0% found this document useful (0 votes)
181 views6 pages

Aktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Deradikalisasi Mahasis

1) The document discusses the threat of radicalism entering university campuses and targeting students. Radical thinking wants to quickly change the unconstitutional state order. 2) The study uses a qualitative case study approach to understand the patterns universities use to implement deradicalization activities for students. 3) The results found that deradicalization activities at universities are carried out by university leaders, lecturers, and students. Approaches include religious, state, security, and welfare approaches. Methods include classroom learning, community study, seminars, discussions and training.

Uploaded by

Epta Gaming
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
181 views6 pages

Aktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Deradikalisasi Mahasis

1) The document discusses the threat of radicalism entering university campuses and targeting students. Radical thinking wants to quickly change the unconstitutional state order. 2) The study uses a qualitative case study approach to understand the patterns universities use to implement deradicalization activities for students. 3) The results found that deradicalization activities at universities are carried out by university leaders, lecturers, and students. Approaches include religious, state, security, and welfare approaches. Methods include classroom learning, community study, seminars, discussions and training.

Uploaded by

Epta Gaming
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta

Vol. 2, No. 1, 2019, hal 357-362

AKTUALISASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI


UPAYA DERADIKALISASI MAHASISWA

Hilal Ramdhani1, Nika Nur Aliantika2


1
Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
2
Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung, Indonesia
E-mail : [email protected]

Abstract

The existence of a nation in order to become a superior nation is very much determined by the character
of its citizens, because the character will make state goals can be achieved in a fast or slow time. At present
the threat to the survival of life in a society, nation and state is radicalism thinking that wants to change
the state order quickly that is inconstitutional, radicalism is now entering the world of campus and targeting
students as the main goal. This study uses a qualitative approach with the case study method, the purpose
of using the case study method is to find out the patterns carried out by universities to implement
deradicalisation activities for students, so that there are results that will explain the de-radicalization
activities carried out by universities. The results of the research obtained are: 1) deradicalisation activities
carried out by the tertiary institutions carried out by elements of higher education leaders, learning
implementing elements and student elements, 2) the de-radicalization approach carried out by tertiary
institutions covering religious, state, security and welfare approaches, 3) methods deradicalisation carried
out by universities in the form of classroom learning, community direct study, seminars, discussions and
training, 4) results obtained from deradicalisation activities carried out by universities in the form of
developing cognitive, affective and psychomotor abilities.

Keywords : Deradicalization, Citizenship Education, Students

Abstrak

Eksistensi suatu bangsa agar menjadi bangsa yang unggul sangat ditentukan dari karakter warga negaranya,
karena karakter akan membuat tujuan negara dapat dicapai dalam waktu yang cepat atau lambat. Saat ini
yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan bermasyarat, berbangsa dan bernegara ialah
pemikiran radikalisme yang ingin merubah tatanan kenegaraan secara cepat yang bersifat inkonstitutional,
pemikiran radikalisme saat ini sudah memasuki dunia kampus dan menyasar mahasiswa sebagai tujuan
utama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, tujuan dari
penggunaan metode studi kasus yaitu untuk mengetahui pola-pola yang dilakukan oleh perguruan tinggi
untuk menerapkan kegiatan deradikalisasi bagi mahasiswa, sehingga terdapat hasil yang akan menjelaskan
kegiatan deradikalisasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1)
kegiatan deradikalisasi yang dilakukan oleh perguruan tigggi dilaksanakan oleh unsur pimpinan perguruan
tinggi, unsur pelaksana pembelajar dan unsur mahasiswa, 2) pendekatan deradikalisasi yang dilakukan
perguruan tinggi mencakup pendekatan keagamaan, kenegaraan, keamanan dan kesejahteraan, 3) metode
deradikalisasi yang dilakukan perguruan tinggi berupa pembelajaran diruang kelas, studi langsung
masyarakar, seminar, diskusi dan pelatihan, 4) hasil yang diperoleh dari kegiatan deradikalisasi yang
dilakukan oleh perguruan tinggi berupa pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

Kata Kunci : Deradikalisasi, Pendidikan Kewarganegaraan, Mahasiswa

PENDAHULUAN ditentukan dari karakter warga negaranya, karena


Dunia pendidikan secara filosofis di karakter akan membuat suatu tujuan negara dapat
pandang sebagai alat atau wadah untuk dicapai dalam waktu yang cepat atau lambat.
mencerdaskan dan membentuk watak manusia Pada ranah pergaulan antar negara, jika suatu
agar lebih baik, pendidikan memegang peranan negara memiliki warga negara yang mempunyai
penting dalam membangun suatu peradaban yang karakter unggul, maka negara lain akan
disebut dengan bangsa, agar setiap orangnya menghormati negara tersebut, di Indonesia
dapat mempunyai kemampuan baik pada ranah memiliki warga negara yang berkarakter unggul
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai sudah menjadi tujuan bangsa Indonesia.
dengan keadaan masyarakat. Eksistensi suatu Nilai dari peran dan fungsi yang dimiliki
bangsa agar menjadi bangsa yang unggul sangat oleh perguruan tinggi untuk menciptakan

357
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 357-362

mahasiswa yang memiliki kompetensi juga dapat diwujudkan dalam bentuk ucapan dan
pengetahuan, sikap dan keterampilan tertuang sikap yang berpotensi melahirkan kekerasan yang
dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, tidak sesuai dengan norma-norma pendidikan.
penelitian dan pengabdian). Sikap yang berpotensi melahirkan kekerasan
Perkembangan pemikiran radikalisme tersebut berimplikasi kepada munculnya situasi
yang berbasis keagamaan dan politik semakin dan kondisi perguruan tinggi yang tidak
pesat berkembang di Indonesia, sehingga menjadi menyenangkan bagi mahasiswa dalam belajar
ancaman yang sangat serius bagi (Muchith, 2016, hlm. 173-174).
keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Hal Ramadhan (2016, hlm. 50-51) dunia
tersebut dapat dilihat dari gencarnya aksi yang pendidikan memang sangat rentan untuk
dilakukan kelompok radikal yang merekrut dijadikan lahan dimensi ideologi radikal. Karena
mahasiswa untuk menolak paham demokrasi sikap terlalu terbuka, akhirnya para pembawa
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang ideologi radikal dapat masuk lewat kegiatan
Dasar 1945. ekstrakulikuler keagamaan. Hal ini akan
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan berdampak buruk pada terbentuknya watak yang
Indonesia Anas Saidi mengungkapkan hasil monolitik, keras dan gemar menyalahkan orang
penelitiannya bahwa radikalisme ideologi telah lain.
merambah dunia mahasiswa melalui proses Hasil publikasi penelitian oleh Wahid
Islamisasi, proses itu dilakukan secara tertutup Institue pada tahun 2015 (dalam Ramadhan,
dan menurutnya, berpotensi memecah belah 2016, hlm. 52) empat tahun dari publikasi
bangsa (LIPI, 2016). Berdasarkan hasil riset LIPI, penelitian LaKIP, menemukan fakta bahwa
menunjukan bahwa mahasiswa yang belajar ilmu secara umum, pandangan kaum pelajar di sekolah
eksak lebih mudah direkrut kelompok radikal negeri di Jabodetabek memang terbuka dan
dibandingkan mahasiswa di bidang ilmu sosial. toleran. Tetapi, kecenderungan intoleransi dan
Proses perekrutan, jaringan, hingga pemeliharaan radikalisme rupanya terus menguat. Ini
jaringan mereka dilakukan secara terorganisir dibuktikan dengan dukungan mereka terhadap
(LIPI, 2016). tindakan pelaku pengrusakan dan penyegelan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan rumah ibadah (guru 24,5%, siswa 41,1%);
oleh Mufid dkk. (2011) setelah mewawancara pengrusakan rumah atau fasilitas anggota
110 aktor di balik aksi terorisme dan aksi keagamaan yang dituding sesat (guru 22,7%,
radikalisme, menemukan bahwa 47,3% pelaku siswa 51,3%); atau pembelaan dengan senjata
terorisme dan aksi radikalisme berusi 21-30 terhadap umat Islam dari ancaman agama lain
tahun, ini menunjukan bahwa radikalisme di (guru 32,4%, siswa 43,3%).
pemuda, termasuk mahasiswa sangat besar. Dalam pandangan International Crisis
Selain itu penelitian mufid dkk, menunjukan hasil Group (dalam Usman, 2014, hlm. 7),
bahwa latar belakang sekolah pelaku terorisme “deradikalisasi adalah proses meyakinkan
dan aksi radikalisme sebanyak 3,6% lulusan SD, kelompok radikal untuk meninggalkan
10,9 lulusan SMP, 63,6% lulusan SMA, 5,5% penggunaan kekerasan. Program ini juga bisa
drop out dari universitas dan 16,4% lulusan berkenaan dengan proses menciptakan
perguruan tinggi. Data ini menunjukan bahwa lingkungan yang mencegah tumbuhnya gerakan-
lulusan perguruan tinggi mempunyai persentase gerakan radikal dengan cara menanggapi “root
yang besar sebagai pelaku terorisme dan aksi causes” (akar-akar penyebab) yang mendorong
radikalisme. tumbuhnya gerakan-gerakan ini”. Sedangkan
Bentuk radikalisme dalam pendidikan Rabasa dkk. (dalam Cilluffo, Cardash dan Khor,
tidak semuanya berupa aksi kekerasan, tetapi 2014, hlm. 4) menjelaskan bahwa

358
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 357-362

“deradicalization to be the process of abandoning tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
an extremist worldview and concluding that it is yang dapat diamati.”
not acceptable to use (or support or facilitate) Metode penelitian yang digunakan dalam
violence as a means to effect social (societal) penelitian ini yaitu, studi kasus (case study).
change”. Atau secara singkatnya Maxfield (dalam Nazir, 2011, hlm. 57) studi
“deradicalization is understood to focus on a kasus adalah “penelitian tentang status subjek
psychological process” (Cilluffo, Cardash dan penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
Khor, 2014, hlm. 4). spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas”.
Berdasarkan hal tersebut, walaupun Teknik pengumpulan data menggunakan
penelitian ini bukan merupakan penelitian observasi langsung, wawancara dan studi
pertama mengenai deradikalisasi, peneliti dokumentasi. Kemudian teknis analisis data
memiliki ketertarikan terhadap proses menggunakan reduksi data, penyajian data dan
deradikalisai bagi mahasiswa di perguruan tinggi, penarikan kesimpulan.
dikarenakan beberapa hal diantaranya: (a)
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
deradikalisasi akan tetapi masih terfokus pada Deradikalisasi melalui Pendidikan
peran pendidikan informal seperti pesantren Deradikalisasi bisa dilakukan dengan
dalam proses deradikalisasi, (b) berdasarkan berbagai cara, pendidikan kewarganegaraan
pengamatan penulis dari beberapa sumber merupakan salah satu cara yang efektif.
bacaan, saat ini menunjukan bahwa kelompok- Pendidikan ini berproses dalam pembelajaran
kelompok radikal menyasar para mahasiswa yang mengajarkan realitas keagamaan
terutama yang berada pada rumpun eksak (pluralisme) agama, ras, suku, budaya dan bahasa
Selanjutnya, (c) penelitian terdahulu yang harus dikelola dan dihormati. Peserta didik
masih banyak terfokus pada proses pembelajaran akan dapat menjauhkan diri dari sikap dan
pendidikan yang berbasis pada agama dalam tindakan-tindakan ekstrem dan radikal, terutama
proses deradikalisasi dan bukan pada model yang yang mengatasnamakan agama. Pendidikan
diterapkan oleh perguruan tinggi dalam proses perdamaian (peace edcation) dapat menjadi
deradikalisasi, (d) penelitian sebelumnya kurang proses deradikalisasi umat beragama (Machali
memberikan fokus penelitiannya kepada dalam Ramadhan, 2016, hlm. 64).
perguruan tinggi dalam proses deradikalisasi Arifin (dalam Ramadhan, 2016, hlm. 66)
untuk mahasiswa, dan (e) penelitian ini lebih terdapat dua hal yang perlu dilakukan oleh
terfokus pada mahasiswa yang berada pada institusi pendidikan. Pertama, melakukan deteksi
rumpun eksak yang menurut penelitian LIPI lebih secara dini (early warning) terhadap pergerakan
mudah terkena pada radikalisme. paham radikal baik yang melalui proses dari atas
ke bawah (top-down process) yang dilakukan
METODE PENELITIAN oleh pihak luar, maupun yang dilakukan dari
Penelitian ini di laksanakan di bawah ke atas (bottom-up process) yakni individu
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). sendiri mengekplorasi paham radikal melalui
Berdasarkan pada masalah yang diteliti, peneliti berbagai sumber sehingga dirinya terinfiltrasi.
menggunakan metode kualitatif dalam penelitian Kedua, mengembangkan suatu model pendidikan
ini. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010, yang dapat mencegah pada suatu desain utuh
hlm. 4) menyatakan penelitian kualitatif yang memuat kerangka pandang yang mendasar
merupakan “prosedur penelitian yang (philosophical foundation) terhadap Islam,
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata materi, model pembelajaran, serta lingkungan
yang dapat menumbuhkan pengetahuan dan sikap

359
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 357-362

pengakuan, toleran dan kooperatif terhadap pihak mengetahui aspek kenegaraan, agama, sosial dan
yang berbeda baik karena alasan agama, paham hukum. Selain itu, dalam pelaksanaannya
keagamaan, budaya dan lain sebagainya. kegiatan deradikalisasi juga diadakan kegiatan
Simpusium Nasional dengan menghadirkan
Masalah Implementasi Deradikalisasi tokoh yang ahli dalam bidang kenegaraan.
Masalah yang muncul dari proses Pada aspek kenegaraan diajarkan kepada
deradikalisasi yaitu sering tidak konsisten dalam mahasiswa materi kuliah Pendidikan
penerapan program, seperti diungkapkan oleh Kewarganegaraan serta Politik dan Tata
Noricks (2009, hlm. 299) “as elucidated by a Pemerintahan, aspek pembelajaran yang
number of deradicalisation specialists, the many dipelajari berkaitan dengan moral warga negara,
processes and methodologies of deradicalisation struktur pemerintahan, hak dan kewajiban warga
programs are inconsistent, and are often negara yang kesemua itu ditujukan untuk
dependant on issues far more complex than memberikan kesadaran kepada mahasiswa untuk
suggested”. senantiasa ikut berpartisipasi dalam
Dalam implementasi program pembangunan negara.
deradikalisasi yang dilakukan pemerintah Dalam proses pembelajaran pendekatan
Indonesia justru memunculkan permasalahan, yang dilakukan secara individual dan kelompok,
seperti studi yang dilakukan oleh Yunanto (dalam yang ditujukan agar mahasiswa dapat memahami
Muhammad dan Surwandono, 2016, hlm. 28) cara memecahkan masalah secara individu
terhadap program deradikalisasi pemerintah, maupun secara kelompok, hal itu dilakukan untuk
justru menimbulkan persoalan serius, bahkan meningkatkan kemampuan kognitif. Selain itu,
semakin memicu penyebaran pemikiran radikal. untuk meningkatkan kemampuan afektif maka
Selama ini program deradikalisasi dilakukan pembelajaran keteladanan merupakan cara yang
melalui beberapa pendekatan, seperti pendekatan dilakukan untuk memberikan contoh sikap
keamanan, dan pendekatan penegakan hukum kepada mahasiswa, serta pada aspek
dan kurang menggunakan pendekatan melalui pengembangan psikomotor dilakukan dengan
jalur budaya dan pendidikan relatif belum banyak survey tindakan masyarakat yang ditujukan agar
dieksplorasi. Pendekatan keamanan dan hukum mahasiswa mempunyai keterampilan dalam
cenderung mengedepankan unsur represif, memecahkan masalah.
sedangkan pendekatan budaya dan pendidikan
mengedepankan unsur preventif dan humanis. Hasil Pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan
Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Hasil yang diperoleh selama
Kewarganegaraan pembelajaran mata kuliah pendidikan
Perencaan pendidikan kewarganegaraan kewarganegaraan menunjukan hasil perubahan
dalam mengupayakan deradikalisasi dilakukan pada ranah kogntif, afektif dan psikomotor dalam
secara berkelanjutan, diantaranya: perumusan diri mahasiswa. Selama observasi yang dilakukan
materi pembelajaran, pemilihan dan menunjukan hasil bahwa selama pembelajaran
pengorganisasian materi pembelajaran, mahasiswa terlihat fokus pada materi pelajaran
pemilihan sumber pembelajaran, persiapan yang disampaikan baik yang bersifat kenegaraan,
kegiatan pembelajaran dan penilaian keagamaan, sosial dan hukum. Selain itu, hasil
pembelajaran. Pada dasarnya pelaksanaan yang dicapai oleh mahasiswa selama
kegiatan deradikalisasi yang dilakukan berfokus pembelajaran dapat dilihat dari penilaian ujian
pada pembelajaran diruang kuliah, materi-materi tengah semester maupun ujian akhir semester
yang diajarkan bertujuan agar mahasiswa yang menunjukan nilai yang baik, hal ini

360
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 357-362

menandakan bahwa hasil pembelajaran mata Artikel Jurnal


kuliah pendidikan kewarganegaraan menunjukan Muchith, M.S 2016, ‘Radikalisme Dalam Dunia
hasil yang positif. Pendidikan’. Jurnal ADDIN, 10 (1), hlm.
Kegiatan deradikalisasi yang dilakukan 163-181.
pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Usman 2014, ‘Model Deradikalisasi Narapidana
tidak hanya dilakukan didalam ruang kelas, akan Terorisme Studi Perbandingan
tetapi juga berupa simposium kebangsaan. Hasil Deradikalisasi Di Yaman, Arab Saudi,
dari kegiatan tersebut dapat memberikan Singapura, Mesir Dan Indonesia’, Jurnal
pemahaman mengenai kenegaraan kepada Inovatif, 7 (2), hlm. 1-16.
mahasiswa. Hal ini dapat dilihat ketika Cilluffo, F.J, Cardash, S.L & Khor, L.O, 2014.
simposium kebangsaan dilakukan peserta yang ‘Detainee Release and Global Public
hadir sangat banyak, serta diskusi kebhinekaan Safety: Terrorist Disengagement and
yang sesuai dengan konteks kenegaraan membuat Deradicalization Programs The Way
peserta yang hadir terutama mahasiswa Ahead’. Journal HSPI, 22(6), hlm. 1-14.
memahami makna dari persatuan dan kesatuan Prosiding Seminar/Konferensi
bangsa. Muhammad, A & Surwandono, 2016,
‘Strukturasi Organisasi Mahasiswa Ekstra
KESIMPULAN Kampus Berbasis Islam dalam
Perencanaan pembelajaran dalam Mendiskursuskan Deradikalisasi
pendidikan kewarganegaraan yaitu a) perumusan Pemikiran Politik dan Keagamaan’,
materi pembelajaran, b) pemilihan dan Prosiding Konferensi Nasional Ke-4
pengorganisasian materi pembelajaran, c) Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan
pemilihan sumber pembelajaran, d) persiapan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) (hlm.
kegiatan pembelajaran, dan e) penilaian 25-31).
pembelajaran. Kegiatan deradikalisasi melalui
pembelajaran diruang kelas secara berkelanjutan Skripsi, Tesis, atau Disertasi
dan berkesinambungan dalam satu semester, serta Ramadhan, H 2016, ‘Deradikalisasi Paham
dengan adanya asrama dan simposium Keagamaan melalui Pendidikan Islam
Rahmatan Lil’alamin (Studi Pemikiran
kebangsaan, serta adanya perubahan dari aspek
Pendidikan Islam KH. Abdurrahman
kognitif, afektif dan psikomotor dalam diri Wahid)’. Tesis. Program Magister
mahasiswa mengenai kenegaraan. Pendidikan Agama Islam Pascasarjana,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Sumber Rujukan dari Website
Mufid, A.S. dkk 2011, Executive Summary of
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2016, 19
Research on Motivation and Root Causes
Februari). Radikalisme Ideologi
of Terrorism, Penerbit Indonesian Institute
Menguasai Kampus. [online]. Viewed 26
for Society Empowerment, Jakarta.
April 2019 Diakses dari
Nazir, M 2011), Metode Penelitian, Ghalia
http://lipi.go.id/berita/single/Radikalisme-
Indonesia, Bogor.
Ideologi-MenguasaiKampus/15082
Moleong, L.J 2010, Metode Penelitian Kualitatif
(Edisi Revisi), PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.

361
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 357-362

Noricks, D. (2009). Disengagement and


Deradicalization: Processes and Programs.
How Does Terrorism End? In Paul Davis
& Kim Cragin (RAND) Social Science for
Counterterrorism: Putting the Pieces
Together. Retrieved from RAND. [online].
Viewed 26 April 2019 Diakses dari
http://www.rand.org/pubs/monographs/20
09/RAND_MG849.pdf

362

You might also like