0% found this document useful (0 votes)
110 views11 pages

Penguatan Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Anti Korupsi Di Sekolah

This document summarizes an article about strengthening honest character values through anti-corruption education in schools. It discusses two main forms of anti-corruption education used - an honesty canteen and lessons on Pancasila and Civic Education. Supporting factors that influence honesty include teacher modeling, increased worship, and organizational participation. Inhibiting factors include losses at canteens due to lack of supervision and teacher assistance. The solution is to increase teacher cooperation, supervision, regular assistance, and family/community support.

Uploaded by

eni Suwartinah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
110 views11 pages

Penguatan Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Anti Korupsi Di Sekolah

This document summarizes an article about strengthening honest character values through anti-corruption education in schools. It discusses two main forms of anti-corruption education used - an honesty canteen and lessons on Pancasila and Civic Education. Supporting factors that influence honesty include teacher modeling, increased worship, and organizational participation. Inhibiting factors include losses at canteens due to lack of supervision and teacher assistance. The solution is to increase teacher cooperation, supervision, regular assistance, and family/community support.

Uploaded by

eni Suwartinah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Volume 4, Nomor 2, Halaman 221-231


ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e)
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk

PENGUATAN NILAI KEJUJURAN MELALUI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI


DI SEKOLAH
STRENGTHENING OF HONEST CHARACTERS THROUGH ANTI-CORRUPTION
EDUCATION IN SCHOOLS

Alfurkan dan Marzuki


Program Studi Magister Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Negeri Yogyakarta
Jalan Colombo 1, Yogyakarta
email: [email protected]

Abstract: this article aims to describe the form of anti-corruption education


to strengthen the value of honesty in schools, factors that encourage and
inhibit the implementation of anti-corruption education, as well as solutions
to overcome obstacles in the implementation of anti-corruption education. The
study uses a qualitative approach with a case study type. Data collection was
carried out through interviews, observations, and documentation studies. Data
analysis uses interactive analysis. Anti-corruption education is carried out in
two ways i.e, the honesty canteen and the learning of Pancasila and Citizenship
Education. Supporting factors that influence the honesty reinforcement are
teacher modeling, increased worship activities, and participation in organizational
activities. The inhibiting factor is that canteens often suffer losses due to
lack of supervision and teacher assistance. The solution to overcome these
obstacles is to increase cooperation between teachers, increase supervision,
carry out regular assistance, and support from families and communities.
Keywords: honesty, anti-corruption education, Pancasila and Civic Education
Abstrak: penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk
pendidikan antikorupsi untuk penguatan nilai kejujuran di sekolah, faktor yang
mendorong dan menghambat pelaksanaan pendidikan antikorupsi, serta solusi
untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan antikorupsi. Kajian
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis
data menggunakan analisis interaktif. Pendidikan antikorupsi dilaksanakan
melalui dua cara, yaitu kantin kejujuran dan pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan. Faktor pendukung yang memengaruhi penguatan
nilai kejujuran yaitu keteladanan guru, peningkatan aktivitas ibadah, dan
keikutsertaan dalam kegiatan organisasi. Faktor penghambatnya adalah kantin
sering mengalami kerugian karena kurangnya pengawasan dan pendampingan
guru. Solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah meningkatkan kerja
sama antar guru, meningkatkan pengawasan, melaksanakan pendampingan
secara rutin, dan dukungan dari keluarga serta masyarakat.
Kata Kunci: nilai kejujuran, pendidikan antikorupsi, Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan

PENDAHULUAN sekolah, membohongi guru dan orang tua,


Saat ini, problematika moral bangsa kekerasan antarpelajar, mencuri, berjudi,
menjadi trending topik di berbagai kalangan merokok, minum-minuman keras, free sex,
mulai dari tingkat pelajar hingga tatanan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
masyarakat umum. Hal tersebut dapat Salah satu penyebabnya adalah pengaruh
diketahui dengan meningkatnya kebiasaan globalisasi yang menyediakan fasilitas
mencontek di kalangan pelajar, membolos yang dibutuhkan manusia, baik negatif
221
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 2, Juni 2019 222
maupun positif (Asmani, 2012). Lickona Barat ada sekitar 9% yang menyatakan
mengemukakan bahwa terdapat sepuluh menganut seks bebas. Lebih parahnya
tanda kemerosotan zaman dari remaja yang lagi di kota-kota besar seperti Jakarta,
harus diwaspadai, yang merupakan aspek Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya seks
moral yang berkaitan dengan kemajuan bebas melebihi angka 50% dan Yogyakarta
negara. Sepuluh tanda itu yaitu violence menduduki angka tertinggi dari sekian kota
and vandalis; stealing; cheating; disrespest di Indonesia yaitu 97,05% remajanya telah
for authority; peer cruelty; bigotry; bad melakukan seks bebas.
language; sexual precocity and abuse; Pendapat lain yang menegaskan bahwa
increasing self-centeredness and declining bangsa Indonesia mengalami kemerosotan
civic responsibility; dan self destructive moral termuat dalam pendapat Agustian
behavior (Lickona, 1992). (2008) yang menyatakan terdapat tujuh
Marianto (2002) memaknai pandangan krisis moral di tengah-tengah masyarakat
Lickona tersebut dengan 10 tanda merosotnya Indonesia, yaitu krisis kejujuran, krisis
zaman dari remaja yang mengarah pada tanggung jawab, tidak berpikir jauh ke
kehancuran, yaitu: (a) meningkatnya depan, krisis disiplin, krisis kebersamaan,
kekerasan di kalangan pelajar, (b) penggunaan krisis keadilan, dan krisis kepedulian.
bahasa dan kata-kata yang buruk, (c) pengaruh Berbagai krisis moral tersebut tidak hanya
peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, dirasakan oleh bangsa Indonesia, tetapi
(d) meningkatnya perilaku merusak diri negara-negara lain.
seperti menggunakan narkoba, alkohol, dan Uraian di atas menegaskan bahwa terjadi
seks bebas, (e) semakin kaburnya pedoman pergeseran tata nilai dan moral dalam diri
baik dan buruk, (f) menurunnya etos kerja, remaja. Hal ini akan menjadi masalah bagi
(g) semakin rendahnya rasa hormat kepada keberlangsungan suatu bangsa jika remaja
orang tua dan guru, (h) tidak adanya rasa sebagai generasi muda penerus bangsa
tanggung jawab sebagai warga negara memiliki moral yang buruk, kemungkinan
yang baik, (i) sering berbohong, (j) saling perilaku buruk tersebut akan menjelma
memusuhi dan curiga antar sesama. dan menjalar pada perilaku buruk lainnya
Maraknya perilaku yang menyimpang seperti kebiasaan berbohong dan sifat
dari nilai-nilai dan norma sosial tersebut hedonis yang memicu timbulnya perilaku
menandakan degradasi moral bangsa semakin korupsi. Berbagai permasalahan yang
nyata dan mengkhawatirkan. Merujuk terjadi tersebut menandakan bahwa bangsa
dari hasil penelitian Lembaga Studi Cinta Indonesia saat ini khususnya kalangan
dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan pelajar telah mengalami kemerosotan
Bisnis dan Humaniora (LSCKPUSBIH) moral dan pergeseran tata nilai. Upaya
di lima kota dengan melibatkan 1666 untuk mengatasi dan mencegah meluasnya
responden, sebanyak 16,35% dari 1.388 perilaku menyimpang di kalangan remaja,
responden remaja mengaku telah melakukan maka salah satu alternatif yang dapat
hubungan seks di luar nikah atau seks bebas digunakan adalah dengan menguatkan
(Asmani, 2012). Hasil penelitian tersebut pendidikan karakter di sekolah sebagai
menunjukkan bahwa 42,5% responden di salah satu institusi pendidikan.
Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sekolah dapat menjadi tempat pendidikan
melakukan hubungan seks di luar nikah. karakter untuk membangun karakter peserta
Sedangkan 17% responden di Palembang, didik. Untuk mencapai keberhasilan tujuan
Sumatra Selatan, Tasik Malaya, dan Jawa pendidikan diperlukan peran guru, kepala
Barat juga mengaku melakukan tindakan sekolah, serta orang tua peserta didik karena
yang sama. Di Singkawang, Kalimantan antara lingkungan sekolah dan keluarga
Strengthening of honest characters ... 223

memiliki peran penting dalam menunjang didik menjadi proaktif, kolaboratif, serta
keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan. kritis melalui pendidikan karakter. Penerapan
Selain itu, ada beberapa unsur penting pendidikan karakter yang komprehensif
dalam kurikulum formal di sekolah yaitu dan efektif akan memberikan kontribusi
hidden curriculum. Sebagai kurikulum yang bagi kemajuan suatu negara.
tersembunyi, hidden curriculum terkait Pendidikan karakter yang dikembangkan
dengan nilai-nilai yang tidak dapat diukur di sekolah secara tidak langsung akan
akan tetapi dapat diperhatikan dari sikap membentuk watak kewarganegaraan pada
yang dilakukan oleh seseorang. peserta didik. Sekolah sebagai institusi
Kegiatan dalam kurikulum tersembunyi pendidikan memiliki peran besar dalam
merupakan kegiatan satuan pendidikan yang mengembangkan pendidikan karakter
bersifat umum dan tidak terkait langsung sebab sekolah berperan sebagai pusat
pada suatu mata pelajaran untuk membantu pembudayaan nilai-nilai moral bagi peserta
pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, didik melalui serangkaian kegiatan belajar
potensi, bakat, dan minat (Amin, 2015). dan ekstrakurikuler yang ada. Pendidikan
Aktivitas tersebut diharapkan mempunyai moral dan kewarganegaraan merupakan
konstribusi bagi kesuksesan peserta didik elemen penting dari pendidikan pribadi yang
di sekolah khususnya bagi keberhasilan utuh karena bertujuan untuk menumbuhkan
pendidikan karakter. nilai-nilai positif peserta didik dan sikap
Nilai kejujuran perlu ditanamkan (Mak, 2014). Dalam hal ini, guru sebagai
sejak awal dalam pembentukan karakter pelaksana pendidikan karakter di sekolah
peserta didik seperti dalam proses belajar memiliki peran yang sangat penting.
mengajar di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, Sosok guru dijadikan sebagai teladan
pembiasaan, dan pembudayaan nilai-nilai dan contoh bagi peserta didik. Sukmadinata
karakter. Pengembangan pendidikan karakter & Syaodih (2011) menyampaikan bahwa
harus dikembangkan dengan berbagai model betapapun bagusnya suatu kurikulum,
pengembangan yang dilakukan sekolah hasilnya sangat bergantung pada apa yang
untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan dilakukan oleh guru di dalam kelas. Hal
amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun ini menjadi faktor penentu keberhasilan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. pembentukan karakter termasuk pendidikan
Tujuan dan fungsi pendidikan nasional antikorupsi. Interaksi edukatif antara guru
adalah membentuk peserta didik yang dan peserta didik berpengaruh pada konsep
bermartabat, cerdas, beriman, cakap, kreatif, diri peserta didik termasuk karakter jujur
dan mandiri sehingga tercipta generasi (Nurmalisa, 2018). Pengaruh yang diberikan
yang memiliki karakter yang mulia dan oleh pribadi guru, peserta didik, suasana
menjadikan manusia baik (being good) dan pembelajaran, dan lingkungan sekolah
cerdas atau being smart (Rukiyati, 2013). berpengaruh terhadap karakter positif
Tujuan pendidikan nasional tersebut sejalan peserta didik yang terjadi melalui pendidikan
dengan tujuan PPKn yang membentuk antikorupsi (Arifin, 2011).
kualitas kepribadian warga negara yang Pendidikan antikorupsi diharapkan
baik, bertanggung jawab, mandiri, dan cinta dapat membentuk kepribadian yang jujur.
tanah air (Hakim, et al, 2016). Pendidikan Kurikulum yang mengantarkan peserta
karakter adalah alat yang berpotensi kuat didik sesuai dengan harapan idealnya, tidak
dalam proses kritis anak dan perkembangan cukup hanya kurikulum yang dipelajari saja,
remaja, sehingga sekolah memainkan peran tetapi ada penguatan nilai kejujuran yang
sentral (Berkowitz, 2012). Sekolah memiliki secara teoritis sangat rasional memengaruhi
peran dalam membentuk karakter peserta peserta didik, baik menyangkut lingkungan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 2, Juni 2019 224
sekolah, suasana kelas, pola interaksi guru
dengan peserta didik dalam kelas, bahkan untuk mempersiapkan warga negara muda,
pada kebijakan serta manajemen pengelolaan agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif
sekolah dalam hubungan interaksi vertikal dalam masyarakat (Cogan, 1999). Pendidikan
dan horizontal (Rosyada, 2004) . Kewarganegaraan merupakan pendidikan
Pengalaman yang dapat memengaruhi yang dapat membentuk sikap dan perilaku
karakter peserta didik dan menjadi inti warga negara yang baik. Dalam sebuah negara
pendidikan antikorupsi antara lain kebiasaan demokrasi, Pendidikan Kewarganegaraan
sekolah menerapkan disiplin terhadap harus menjadi perhatian utama. Tidak ada
peserta didiknya, ketepatan guru dalam tugas yang lebih penting dari pengembangan
memulai pelajaran, kemampuan dan cara warga negara yang bertanggung jawab,
guru menguasai kelas, kebiasaan guru efektif, dan terdidik (Branson, 1998).
dalam berpakaian yang rapi, lingkungan Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan
sekolah yang rapi, tertib, nyaman, dan secara luas mencakup proses penyiapan
kepribadian peserta didik yang mulia. Melalui generasi muda untuk mengambil peran dan
penguatan nilai kejujuran tentunya peserta tanggung jawab sebagai warga negara, dan
didik akan dibimbing dan dipersiapkan secara khusus, peran pendidikan termasuk
untuk masa depan dengan membekali di dalam persekolahan, pengajaran, dan
peserta didik banyak keterampilan seperti belajar dalam proses penyiapan warga
keterampilan kepribadian dan akhlak yang negara (Kerr, 1999).
mulia, kepemimpinan, disiplin, patriotisme, Berdasarkan uraian di atas, penelitian
dan kreativitas. Pengembangan pendidikan tentang penguatan nilai kejujuran melalui
karakter dapat dibagi menjadi empat bagian, Pendidikan Antikorupsi di sekolah dilakukan
yaitu kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan tujuan untuk membahas pendidikan
kegiatan keseharian dalam bentuk budaya antikorupsi yang telah diterapkan sekolah,
satuan pendidikan, kegiatan kokurikuler faktor pendorong dan faktor penghambat
dan ekstrakurikuler, serta keseharian di penerapan pendidikan antikorupsi di sekolah,
rumah dan tatanan masyarakat. dan solusi yang dilakukan untuk mengatasi
MAN 1 Yogyakarta sebagai salah satu hambatan dalam pelaksanaan pendidikan
institusi pendidikan yang berkomitmen antikorupsi di sekolah.
untuk turut andil dalam menyukseskan
METODE
pendidikan karakter di Indonesia juga
Kajian menggunakan pendekatan
ikut serta dalam menerapkan pendidikan
kualitatif dengan jenis studi kasus, yaitu
antikorupsi. Penerapan pendidikan antikorupsi
tentang penguatan nilai kejujuran melalui
di MAN 1 Yogyakarta dilakukan melalui
pendidikan antikorupsi di sekolah. Jenis
kantin kejujuran. Pendidikan antikorupsi
studi kasus yang digunakan adalah kasus
penting untuk dilakukan karena memberantas
tunggal holistik dengan desain satu kasus
korupsi dan menanamkan nilai kejujuran
dan menempatkan sebuah kasus sebagai
kepada peserta didik sudah menjadi tanggung
fokus penelitian (Yin, 2009). Penelitian
jawab bersama dan perlu dilakukan berbagai
dilaksanakan di MAN 1 Yogyakarta dengan
cara untuk mengampanyekan pendidikan
alasan karena sekolah ini terletak di kawasan
antikorupsi baik dilakukan di lingkungan
strategis yang mengedepankan pendidikan
sekolah maupun masyarakat secara terus-
karakter, khususnya karakter kejujuran.
menerus. Selain itu penguatan nilai kejujuran
Data dikumpulkan melalui observasi,
dapat dilakukan melalui pembelajaran mata
wawancara, dan studi dokumentasi. Sumber
pelajaran PPKn.
data yang telah ditentukan pada penelitian
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
ini, yaitu wakil kepala sekolah bidang
suatu mata pelajaran di sekolah yang dirancang
Strengthening of honest characters ... 225

kesiswaan, guru PPKn, guru Bimbingan kejujuran, melalui pengarahan, pendampingan,


Konseling, pembina kantin kejujuran, dan memasukkan materi antikorupsi ke dalam
peserta didik. Pengujian keabsahan data kurikulum, pelatihan, kegiatan Pramuka,
menggunakan triangulasi teknik (Sugiyono, melalui mata pelajaran PPKn, agama, dan
2015). Teknik analisis data menggunakan berbagai kegiatan lain.
teknik analisis interaktif yang dikemukakan
Miles dan Huberman (1994), terdiri atas Kantin Kejujuran sebagai Bentuk
pengumpulan data (data collection), reduksi Pendidikan Anti korupsi di Sekolah
data (data reduction), penyajian data Kantin kejujuran merupakan investasi
(data display), dan penarikan kesimpulan jangka panjang yang hasilnya tidak dapat
(conclusions: drawing/verifying). dilihat dalam waktu pendek. Butuh waktu
bertahun-tahun untuk mengetahui keberhasilan
HASIL DAN PEMBAHASAN usaha penguatan nilai antikorupsi pada setiap
Pendidikan anti korupsi di sekolah peserta didik, namun yang penting bagi
Korupsi merupakan perbuatan melawan guru-guru yang telah berusaha melakukan
hukum, dapat merugikan orang banyak sesuatu hal yang positif (Wibowo, 2013;
dan negara baik dilakukan dengan cara Handoyo, 2009). Implementasi pendidikan
korupsi maupun dengan penggelapan uang antikorupsi melalui pembiasaan kantin
negara sehingga banyak pihak yang merasa kejujuran merupakan usaha sadar untuk
dirugikan dan korupsi merupakan perbuatan memberikan pemahaman dan pencegahan
yang bertentangan dengan nilai-nilai yang atau memberantas korupsi, dan dapat
ada dalam Pancasila (Nurdjana, 2005). menjadi tempat untuk penguatan nilai-nilai
Memberantas korupsi sudah menjadi tanggung kejujuran, kedisiplinan, keterbukaan, dan
jawab semua pihak dan lembaga-lembaga tanggung jawab kepada peserta didik sejak
yang ada di Indonesia baik LSM, sekolah, dini. Keberadaan kantin kejujuran dapat
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. memberikan kontribusi dalam membentuk
Oleh karena itu, nilai kejujuran mendesak tanggung jawab, mandiri, pola pikir, sikap,
untuk dikuatkan melalui sekolah-sekolah dan perilaku antikorupsi.
yang ada Indonesia. Penerapan kantin kejujuran merupakan
Untuk mengukuhkan sikap dan perilaku praktik antikorupsi dan cara untuk penguatan
yang bertanggung jawab dan jujur, salah kejujuran pada peserta didik yang ada di
satu upaya yang dapat dilakukan adalah lingkungan sekolah. Kantin kejujuran harus
dengan menerapkan pendidikan antikorupsi. diterapkan sejak usia dini karena kantin
Pendidikan antikorupsi akan lebih efektif kejujuran melatih peserta didik untuk
apabila diterapkan di berbagai lingkungan berbicara dan berbuat apa adanya, tanpa
baik itu di sekolah, rumah tangga, maupun menutupi dengan kebohongan (Wibowo,
dalam lingungan masyarakat. Salah satu 2012).
nilai dasar yang perlu ditanamkan dalam Penguatan nilai kejujuran melalui
pembentukan perilaku antikorupsi adalah kantin kejujuran sudah berjalan dengan baik.
nilai kejujuran. Apabila peserta didik sejak Kantin kejujuran yang ada di sekolah dalam
dini menerapkan nilai kejujuran di dalam pelaksanaannya dikelola oleh peserta didik
kesehariannya maka untuk jangka waktu ke yang didampingi oleh pembimbing kantin
depannya peserta didik mampu senantiasa kejujuran. Kantin kejujuran ditempatkan di
berperilaku jujur dan antikorupsi. tempat yang strategis seperti aula, ruang
Penguatan nilai kejujuran dan pendidikan guru, di dalam kelas, dan luar kelas. Semua
antikorupsi pada peserta didik dapat dilakukan transaksi berjalan sesuai dengan kesadaran
dengan berbagai cara, yaitu melalui kantin membayar berapa harga barang yang dibeli.
Kantin dibiarkan terbuka tanpa dijaga
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 2, Juni 2019 226
oleh kasir, semua barang ditempeli label untuk peserta didik membekali diri dengan
harga dan pembeli membayar dengan sikap antikorupsi, dan sebagai fondasi awal
memasukkan uang ke dalam sebuah kotak. untuk peserta didik ketika dewasa kelak
Jika uang yang dimasukkan ke kotak perlu dengan pembiasaan sikap jujur. Kedua,
kembalian, maka pembeli mengambil kantin kejujuran yang diterapkan sejak
kembaliannya sendiri. Semua transaksi sedini mungkin guna membentuk sikap
berjalan tanpa pengawasan, hanya berbekal dan mental antikorupsi yang lebih baik.
kejujuran. Implementasi kantin kejujuran Dengan demikian, peserta didik tersebut
menekankan pada pembiasaan yang sesuai lebih mandiri dan akan menjadi generasi
dengan perilaku antikorupsi. Nilai-nilai yang penerus bangsa yang lebih baik untuk masa
ditanamkan dalam kantin kejujuran yaitu depan Bangsa Indonesia. Ketiga, kantin
disiplin, kejujuran, kerja keras, tanggung kejujuran menjadi media yang tepat untuk
jawab, keberanian, kesederhanaan, keadilan, penguatan nilai kejujuran sejak dini. Keempat,
keterbukaan, dan kepedulian. kantin kejujuran sebagai strategi Kejaksaan
Pembentukan kantin kejujuran di sekolah Agung dalam memberantas korupsi yaitu
diharapkan dapat melatih kemandirian peserta preventif, represif, dan edukatif. Kelima,
didik serta menimbulkan pemahaman yang kantin kejujuran sebagai proses pembiasaaan
mendalam akan pentingnya pendidikan pembentukan perilaku dan karakter jujur
antikorupsi sejak dini, khususnya adalah peserta didik di sekolah dan sebagai sarana
nilai kejujuran. Kantin kejujuran dapat mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang
dijadikan sebagai media dalam menyalurkan telah diajarkan dalam sekolah. Keenam,
pendidikan nilai, sebagai sarana untuk kantin kejujuran melatih peserta didik untuk
penguatan kejujuran. Kantin kejujuran berperilaku jujur, menyampaikan sesuatu
juga digunakan untuk penguatan sikap dengan apa adanya, melatih peserta didik
antikorupsi dan diharapkan menjadi benih- untuk lebih bertanggung jawab dalam
benih antikorupsi kelak (Rabi & Nachrowie, setiap tindakan yang diberikan. Ketujuh,
2015; Gurning, et al, 2014). kantin kejujuran melatih peserta didik untuk
Banyak guru di sekolah yang mengklaim taat dan patuh terhadap norma, tata tertib,
bahwa penerapan kantin kejujuran dapat ketentuan yang berlaku baik di sekolah
membawa dampak positif dan mempunyai maupun di masyarakat.
pengaruh yang signifikan dalam penguatan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
nilai kejujuran kepada peserta didik, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kantin
melatih kejujuran peserta didik, peserta didik kejujuran dapat memberikan pembiasaan
belajar berperilaku jujur dan bersikap patuh dalam diri peserta didik di sekolah. Pembiasaan
ketika tidak ada orang yang mengawasi, sikap jujur dan tanggung jawab dapat
belajar jujur kepada diri sendiri, secara melatih peserta didik di sekolah untuk
langsung dapat menyentuh kesadaran dan selalu bersikap tanggung jawab terhadap
sikap peserta didik. Sebuah nilai kehidupan perbuatan yang dilakukan dan berperilaku
yang menjadi cikal bakal hidup terbebas jujur dengan membayar dan mengambil
dari korupsi. uang kembalian. Pembiasaan dengan cara
Kantin kejujuran memiliki tujuh tujuan bertransaksi di kantin kejujuran tersebut
(Wibowo, 2012). Pertama, pentingnya dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
penguatan nilai-nilai kejujuran pada peserta motivasi peserta didik untuk selalu berbuat
didik karena merupakan generasi penerus jujur. Peserta didik diberi kepercayaan
bangsa yang harus dididik dan dibekali sepenuhnya dalam melakukan transaksi di
dengan ilmu pengetahuan. Penerapan kantin kantin kejujuran dengan jujur dan penuh
kejujuran di setiap sekolah sebagai wadah tanggung jawab.
Strengthening of honest characters ... 227

Mata Pelajaran PPKn sebagai Bentuk dengan masyarakat umum, pendidikan


Pendidikan Antikorupsi di Sekolah moral yang peduli dengan kebajikan pribadi
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) atau kualitas karakter seperti nilai-nilai
dapat membekali peserta didik dengan masyarakat (Halstead & Pike, 2006).
pengetahuan dan keterampilan intelektual Pengintegrasian pendidikan karakter dan
yang memadai serta pengalaman praktis yang PKn merupakan salah satu pendekatan
harus dimiliki peserta didik agar kompetensi yang komprehensif dan efektif (Arthur,
peserta didik dapat diterapkan dalam Davies & Hahn, 2008). Pernyataan tersebut
bentuk partisipasi (Sapriya & Winataputra, mempertegas keefektifan PKn dan pendidikan
2004). Oleh karena itu, pembelajaran karakter yang diintegrasikan menjadi satu
PPKn harus bertumpu pada kompetensi kesatuan dalam pendidikan.
kewarganageraan untuk semua jenjang. PKn dan pendidikan karakter merupakan
Pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, satu kesatuan yang utuh. Ada keterkaitan
nilai-nilai, dan sikap yang harus diajarkan antara PKn dan pendidikan karakter (Darling,
eksplisit dan sistematis pada setiap tingkat 2002; Althof & Berkowitz, 2006). Pendidikan
kelas dan harus diintegrasikan ke dalam karakter merupakan pendekatan khusus pada
seluruh kurikulum. Hal ini harus menjadi kajian moral dan nilai-nilai pendidikan, yang
salah satu titik fokus utama di setiap kelas dan secara terkait berkaitan erat dengan PKn
membantu peserta didik untuk mendapatkan (Arthur, et al, 2005). Di Indonesia, PKn
keterampilan dalam studi sosial. Kurikulum tidak hanya terbatas pada pembentukan suatu
membantu peserta didik untuk mendapatkan kepribadian yang mengindonesiakan atau
keterampilan seperti argumentasi kritis yang Pendidikan Pancasila saja. Akan tetapi, PKn
merupakan keterampilan penting untuk juga membahas perilaku sosial yang terdapat
kewarganegaraan demokrasi aktif (Doganay, dalam masyarakat, termasuk pembentukan
2012). PKn mempunyai peran penting untuk karakter bangsa. Dengan mempelajari PPKn
mendidik anak yang berkarakter baik. Mata diharapkan masyarakat Indonesia menjadi
pelajaran PKn merupakan salah satu mata warga negara yang cerdas dan berkarakter
pelajaran yang mempunyai andil yang besar baik (Fadil, et al, 2013).
untuk mencerdaskan anak bangsa dan taat Karakter yang baik merupakan tujuan
terhadap aturan yang berlaku (Halstead & yang ingin dicapai dari PKn. Berkaitan
Pike, 2006). dengan tujuan PKn yang ingin membentuk
Tujuan Pendidikan Pancasila dan karakter baik warga negara, maka seorang
Kewarganegaraann (PPKn) adalah memupuk guru PPKn merupakan ujung tombak
kesadaran kewajiban asasi peserta didik pembelajaran PKn di sekolah harus mampu
dalam usaha pembelaan negara dengan mendidik nilai, moral, dan karakter kepada
dijiwai perilaku cintah tanah air serta peserta didiknya (Lickona, 1991; Kerr,
dalam usaha pertahanan keamanan negara 1999; Patrick & Vontz, 2001).
dengan kesadaran berbangsa dan bernegara Tujuan PPKn tersebut sejalan dengan
yang berpola pikir komprehensif integral. visi misi sekolah yang selalu menerapkan
Tujuan dari proses pembelajaran PKn adalah nilai-nilai pendidikan karakter, salah satunya
untuk menyiapkan generasi muda menjadi karakter kejujuran. Melalui guru PPKn
warga negara yang memiliki pengetahuan, yang selalu mengutamakan nilai kejujuran
kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan dalam lingkungan sekolah yaitu berlaku
untuk berperan serta/berpartisipasi aktif jujur dalam ulangan, penilaian tengah
dalam masyarakatnya (Bakry, 2014). semester, dan penilaian akhir semester
PPKn juga memiliki tujuan untuk diharapkan ketika peserta didik tersebut
penguatan nilai karakter. Nilai-nilai yang ada terjun ke masyarakat dapat menjaga nama
dalam PKn yaitu nilai yang bersangkungan baik sekolahnya. Lingkungan yang kondusif
228
dan anti terhadap perbuatan melanggar dapat diambil dalam kegiatan tersebut
aturan mampu membentuk peserta didik yaitu nilai kejujuran yang diterampilkan
yang baik dan dapat membawa perubahan melalui cara pengelolaan manajemen
pada kehidupan masyarakat. dalam organisasi, adminitrasi organisasi,
surat-menyurat, maupun kegiatan lain yang
Faktor Pendorong dan Penghambat dapat meningkatkan nilai kejujuran peserta
Penguatan Nilai Kejujuran melalui didik sehingga melalui kebiasaan tersebut
Pendidikan Antikorupsi di Sekolah
peserta didik dapat merasakan manfaatnya.
Penguatan nilai kejujuran tidak selalu
Dalam pembelajaran PPKn, ada beberapa
berjalan dengan baik sesuai dengan harapan.
aturan yang mendorong terbentuknya nilai
Ada beberapa faktor yang memengaruhi
kejujuran yaitu dengan dilarang untuk
penguatan nilai kejujuran, baik faktor
mencontek, apabila menyalin di internet
pendukung maupun faktor penghambat
harus dengan mencantumkan sumbernya,
dalam penguatan nilai kejujuran. Berikut
dibiasakan berbicara dengan bahasa yang baik
ini deskripsi faktor pendukung dan faktor
dan benar. Penerapan SOP keterlambatan,
penghambat dalam penguatan nilai kejujuran
buku piket, upacara bendera merupakan
melalui pendidikan antikorupsi di sekolah.
kegiatan rutin untuk mendorong penguatan
Faktor Pendukung Penguatan Nilai nilai kejujuran peserta didik.
Kejujuran Faktor Penghambat Penguatan Nilai
Keteladan dan contoh yang baik dari Kejujuran
guru-guru merupakan salah satu faktor Ada beberapa faktor penghambat yang
pendorong penguatan nilai kejujuran. Selain dapat memengaruhi penguatan nilai kejujuran
memberikan contoh dan keteladanan, program tidak berhasil secara maksimal. Pertama,
ibadah dan pengajian yang secara rutin lingkungan sekitar peserta didik yang kurang
juga menjadi salah satu faktor pendorong kondusif. Kurangnya kesadaran orang tua
kerberhasilan penguatan nilai kejujuran. untuk memperhatikan, perhatian, dan peduli
Faktor pendorong yang ketiga adalah terhadap tingkah laku anak-anaknya sehingga
keikutsertaan peserta didik dalam organisasi. anak-anaknya tidak berperilaku jujur di
Sekolah banyak mengembangkan kegiatan kantin kejujuran, kurangnya kedisiplinan
ekstrakurikuler yaitu basket, peleton inti, dan juga kurangnya kesadaran peserta didik
desain grafis, jurnalistik, paduan suara, dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
satgas anti narkoba, tahfidz Al Qur’an, Maka dari itu, orang tua dituntut agar dapat
mansa coustik, hadroh, pramuka, majelis memilih lingkungan yang mendukung
permusyawaratan sekolah, peleton inti, pendidikan karakter anak-anak mereka dan
karya ilmiah remaja, bulu tangkis, futsal, menghindari kondisi lingkungan masyarakat
tenis meja, Palang Merah Remaja (PMR), yang buruk. Sebab ketika anak berada
kaligrafi, pencinta alam, Bahasa Mandarin, di lingkungan masyarakat yang kurang
OSIS, paduan suara, Pramuka, pencak baik, maka akan berdampak buruk pada
silat, tari, futsal, dan MTQ. Kegiatan perkembangan kepribadian atau karakter
ekstrakurikuler tersebut selalu melatih dan anak tersebut. Begitu juga sekolah sebagai
membina peserta didik untuk mengekspresikan lingkungan pendidikan formal bagi seorang
dirinya sesuai bakat minat yang ada dalam anak, orang tua perlu memilih lingkungan
diri peserta didik sehingga melalui kegiatan yang mendukung dari masyarakat setempat
tersebut peserta didik dapat mengetahui dan memungkinkan terselenggaranya
cara mengelola kegiatan dalam organisasi. pendidikan tersebut (Kurniawan, 2013).
Bukan hanya cara mengelola kegiatan Pendapat tersebut menegaskan bahwa
organisasi akan tetapi ada nilai-nilai yang keberhasilan mendidik anak bergantung
Strengthening of honest characters ... 229

pada dukungan lingkungan. harmonis, rukun, dan damai memengaruhi


Faktor penghambat yang kedua berasal kondisi psikologis dan karakter seorang
dari pribadi peserta didik yeng belum anak. Begitupun sebaliknya, anak menjadi
berkembang dengan baik. Fenomena yang kurang berbakti bahkan melakukan tindakan
terjadi yaitu kurangnya kesadaran dan di luar moral kemanusiaan, disebabkan
kejujuran dari peserta didik sehingga oleh ketidakharmonisan dalam lingkungan
ada peserta didik yang mengambil tanpa keluarga (Salim, & Kurniawan, 2012).
membayar, ada juga yang mengambil Meskipun setiap anak lahir dalam
lebih banyak tetapi dihitungnya hanya keadaan fitrah, bukan berarti seumur hidup
beberapa, mengambil uang kembalian selalu dekat dan melakukan kebaikan. Sangat
lebih, dan ada juga yang berutang tetapi mungkin dalam perkembangan hidupnya
lupa untuk membayarnya. Hal inilah yang justru berbelok arah kepada perbuatan
menyebabkan kantin kejujuran sering rugi. yang negatif. Potensi positif mungkin saja
Meskipun demikian semangat guru yang tetap positif tetapi mungkin juga berubah
ada di sekolah tetap tinggi untuk terus menjadi negatif. Salah satu faktor yang
memperjuangkan kejujuran peserta didik memengaruhi adalah pengaruh lingkungan.
karena kejujuran adalah salah satu fondasi atau Namun demikian jika tidak terdapat pengaruh-
modal untuk peserta didik supaya menjadi pengaruh yang berlawanan, seorang anak
orang baik dan sukses. Faktor penghambat sesungguhnya tergerak mewujudkan fitrahnya
yang ketiga adalah keterbatasan guru dalam secara berkesinambungan sepanjang hidup
melakukan pengawasan dan pengelolaan. (Mohamed, 1997).
Guru mengalami kesulitan mengelola dan Pendapat tersebut menegaskan bahwa
mengawasi kantin kejujuran karena waktu penguatan nilai kejujuran pada anak tentu
yang terbatas dan jam mengajar yang harus didukung oleh lingkungan keluarga dan
banyak. Guru mengalami kejenuhan dan masyarakat yang aman karena timbulnya rasa
kebosanan sehingga muncul sikap tidak aman dan kebaikan peserta didik disebabkan
mau tahu. Kurangnya pendampingan dan oleh lingkungan dan masyarakat yang aman
pengawasan dari guru membuat peserta didik dan baik. Oleh karena itu, lingkungan
yang mencontek dan melakukan kesalahan sangat berpengaruh dalam kehidupan
yang dapat membahayakan dirinya. ini sehingga lingkungan menentukan
kebaikan dan keburukan peserta didik.
Solusi untuk Mengatasi Hambatan Apabila lingkungannya baik maka peserta
yang Dihadapi dalam Penguatan Nilai didik dapat mengikutinya dengan mudah,
Kejujuran di Sekolah
misalnya ada teman yang sering beribadah
Lingkungan keluarga menjadi tempat
maka peserta didik tersebut mengikuti tetapi
berlangsungnya sosialisasi yang berfungsi
kalau lingkungannya tidak baik maka peserta
dalam pembentukan karakter atau kepribadian
didik tersebut terpengaruh dan dengan
sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
mudahnya juga mengikuti lingkungan
makhluk susila, dan makhluk keagamaan.
tersebut sehingga banyak peserta didik
Pengalaman hidup bersama di lingkungan
yang mabuk-mabukan, judi, perkelahian,
keluarga memberi andil yang besar bagi
dan perbuatan negatif lainnya.
pembentukan kepribadian anak. Keluarga
Penguatan nilai kejujuran pada generasi
merupakan lingkungan pendidikan yang
muda bukan hanya tanggung jawab dan
cukup efektif dan efisien dalam upaya
diserahkan sepenuhnya kepada guru agama
mengantarkan generasi penerus dalam
dan PPKn saja melainkan kerjasama semua
membekali kemampuan diri dengan sebaik-
guru yang ada dalam sekolah dengan
baiknya sehingga dapat menjadi generasi yang
harapan melalui kerja sama tersebut dapat
handal, terampil, dan tangguh. Keluarga yang
mencegah peserta didik yang melakukan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 2, Juni 2019 230
pelanggaran yang dapat membahayakan SAGE Handbook of Education for
diri sendiri dan orang lain. Citizenship and Democracy: Educating
Pengawasan dan juga pendampingan for Civic Character, 399–410.
secara rutin itu penting karena hal tersebut Arthur, J., & Davison, J. dan M. L. (2005).
merupakan salah satu cara yang baik dan Professional Values and Practice
tepat untuk meningkatkan kesadaran peserta Achieving the Standarts for QTS.
didik yang melakukan kesalahan. Dengan London: Routledge.
adanya pengawasan dan pendampingan dari Asmani, J. M. (2012). Buku Panduan
guru maka masalah yang terjadi di sekolah Internalisasi Pendidikan Karakter
dapat dikurangi sehingga lingkungan sekolah di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press.
menjadi damai, aman, dan sejahtera. Bakry, N. M. (2014). Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta:
SIMPULAN Pustaka Pelajar.
Upaya untuk menguatkan nilai kejujuran Berkowitz, M. W. (2012). Understanding
di sekolah adalah menyelenggarakan effective character education. San
pendidikan antikorupsi dengan membentuk Fransisco: Jossey-Bass.
kantin kejujuran dan melalui pembelajaran Branson, M. S. (1998). The Role of Civic
PPKn. Faktor yang mendukung nilai kejujuran Education. Center for Civic Education,
adalah contoh dan keteladanan guru, aktivitas 5–9.
ibadah yang terprogram, pengajian rutin, Cogan, J. J. (1999). Developing the Civic
keikutsertaan dalam organisasi, dilarang Society: The Role of Civic Education.
keras untuk mencontek dan menyalin di Bandung: CICED.
internet tanpa mencantumkan sumbernya, Darling, L. (2002). The Essential Moral
SOP keterlambatan, buku piket, upacara Dimensions of Citizenship Education:
bendera, dan kegiatan ekstrakurikuler. Faktor What Should We Teach. The Journal
penghambatnya adalah kantin kejujuran of Educational Throught (JET), 36, 2.
sering rugi, dan kurangnya pendampingan Doganay, A. (2012). Curriculum Framework
serta pengawasan dari guru. Solusi yang for Active Democratic Citizenship
dilakukan untuk mengatasi hambatan Education. Dalam Murray Print &
adalah meningkatkan kerja sama antar guru, Dirk Lange. Schools Curriculum
melakukan pengawasan dan pendampingan and Civic Education for Building
secara rutin dalam lingkungan keluarga Democratic Citizens. Rotterdam:
dan masyarakat. Sense Publisher.
DAFTAR RUJUKAN Fadil, Y., & Fauzi, I. A. dan E. S. (2013).
Agustian, A. G. (2008). Pembentukan Habit Peran Guru Pendidikan Pancasila
Menerapkan Nilai-Nilai Religius, dan Kewarganegaraan dalam Upaya
Sosial dan Akademik. Yogyakarta: Pembentukan Karakter Peserta Didik.
Universitas Negeri Yogyakarta. 1(2), 1–14.
Althof, W. dan B. (2006). Moral Education and Gurning, N. L. M., & Mudjiman, H.
Character Education: Their Relationship dan S. H. (2014). Implementasi
and Roles in Citizenship Education. pendidikan Antikorupsi melalui
Educating for Civic Character, 35(4), Warung Kejujuran di SMP Keluarga
495–518. Kudus. Jurnal Teknologi Pendidikan
Arifin, Z. (2011). Konsep dan Model Dan Pembelajaran, 2, 1.
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Hakim S. A., dkk. (2016). Pendidikan
PT. Remaja Rosdakarya Kewarganegaraan dalam konteks
Arthur, J., & Davies, I. dan H. C. (2008). Indonesia. Malang: Madani Kelompok
Educating for Civic Character. The Intrans Publishing.
Strengthening of honest characters ... 231

Halstead, P. and. (2006). Citizenship and Peserta Didik dalam Belajar. Jurnal
Moral Education. London and New Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan
York: Roulegde Farmer. Kewarganegaraan., 3, 215–219.
Handoyo, E. (2009). Pendidikan Antikorupsi. Retrieved from http://journal2.um.ac.
Semarang: Kerjasama FIS UNNES id/index.php/jppk
dan Widya Karya. Patrick, J. J. dan V., & S., T. (2001).
Kerr, D. (1999). Citizenship Education: An Components of Education for
International Comparison. England: Democratic Citizenship in the
National Foundation for Educational Preparation of Social Studies Teacher.
Research-NFER. Washington D. C: Office of Educational
Kurniawan, S. (2013). Pendidikan Karakter: Research and Improvement.
Konsepsi & Impelentasi secara Terpadu Rabi, A. dan N. (2015). Pengembangan
di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Aplikasi Computer Vision untuk
Perguruan Tinggi & Masyarakat. Pengamanan Kantin Kejujuran. Seminar
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Nasional Teknologi Informasi Dan
Lickona, T. (1991). Educating for Character: Komunikasi Terapan (SEMANTIK).
How Our School can Teach Respect ISBN:, 979, 280–281.
and Responsibility. New York: Bantam Rosyada, D. (2004). Paradigma Pendidikan
Books. Demokrasi Sebuah model Pelibatan
Lickona, T. (1992). Educating for Character: Masyarakat dalam Penyelenggaraan
How Our School can Teach Respect Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
and Responsibility. USA: Bantam Rukiyati. (2013). Urgensi Pendidikan
Book. Karakter Holistik Komprehensif
Mak, S. W. (2014). Evaluation of a Moral di Indonesia. Jurnal Pendidikan
and Character Education Group for Karakter, 3(2), 196–203.
Primary School Students. Discovery- Salim M. H. dan Kurniawan, S. (2012). Studi
SS Student E-Journal, 3, 142–164. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Marianto, H. D. (2002). Pendidikan Karakter: A-Ruzz Media.
Paradigma Baru dalam Pembentukan Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Manusia Berkualitas. Character Manajemen Pendekatan: Kuantitatif,
Education: New Paradigma to Human Kualitatif, Kombinasi, Penelitian
Capacity Building. Tindakan, Penelitian Evaluasi.
Mohamed, Y. (1997). Insan yang Suci: Bandung: Alfabeta.
Konsep Fitrah dalam Islam. Terjemahan U, S. dan W. (2004). PKn: Pengembangan
Mansyur Abadi. Bandung: Mizan. Materi dan Pembelajaran. Bandung:
N, S. dan S. (2011). Pengembangan FPIPS UPI.
Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter:
Rosdakarya. Strategi Membangun Karakter Bangsa
Nurdjana, I. G. M. (2005). Korupsi dalam Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka
Praktek Bisnis Pemberdayaan Pelajar.
Penegakan Hukum, Program Aksi Wibowo, A. (2013). Pendidikan Antikorupsi
dan Strategi Penanggulangan Masalah di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Korupsi. Jakarta: PT. Gramedia Pelajar.
Pustaka Utama. Yin, R. K. (2009). Case Study Research:
Nurmalisa, Y. (2018). Pengaruh Interaksi Design and Method (4rd ed.).
Edukatif terhadap Konsep Diri California: Sage Publications Inc.

You might also like