan sagu matang 30 ton tergantung pada laju fotosintesis. Bila
memiliki berat kering bagian atas laju fotosintesis berbeda, maka jumlah
tanaman paling tinggi dibandingkan fotosintat yang dihasilkan juga
dengan perlakuan yang lain yaitu 11, berbeda, demikian juga dengan berat
23 g. Berat kering tanaman kering tanaman yang merupakan
mencerminkan status hara dan cerminan dari laju pertumbuhan
banyaknya unsur hara yang diserap tanaman (Dwijoseputro, 1992).
KESIMPULAN DAN SARAN vegetatif tanaman jagung (Zea mays
L) dapat dilihat dari tinggi tanaman,
Kesimpulan
jumlah daun, berat basah bagian atas
Pemberian pupuk kompos ampas sagu tanaman, berat basah bagian akar
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, dan berat kering bagian atas
10
tanaman. Pupuk kompos ampas sagu Islamiyati, R. 2009. Kandungan
memberikan pengaruh tertinggi adalah Nutrisi Campuran Ampas
dengan kombinasi tanah dan pupuk Sagu (Metroxilon sago)
kompos ampas sagu dosis 30 ton/ha. dan Feses Broiler yang
Difermentasi dengan
Saran
Berbagai Level EM4.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut Seminar Nasional Teknologi
mengenai pengaruh pemberian pupuk Peternakan dan Veteriner.
kompos berbahan dasar ampas sagu
terhadap pertumbuhan tanaman jagung Jacob A dan A. Tatipata. 2014.
tidak hanya terbatas pada vegetatif Adaptabilitas Jagung Putih
tanaman tetapi sampai pada generatif Pada Tanah Regosol Dan
tanaman jagung hingga panen. Dan Kambisol Yang Diberi
juga perlu dilakukan pengkombinasian Kompos Ela Sagu. Buana
antara pupuk kompos berbahan dasar Sains, 14(2): 61-70.s
ampas sagu dengan pupuk organik
lainnya.
Kaya, E. 2009. Ketersediaan Fosfat,
Serapan Fosfat, dan Hasil
DAFTAR PUSTAKA Tanaman Jagung (Zea mays
L.) Akibat Pemberian
Banu, J.R., S. Kaliappan, dan D. Beck,
Bokashi Ela Sagu dengan
2006, Treatment of Sago
Pupuk Fosfat pada Ultisols.
Wastewater Using Hybrid
Jurnal Ilmu Tanah dan
Anaerobic Reactor, Water
Lingkungan 9:1
Qual. Res. J. Canada, 2006
Volume 41, No. 1, 56–62 Lakitan, B. 1996. Fisiologi
Pertumbuhan dan
Dwijoseputro.1992.Fisiologi
Perkembangan Tanaman.
Tumbuhan dan Metabolisme
Cetakan I PT. Raja Grafindo
Tanaman. Gramedia. Jakarta
Persada. Jakarta
Goldsworthy, P. R dan N. M. Fisher.
Lakitan, 2004. Dasar-dasar Fisiologi
1992. Fisiologi Tanaman
Tumbuhan. Raja Grafindo.
Budidaya Tropik
Jakarta.
(terjemahan). Gadjah Mada
University Press. La Teng, P.N. dan Sutanto, S. 2010.
Yogyakarta, hal.295. Utilization of Sago Cake as
A Basic Material for Single
Harjdowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah.
Cell Protein (Sep)
Penerbit Akademika
Production. Journal of
Presindo. Jakarta.
Plantantion Based Industry,
11
Volume 5 Nomer 2, pg 77- Sulistyowati, H. (2011). Pemberian
83. Makassar: Balai Besar bokasi Ampas Sagu pada
Industri Hasil Perkebunan. Medium Aluvial Untuk
Pembibitan Jarak Pagar.
Lingga, P dan Marsono. 2002.
Jurnal Perkebunan dan
Petunjuk Penggunaan
Lahan Tropika. Vol. 1: 8-12.
Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta. Hal 86-87. Syakir, M., M.H. Bintoro, dan H,
Agusta. 2009. Pengaruh
Marpaung A E. 2014. Pemanfaatan
Ampas Sagu dan Kompos
Pupuk Organik Cair Padat
Terhadap Produktivitas
dan Pupuk Organik Cair
Lada Perdu. Jurnal Littri 15:
Dengan Pengurangan Pupuk
168-173.
Anorganik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Syakir, M. 2010.Pengaruh Waktu
Jagung (Zea mays L.). Pengomposan dan Limbah
Jurnal Saintech, 6(4): 8-15. Sagu Terhadap Kandungan
Hara, Asam fenolat dan
Mulyani. 2010. Rancangan Percobaan.
Lignin. Institut Pertanian
Di Terbitkan IPB Press
Bogor. Bogor.
Bogor.
Tatipata, A., and Jacob, A. 2011.
Prawiranata, W. S. Harran & P.
Respons Packchoy terhadap
Tjondronegoro. 1988.
Pupuk Organik Ela Sagu.
Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Departemen Wied, H A. 2004. Memproses
Botani Fakultas Pertanian Sampah. Penebar Swadaya.
IPB. Bogor. 313 hal. Jakarta.
Rahmat Rukmana. 1997. Usaha Tani
Jagung. Penerbit Kanisius.
Jogjakarta
12