Strategi Penguatan Cyber Security Guna Mewujudkan Keamanan Nasional Di Era Society 5.0
Strategi Penguatan Cyber Security Guna Mewujudkan Keamanan Nasional Di Era Society 5.0
Abstract— The concept of Society 5.0 is human-centered and technology-based. Where the main
drivers of industry are technology and modern society. In the era of technology and information
growing rapidly, it has an impact on all aspects of life. One of them is the security aspect in the form of
cyber crime threats. Therefore, cyber security has a vital role to prevent the occurrence of cyber crime.
The purpose of this study is to obtain an overview of cyber crime and its challenges in the future, cyber
security strategies in Indonesia and strengthening cyber security in Indonesia in order to realize
national security in the era of society 5.0. The research method used is a qualitative and descriptive
analytical approach with data collection techniques using literature studies from previous studies and
other secondary data. The result of this study is that the Covid-19 pandemic is the main topic in
cybersecurity trends. Hackers took advantage of public unrest as a loophole to launch various attacks,
ranging from phishing to ransomware, the data leak of 91 million users of the online shopping site
Tokopedia and the data leak of 1.2 million users of the Bhinneka site. Indonesia has also been affected
by global cybersecurity cases such as Coronavirus Ransomware, Covidlock Malware, Border Gateway
Protocol hacking, vulnerabilities in Draytek Vigor router products, Remote Code Execution on several
versions of Windows operating system products, vulnerabilities in Arbitrary Code Execution on all
Google Android operating systems, to exploitation of Solar Winds Orion Platform products. The
conclusion is that currently Indonesia is in a state of cyber security emergency and has reached an
alarming stage. Cyber security strategies that must be carried out by Indonesia to realize national
security in the era of society 5.0, are 1) capacity building, 2) Formation of special laws on cyber
crimes, 3) Increasing human resources, 4) Domestic stakeholder cooperation and international
cooperation cyber security sector to realize national security in society 5.0.
Abstrak— Konsep Society 5.0 berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Dimana penggerak
utama industri adalah teknologi dan masyarakat modern. Di era teknologi dan informasi berkembang
dengan pesat memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek
keamanan berupa ancaman cyber crime. Oleh karena itu cyber security mempunyai peran vital untuk
mencegah terjadinya cyber crime. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang cyber crime dan tantangannya kedepan, strategi cyber security di Indonesia serta penguatan
cyber security di Indonesia dalam rangka mewujudkan keamanan nasional di era society 5.0. Metode
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan deskriptif analitis dengan teknik
pengumpulan data menggunakan studi pustaka dari penelitian sebelumnya dan data sekunder
lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah pandemi Covid-19 menjadi topik utama dalam tren keamanan
siber. Para peretas memanfaatkan keresahan masyarakat sebagai celah dalam meluncurkan berbagai
serangan, mulai dari phishing hingga ransomware, kasus kebocoran data 91 juta pengguna situs
belanja online Tokopedia dan kebocoran data 1,2 juta pengguna situs Bhinneka. Indonesia pun
terdampak oleh kasus keamanan siber global seperti Coronavirus Ransomware, Covidlock Malware,
peretasan Border Gateway Protocol, kerentanan pada produk router Draytek Vigor, adanya Remote
Code Execution pada beberapa versi produk sistem operasi Windows, kerentanan terjadinya Arbitrary
Code Execution pada seluruh sistem operasi Google Android, hingga eksploitasi produk Solar Winds
Orion Platform. Kesimpulannya adalah saat ini Indonesia tengah dalam keadaan darurat cyber
security dan sudah mencapai tahap memprihatinkan. Strategi cyber security yang harus dilakukan
Indonesia untuk mewujudkan keamanan nasional di era society 5.0, adalah 1) capacity building, 2)
Pembentukan undang-undang khusus tentang tindak pidana siber, 3) Peningkatan sumberdaya
manusia, 4) Kerjasama stakeholder di dalam negeri dan kerjasama internasional bidang cyber security
untuk mewujudkan keamanan nasional di era society 5.0.
I. PENDAHULUAN
S ociety 5.0 lahir sebagai solusi dari Revolusi 4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat
manusia dan karakter manusia. Di era Society 5.0 ini nilai karakter harus dikembangkan,
empati dan toleransi harus dipupuk seiring dengan perkembangan kompetensi yang berfikir
kritis, inovatif, dan kreatif. Society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang
fisik menjadi satu sehingga semua hal menjadi mudah dengan dilengkapi artificial intelegent.
Pada Era Society 5.0 pekerjaan dan aktivitas manusia akan difokuskan pada human centered
yang berbasis pada teknologi. Namun, jika manusia tidak mengikuti perkembangan teknologi
dan pengetahuan maka Society 5.0 masih sama saja dengan era disrupsi yang seperti pisau
bermata dua. Pada satu sisi dapat menghilangkan lapangan kerja yang telah ada, namun juga
mampu menciptakan lapangan kerja baru serta menimbulkan dampak lainnya, yaitu berupa
kejahatan di dunia maya akibat perkembangan teknologi yang semakin tidak terbendung.
Saat keprihatinan melanda dunia akibat pandemi COVID-19, para threat actor justru seperti
memperoleh durian runtuh. Tak disangka-sangka, ada peluang-peluang baru untuk melancarkan
ancaman-ancaman maya, baik kepada pengguna individu, perusahaan, maupun institusi
pemerintahan. Di sisi user, pandemi telah mengaburkan batas antara kerja dan kehidupan
pribadi. Sementara perusahaan harus menghadapi cara kerja hybrid di saat bisnis juga tengah
berupaya mempercepat melakukan migrasi ke cloud. Dan pemerintah di berbagai negara di
dunia pun dipusingkan oleh urusan data dan privasi, terutama terkait aktivitas tracing dalam
upaya menangani COVID-19.
Dalam beberapa dekade terakhir ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
secara positif telah berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi global dan berdampak pada
produktivitas, persaingan, dan keterlibatan warga negara yang lebih tinggi. Akan tetapi, karena
pihak pemerintah, pengusaha, dan masyarakat kini jauh lebih terkoneksi di dunia maya,
beberapa tantangan terkait ancaman dunia maya membutuhkan lebih banyak perhatian untuk
mengembangkan keamanan dunia maya (cyber security) yang lebih kuat. Menurut ISO
(International Organization for Standardization), ISO/IEC 27032 mengutip dari sejumlah
sumber, cyber security atau cyberspace security adalah preservasi dari kerahasiaan, integritas,
dan ketersediaan informasi di cyberspace [1]. Adapun cyberspace merujuk pada lingkungan
yang kompleks dan merupakan hasil dari interaksi antara orang, peranti lunak, dan layanan-
layanan internet melalui penggunaan aneka perangkat teknologi dan berbagai koneksi jaringan
dan lingkungan yang tidak memiliki wujud.
Sementara menurut Kaspersky, cyber security adalah suatu praktik melindungi para
komputer, server, perangkat mobile, sistem elektronik, jaringan, dan data dari serangan-
serangan jahat [2]. Begitu pula Cisco yang mendefinisikan cyber security sebagai praktik
Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia - Akademi Angkatan Udara
Volume 3, Tahun 2021: hlm. 223–234
Prosiding SENASTINDO AAU ◼ 225
melindungi berbagai sistem, jaringan, dan program dari serangan-serangan digital [3]. Jadi,
cyber security atau keamanan siber merupakan tindakan untuk melindungi informasi di dunia
maya dari aneka serangan. Cyber security makin populer berhubung makin banyaknya
penggunaan komputer seperti desktop, laptop, smartphone, server, dan perangkat IoT (internet
of things) serta penggunaan jaringan komputer seperti internet dalam kehidupan umat manusia
sehari-hari.
Menurut World Bank dalam infokomputer oleh cakrawala, berdasarkan data ITU
(International Telecommunication Union), misalnya porsi pengguna internet di dunia adalah
sekitar 49% populasi pada tahun 2017. Porsi tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun 2000
yang hanya sekitar 6,7%. Serupa halnya menurut Internet World Stats yang memperkirakan
porsi pengguna internet di dunia adalah sebesar 64,2% populasi pada kuartal pertama tahun
2021. Adapun jumlah pengguna internet yang diperkirakan itu adalah sebanyak lebih dari 5
miliar. Jumlah tersebut meningkat sekitar 1.300% dibandingkan tahun 2000.
Tak hanya itu, jumlah serangan juga meningkat. Menurut Deep Instinct misalnya, jumlah
cyber attack atau serangan siber menggunakan malware mengalami peningkatan sebesar 358%
pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Sementara, khusus ransomware, peningkatannya
sebanyak 435% pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun besarnya
peningkatan yang disebutkan Deep Instinct tersebut berdasarkan basis data Deep Instinct yang
menerima data dari berbagai sumber, termasuk pihak ketiga dan yang didapatkan dari konsumen
Deep Instinct. Data yang dikumpulkan pun diklaim merefleksikan ratusan juta kejadian pada
tahun 2020.
Secara nasional, menurut Hasyim Gautama terdapat sejumlah permasalahan terkait dengan
strategi penguatan cyber security di antaranya: 1) Lemahnya pemahaman penyelenggara negara
atas security terkait dengan dunia cyber yang memerlukan pembatasan pengunaan layanan
yang servernya berada di luar negeri dan diperlukan adanya penggunaan secured system, 2)
Legalitas penanganan penyerangan di dunia siber, 3) Pola kejadian cyber crime sangat cepat
sehingga sulit ditangani, 4) Tata kelola kelembagaan cyber security nasional masih terbatas, 5)
Rendahnya awareness atau kesadaran akan adanya ancaman cyber attack internasional yang
dapat melumpuhkan infrastruktur vital suatu negara dan 6) Masih lemahnya industri dalam
negeri untuk memproduksi dan mengembangkan perangkat keras atau hardware terkait dengan
teknologi informasi yang merupakan celah yang dapat memperkuat maupun memperlemah
keamanan dalam dunia siber [4].
Untuk di Indonesia, menurut BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) menyatakan sepanjang
bulan Januari sampai Agustus tahun lalu, terdapat hampir 190 juta upaya serangan siber di
Indonesia, naik lebih dari empat kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019
yang sekitar 39 juta. Pada tahun 2021 ini sejumlah pihak menilai pula serangan siber belum
akan mereda. Kaspersky misalnya menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 bisa membuat
munculnya berbagai gelombang kemiskinan yang kemungkinan meningkatkan kejahatan,
termasuk melakukan cyber attack.
Indonesia sangat membutuhkan strategi keamanan siber nasional era society 5.0 saat ini. Jika
suatu keamanan sebagai kebebasan dari ancaman atau bahaya, salah satu pendorong yang
terpenting dalam mengelola cyber security adalah bagaimana ancaman dipahami dalam ruang
siber kemudian dicari solusinya. Tanpa upaya cyber security yang tepat, kemungkinan ancaman
akan meningkat.
Tantangan terbesar saat ini adalah penguatan kelembagaan cyber security, ketidakadaan
dasar hukum untuk keamanan siber dan kurangnya tenaga professional serta kerjasama di dalam
negeri maupun dengan dunia internasional. Sehingga, menjadi penting bagi pemerintah untuk
penguatan cyber security dan mempersiapkan orang-orang yang dibutuhkan di dunia yang
semakin digital. UU Keamanan Siber juga harus disahkan secepat mungkin untuk memulai
upaya keamanan nasional Indonesia terhadap peningkatan serangan siber di era society 5.0
sekarang ini.
Ada banyak terminologi dan interpretasi yang dihubungkan dengan konsep “cyber security”.
Karena cyber space merupakan ruang virtual yang terbentuk dari hasil penyatuan antara
manusia dan teknologi. Teknologi yang dimaksud ialah teknologi informasi dan komunikasi [7].
Maka konsep cyber security tidak lagi hanya menyentuh wilayah teknologi tapi telah menjadi
ancaman terhadap keamanan nasional.
Perkembangan teknologi informasi juga telah memberikan perubahan signifikan mengenai
konsep keamanan, kini ruang interaksi tidak bisa hanya dibatasi seara fisik tapi juga meluas ke
dunia maya. Konsekuensinya, negara harus beradaptasi dengan perkembangan ini, konsep
keamanan dunia maya sudah saatnya ditetapkan sebagai salah satu “wilayah” negara yang
menjaga keamanannya sebagaimana kewajiban negara mengamankan teritorialnya. Apalagi,
serangan cyber tidak hanya terjadi pada institusi publik saja, namun juga menyerang institusi
pemerintah. Cyber security ditujukan pada isu keamanan informasi bagi pemerintahan,
organisasi dan urusan individual yang dihubungkan dengan teknologi, dan secara khusus dengan
teknologi internet. Cyber security tidak dapat diabstraksikan terlalu jauh dari wilayah
aplikasinya dan lingkungan sosial-kultural, seperti dalam gambar berikut ini:
Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia - Akademi Angkatan Udara
Volume 3, Tahun 2021: hlm. 223–234
Prosiding SENASTINDO AAU ◼ 227
Terminologi “keamanan informasi (information security)” dan cyber security adalah dua
konsep berbeda. Dalam konteks tertentu ada kesamaan pemahaman jika dikaitkan dengan
proteksi aset atau perlawanan terhadap spionase industri dan ekonomi, perlawanan terhadap
terorisme atau kejahatan ekonomi, perlawanan terhadap konten-konten terlarang.
Dalam konteks lain, dua konsep tadi memiliki perbedaan. Cyber security mencakup segala
sesuatu berhubungan dengan pengawasan komputer, monitoring sampai kontrol yang sangat
ketat atau perjuangan untuk hak asasi fundamental. Sedangkan keamanan informasi
berhubungan dengan isu-isu yang lebih luas, seperti kedaulatan negara, keamanan nasional,
proteksi atas infrastruktur penting, keamanan aset-aset yang terlihat maupun yang tidak terlihat,
dan proteksi data personal dan sebagainya.
C. Teori Manajemen Teknologi Informasi
Ada 4 (empat) pondasi utama yang mendukung perkembangan teknologi informasi yaitu:
perkembangan perangkat lunak (software) seperti sistem dan aplikasi dan perkembangan alat
keras (hardware) perkembangan sarana dan prasarana teknologi informasi, manajemen isi
(content management), telecommunication and networking, perkembangan internet serta
perdagangan online atau melalui internet. Sementara untuk pengorganisasian terkait dengan
pengunaan sistem teknologi informasi setidaknya ada empat hal utama yang harus diperhatikan
yaitu: pertama, sistem informasi (information systems) dan kedua, kompetisi organisasi
(organizational competition); ketiga, information systems (sistem informasi) dan organizational
decision making (sistem informasi dan pengambilan keputusan dalam organisasi); keempat,
pengorganisasian penggunaan system informasi (organizational use of information systems).
D. Teori Cyber Attack
Malware adalah setiap kode komputer yang dapat digunakan untuk mencuri data, melewati
kontrol akses, serta menimbulkan bahaya terhadap atau merusak system. Dalam cyber attack,
selain virus, terdapat beberapa jenis serangan malware antara lain: (1) Spyware yang melacak
aktivitas, pengumpul penekanan tombol, dan pengambilan data, (2) Adware dirancang untuk
menampilkan iklan namun juga ditemukan membawa spyware, (3) Bot yang dirancang otomatis
melakukan tindakan tertentu secara online, (4) Ransomware yang mengenkripsi data di
komputer dengan kunci yang tidak diketahui oleh pengguna [9]. Jenis-jenis malware inilah yang
dimanfaatkan sehingga mempengaruhi karakteristik di ruang siber. Menurut Undang-Undang
[10], karakteristik virtualitas ruang siber memungkinkan konten ilegal seperti Informasi
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar beberapa hal yakni
kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau
pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik, serta perbuatan menyebarkan kebencian atau
permusuhan berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan, dan pengiriman ancaman kekerasan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengacu pada makna, konsep,
definisi, karakteristik, metafora, simbol, dan deskripsi dari suatu hal [11]. Penelitian kualitatif
dilakukan melalui pencarian sebuah jawaban dengan memeriksa berbagai pengaturan sosial dan
kelompok atau individu di suatu setting sosial.
Dalam hal ini, penelitian kualitatif memahami lingkungan yang diteliti melalui simbol, ritual,
struktur sosial, peran sosial, dan sebagainya. Teknik kualitatif di sini memungkinkan peneliti
untuk berbagi dalam pemahaman dan persepsi orang lain dan mengeksplorasi bagaimana orang
menyusun dan memberi makna pada kehidupan sehari-hari.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi, dimana
menggunakan kombinasi teknik pengumpulan data secara simultan seperti :
1) Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan karena banyaknya informasi dan data mengenai Strategi cyber
security. Hal ini dapat ditelusuri melalui berbagai informasi dalam buku, jurnal ilmiah, koran,
majalah, serta sumber informasi dari laman situs/website melalui internet. Studi pustaka
menjadi penting dalam menganalisa konsep strategi cyber security di Indonesia.
2) Dokumentasi Penelitian.
Teknik ini digunakan untuk menganalisa sumber informasi yang tersedia dari dokumen-
dokumen resmi seperti dokumen-dokumen kebijakan mengenai strategi cyber security di
Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia - Akademi Angkatan Udara
Volume 3, Tahun 2021: hlm. 223–234
Prosiding SENASTINDO AAU ◼ 229
Adapun contoh cyber crime di antaranya, yaitu ancaman cyber security seperti rekayasa
sosial, eksploitasi kerentanan perangkat lunak, dan serangan jaringan. Jadi secara umum, cyber
crime adalah perbuatan kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer
sebagai alat kejahatan utama. Dengan kata lain, seseorang memanfaatkan perkembangan
teknologi untuk melakukan kejahatan.
Serangan siber (cyber attacks) saat ini menjadi momok yang menakutkan bagi sejumlah
orang, terutama para pemilik bisnis. Diketahui banyak perusahaan di dunia mengalami kerugian
finansial hingga menyentuh angka $1 triliun pada tahun 2020, sebagai dampak dari pandemi
virus corona di mana hampir semua perusahaan memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah
(WFH) yang menyebabkan keamanan digital jadi lebih kendur.
Proyeksi kerugian hingga $945 miliar, dari laporan baru yang dikeluarkan dari Center for
Strategic and International Studies (CSIS) dan perusahaan keamanan komputer McAfee, hampir
dua kali lipat kerugian moneter dari kejahatan dunia maya yang bernilai $500 miliar pada tahun
2018. Menurut survei yang diadakan oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri
(Dittipidsiber), terdapat 90 juta kasus serangan siber di Indonesia, dan menurut Financial
Services Information Sharing and Analysis Center (FS-ISAC), Indonesia termasuk dalam daftar
negara yang rentan terhadap serangan kejahatan di dunia maya. Indonesia sendiri menduduki
posisi ke-9.
Pandemi Covid-19 menjadi topik utama dalam tren keamanan siber. Para peretas
memanfaatkan keresahan masyarakat sebagai celah dalam meluncurkan berbagai serangan,
mulai dari phishing hingga ransomware, kasus kebocoran data 91 juta pengguna situs belanja
online Tokopedia dan kebocoran data 1,2 juta pengguna situs Bhinneka.
Indonesia pun terdampak oleh kasus keamanan siber global seperti Coronavirus
Ransomware, Covidlock Malware, peretasan Border Gateway Protocol, kerentanan pada produk
router Draytek Vigor, adanya Remote Code Execution pada beberapa versi produk sistem
operasi Windows, kerentanan terjadinya Arbitrary Code Execution pada seluruh sistem operasi
Google Android, hingga eksploitasi produk Solar Winds Orion Platform.
Masa pandemi juga menjadi sasaran empuk hacker yang terus mencoba menyerobot masuk
ke keamanan sistem di perusahaan, karena tingginya penggunaan internet di mana hampir
semua orang bekerja dari rumah. Dikutip dari BSSN, serangan paling banyak diterima di bulan
Maret 2020, hingga mencapai 22 serangan siber yang menggunakan latar belakang isu pandemi
COVID-19, serangan tersebut dengan berbagai jenis serangan diantaranya Trojan HawkEye
Reborn, Blackwater malware, BlackNET RAT, DanaBot Banking Trojan, Spynote RAT,
ransomware Netwalker, Cerberus Banking Trojan, malware Ursnif, Adobot Spyware, Trojan
Downloader Metasploit, Projectspy Spyware, Anubis Banking Trojan, Adware, Hidden Ad
(Android), AhMyth Spyware, Metasploit, Xerxes Bot, dan Covid19 Tracker Apps.
Pusopskamsinas BSSN melakukan monitoring anomali trafik serangan cyber terhadap
Indonesia selama 7/24 jam. Berdasarkah statistik hasil monitoring yang dilakukan mulai 1
Januari 2020 pukul 00:00:00 hingga 31 Desember 2020, diperoleh hasil 495.337.202 anomaly,
trafik anomaly tertinggi terjadi pada tanggal 10 Desember 2020 dengan jumlah mencapai
7.311.606 anomali. Anomali trafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
1) Capacity Building
Program pelatihan dan peningkatan keahlian cyber security dilakukan dalam koordinasi Tim
Kerja Pusat Operasi Dunia Maya (Cyber Defence Operation Centre). Selain itu diperlukan
pembinaan sumberdaya manusia tentang arti pentingnya cyber security guna meningkatkan
pemahaman langkah-langkah preventif dalam menangkal segala cyber crime. Menyusun ulang
sistem pertahanan yang berbasis pada cyber defence dan cyber security, yang tentunya
memerlukan persiapan yang matang dan sistematis dengan dukungan dari berbagai pihak.
Sinergitas dalam menghadapi ancaman cyber merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan
bagi Indonesia. Dengan sinergitas dan jalinan komunikasi, koordinasi, jaringan, dan kerja sama
teknis harus dilakukan untuk membentuk komunitas keamanan siber (cyber security community)
yang dapat menangkal, mendeteksi, menangkis, dan mencegah secara dini berbagai potensi
serangan ancaman cyber sehingga dapat memperkokoh keamanan dan ketahanan Nasional.
Fungsi BSSN saat ini mendapat kritik karena banyaknya tumpang tindih fungsi dengan
lembaga-lembaga seperti Kemenkominfo, Unit Kejahatan Siber Polri, dan Pusat Operasi Siber
Kementerian Pertahanan. Di masa depan, Indonesia harus mempercepat pengesahan UU
Keamanan Siber untuk memberikan dasar hukum. Keberadaan UU tersebut juga dapat
mendorong strategi keamanan siber nasional komprehensif yang dapat mendefinisikan fungsi
Strategi Penguatan Cyber Security Guna Mewujudkan Keamanan Nasional
Di Era Society 5.0 (Eko Budi)
p-ISSN 2086-5805
232 ◼ e-ISSN 2808-2540
BSSN dengan lebih baik. Untuk itu perlunya penyelarasan strategi cyber security dengan
transformasi digital menjadi solusi keamanan berlapis. Di lapisan pertama adalah unit kerja,
baik tim teknologi informasi maupun tim bisnis. Security requirement, security awareness,
kemampuan-kemampuan mendesain solusi yang secure sambil mendeliver pengalaman yang
menyenangkan, Kemudian di lapisan kedua ada tim manajemen risiko dan kepatuhan. Tim ini
harus memiliki visibilitas risiko keamanan siber yang komprehensif dan terbarukan untuk
kemudian dibahas Bersama. Di lapis tiga adalah tim audit, untuk melihat apakah kontrol yang
terkait cyber security ini sudah memadai atau belum, apakah perlu perbaikaan. Tim audit ini
harus dibekali dengan kapablitas dan pengetahuan yang memadai untuk menghadapi risiko
cyber security masa kini. Yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mengaudit keamanan
cloud, agile development, dan lain-lain.
Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia - Akademi Angkatan Udara
Volume 3, Tahun 2021: hlm. 223–234
Prosiding SENASTINDO AAU ◼ 233
4) Kerjasama
V. KESIMPULAN
Dari pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa saat ini Indonesia tengah dalam
keadaan darurat cyber security dan sudah mencapai tahap memprihatinkan. Strategi cyber
security yang harus dilakukan Indonesia untuk mewujudkan keamanan nasional di era society
5.0, adalah dengan: 1) capacity building pada semua stakeholder, 2) Pembentukan Undang-
Undang Khusus tentang Tindak Pidana Siber agar terwujud kepastian hukum untuk cyber
security di Indonesia, 3) Peningkatan sumberdaya manusia dengan mendidik dan merekrut
tenaga profesional yang memiliki integritas dan etika yang baik untuk mendukung penguatan
cyber security. 4) Kerjasama stakeholder di dalam negeri melalui multi stakeholderism dan
kerjasama internasional dalam pengembangan dan penguatan kapasitas kemampuan cyber
Strategi Penguatan Cyber Security Guna Mewujudkan Keamanan Nasional
Di Era Society 5.0 (Eko Budi)
p-ISSN 2086-5805
234 ◼ e-ISSN 2808-2540
security baik itu untuk infrastruktur, sarana prasarana maupun dalam pengembangan
kemampuan sumberdaya dalam bidang cyber security.
Penelitian ini jauh dari sempurna dan perkembangan ancaman cyber semakin meluas dan
sulit untuk dibendung, untuk itu kiranya ada penelitian yang lebih teknis dalam penguatan cyber
security untuk menghadapi tantangan dunia global di masa yang akan datang.
REFERENSI
[1] Cakrawala, Apa Itu Cyber security? Mengapa Cyber security Kini Makin Penting?
https://infokomputer.grid.id/read/122710604/apa-itu-cyber-security-mengapa-cyber-security-kini-makin-
penting?page=all (Diakses tanggal 2 November 2021)
[2] Dasep Lukiman, Cyber security: Apa Itu Cyber security?, https://wakool.id/blog/582-cyber-security-apa-itu-
cyber-security (Diakses tanggal 2 November 2021)
[3] Humaira Aliya, Kupas Tuntas Cybersecurity dan Seluk-beluknya, https://glints.com/id/lowongan/cybersecurity-
adalah/#.YYYucmBBzIU (Diakses tanggal 2 November 2021)
[4] Hasyim Gautama, Penerapan Cyber security, http://kemhubri.dephub.go.id/pusdatin/
files/materi/Penerapan_Cybersecurity.pdf. (Diakses tanggal 2 November 2021)
[5] Perwita, Anak Agung Banyu & Yani, Yanyan A. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:
Rosdakarya.
[6] Mas’oed, Mochtar. 1989. Studi Hubungan- Internasional, Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: Pusat
antar Universitas-studi Sosial UGM.
[7] Sitompul, Josua. 2012. Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw: Tinjauan Aspek Hukum Pidana. Jakarta: PT.
Tatanusa.
[8] Ghernaouti, Solange. 2013. Cyber Power :Crime, Conflict and Security in Cyberspace. Lausanne:
EPFL Press.
[9] Koh, B. (t.t.): Richard A. Clarke and Robert K. Knake, Cyber War: The Next Threat to National Security and
What to Do about It, HarperCollins Publishers, 2010, 290 pages., 3.
[10] T. J. B. H. K. K. dan I. RI, “Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tanggal 25 November 2016.”
https://jdih.kominfo.go.id/produk_hukum/view/id/555/t/undangundang+nomor+19+tahun+2016+tanggal+25+n
ovember+2016 (diakses Nov 08, 2021).
[11] B.L. Berg, H. Lune, Qualitative Research methods for The Social Sciences, ninth edition, (England, Essex:
Pearson Education Limited, 2017).
[12] "Apa itu Cyber Crime" https://raharja.ac.id/2020/04/29/apa-itu-cyber-crime/ (Diakses tanggal 1 November
2021)
[13] Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional, Laporan Tahun 2020 (Monitoring Keamanan Siber). Jakarta: Badan
Siber Dan Sandi Negara, 2020.
[14] Kompas.com. 2019. RI Rugi Rp 478,8 Triliun akibat Serangan Siber, DPR Siapkan RUU diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/12/13454311/ri-rugi-rp-4788-triliun-akibat-serangan-siber-dpr-
siapkan-ruu-kks?page=all pada 20 Juli 2021
[15] Fikri Kurniawan. 2020. Kerugian Serangan Siber Tahun 2021 Diprediksi RP 84.000 triliun diakses dari
https://tekno.sindonews.com/read/284040/207/kerugian-serangan-siber-tahun-2021-diprediksi-rp84000-triliun-
1609240357 pada 20 Juli 2021
[16] ITU. 2020. Global Cybersecurity Index 2020. International Telecommunication Unit Indonesia’s data accessible
and downloadable on https://ncsi.ega.ee/country/id/.
[17] C. Bilah and A. Infantono, “Pengembangan Aplikasi Mobile Kamus Istilah Aeronautika pada Platform Android
Sesuai Standar ISO 25010”, senastindo, vol. 1, pp. 195-202, Oct. 2021.
[18] A. Infantono, J. Budiarto, A. Persada, F. Azzuhri, and Z. Abidin, “Content Filtering Pornografi Halaman Web
Berbasis Citra dan Teks pada Sistem Terintegrasi Server Internet”, AAU-JDST, vol. 5, no. 2, pp. 125-132, Jan.
2021.
Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia - Akademi Angkatan Udara
Volume 3, Tahun 2021: hlm. 223–234