Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
Amilatu Sholihah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
[email protected]…………………………………………………………………………………………………………….
Abstract: Critical Theory in Jurgen Habermas' Communication Paradigm. This article discusses the thoughts of Jurgen
Habermas, especially his thoughts on critical theory in the communication paradigm. This type of research is literature, using a
descriptive-analytical qualitative approach, which describes the intellectual history of Jurgen Habermas, the history of the
emergence of critical theory in the communication paradigm and Jurgen Habermas's thoughts on critical theory in the
communication paradigm. The results of this study indicate that Jurgen Habermas is a second generation philosopher from the
Frankfurt school who studies critical theory of communication. His theory started from his predecessor who stated that studying
humans is the same as studying nature which is certain and predictable. Even though human nature is dynamic, it cannot be
guessed, let alone used as an object. Starting from this condition, Habermas tried to offer his communication theory, so that
humans can communicate well when they want to decide something by discussing/communicating. The implications of critical
theory of communication in Islamic studies are very helpful for Muslims, especially when someone wants to have a dialectic
across cultures, religions and countries. By communicating, it will lead to an attitude of mutual understanding, very high
tolerance, not judging each other and not blaming one another.
Keywords: Jurgen Habermas, critical theory, communication paradigm.
Abstrak: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas. Artikel ini membahas tentang pemikiran
Jurgen Habermas, khususnya pemikirannya tentang teori kritis dalam paradigma komunikasi. Jenis penelitian ini
yaitu kepustakaan, dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, yaitu
mendeskripsikan sejarah intelektual Jurgen Habermas, sejarah munculnya teori kritis dalam paradigma komunikasi
serta pemikiran Jurgen Habermas tentang teori kritis dalam paradigma komunikasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Jurgen Habermas merupakan filosof generasi kedua dari madzhab Frankfrut yang mengkaji
tentang teori kritis komunikasi. Teorinya berawal dari pendahulunya yang menyatakan bahwa dalam mempelajari
manusia itu sama dengan mempelajari alam yang pasti dan mudah ditebak. Padahal sifat manusia itu dinamis tidak
bisa ditebak apalagi dijadikan obyek. Berawal dari kondisi tersebutlah Habermas mencoba menawarkan teori
komunikasinya, agar supaya manusia dapat berkomunikasi dengan baik ketika ia ingin memutuskan sesuatu hal
denagn cara berdiskusi/berkomunikasi. Implikasi teori kritis komunikasi dalam kajian keislaman ini sangat
membantu umat muslim khususnya ketika seseorang ingin berdialektika lintas budaya, agama dan negara. Dengan
berkomunikasi maka akan menimbulkan sikap saling memahami, toleran yang sangat tinggi, tidak saling menjudge
dan tidak menyalahkan antara satu dengan yang lain.
Kata kunci: Jurgen Habermas, teori kritis, paradigma komunikasi.
154 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
Pendahuluan eksakta dengan kemajuan teknologinya.
Filsafat sebagai suatu proses Filsafat tidak mencari persamaan,
berpikir manusia terus berkembang dari melainkan menggali perbedaan.
masa ke masa, mulai dari era klasik yaitu Keseragaman adalah racun bagi filsafat, dan
era Plato, Aristoteles, dan Socrates hingga keselarasan adalah liang kubur bagi
sampai masa positivisme yang dikemukan pemikir kreatif. Agar manusia dapat
oleh A.J. Ayer dan Lakatos yang tentram, dibutuhkan jaminan untuk
mengemukakan tentang metode riset menikmati keadilan, dan supaya ia dapat
ilmiah. Setiap tokoh mempunyai paradigma adil, ditegaskan keharusan berpikir kritis.2
berpikirnya masing-masing dalam Artinya, menolak segala kepuasan
menciptakan suatu teori. Paradigma adalah intelektual yang hanya loyal terhadap tafsir
sistem kepercayaan dasar atau pandangan yang sudah mapan untuk tidak
dunia yang membimbing seorang peneliti. mengatakan asal mencari kesamaan saja.
Fungsi paradigma dalam penelitian tidak Jurgen Habermas adalah salah
hanya dalam hal memilih metode, namun seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas
juga dalam menentukan cara-cara dari filsafat kritisnya adalah, bahwa ia
fundamental secara ontologis dan selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap
epistemologis. Guba dan Lincoln membagi hubungan-hubungan sosial yang nyata.
empat kategori paradigma penelitian sosial Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat
(terutama penelitian kualitatif), yakni, serta dirinya sendiri dalam konteks
positivisme, post-positivisme, teori kritis, dialektika struktur-struktur penindasan dan
dan konstruktivisme (naturalistik).1 emansipasi. Filsafat ini tidak
Keempat paradigma tersebut mewarnai mengisolasikan diri dalam menara gading
teori dan penelitian ilmu-ilmu sosial yang teori murni. Pemikiran kritis merasa diri
berkembang hingga saat ini. Perbandingan bertanggung jawab terhadap keadaan sosial
dan perbedaan di antara paradigma yang nyata.3 Dengan ekplorasi kritisnya,
tersebut mendorong dinamika kemajuan tampak nantinya Habermas melakukan
ilmu sosial secara khusus, terutama dalam suatu kritik ideologi dan ilmu melalui kritik
menjawab perkembangan ilmu-ilmu
2
Jurgen Habermas, Ilmu dan Teknologi Sebagai
Ideologi, tej: Hasan Basari, Jakarta: LP3ES, 1990, h
1
Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S. xi.
3
Handbook of Qualitative Research, terj. Dariyatno, Franz Magnis-Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu
dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009, h 129. Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1992, h 176.
155 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
pengetahuan. Pengetahuan, ilmu, dan kritisnya, serta inti pemikirannya dari teori
teknologi, merupakan tiga hal yang saling kritis tersebut.5 Selain itu tulisan Anwar
berhubungan dalam praksis kehidupan Nuris “Tindakan Komunikatif: Sekilas
manusia. Pengetahuan merupakan Tentang Pemikiran Jurgen Habermas” juga
aktivitas, proses, kemampuan, serta bentuk membahas tentang bagaimana teori kritis
kesadaran manusia, sedangkan ilmu komunikatif itu diaplikasikan dalam
sebagai satu pengetahuan yang berkomunikasi dengan lintas budaya agar
direfleksikan secara metodis. Jika ilmu dan dapat bersifat netral dan moderat, jadi
pengetahuan membeku menjadi suatu artikel ini lebih membahas tentang
delusi atau kesadaran palsu yang merintangi bagaimana tindakan komunikasi menurut
praksis sosial manusia untuk Habermas dan bagaimana
merealisasikan kebaikan, kebenaran, mengaplikasikannya dalam kehidupan
kebahagiaan dan kebebasannya, maka sehari-hari khususnya dalam menghadapi
keduanya telah berubah menjadi komunikasi lintas budaya.6 Selanjutnya
„ideologis‟.4 “Relasi Ruang Publik dan Pers Menurut
Kajian tentang teori kritis Habermas Habermas” karya Yadi Supriadi, ia
telah banyak dilakukan oleh para peneliti menjelaskan bagaimana ruang publik
ilmiah dan para sarjanawan terdahulu. Oleh digunakan dalam berkomunikasi,
karena itu, penulis akan memaparkan digunakan dengan bebas tidak ada tekanan
beberapa tulisan terkait penelitian tentang dan unsur apapun, dan digunakan secara
teori kritis Habermas yang sekaligus jujur, benar dan tepat.7 Dan terakhir tulisan
menjadi pijakan dan dasar penulis untuk Sun Choirol Ummah “Dialektika Agama
melakukan kajian ini. Terdapat penelitian dan Negara dalam Karya Jurgen
yang berujudul “Jurgen Habermas: Problem Habermas” ia menjelaskan bagaimana
Dialektika Ilmu Sosial” yang ditulis oleh implikasi pemikiran Jurgen Hambermas
Santosa „Irfaan, dalam tulisan tersebut tentang teori kritis komunikasi yang
dijelaskan bagaiaman teori kritis Habermas 5
Santosa „Irfaan, Jurgen Habermas: Problem
itu muncul, problem-problem apa saja yang Dialektika Ilmu Sosial, Jurnal Komunika, Vol 3, No
1, 2009.
membuat Habermas memunculkan teori 6
Anwar Nuris, Tindakan Komunikatif: Sekilas
tentang Pemikiran Jurgen Habermas, Jurnal al-
Balagh, Vol 1, No 1, 2016.
4 7
Fransisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi: Yadi Supriadi, Relasi Ruang Publik dan Pers
Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan, menurut Habermas, Kajian Jurnalisme, Vol 1, No 1,
Yogyakarta: Kanisius, 1993, h 191. 2017.
156 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
digunakan untuk berdialek dengan agama Penelitian ini menggunakan metode
dan negara.8 penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-
Berdasarkan penelitian-penelitian analitis (analytical descriptive method), yaitu
yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis dengan mendeskripsikan, mengkaji dan
belum menemukan adanya penelitian menganalisis pemikiran Jurgen Habermas
secara komprehensif tentang teori kritis tentang positivisme logis. Jenis penelitian
Habermas. Secara keseluruhan artikel- ini adalah penelitian pustaka (library
artikel di atas hanya membahas tentang research) dengan melakukan penelusuran
salah satu teori yang digagas oleh dan kajian terhadap sumber-sumber
Habermas, berdasarkan data tersebut maka pustaka yang memiliki keterkaitan
penulis akan memfokuskan kajian ini langsung maupun tidak langsung9 dengan
tentang pemikiran Habermas terhadap teori Jurgen Habermas dan pemikirannya yaitu
kritis, sejarah dan perkembangannya, serta teori kritis dalam paradigma komunikasi.
ruang publik dan implikasinya terhadap Adapun Teknik pengumpulan data dalam
kajian keislaman. Artikel ini bertujuan penelitian ini adalah dengan menggunakan
untuk menulusuri perkembangan metode dokumentasi, yaitu mencari data
pemikiran filosof khususnya pada teori mengenai hal-hal yang berupa catatan,
kritis yang digagas oleh Jurgen Habermas. transkip, skripsi, jurnal, buku, dan
Penelitian ini akan difokuskan pada tiga sebagainya10 yang berkaitan dengan Jurgen
aspek pembahasan. Pertama terkait dengan Habermas dan teori kritis dalam paradigma
biografi Jurgen Habermas, Kedua membahas komunikasi.
tentang sejarah dan perkembangan Pembahasan
pemikiran teori kritis Jurgen Habermas. Jurgen Habermas merupakan seorang
Ketiga membahas tentang implikasi filosof dan sosiolog kawakan dari
pemikiran teori kritis Habermas di ruang universitas Frankfurt, Jerman yang sangat
publik terhadap kajian keislaman. lalu apa berpengaruh di abad kontemporer dengan
saja keunggulan dan kekurangannya serta pemikiran filsafatnya yang kritis terlebih
bagaimana kritikan para sarjana intelektual
dengan hal tersebut. 9
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada, Jilid I, 1983, h. 3.
8 10
Sun Choirol Ummah, Dialektika Agama dan Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian
Negara dalam Karya Jurgen Habermas, Jurnal Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipa,
Humanika, Vol 16, No 1, 2016. 1996, h. 234.
157 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
ketika ia bergabung dalam Madzhab pemikirannya di kemudian hari, termasuk
Frankfrut, ia lahir di Gummersbach dekat sensitivitasnya terhadap persoalan
Dusseldorf pada 18 Juni 1929.11 Ia demokrasi.13
merupakan anak dari keluarga kelas Kesibukannya di Institut für
menengah yang agak tradisional. Ayahnya Sozialforschung (Institut Penelitian Sosial) di
pernah menjabat sebagai direktur Kamar Frankfurt dan sebagai asisten dari Theodor
Dagang di kota kelahirannya, dan kakeknya Wiesengrund Adorno tidak
merupakan seorang pendeta Protestan.12 menghalanginya untuk mendapatkan gelar
Pada tahun 1946-1954 ia mengawali post doktoral dari Universitas Marburg.
pendidikan tingginya di Gottingen guna Tidak berhenti di sini, kurang lebih dari
mempelajari kesusasteraan, sejarah dan sepuluh buah gelar kehormatan yang ia
filsafat (Niccolai Hartman) dan mengikuti raih dari beragam Universitas diantaranya
kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah itu adalah, New School for Social Research,
melanjutkan studi filsafat di Universitas New York, Universitas Hebrew Jerusalem,
Bonn dan memperoleh gelar doktornya Universitas Buenos Aires, Universitas
dengan disertasi tentang filsuf idealis Hamburg, Reichsuniversitat Utrecht,
Jerman, Fredrich Schelling dengan judul Universitas Northwestern, Universitas
Das Abosulte und die Geshichte (Yang Evanston, Universitas Athens, Universitas
Absolut dan Sejarah) pada tahun 1954. Dua Tel Aviv, Universitas Bologna, dan
tahun kemudian ia bergabung dengan Universitas Paris.14 Pada awal tahun 1960-
Institute fur Sozialforschung (Institut an, Habermas sangat populer di kalangan
Penelitian Sosial) di Frankfurt dan di situ ia mahasiswa Jerman dan oleh beberapa
menjadi asisten Theoder W. Adorno. golongan dianggap sebagai ideolog. Lama
Bersama dengan Max Horkheimer, Adorno kelamaan ia mengalami konflik dengan
menjadi guru yang sangat penting bagi para mahasiswa sama seperti kedua
Habermas muda. Sebab melalui merekalah gurunya. Hal ini disebabkan gerakan
ia mendapatkan pendasaran tentang mahasiswa yang menggunakan kekerasan
pendekatan kritis yang selalu mewarnai dalam melakukan aksinya. Oleh sebab itu,
11 13
Ulumuddin, Jurgen Habermas dan Jürgen Habermas, Between Naturalism and
Hermeneutika Kritis (Sebuah Gerakan Evolusi Religion: Philosophical Essays, Cambridge: Polity
Sosial), Jurnal Hunafa, Vol 3, No 1, 2006, h 75. Press, 2008, h 21.
12 14
Gusti A. B. Menoh, Agama dalam Ruang Maulidin Al-Maula, “Teori Kritis Civil
Publik, Yogyakarta: PT kanisius, cet IV, 2018, h 46. Society”, Jurnal Gerbang, 13 Vol. 5, 2002, h 239.
158 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
ia mengkritik gerakan mahasiswa tersebut yang pernah ditangani.17 Kontribusi utama
dengan menerbitkan sebuah buku yang Habermas terhadap liberalisasi dan
berjudul “Gerakan Oposisi dan westernisasi budaya politik Jerman adalah
pembaharuan Perguruan Tinggi” dan buku cara yang berkelanjutan di mana ia
ini menjadi best-seller di Jerman. Setelah menyusun kembali pemikiran politik dan
mengajar di Universitas Frankfurt, hukum. Sejumlah intelektual sejarah di
Habermas menerima tawaran untuk Jerman abad ke-20 telah memberikan
menjadi direktur dari Max Planck Institut, sumbangsih nyata terhadap paradigma
yang meneliti kehidupan dalam dunia liberalisasi dan westernisasi, namun peran
ilmiah teknis.15 Habermas kembali ke yang dimainkan oleh hukum konstitusional
Universitas Frankfurt sebagai dosen filsafat dalam
dan pada tahun 1975 ia dikukuhkan sebagai reorientasi budaya telah menurun di antara
guru besar Universitas Frankfurt. Pidato dua kubu: sejarawan dan ilmuwan hukum.
sambutannya kemudian menjadi teks Habermas membubarkan antinomi lama
filosofis yang kondang: Knowledge and dalam konsep hukum dan negara yang
Human Interest. Setelah itu ia didapuk telah berkontribusi pada polarisasi politik
sebagai profesor Jerman dari Kekaisaran Jerman (1871-1918)
menggantikan Horkheimer.16 hingga penyatuan kembali Jerman pada
Pada pertengahan tahun 1960-an ia tahun 1990. Tiga hubungan konseptual
mengembangkan filsafat komunikasi yang yang kacau itu, telah menyita perhatian
rumit, penuh elaborasi dan luas, Habermas sepanjang karirnya: negara dan
menantang, membingungkan, frustasi, masyarakat sipil, legalitas dan legitimasi,
provokasi, dan menyibukkan sekaligus serta konstitusionalisme (Rechtsstaatlichkeit)
menginspirasi publiknya. Hal itu atau peraturan hukum (Rechtsstaat) dan
disebabkan karena “teori komunikasi” atau demokrasi.18
“communication action theory” dianggap Banyak yang mengatakan, bahwa
sebagai proyek filsafat paling ambisius Habermas mempunyai pengaruh yang
15
Peter L. Berger, Sejarah Filsafat
17
Kontemporer- Jerman dan Inggris, Jakarta: Penerbit Melati Mediana Tobing, Pemikiran Tokoh
Gramedia, 2014, h 307. Filsafat Komunikasi “Jurgen Habermas dan Ruang
16
Fransisco Budi Hardiman, Menuju Publik di Indonesia”, UKI, Jakarta, 2017, h 2.
18
Masyarakat Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik Matthew Specter, Habermas: an Intellectual
dan Postmodernisme menurut Jürgen Habermas, Cet. Biography, New York: Cambridge University Press,
V, Yogyakarta: Kanisius, 2013, h 28. 2011, h 13.
159 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
sangat luas. Karya-karyanya berpengaruh marxisme ortodok yang dilakukannya pada
dalam berbagai bidang keilmuan. Para tahun 1960-an, dan atas patologi-patologi
mahasiswa sosial, filsafat, politik, hukum, sosial masyarakat kapitalis liberal yang
studi kebudayaan, telah merasakan dilancarkannya pada tahun 1980-an. Kedua
pengaruh Habermas, bahkan pemikiran kritik Habermas tersebut bersentuhan
Habermas banyak dikutip untuk studi-studi dengan kebutuhan intelektual masyarakat
di atas. Luasnya pengaruh Habermas ini Indonesia di bawah rezim Soeharto yang
dikarenakan oleh banyaknya disiplin berada dalam fobia terhadap komunisme
keilmuan yang telah dipelajari dan dan menanggung ekses-ekses
didalami oleh Habermas. Ia tidak pernah pembangunan ekonomi Orde Baru.
berhenti pada satu domain keilmuan yang Sekurang-kurangnya gerakangerakan sosial
sempit. Ia belajar filsafat, sains, sejarah, dan mahasiswa cukup sensitif dengan
psikologi, politik, agama, sastra, dan seni, tema-tema yang dikembangkan Habermas.
yang kesemuanya itu dipelajarinya di Dalam salah satu magnum opusnya, Theorie
Gottingen, Zurich, dan Bonn.19 Bahkan des Komunikativen Handeln (Teori Tindakan
pengaruh Habermas tidak sebatas di tempat Komunikatif), Habermas mengembangkan
kelahirannya saja. Pengaruhnya juga konsep tindakan komunikatif dan
sampai pada, yang budaya dan corak merekonstruksi ilmu sosial modern,
pemikirannya berbeda dengan Jerman, melancarkan kritik terhadap modernitas
yaitu wilayah Anglo Amerika.20 Dan di dan masyarakat kapitalis.21 Dengan begitu
Indonesia juga telah merasakan apa yang dikembangkan Habermas sangat
pengaruhnya, yang telah dibuktikan dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia
dengan banyaknya buku-buku dan studi yang sangat minim untuk mengakses
tentang pemikiran Habermas. kebebasan berpendapat, demokrasi. Dalam
Tidak kebetulan jika pemikiran masyarakat kita, Habermas menemukan
Habermas banyak diminati oleh para pembaca setianya, yaitu kalangan LSM,
pembaca Indonesia. Hal ini dikarenakan aktivis mahasiswa, dan gerakan sosial.
kritikannya terhadap basis epistemologi Tidak mengherankan jika Habermas
banyak dikenal dan dipuji oleh berbagai
19
Gusti A. B. Menoh, Agama dalam Ruang
21
Publik, h 44. Fransisco Budi Hardiman, Demokrasi
20
Thomas McCarthy, Teori Kritis Jurgen Deliberatif: Menimbang „Negara Hukum‟ dan
Habermas, terj. Nurhadi, Kreasi Wacana, „Ruang Publik‟ dalam Teori Diskursus Jurgen
Yogyakarta, Cet. I, 2006, h v-vi. Habermas, Yogyakarta: Kanisius, 2018, h. 15-16.
160 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
kalangan dan negara, karena memang apa Habermas merupakan seorang
yang ditunjukkan Habermas adalah filosof modern generasi kedua. Pemikiran
kebutuhan masyarakat luas zaman ini. Habermas dipengaruhi oleh beberapa tokoh
Sejarah dan Perkembangan Teori Kritis filsuf diantaranya adalah Immanuel Kant,
dalam Paradigma Komunikasi Hegel, Karl Max, dan tentunya Madzhab
Teori kritis muncul sebagai kritik Frankfrut generasi pertama, seperti Adorno
terhadap fenomena kehidupan sosial, dan Horkheimer. Selain itu pemikirannya
struktur sosial dalam masyarakat, sistem juga dipengaruhi oleh perkembangan
kekuasaan, dan untuk mendorong masyarakat yang pada saat itu terjadi
perubahan egaliter. Ciri-ciri dari teori ini kejadian pahit yang ia saksikan langsung
adalah, Kritis terhadap masyarakat, berpikir yaitu perang dunia II dan pengalaman
secara historis, tidak menutup diri, dan hidupnya di bawah rezim nasionalis-
tidak memisahkan teori dari praktek. Pada sosialis Adolf Hitler turut andil dalam
dasarnya, mazhab Frankfurt ingin membangun konstruksi pemikirannya
memperjelas struktur masyarakat pasca dikemudian hari.23 Secara umum teori
industry dan melihat akibat dari struktur kritisnya mengkritisi gaya berpikir modern
tersebut dalam kehidupan manusia dan dalam hal: a) cara berpikir obyektif yang
kebudayaan secara rasional. Teori kritis melahirkan ilmu tradisional, dalam
memandang ilmu pengetahuan sosial memahami apapun termasuk manusia
budaya tidak bisa disamakan dengan ilmu filosof modern menggunakan paradigma
alam, karena alam secara mendasar sangat objektifitas yaitu pembacaan secara eksak
berbeda dengan manusia dan kegiatannya. dan pasti. b) mandul dalam praksis dan
Teori yang berusaha dibangun oleh tidak ada kontribusi teori dalam
Madzhab Frankfurt ingin melepaskan masyarakat, seharusnya yang terpenting
kehidupan dari model cara berpikir adalah bagaimana cara mengubah
positivisme (rasionalitas instrumental) masyarakat. c) banyak teori yang tidak
dimana terjadi penjajahan dunia kehidupan emansipatif yaitu tidak meningkatkan
(labenswelt) oleh sistem.22 derajat hidup masyarakat dan justru
banyak berdiskusi tentang spekulatif-
22 23
George Friedman, The Political Philosophy of Michale Pussey, Habermas: Dasar dan
Frankfurt School. London: Cornel University press, Konteks Pemikiran, Yogyakarta: Resist Book, cet 1,
1981. 2011, h 1.
161 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
spekulatif saja seperti diskusi langit. d) aliran Frankfrut ini ingin mengungkapkan
sains for sains, artinya semua ilmu itu tidak sifat masyarakat modern secara lebih akurat
pernah bebas nilai karena sautu ilmu itu yang sering disebut dengan teori kritis.
pasti ada yang melatarbelakanginya, jadi Mereka mengembangkan pemikirannya
ketika menemukan sains yang tidak pernah dengan bertolak dari keinginan untuk
memikirkan nilai maka itu mustahil. e) memperoleh teori sosial dan epistemologi
sains atau filsafat atau gagasan sebelumnya alternatif terhadap paradigma positivisme
melambangkan status-quo. f) melupakan yang dianggap sudah tidak relevan lagi.
historisitas, teori apapun akan muncul Madzhab Frankfurt menolak pandangan
dalam konteks sejarahnya sendiri-sendiri Marxisme yang terlalu menekankan pada
dan tidak ada ide yang lahir dari ruang determinisme
kosong. Jadi keenam teori yang telah ekonomi. Karena pandangan determinisme
dijelaskan secara singkat di atas merupakan ekonomi berangkat dari asumsi pemikiran
teori-teori dasar dari teori kritis positivistik yang menganggap bahwa
Habermas.24 metode ilmu alam dan prinsip ilmu alam
Pada dasarnya Teori Kritis Madzhab dapat diterapkan dengan tepat pada bidang
Frankfurt ingin memperjelas struktur yang ilmu pengetahuan sosial budaya. Mereka
dimiliki oleh masyarakat pasca industri memandang ilmu pengetahuan sosial
serta melihat akibat-akibat struktur tersebut budaya tidak bisa disamakan dengan ilmu
dalam kehidupan manusia dan kebudayaan alam, karena alam secara mendasar sangat
secara rasional. Teori Kritis ingin berbeda dengan manusia dan kegiatannya.
menjelaskan hubungan manusia dengan Dalam pandangan Habermas paradigma
bertolak dari pemahaman rasio positivisme itu mengabaikan peran
instrumental. Teori Kritis ingin membangun manusia sebagai aktor yang memiliki
teori yang mengkritik struktur dan karakteristik khas dan unik tidak seperti
konfigurasi masyarakat aktual sebagai robot.25
akibat dari suatu pemahaman yang keliru
tentang rasionalitas. Para cendekiawan
25
Chabib Mustofa, Teori Kritis Madzhab
24
Materi diambil dari perkuliahan “Filsafat Frankfrut, materi disampaikan dalam Diklat
Bahasa: Teori-teori Semiotik dan Hermeneutika” Penalaran Dasar Unit Kegiatan Pengembangan
yang diampu oleh Dr. H. Fahruddin Faiz S.Ag., Intelektual (UKPI) IAIN Sunan Ampel di Auditorium
M.Ag. pada hari Senin, 28 Desember 2020 pukul Fakultas Syariah pada Sabtu, 15 Nopember 2008, h
10.15-12.45 secara daring. 3-4.
162 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
Manusia tidak lagi memiliki fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi
kebebasan untuk memilih lagi karena yang bersifat trasendental yang melampaui
semuanya telah ditentukan, distandarkan data empiris. Dapat dikatakan, Teori kritis
oleh budaya industri. Kostumer tidak lagi merupakan kritik ideologi. Jurgen
menjadi raja, tidak lagi menjadi subjek, tapi Habermas menambahkan konsep
menjadi budak dan objek. Habermas ingin komunikasi ke dalam teori kritis tersebut
menawarkan pemikiran yang dibangun yang menurutnya dapat menyelesaikan
oleh pendahulunya yaitu dari pemikiran kemacetana teori kritis yang ditawarkan
yang rasionalitas instrumental menuju oleh pendahulunya. Jurgen Habermas
rasionalitas komunikatif yang membedakan antara pekerjaan dan
mengandaikan adanya situasi pembicaraan komunikasi (interaksi). Pekerjaan
yang ideal. Habermas beralih ke paradigma merupakan tindakan instrumental, jadi
komunikasi dengan mengintegrasikan sebuah tindakan yang bertujuan untuk
linguistic-analysis dalam Teori Kritis. mencapai sesuatu. Sedangkan komunikasi
Komunikasi adalah titik tolak fundamental adalah tindakan saling pengertian.27
Habermas untuk mengatasi kemandekan Evolusi sosial berlangsung melalui
Teori Kritis para pendahulunya. Kegagalan proses-belajar masyarakat (sosial learning-
para pendahulunya adalah karena teori process). Proses belajar tersebut berlangsung
kritis yang dilandasi rasio kritis akhirnya dalam dua dimensi yakni, dimensi kognitif-
berubah menjadi mitos atau ideologi baru. teknis (derivasi dari kerja) dan dimensi
Emansipasi yang diperjuangkan mereka moral-komunikatif (derivasi dari interaksi
hanya menjadi mitos yang tak kunjung atau komunikasi). Habermas dalam
selesai.26 hipotesisnya berpendapat bahwa faktor
Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi utama pendorong berlangsungnya evolusi
Menurut Jurgen Habermas, teori sosial terletak pada proses-belajar atau
kritis bukanlah teori ilmiah, melainkan rasionalisasi. Di sini, Habermas
suatu metodologi yang berdiri di dalam menghubungkan antara rasionalisasi
ketegangan dialektis antara filsafat dan masyarakat dengan proses belajar “Societal
ilmu pengetahuan (sosiologi). Teori krtis
berusaha menembus realitas sosial sebagai
27
Wahyuddin Bakri, Biografi Tokoh-Tokoh
26
Chabib Mustofa, Teori Kritis Madzhab Sosiologi Klasik sampai Modern. Parepare: IAIN
Frankfrut…, h 4-5. Parepare Nusantara Press, 2020.
163 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
rationalization is a learning process”.28 normatifnya, dan keadaan yang sebenarnya
Rasionalisasi masyarakat evolusi sosial atau ketulusan atas manifestasi pengalaman
(Hegelian, Marxian, Weberian). Konsep subjektif. Kita dapat mengakui dengan
evolusi sosial mewadahi kesemestaan mudah bahwa disanalah tiga hubungan
manusiawi berdasarkan pada konsep aktor kepada dunia yang disyaratkan oleh
praksis yang benar. Praksis tersebut ilmuwan sosial dalam analisa konsep
meliputi kerja dan komunikasi. terjadinya tindakan berada; tapi dalam konsep
transformasi sosial sebenarnya terletak tindakan komunikasi mereka dianggap
pada proses-belajar masyarakat dalam berasal dari perspektif pembicara dan
dimensi praktis-moral yang komunikatif pendengar mereka sendiri. Itu adalah aktor
ini. Perkembangan teknis tidak selalu mereka sendiri yang mencari konsensus
menghasilkan tantangan evolusioner. dan mengadunya melawan kebenaran,
Kemajuan teknis baru mengubah keadilan, ketulusan, yaitu, melawan
masyarakat setelah diapresiasi secara “pantas” atau “tak pantas” antara
praktis oleh individu-individu dalam perbuatan-tutur, pada satu sisi, dan tiga
masyarakat dengan membangun institusi- dunia yang mana aktor mengambil
institusi baru yang sesuai. Transformasi hubungan dengan ucapannya, pada sisi
sosial perlu diperjuangkan melalui dialog- lain. Sungguh hubungan menarik antara
dialog emansipatoris. Hanya melalui “jalan sebuah ucapan dan:
komunikasi” dan bukan “jalan dominasi” 1. Dunia Objektif (sebagai keseluruhan
inilah diutopikan terwujudnya suatu dari semua entitas yang mana
masyarakat demokratis radikal, yaitu statemen yang benar merupakan
masyarakat yang berinteraksi dalam kemungkinan), realitasnya empiris-
suasana “komunikasi bebas dari analistis (sesuatu yang sifatnya bisa
penguasaan”.29 diakses dengan panca indera dan
Pembicaraan kebenaran diaturan akal), ilmunya IPA tentang
dalam tindakan secara sah dan konteks kealaman, kepentingan belajarnya
adalah teknis, dan termasuk
28
J. Braaten, Habermas's critical theory of kesepakatan semua orang.
society. New York: State University of New York
2. Dunia Sosial (sebagai keseluruhan
Press, 1991.
29
Tuti Widiastuti, Independensi Media Sebagai dari semua regulasi hubungan
Institusi Public Sphere: Kasus Di Indonesia, Jurnal
Forum Ilmiah, Vol 9, No 1, 2012, h 27.
164 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
interpersonal yang sah), dunia menggunakan dan men-tematisasi-kan
hidup bersama orang lain, pada waktu yang telah diberikan. Secara
realitasnya sosial-kritis, sifat luas, situasi defnisi dihasilkan dari
ilmunya intersubjektif (ikmu IPS, perundingan peserta-peserta mereka
Humaniora), belajar ini sendiri, segmen tematik kehidupan dunia
kepentingannya untuk ini merupakan bentuk penyelesaian mereka
emansipasi/naik kelas & semakin secara negosiasi atas setiap situasi defnisi
baik dalam hidup bersama. baru.30
3. Dunia Subjektif (sebagai Teori perbuatan tutur, oleh
keseluruhan pengalaman pembicara Habermas digunakan untuk menganalisis
yang mana dia mempunyai hak hak sifat khusus dari praksis komunikatif. Inti
akses yang istemewa), realitasnya pemikirannya bahwa berbahasa atau
historis-hermeneutis, sifatnya berbicara harus dimengerti sebagai sedang
subjektif, ranahnya pengalaman melakukan perbuatan tertentu, yaitu
pribadi, dan kepentingannya itu perbuatan tutur. Perbuatan tutur itu terdiri
inter-subjektif. atas dua bagian, yakni bagian proposisional
Dari ketiga teori ini Habermas lebih yang menunjuk kepada fakta atau
menggunakan teori yang ketiga ketika kenyataan tertentu dan bagian performatif,
berkomunikasi. Tindakan komunikasi tempat penutur menjelaskan bagaimana
adalah interaksi minimal dari dua orang kenyataan itu harus dipahami oleh
untuk menghasilkan mutual understanding pendengar. Dalam hal penutur
tentang satu kondisi tertentu. Mutual menyampaikan sifat komunikatif kepada
understanding hasilnya rencana dan pendengar, maka harus terkandung klaim
koordinasi, jadi tidak saling menjatuhkan kesahihan (validity claim), yang terdiri atas
akan tetapi berkomunikasi. Setiap proses klaim kebenaran (truth), ketepatan normatif
mencapai pemahaman melawan dasar (normative rightness), dan keikhlasan
kebudayaan yang berurat-berakar pada (truthfulness).31 Klaim kebenaran harus
pra-pengertian. Dasar pengetahuan ini diterima, jika penutur menunjukkan
tetap tidak menjadi masalah secara kenyataan dari perbuatan tuturnya
keseluruhan; hanya pada bagian stok 30
Anwar Nuris, Tindakan Komunikatif…, h 62.
31
pengetahuan yang mana peserta-peserta K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer:
Inggris-Jerman, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Cet. IV, 2002, h 245-246.
165 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
sungguh-sungguh ada. Klaim ketepatan argumentasi relevan yang bertumpu pada
digunakan oleh penutur yang memiliki argumentasi yang terbaik. Argumentasi
kewenangan dan hak normatif untuk terbaik itu akan muncul, jika syarat
melarang, bertanya, berjanji, dan lain komunikatif itu juga terpenuhi hingga
sebagainya, sesuai dengan hak dan membuahkan situasi percakapan yang ideal
kewenangannya. Dengan klaim atas (the ideal speech situation), jika;
keikhlasan, maka penutur wajib (1) Peserta memiliki peluang yang sama
memaksudkan atas apa yang dikatakannya, untuk memulai diskusi atau
bukan sandiwara.32 mengemukakan dan mengritik
Bagi Habermas, klaim kesahihan ini argumentasi peserta lain,
pada prinsipnya bisa dikritik. Pendengar (2) Tidak ada perbedaan kekuasaan
dapat menolak klaim kebenaran, ketepatan, dalam mengajukan argumentasi,
dan keikhlasan penutur dan mengajukan dan
klaimnya sendiri yang berbeda. Kedua (3) Peserta dengan ikhlas
belah pihak harus menguji klaimklaim mengungkapkan pemikirannya
keshahihan secara kritis, mengemukakan hingga tidak ada manipulasi. 34
pandangannya dan ditunjang alasan yang Menurut Habermas, dalam struktur
tepat. Dengan demikian, pada praksis komunikasi melalui bahasa itu terkandung
komunikatif ditandai oleh struktur pencapaian hubungan bebas kekuasaan dan
rasionalinternal. Ada persetujuan, tidak ada simetris, artinya kedua belah pihak penutur
pemaksaan dan penerimaan suka rela, dan pendengar selalu sederajat karena
karena klaim kesahihan selalu mungkin komunikasi melalui bahasa ini tertuju pada
dikritik. Persetujuan tersebut bertumpu persetujuan suka rela tidak manipulatif,
pada keyakinan rasional.33 Menurut dan tidak dipaksakan, sebagai kunci bagi
Habermas, benar adalah ucapan-ucapan klaim kesahihan.35
yang diterima berdasarkan konsensus di Habermas membagi paradigma
antara semua pihak yang bersangkutan. ilmu pengetahuan menjadi tiga. Pertama,
Konsensus dapat dinilai rasional. Semua paradigma instrumental knowledge. Dalam
peserta diskusi mengemukakan paradigma ini pengetahuan lebih
32 34
K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer…, h K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer…, h
246. 247-248.
33 35
K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer…, h K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer…, h
246-247. 248.
166 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
dimaksudkan untuk menaklukkan dan untuk memahami realitas, mencari makna.
mendominasi objeknya. Yang digolongkan Sementara dalam paradigm kritis tugas
dalam paradigma ini adalah Positivisme.36 ilmu bukan hanya untuk memotret realitas,
Habermas mengelompokkan sebagai ilmu tetapi juga mengubahnya (membebaskan).
empiris-analitis, yang perlakuannya seperti Dalam ilmu-ilmu humaniora
ilmu alam. Tugasnya mencari hukum- (Geisteswissenschaften) fakta-faktanya hanya
hukum kausalitas yang bersifat nomotetis.37 bisa ditangkap dengan Verstehen
Kedua, paradigma ilmu-ilmu historis (pemahaman), yang di dalamnya tidak
hermeneutik (hermeneutic knowledge, begitu penting untuk hukum-hukum
interpretative knowledge). Dasar filsafat aliran umum (generalisasi). Fenomenologi
ini adalah phenomenology dan hermeneutics, menyingkapkan kemampuan-kemampuan
yaitu tradisi filsafat yang lebih menekankan suatu subjektivitas yang memberi makna.
minat yang besar untuk memahami Dalam pandangan Husserl, subjektivitas
(verstehen, understand). Ketiga, paradigma yang aktif ini menghilang di bawah selimut
kritis atau critical/emancipatory knowledge. pemahaman diri yang objektif.38
Bagi paradigma ini,ilmu sosial lebih Berbicara mengenai pemikiran
dipahami sebagai proses katalisasi untuk Habermas pasti tidak akan telepas dari
membebaskan (emancipatory) manusia dari rasionalitas komunikatif/tindakan
segenap ketidakadilan. Paradigma ini komunikatif. Untuk memahami maksud
memperjuangkan pendekatan yang bersifat dari rasionalitas komunikatif sebaiknya
holistik serta menghindari cara berpikir terlebih dahulu mengetahui tentang
determinisktik dan reduksionistik. rasionalitas instrumental. Rasionalitas
Jika dalam paradigma Positivis instrumental adalah rasionalitas yang
tugas ilmu adalah untuk meramalkan, diarahkan atau bekerja untuk mengejar
mencari penjelasan sebab-musabab, dalam seefektif mungkin kepentingan diri sendiri,
paradigma Interpretatif tugas ilmu adalah bersifat menominasi dan menghegemoni.
36
Rasionalitas instrumental ini juga bersifat
Y.L Akhyar, Teori Kritis dan
Postmodernisme: Pengaruhnya pada Filsafat Ilmu monologis, dan juga bertujuan untuk
dan Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial-Budaya
Kontemporer. Jakarta: FIB-UI. 2011. Lihat juga mengontrol. Berbeda dengan rasionalitas
Jurgen Habermas, Theory and Practice, translated by
38
John Viersel, London: Heimemaun, 1968. Anas Saidi, Pembagian Epistemologi
37
F. von Magnis, Ringkasan Sejarah Marxisme Habermas dan Implikasinya Terhadap Metodologi
dan Komunisme. Jakarta: Penerbit Sekolah Tinggi Penelitian Sosial dan Budaya, Jurnal Masyarakat dan
Drijarkara, 1990. Budaya, Vol 17, No 2, 2015, h 114.
167 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
instrumental, rasionalitas komunikatif ringkas dapat dikatakan ada dua tema
adalah “rasionalitas” yang bekerja untuk pokok yang dikemukakan Habermas dalam
mencapai kesepahaman bersama melalui buku tersebut yakni pertama, analisisnya
bahasa atau sarana-sarana komunikasi yang mengenai asal mula ruang publik borjuis;
lain. Dengan demikian rasionalitas kedua, perubahan struktural ruang publik di
komunikatif ini lebih bersifat dialogis zaman modern yang ditandai oleh
ketimbang monologis, lebih ditujukan bangkitnya kapitalisme, industri
untuk mencapai penerangan(pencerahan) kebudayaan, dan makin kuatnya posisi
ketimbang paksaan atau dominasi.39 organisasi-organisasi yang bergerak dalam
Habermas menggunakan konsep ekonomi serta kelompok bisnis besar dalam
rasionalitas ini lebih berhubungan dengan kehidupan publik. Pada analisis yang
bagaimana subjek yang berbicara dan kedua tersebut organisasi ekonomi besar
bertindak, memeroleh dan menggunakan dan institusi pemerintah mengambil alih
pengetahuan ketimbang dengan ruang publik, sementara warga negara
kepemilikan pengetahuan. Di dalam cukup senang menjadi konsumen barang,
tuturan Bahasa, pengetahuan diekspresikan jasa, administrasi politik dan tontonan
secara eksplisit, sementara dalam tindakan- publik.41
tindakan yang berorientasi tujuan, suatu Kunci dari komunikasi adalah
kemampuan, suatu pengetahuan demokrasi deliberatif dimana ketika
diekpresikan secara implisit; kecakapan terdapat peraturan atau undang-undang
(Know-How) ini secara prinsipil dapat yang menyangkut semua orang dalam
diubah menjadi pemahaman (Know-That). suatu institusi maka yang dilihat adalah
Ruang Publik dan Implikasinya Terhadap bagaimana prosesnya? Apakah sudah
Kajian Keislaman melalui musyawarah?. Untuk lahirnya
Pemikiran Habermas tentang ruang demokrasi deliberatif maka dibutuhkan
publik tersaji dalam karyanya, ruang publik. Di sini ruang publik
Strukturwandel der Offentlichkeit yang mencakup organ-organ penyedia informasi
diterbitkan pada tahun 1962.40 Secara dan perdebatan politis seperti surat kabar,
jurnal, lembaga-lembaga diskusi politis
39
Radita Gora dan Sandra Olifia, Membangun
Paradigma Komunikasi dalam Perspektif Habermas, a Category qf Bourgeois Society, Cambridge MIT
Jurnal IKOM USNI, Vol 5, No 2, 2017, h 77-78. Prees, 1991.
40 41
Jurgen Habermas, The Structural Jurgen Habermas, The Structural
Transformation of the Public Sphere: an Inquiry into Transformation of the Public Sphere..., h 3.
168 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
seperti parlemen, klub-klub politik, klub- mengartikulasikan kebutuhan masyarakat
klub sastra, perkumpulan-perkumpulan kepada negara (... made up of private people
publik, rumah minum dan warung kopi, gathered together as a public and articulating
balai kota, dan tempat-tempat publik the needs of society with the state...).44
lainnya yang menjadi ruang terjadinya Kondisi-kondisi yang dimaksudkan
diskusi sosial politik. Di tempat-tempat itu, Habermas adalah pertama, semua warga
kebebasan berbicara, berkumpul, dan negara yang mampu berkomunikasi,
berpartisipasi dalam debat politik dijunjung memiliki hak yang sama dalam
tinggi. Kepublikan (publicity) yang terjadi berpartisipasi di ruang publik. Kedua,
dalam ruang publik dengan sendirinya semua partisipan memiliki peluang yang
mengandung daya kritis terhadap sama untuk mencapai konsensus yang fair
prosesproses pengambilan putusan yang dan memperlakukan rekan komunikasinya
tidak bersifat publik.42 sebagai pribadi-pribadi yang otonom dan
Oleh karena itu, ruang publik di sini bertanggung jawab, dan bukan sebagai alat
tidak selalu identik dengan bangunan yang dipakai untuk kepentingan tertentu.
publik, namun Habermas lebih mengaitkan Ketiga, ada aturan bersama yang
ruang publik dengan kondisi-kondisi yang melindungi proses komunikasi dari tekanan
memungkinkan para warga negara (private dan diskriminasi, sehingga argumen yang
sphere) datang bersama-sama lebih baik menjadi dasar proses diskusi.45
mengartikulasikan kepentingan- Dengan kata lain, dalam ruang publik,
kepentingannya untuk membentuk opini kondisi-kondisi (nilai-nilai) yang tercipta
dan kehendak bersama secara diskursif. adalah kondisi yang inklusif, egaliter, dan
Ruang publik borjuis dipahami sebagai bebas tekanan.46 Dengan demikian, ruang
ruang orang-orang privat yang berkumpul publik itu memungkinkan para
sebagai publik (...the sphere of private people warganegara untuk bebas menyatakan
come together as a public;...).43 Ruang publik sikap mereka, karena ruang publik itu
terjadi karena orang-orang privat menciptakan kondisi-kondisi yang
berkumpul sebagai sebuah publik dan
44
Jurgen Habermas, The Structural
42
Irfan Noor, Identitas Agama, Ruang Publik Transformation of the Public Sphere..., h 176.
45
dan Post-Sekularisme: Perspektif Diskursus Jurgen Jurgen Habermas, The Structural
Habermas, t.dt, h 4. Transformation of the Public Sphere..., h 36-37.
43 46
Jurgen Habermas, The Structural Franki Budi Hardiman, Demokrasi
Transformation of the Public Sphere..., h 27. Deliberatjf…, h 44.
169 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
memungkinkan para warga negara untuk yang dominan (penguasa). Ini berarti, ada
menggunakan kekuatan argumen. keterlibatan tangan-tangan manusia yang
Perkembangan ruang publik mempengaruhi warna, corak, dan model
memperlihatkan sebuah proses masyarakat dari produk pemikiran Islam, sementara
menuju pada kemampuan komunikasi pada saat yang sama manusia-manusia
bersama. Habermas membagi ruang publik yang melahirkan produk pemikiran
ke dalam dua jenis; (1) ruang publik politik, tersebut juga sulit melepaskan diri dari
dan (2) ruang publik sastra. Ruang publik situasi dan konteks sosial-politik yang
politik bukan hanya memperlihatkan secara tidak langsung ikut memberi andil
keterbukaan ruang yang dapat diakses, yang cukup signifikan dalam membangun
tetapi memperlihatkan pula bagaimana corak dan sistem pemikiran (episteme) yang
struktur sosial masyarakat yang berubah. dominan di era kesejarahan tertentu.48
Kelas-kelas sosial yang terbentuk dari Oleh karena itu, teks teks
sistem feodal lambat laun tidak dapat interpretatif yang dihasilkan ulama-ulama
dipertahankan lagi. Sementara itu dalam klasik-skolastik diproduksi oleh suatu
ruang publik sastra, kesadaran literasi “nalar Islam”, sementara nalar tersebut
masyarakat mulai meningkat sejalan selalu terkait dengan konteks sosial,
dengan kemunculan penerbitan-penerbitan, kultural atau aliran teologis yang
diskusi masyarakat mengenai seni, estetika, melatarbelakanginya,49 Tema-tema inilah
maupun sastra tersebar di penjuru Eropa.47 yang dikedepankan oleh hermeneutika
Gagasan hermeneutika kritis Jürgen sosial kontemporer dalam upaya
Habermas yang secara eksplisit tertuang memahami pemikiran seorang pengarang
dalam theory of communicative action
berusaha menempatkan subyek-subyek 48
Michel Foucault, The Archaeology of
Knowledge, terj. A.M. Sheridan Smith, New York:
yang terlibat dalam komunikasi pada posisi Harper and Row, 1976, h 191. Bandingkan dengan K.
yang sejajar, koeksistens dan terbebas dari Bertens, Sejarah Filsafat Barat Abad XX Jilid II,
Jakarta: Gramedia, 1996, h 166.
49
dominasi. Gagasan ini sangat penting Mohammed Arkoun, Nalar Islami dan Nalar
Modern, Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, terj.
diterapkan dalam menganalisis ilmu-ilmu Rahayu S. Hidayat, Jakarta, INIS, 1994, h 235. Lihat
Bambang Triamoko, Hermeneutika Fenomenologi
keislaman, yang dalam perkembangannya Paul Ricour, dalam: Tim Driyarkara (ed.,), Hakikat
Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu, Jakarta:
selalu mendapat pengaruh dari kelompok
Gramedia, 1993, h 65. Bandingkan dengan
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama:
47
Yadi Supriadi, Relasi Ruang Publik dan Pers Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina,
menurut Habermas…, h 6. 1996, h 9.
170 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
(the author) atau penulis (the writer) beserta mengenai keterkaitan “bahasa pemikiran
teks yang dihasilkannya. Di antara fakor- sejarah-tindakan” tersebut, maka akan
faktor historis tersebut, faktor politik dimungkinkan adanya kritik pemikiran
tampaknya menjadi faktor yang cukup keagamaan, pluralitas pemahaman
dominan dalam mempengaruhi keagamaan Islam, autentisi-tas dan
blue print pemikiran keagamaan, khususnya dinamika pemikiran serta kontekstualisasi
teologi.50 Persoalan-persoalan ketuhanan – ajaran. Oleh karena itu, pemikiran
sekedar contoh - yang menjadi objek kajian hermeneutika Jürgen Habermas ini sangat
teologi klasik yang meliputi persoalan dosa, penting untuk dikaji bagi kepentingan umat
neraka, kafir-mukmin, sifat-sifat Tuhan dan Islam yang sedang berusaha
sebagainya sangat kental dengan warna dan mengembangkan ilmu-ilmu keislaman di
aroma politik dari atas landasan epistemologi ilmu-ilmu sosial
kelompok yang mendefinisikan persoalan kontemporer, agar eksistensi ilmu-ilmu
tersebut. Pengaruh politik inilah yang keislaman sejajar dengan ilmu-ilmu sosial
terkadang melahirkan klaim kebenaran tersebut.
(truth claim) yang bersifat ekslusif dan Kesimpulan
seringkali menegasikan sama sekali Jurgen Habermas merupakan filosof
pendapat yang dikemukakan pihak lawan abad kedua dalam madzhab Frankfrut yang
(patner dialog).51 Oleh karena itu, jika umat menggagas teori kritis dalam paradigma
Islam menyadari gagasan Habermas komunikasi. Teorinya berawal dari
pendahulunya yang menyatakan bahwa
50
Persoalan yang pertama kali muncul dalam dalam mempelajari manusia itu sama
Islam sebagai agama adalah persoalan politik, bukan
persoalan teologi. Persoalan politik ini muncul dalam dengan mempelajari alam yang pasti dan
perdebatan para sahabat berkaitan dengan siapakah
pengganti Nabi sebagai kepala negara, suatu mudah ditebak. Padahal sifat manusia itu
persoalan yang muncul sesaat setelah Nabi wafat.
Perdebatan ini terus berlangsung hingga terjadi
dinamis tidak bisa ditebak apalagi dijadikan
peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan, khalifah obyek. Berawal dari kondisi tersebutlah
ketiga. Dari sini, kemudian baru muncul persoalan
teologis seputar dosa besar dan persoalan mukmin- Habermas mencoba menawarkan teori
kafir. Lihat Harun Nasution, Islam di Tinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta: UI Press, 1979, komunikasinya, agar supaya manusia dapat
h 31. Bandingkan dengan Fazlur Rahman,
Gelombang Perubahan dalam Islam: Studi tentang berkomunikasi dengan baik ketika ia ingin
Fundamentalisme Islam, terj. Aam Fahmia, Jakarta: memutuskan hal apapun dengan lawannya,
Raja Grafindo Perkasa, 2000, h 42.
51
Amin Abdullah,Falsafah Kalam di Era tidak memutuskan sepihak akan tetapi hasil
Postmodernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997,
h 37.
171 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
diskusi kedua belah pihak. Untuk lahirnya
Arkoun, Mohammed. Nalar Islami dan Nalar
suatu komunikasi dibutuhkan ruang publik
Modern, Berbagai Tantangan dan
untuk sekedar berdiskusi dengan bebas, Jalan Baru, terj. Rahayu S. Hidayat,
Jakarta, INIS, 1994.
jujur, benar dan tepat sehingga diskusi yang
dihasilkan dapat produktif dan hasilnya Bakri, Wahyuddin. Biografi Tokoh-Tokoh
Sosiologi Klasik sampai Modern.
bagus serta komprehensif.
Parepare: IAIN Parepare
Implikasi teori kritis komunikasi Nusantara Press, 2020.
dalam kajian keislaman ini sangat
Berger, Peter L. Sejarah Filsafat Kontemporer-
membantu umat muslim khususnya ketika Jerman dan Inggris, Jakarta: Penerbit
Gramedia, 2014.
seseorang ingin berdialektika lintas budaya,
agama dan negara. Dengan berkomunikasi Bertens, K. Sejarah Filsafat Barat Abad XX
Jilid II, Jakarta: Gramedia, 1996.
maka akan menimbulkan sikap saling
memahami, toleran yang sangat tinggi, Filsafat Barat Kontemporer: Inggris-
Jerman, Jakarta: Gramedia Pustaka
tidak saling menjudge dan tidak
Utama, Cet. IV, 2002.
menyalahkan antara satu dengan yang lain.
Braaten, J. Habermas's critical theory of society.
Oleh sebab itu pemikiran Habermas ini
New York: State University of New
sangat penting dan relevan untuk York Press, 1991.
digunakan dalam mengembangkan kajian-
Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S.
kajian keislaman yang bersifat dinamis ini, Handbook of Qualitative Research,
terj. Dariyatno, dkk. Yogyakarta:
mengingat kebutuhan manusia dan Pustaka Pelajar. 2009.
permasalahan umat islam yang semakin
Faiz, Fahruddin. Filsafat Bahasa: Teori-teori
hari semakin bertambah. Semiotik dan Hermeneutika. UIN
References Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2020.
Abdullah, Amin. Falsafah Kalam di Era
Foucault, Michel. The Archaeology of
Postmodernisme, Yogyakarta:
Knowledge, terj. A.M. Sheridan
Pustaka Pelajar, 1997.
Smith, New York: Harper and
Row, 1976.
Akhyar, L. Teori Kritis dan Postmodernisme:
Pengaruhnya pada Filsafat Ilmu dan
Friedman, George. The Political Philosophy of
Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial-
Frankfurt School. London: Cornel
Budaya Kontemporer. Jakarta: FIB-
University press, 1981.
UI. 2011.
Gora, Radita dan Sandra Olifia,
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian
Membangun Paradigma
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Komunikasi dalam Perspektif
Rineka Cipa, 1996.
172 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VI Edisi II, 2021
Habermas, Jurnal IKOM USNI, Vol Irfaan, Santosa. Jurgen Habermas: Problem
5, No 2, 2017. Dialektika Ilmu Sosial, Jurnal
Komunika, Vol 3, No 1, 2009.
Habermas, Jurgen. Theory and Practice,
translated by John Viersel, London: Magnis, F. von. Ringkasan Sejarah Marxisme
Heimemaun, 1968. dan Komunisme. Jakarta: Penerbit
Sekolah Tinggi Drijarkara, 1990.
Ilmu dan Teknologi Sebagai
Ideologi, tej: Hasan Basari, Jakarta: Al-Maula, Maulidin. Teori Kritis Civil
LP3ES, 1990. Society, Jurnal Gerbang, 13 Vol. 5,
2002.
The Structural
Transformation of the Public Sphere: McCarthy, Thomas. Teori Kritis Jurgen
an Inquiry into a Category qf Habermas, terj. Nurhadi, Kreasi
Bourgeois Society, Cambridge MIT Wacana, Yogyakarta, Cet. I, 2006.
Prees, 1991.
Menoh, Gusti A. B. Agama dalam Ruang
Between Naturalism and Publik, Yogyakarta: PT kanisius, cet
Religion: Philosophical Essays, IV, 2018.
Cambridge: Polity Press, 2008.
Mustofa, Chabib. Teori Kritis Madzhab
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Frankfrut, UKPI IAIN Sunan
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Ampel. 2008.
Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada, Jilid I, 1983. Nasution, Harun. Islam di Tinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta:
Hardiman, Fransisco Budi. Kritik Ideologi: UI Press, 1979.
Pertautan Pengetahuan dan
Kepentingan, Yogyakarta: Kanisius, Noor, Irfan. Identitas Agama, Ruang Publik
1993. dan Post-Sekularisme: Perspektif
Diskursus Jurgen Habermas, t.dt.
. Menuju Masyarakat
Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Nuris, Anwar. Tindakan Komunikatif:
Politik dan Postmodernisme menurut Sekilas tentang Pemikiran Jurgen
Jürgen Habermas, Cet. V, Habermas, Jurnal al-Balagh, Vol 1,
Yogyakarta: Kanisius, 2013. No 1, 2016.
. Demokrasi Deliberatif: Pussey, Michale. Habermas: Dasar dan
Menimbang „Negara Hukum‟ dan Konteks Pemikiran, Yogyakarta:
„Ruang Publik‟ dalam Teori Diskursus Resist Book, cet 1, 2011.
Jurgen Habermas, Yogyakarta:
Kanisius, 2018. Rahman, Fazlur. Gelombang Perubahan dalam
Islam: Studi tentang
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Fundamentalisme Islam, terj. Aam
Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Fahmia, Jakarta: Raja Grafindo
Jakarta: Paramadina, 1996. Perkasa, 2000.
173 | J u r n a l M a n t h i q
Amilatu Sholihah: Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi Jurgen Habermas
Saidi, Anas. Pembagian Epistemologi
Habermas dan Implikasinya
Terhadap Metodologi Penelitian
Sosial dan Budaya, Jurnal
Masyarakat dan Budaya, Vol 17, No
2, 2015.
Specter, Matthew. Habermas: an Intellectual
Biography, New York: Cambridge
University Press, 2011.
Supriadi, Yadi. Relasi Ruang Publik dan
Pers menurut Habermas, Kajian
Jurnalisme, Vol 1, No 1, 2017.
Suseno, Franz Magnis. Filsafat Sebagai Ilmu
Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Tobing, Melati Mediana. Pemikiran Tokoh
Filsafat Komunikasi “Jurgen
Habermas dan Ruang Publik di
Indonesia”, UKI, Jakarta, 2017.
Triamoko, Bambang. Hermeneutika
Fenomenologi Paul Ricour, dalam:
Tim Driyarkara (ed.,), Hakikat
Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu,
Jakarta: Gramedia, 1993.
Ulumuddin, Jurgen Habermas dan
Hermeneutika Kritis (Sebuah
Gerakan Evolusi Sosial), Jurnal
Hunafa, Vol 3, No 1, 2006.
Ummah, Sun Choirol. Dialektika Agama
dan Negara dalam Karya Jurgen
Habermas, Jurnal Humanika, Vol 16,
No 1, 2016.
Widiastuti, Tuti. Independensi Media Sebagai
Institusi Public Sphere: Kasus Di
Indonesia, Jurnal Forum Ilmiah, Vol
9, No 1, 2012.
174 | J u r n a l M a n t h i q