Analisis Penanganan Keluhan Di Pusat Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (P3M) Kota Semarang
Analisis Penanganan Keluhan Di Pusat Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (P3M) Kota Semarang
Oleh :
Robby Indra Lukman, Ida Hayu Dwimawanti
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang, Semarang, 50275
Telp./Faksimile (024) 7465403
Email: [email protected]
ABSTRACT
Public Complaint is the government's effort as a form of fulfilling citizens' rights in managing
the aspirations, demands, desires and complaints of the community. Therefore the government
is always expected to be able to always improve the quality of services in government
institutions, especially in serving the community.In Law Number 25 of 2009 Article 8
paragraph (2) concerning Public Services clearly states that the importance of providing
public services to create Public Complaint, through the Public Complaint, the government
seeks to facilitate the community by creating a bridge of communication between the
government and the public. Public complaints aim at to be able to provide a two-way
interactive communication space between the government and the community, thereby
facilitating accessibility in providing aspirations, conveying wishes, complaints and demands
of the community. To achieve this goal, SP4N LAPOR! as a forum that manages public
complaints nationally, the city of Semarang answers the integration of SP4N LAPOR! by
establishing the Public Complaints Management Center (P3M) Semarang City through Online
Complaint Service named LAPORHENDI. Providing space to express thoughts verbally, in
writing or so on the implementation of public services by the government as a form of control
efforts to obtain optimal quality services in accordance with applicable regulations, norms and
principles. Implementation of Public Complaint Management Center (P3M) Semarang cannot
be said optimal yet, because there are still obstacles that have resulted in some being late or
even not having a clear process of continuity of complaints. To answer this problem, the
author uses a qualitative method approach accompanied by a complaint service quality theory
from various views of experts and is used as a foundation to analyze whether Semarang City
P3M Service Quality is running properly. This is necessary to examine several influencing
indicators by observing, interviewing and reviewing documents in the field that have an
impact on the efficiency of the implementation of Complaints Handling at the Public
Complaints Management Center (P3M) in Semarang City.
Tugas P3M kota Semarang berdasarkan Peraturan Walikota nomor 11 Tahun 2017
pasal 4 adalah menerima, mengelola, mengklarifikasi, memonitoring dan mengevaluasi serta
mengkonfirmasikan pengaduan masyarakat termasuk melalui Portal pengaduan pelaporan
secara online di kota Semarang yakni bernama Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online
Rakyat (LAPOR) HENDI yang dibantu oleh Pejabat Admin Penghubung masing-masing
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) berdasarkan Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor
481.4/24 TAHUN 2019 Tentang Pembentukan Tim Pengelolaan Pengaduan LAPORHENDI.
Nama LAPORHENDI menunjukkan kekhasan Kota Semarang sesuai dengan nama Walikota
Semarang saat ini, program ini merupakan bentuk sinergitas dengan Program SP4N-LAPOR!
pada Lapor.go.id. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis amati, Berbagai laporan yang
masuk pada kanal pengaduan yang telah disediakan dan diproses pada LAPOR Hendi pada
tahun 2019 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jenis dan Jumlah Keluhan peserta melalui Call Center 2018
BULAN
SUMBER JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
JUMLAH
Web 37 31 37 29 25 51 64 59 48 41 57 72 551
LAPOR
29 0 16 13 22 32 22 28 11 0 0 0 173
GUB
Whatsapp 4 0 9 172 129 111 200 127 216 142 110 202 1422
Pos Surat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Email 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Tatap Muka 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Telegram 0 0 0 0 18 0 0 0 0 0 0 0 18
Facebook 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Aplikasi
LAPORHEN 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 11 3 14
DI
Total 558 117 267 412 308 397 556 453 553 384 310 507 4822
Sumber: LAPORAN TAHUNAN LAPORHENDI 2019
Berdasarkan Tabel tersebut total penerimaan laporan pada tahun 2019 mencapai
4822 laporan, melalui berbagai kanal pengaduan yang telah disediakan,kanal pengaduan
tertinggi diterima melalui SMS dan Whatsapp, menunjukkan kanal tersebut diminati oleh
para pelapor untuk memberikan aspirasi atau keluhannya.
Tabel 1.2 Kategori laporan Terkelola
NO SUMBER JUMLAH
1 PENGADUAN 3647
2 PERMINTAAAN INFORMASI 136
3 ASPIRASI 77
TOTAL 3860
Sumber:Laporan Tahunan LAPORHENDI 2019
a. Aspirasi/Saran: 76 Laporan,
b. Pengaduan: 3860 Laporan,
c. Permintaan Informasi: 136 Laporan.
Tipe laporan yang masuk dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu Laporan Terkelola dan
Laporan Tidak Terkelola. Laporan Terkelola merupakan laporan yang sudah
dikoordinasikan serta didisposisikan kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
terkait untuk ditindak lanjuti dengan format serta data laporan yang jelas pada Tahun
2019 berjumlah 3860 laporan.
NO SUMBER JUMLAH
1 PENDING 939
2 BUKAN WEWENANG 14
TOTAL 953
1 BELUM 90
2 PROSES
278
3 SELESAI
3492
TOTAL 3860
Dari tabel Tindak Lanjut Penanganan Keluhan, menunjukkan terdapat total 3860 laporan,
terdiri dari aduan yang belum ditangani sejumlah 90 keluhan, dalam proses sejumlah 278 dan
terselesaikan sejumlah 3492 laporan pada tahun 2019.
Tidak hanya pada pengaduan yang penulis paparkan, terdapat pengaduan-pengaduan
yang serupa baik terlambat atau tidak terespon dengan baik, hal ini menimbulkan pertanyaan
mengapa hal tersebut bisa terjadi, apa faktor penghambatnya dan bagaimanakah sebenarnya
kualitas pelayanan pengaduan yang dilakukan P3M Kota Semarang. Jika hal tersebut tidak
ditindaklanjuti maka akan berdampak terhadap pemenuhan hak warga negara untuk
mendapatkan pelayanan yang optimal dan sesuai standar penyelenggara publik serta
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pejabat publik untuk dapat memberikan pelayanan,
Peneliti juga memilih meneliti pengelolaan pengaduan di Kota Semarang, karena Kota
Semarang telah meraih prestasi sebagai Top 10 Instansi Pemerintah Penyelenggara
Pengaduan Pelayanan Publik dari kompetisi SP4N tahun 2019. Sehingga penulis juga
semakin tertarik dan ingin mendalami bagaimanakah sebenarnya kualitas pelayanan
pengaduan kota Semarang yang telah mendapatkan penghargaan tersebut. Berdasarkan dari
studi pendahuluan, observasi yang penulis paparkan diatas, penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut mengenai pengelolaan pengaduan masyarakat Lapor Hendi yang dilakukan oleh
P3M Kota Semarang, penulis mengangkat penelitian dengan judul “Analisis Penanganan
Keluhan di Pusat Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (P3M) Kota Semarang.”
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. TEORI
1. KUALITAS PELAYANAN
Menurut Ibrahim dalam Hardiyansyah (2011:40) Kualitas pelayanan merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian
pelayanan publik tersebut.
Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Kata kualitas mengandung
banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan
tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan
walaupun hanya cara penyampaiannya sajabiasanya terdapat pada elemen sebagai
berikut:
1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.
2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kualitas pelayanan
merupakan suatu usaha tindakan yang diupayakan untuk memenuhi harapan-harapan
agar dapat mencapai suatu standar tertentu yang meliputi produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan.
Zeithaml, Parasuraman & Berry (Dwiyanto 2008; 145). menggunakan ukuran
Empathy, serta Tangible. Penjelasan kelima dimensi untuk menilai kualitas pelayanan
E. FENOMENA PENELITIAN
Fenomena Penelitian ini berusaha meneliti dan mengetahui bagaimana Kualitas
Penanganan Keluhan P3M Kota Semarang, untuk menentukan indikator kualitas yang
akan digunakan dengan keragaman pendapat oleh para ahli pada teori-teori yang telah
dipaparkan sebelumnya, penulis menentukan dengan cara menyeleksi dengan ulasan
kritis, penulis menentukan substansi dengan pertimbangan yang dapat menjabarkan dan
menjelaskan garis besar penanganan keluhan P3M, serta faktor apa sajakah yang
menjadi faktor Pendukung dan Faktor Penghambat. Fenomena yang menjadi kajian
peneliti yakni :
F. METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
tipe penelitian yang bersifat deskriptif. Menggunakan konsep yang menciptakan
fenomena langsung mengenai kualitas pelayanan keluhan di P3M Kota Semarang, serta
dapat mewawancarai dan berinteraksi langsung kepada instansi Dinas Komunikasi,
Informatika, Statistika, dan Persandian Kota Semarang sebagai lembaga yang
mengelola dan membawahi P3M Kota Semarang. Selain itu, peneliti menggunakan
penelitian deskriptif sebagaimana memiliki ciri – ciri seperti merumuskan pemecahan
masalah yang terdapat pada fenomena dilapangan serta mengumpulkan data – data dan
kemudian dianalisis. Penggunaan informan juga akan dipakai oleh peneliti dengan
tujuan mengetahui lebih dalam kualitas penanganan keluhan P3M Kota Semarang yakni
informan yang dimaksud antara lain:
G. PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Kualitas Pelayanan P3M
a) Visibility
1. Kemudahan menghubungi petugas
Kemudahan menghubungi petugas P3M diwujudkan dengan nomor
pengaduan baik OPD maupun P3M yang terpublikasikan dengan baik,
pelapor yang ingin menemui Petugas P3M bisa ditemui dan berada di
ruangan kantor Diskominfo, dan Situation Room. pelapor juga dapat
meminta nomor pengaduan sesuai dengan layanan pengaduan OPD di
website P3M maupun saat meminta kepada petugas P3M secara
langsung. Hal ini dapat tercapai apabila pelapor secara aktif mencari tahu
informasi baik dengan bertanya atau secara mandiri.
2. Informasi Prosedur
P3M telah memfasilitasi dan memberikan informasi-informasi mengenai
kepastian tata cara, prosedur-prosedur pengaduan dan penyampaian
informasi mengenai LAPORHENDI melalui sosialisasi jalan sehat,
informasi poster, desain grafis. Selain itu, untuk memperluas kesadaran
masyarakat mengenai P3M, informasi prosedur yang dapat berupa poster,
desain grafis sebaiknya dapat disebarluaskan melalui papan informasi
yang berada di kecamatan-kecamatan, sehingga dapat memperluas
kesadaran dan hak masyarakat untuk mengadu apabila terdapat aduan
yang ingin disampaikan oleh suatu individu maupun kelompok.
b) Fairness
1. Bentuk Kompensasi
bentuk kewajaran penanganan keluhan atas keluhan yang tidak tertangani
dengan baik ialah dengan melakukan permintaan maaf, menawarkan
pengajuan keluhan ulang dengan berkas yang lebih lengkap, P3M belum
menjelaskan bentuk ganti rugi/kompensasi yang merugikan secara material
yang disebabkan maladministrasi atau pelayanan lain yang tidak sesuai
standar pada ketentuan Peraturan Walikota Nomor 34 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pengaduan Masyarakat tentang pelayanan publik, keputusan ganti
rugi pelayanan menjadi keputusan diskresi masing-masing penyelenggara
OPD, dalam upaya memberikan pelayanan yang optimal, hasil solusi
keluhan harus didasarkan atas asas yang adil dan tidak merugikan kedua
pihak, penyelenggara harus dapat memberikan kepuasan atas pelayanan
kepada pelapor sesuai dengan tugas dan fungsinya, setidaknya
penyelenggara pelayanan publik harus memiliki strategi memperbaiki
untuk dapat memberikan hasil keluhan yang proporsional.
c). Accessibility
1. Kondisi Fisik Lokasi
Lokasi ruang pelayanan keluhan utamanya terletak pada Gedung Pusat
Informasi Publik (PIP), Kantor Diskominfo dan Situation Room. Lokasi ini
dianggap strategis dan mudah ditemukan karena lokasinya terletak di
Balaikota Kota Semarang, namun dengan keberadaan sistem LAPOR!
yang mempermudah masyarakat untuk mengadu secara online dan lebih
cepat menyebabkan kegunaan ruang pengaduan secara bertatap muka
menjadi jarang sekali digunakan, meskipun demikian fasilitas ruangan
tersedia dan dapat digunakan dengan baik, pengadu bisa mengadu
langsung kepada P3M baik di Gedung PIP, kantor Diskominfo maupun di
Situation Room.
2. Estimasi Penyelesaian
secara umum harus mendapatkan informasi hasil perkembangan dalam
jangka waktu 10x24 jam hari kerja. Meskipun demikian, pada
kenyataannya kendala-kendala dari setiap keluhan itu berbeda-beda, serta
penanganan yang berbeda pula, semua tergantung jenis komplain, jumlah
aduan dan kapasitas petugas.
1. Faktor Pendukung
a) Faktor Organisasi
1. pembagian tugas pada tim P3M telah terbagi secara jelas baik
pada pengelola LAPORHENDI sebagai tim yang menangani
keluhan pelayanan maupun tim Call Center yang menangani
panggilan darurat yang memiliki fungsinya masing-masing
2. bahwa latar belakang pendidikan petugas P3M sebenarnya
bervariasi, tapi acuan kemampuan untuk menangani keluhan di
P3M tidak diukur hanya berdasarkan hal tersebut, SDM yang
cakap atas teknologi, sanggup beradaptasi dan mau belajar lebih
diutamakan, karena pada dasarnya kesuksesan sebuah SDM pada
organisasi dapat dilihat performa dari individu yang menjalankan
organisasi tersebut selain itu jumlah SDM pada P3M sudah
memadai.
b) Faktor Kemampuan dan Keterampulan
Terwujudnya pengembangan kemampuan dan keterampilan Staf
melalui kunjungan kerja di layanan pengaduan di kota lain sebagai
gambaran kerja dan SOP yang dilakukan instansi lain, dengan
kunjungan ini dapat memperluas wawasan akan penggunaan atau
standar prosedur yang lebih efektif, selain itu pelatihan lain yang
pernah dilakukan adalah seperti Sosialisasi Pengelolaan Pengaduan &
Pelatihan Aplikasi SP4N LAPOR!, kegiatan ini yang diikuti oleh
Pejabat penghubung pengaduan dari seluruh OPD dilingkungan
Pemerintah Kota Semarang termasuk petugas P3M
c) Faktor Sarana Pelayanan
Kepala Seksi Informasi dan Aspirasi mengatakan tidak adanya
kekurangan akan fasilitas ataupun peralatan kerja, hal ini juga
didukung atas observasi dan checklist penulis mengenai sarana
pelayanan yang ada di P3M kota Semarang, berdasarkan observasi
fasilitas yang jelas digunakan adalah komputer yang telah terintegrasi
dengan sistem LAPOR!, komputer set ada 8 unit, WiFi, ruangan yang
ber-AC, ruang rapat atau briefing selain itu terdapat telepon khusus
pengaduan, baik dari fasilitas ruangan maupun tempat tunggu
pengaduan telah tersedia.
2. Faktor Penghambat
a) Faktor Kesadaran
Masih rendahnya kepekaan dalam merespon atau menanggapi keluhan
masing-masing penghubung OPD bervariasi, dengan alasan yang dapat
ditolerir namun rentan pada kesewenangan. Setidaknya para admin
OPD harus selalu dapat memberikan informasi perkembangan, selalu
menanggapi keluhan yang masuk walaupun keluhan tersebut tidak valid
untuk diproses, sehingga kepastian keberlanjutan keluhan dapat
diketahui pelapor, tidak mengabaikan keluhan-keluhan begitu saja
hingga berhari-hari tanpa kepastian.
b) Faktor Aturan
Bentuk sanksi yang diberlakukan di P3M dalam penanganan publik
termasuk OPD hanyalah dalam bentuk teguran dan teguran tertulis,
sanksi ini dapat dikatakan cukup ringan dan belum dapat memberikan
efek efektif kepada pelanggar pelayanan publik. keberadaan sanksi-
sanksi tersebut harus disertai pembinaan oleh atasan agar tidak
sewenang-wenang. Selain itu juga harus didukung dengan pemantauan
oleh pimpinan secara berkala agar seluruh proses aduan dapat
termonitor dengan baik hingga selesai.
c) Faktor Pendapatan
pendapatan gaji yang diterima petugas P3M menurut petugas belum
sebanding dengan beban kerja yang diterima, pendapatan yang
diterima hanya sebatas UMR, sedangkan beban kerja yang dibebankan
kepada petugas P3M meliputi pendisposisian keluhan, pembuatan
rekapitulasi laporan bulanan dan triwulan, monitoring dan evaluasi
pengaduan, media sosial LAPORHENDI, verifikasi, klarifikasi dan
konfirmasi pengaduan. Selain itu belum terdapatnya insentif atau
reward atas peforma penyelesaian penanganan keluhan sehingga
kurang memotivasi petugas P3M dan Pejabat Penghubung OPD..
`
H. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dan hasil temuan dilapangan yang telah disajikan dan
dianalisis pada bab sebelumnya mengenai Indikator kualitas pelayanan komplain dan faktor
pendukung dan penghambat di P3M Kota Semarang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
B. SARAN
Berdasarkan hasil dilapangan, untuk meningkatkan Kualitas Penanganan Keluhan di Pusat
Pengelolaan Pengaduan Kota Semarang (P3M) maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
Keban, Y. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Konsep, Teori Dan
Isu. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Gava Media.
Syafiie, Inu Kencana, 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: Rineka Cipta.
REGULASI:
Undang-Undang Nmor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik
Permen PANRB Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik Secara Nasional
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Road Map Pengembangan Sistem
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional
Peraturan Walikota Semarang Nomor 11 tahun 2017 tentang Pusat Pengelolaan Pengaduan
Masyarakat Kota Semarang
Peraturan Walikota Semarang Nomor 34 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengaduan
Masyarakat tentang pelayanan publik.
JURNAL
Gruber, Thorsten. 2011. I Want To Believe They Really Care (How Complaining Customers
Want To Be Treated by Frontline Employees). Journal of service management.Vol. 22, No. 1.
Pp. 85-110
Sukmadewi, Budi (2001) Analisis persepsi kepuasan pengguna jasa ditinjau dari penanganan
keluhan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Semarang tesis. Universitas Diponegoro
Saleh, Irawan (2002) Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
(Studi kasus pada PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta Area
pelayanan Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro