Jurnal Kesehatan
Volume 10, Nomor 3, November 2019
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Perilaku Caring menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi
Sulastri1, Ade Ira Cahyanti2, El Rahmayati3
Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, Indonesia
Email:
[email protected] Abstract: Caring Behavior Reduces Anxiety in Preoperative Patients. Invasive actions are
closely related to psychological problems, special feelings of anxiety. Uncertain health conditions
during and after procedures that can occur during surgery are decided for the patient's recovery.
Need special methods from nurses to help patients cope with anxiety, such as caring nurses caring.
The purpose of this study is to know the effect of the caring behavior of nurses on preoperative
patient's anxiety levels. This research uses a quasi-experimental approach l design with a pretest-
posttest one group design. This study was conducted in June 2018 in the Surgical Inpatient Room
RSUD Dr.H Abdul Moeloek Lampung Province. The technique of sampling using nonprobability
by purposive sampling, got a sample counted 38 respondents. Bivariate analysis using paired
sample t-test. The result showed that the average score of the respondent anxiety index before
caring behavior of nurse was 40,50 and the score after caring behavior was 34,63. The difference
in the mean score of anxiety index score before and after caring behavior was 5.87 with the p-
value of 0.000. Based on the conclusion of the research, the writer suggests that the interaction of
nurses to the patient is improved and the Standard Operating Procedure of the frequency and
duration of the nurse contact to the patient especially the preoperative patient can develop the use
of the Caring Dimensions Inventory which covers biological, psychological, social and spiritual
aspects.
Keywords: Anxiety, Caring, Preoperative
Abstrak: Perilaku Caring Menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi. Tindakan invasive
umumnya berkaitan erat dengan masalah psikologis, khususnya perasaan cemas. Ketidakpastian
kondisi kesehatan selama dan setelah prosedur yang dapat muncul seiring diputuskannya tindakan
operasi untuk kesembuhan pasien. Perlu metode khusus dari perawat untuk membantu pasien
mengatasi cemasnya, seperti perilaku caring perawat. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh
perilaku caring perawat terhadap tingkat kecemasan pasien preoperasi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan quasi eksperimental design dengan rancangan one grup pretest-
posttest. Penelitian dimulai dari melakukan pre-test dilanjutkan dengan intervensi selama pasien
menjalani perawatan menjelang tindakan operasi selama tiga hari dan dilanjutkan dengan post-test.
pengdi Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr.H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Tehnik
sampling menggunakan non-probability secara purposive sampling, sampel didapat sebanyak 38
responden. Analisa bivariat menggunakan uji t dependen. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-
rata skor indeks kecemasan responden sebelum perilaku perawat adalah 40,50 dan setelah perilaku
caring perawat adalah 34,63. Nilai perbedaan rata-rata skor indeks kecemasan sebelum dan
sesudah perilaku caring adalah 5,87 dengan nilai p-value 0,000. Berdasarkan kesimpulan hasil
penelitian, penulis menyarankan agar interaksi perawat kepada pasien ditingkatkan dan dibuatnya
Standar Operasional Prosedur (SOP) frekuensi dan lamanya waktu kontak perawat kepada pasien
khususnya pasien preoperasi, melakukan evaluasi terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan serta dapat mengembangkan penggunaan Caring Dimensions Inventory (CDI) yang
mencakup aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Kata kunci: Tingkat kecemasan, Caring, Preoperasi
PENDAHULUAN dalam Sumartini, 2017), menyatakan ada empat
konsep yang perlu perhatikan dalam memberikan
Caring menjadi hal yang utama untuk asuhan keperawatan, yaitu: keperawatan,
dilakukan dalam penerapan asuhan keperawatan manusia, kesehatan, dan lingkungan. Penjelasan
pada pasien, baik pasien sebagai individu, dari keempat konsep ini mengingatkan kita
kelompok, keluarga dan masyarakat. bahwasanya empat konsep ini saling
International associationof human caring (2007 berhubungan dan perlu mendapatkan perhatian
382
Sulastri, Perilaku Caring menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi 383
saat perawat memberikan asuhan keperawatan. ketakutan atau kecemasan diantaranya karena
Keperawatan memberikan informasi tindakan takut nyeri, takut terjadi perubahan fisik, dan
yang dilakukan dalam asuhan keperawatan. takut operasi gagal. Kecemasan dapat
Manusia merupakan penerima asuhan menimbulkan perubahan scara fisik maupu
keperawatan. Kesehatan menjadi tujuan asuhan psikologis yang akhirnya mengaktifkan saraf
keperawatan dan lingkungan merupakan tempat otonom simpatis sehingga meningkatkan denyut
yang perlu kita kondisikan/modifikasi untuk jantung, tekanan darah, frekuensi nafas, dan
melakukan asuhan keperawatan. Seiring dengan secara umum mengurangi tingkat energi pasien
perkembangan ilmu keperawatan ada satu konsep dan akhirnya akan berdampak pada proses
lagi yang juga harus menjadi pelengkap 4 konsep pembedahan (Muttaqin, 2009). Dampak yang
terdahulu, yaitu caring (Shoffner, 2008 dalam dapat ditimbulkan ialah penundaan atau
Sumartini, 2017). pembatalan operasi. Menurut Hong (2003 dalam
Caring sudah selayaknya diaplikasikan Perdana, 2014) masalah yang sering dihubungkan
dalam asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan dengan kecemasan preoperasi diantaranya ialah
dalam tindakan keperawatan bertujuan untuk nyeri pasca bedah yang lebih tinggi, kejadian
memahami hubungan antara kesehatan, penyakit mual muntah pasca bedah, memperpanjang masa
dan kebiasaan manusia. Perawat harus mengerti pemulihan dan perawatan rumah sakit. Penelitian
perbedaan sehat, sakit dan penyakit. Klien dan Inayati (2017) disimpulkan bahwa terdapat
keluarganya harus berhadapan dengan perubahan hubungan secara signifikan antara tingkat
sebagai akibat dari sakit dan terapinya. Sakit kecemasan pada pasien preoperasi dengan
yang berat, dapat menyebabkan perubahan tekanan darah pada pasien preoperasi elektif di
emosional dan tingkah laku yang besar seperti RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro dengan
kegelisahan atau kecemasan, syok, penolakan, nilai p-value 0,023.
kemarahan atau penarikan diri (Potter & Perry, Menurut Carpenito (2002) bahwa 90%
2009). Penatalaksanaan dalam asuhan pasien preoperasi berpotensi mengalami
keperawatan dilakukan di sepanjang rentang kecemasan. Kecemasan yang dialami pasien
sehat sampai sakit, baik pada kondisi tindakan preoperasi mempunyai bermacam-macam alasan
non pembedahan dan pembedahan. diantaranya cemas menghadapi ruang operasi dan
Perilaku caring perawat dalam merawat peralatan operasi, cemas terjadinya perubahan
pasien merupakan hal yang menarik untuk fisik (body image) yang berupa cacat anggota
diteliti, dan apakah supervisi klinis juga tubuh, cemas dan takut di bius, cemas bila
mempunyai pengaruh terhadap perilaku caring operasi gagal, ataupun cemas masalah biaya yang
perawat dalam merawat pasien mengingat membengkak (Savitri, 2008).
tingkat kebutuhan dari pasien yang semuanya Berdasarkan data World Health
sangat bergantung pada perawat (Rohmatulloh, Organization (WHO) pada tahun 2007, Amerika
2018). Serikat menganalisis data dari 35.539 klien bedah
Kecemasan merupakan respon emosional yang dirawat di unit perawatan intensif Oktober
terhadap penilaian yang menggambarkan 2003 sampai September 2006, sebanyak 8.922
keadaan khawatir, gelisah, takut dan tidak pasien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan, dan
tentram disertai berbagai situasi kehidupan 2.473 pasien (7%) mengalami kecemasan. Pada
manapun sebagai gangguan sakit (Nursalam, tahun 2007 sebanyak 401 RSU di Indonesia,
2012). Kecemasan bisa muncul sendiri atau melaksanakan tindakan operasi sebanyak 642.632
bergabung dengan gejala lain yang bersifat fisik pasien, yang dirinci menurut tingkat kelas rumah
dengan berbagai gangguan emosi diantaranya sakit tipe A, B, C, dan D, data tersebut
adalah : jari tangan dingin, detak jantung makin diklasifikasikan berdasarkan jenis operasi.
cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu Menurut penelitian Rahmayati (2016)
makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada disimpulkan ada perbedaan pengaruh terapi
sesak. Gejala yang bersifat mental adalah : psiko-religius dan terapi musik klasik terhadap
ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak kecemasan pasien preoperasi di RSUDAM
dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, Provinsi Lampung tahun 2016 (p-value 0.030)
hingga ingin lari dari kenyataan (Ramaiah, 2003; dengan penggunaan skor ZSRS pada pasien yang
Sundari, 2009). diterapi dengan terapi psiko-religius sebesar 2,
Sebagian besar pasien yang masuk rumah 250. Hasil survei awal yang dilakukan peneliti di
sakit untuk menjalani operasi elektif akan ruang Ruang Rawat Inap Bedah Wanita RSUD
mengalami kecemasan (Perdana, 2014). Menurut Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada
Potter & Perry dalam Haqiki (2013) pasien yang tanggal 10-25 Februari 2018 didapatkan 20
menghadapi pembedahan akan mengalami pasien preoperasi menunjukkan respon
384 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 382-389
kecemasan. 7 orang (35 %) menunjukkan respon salah satunya oleh Muhlisin (2008), namun
kognitif, 6 orang (30%) menunjukkan respon belum ada kesepakatan tentang standar Caring
afektif, 4 orang (20%) menunjukkan respon Dimension Inventory yang dapat digunakan
fisiologis dan 3 orang (15%) menunjukkan perawat, sehingga saat ini persepsi perawat
respon perilaku. Dari rata-rata jumlah pasien tentang perilaku caring tidaklah sama.
yang menjalani pembedahan setiap bulannya, Menurut Potter & Perry (2009) sikap
didapatkan data bahwa dua pasien mengalami caring salah satunya ialah kehadiran. Hasil
penundaan operasi beberapa saat dan tiga pasien pengamatan peneliti terhadap beberapa perawat
mengalami pembatalan operasi di hari yang telah yang bertugas didapatkan bahwa perawatan yang
ditentukan disebabkan oleh peningkatan tekanan dilakukan hanya didominasi oleh penyakit fisik.
darah. Hal ini diperkuat dengan kurangnya intensitas
Menurut Smeltzer and Bare (2000 dalam kehadiran perawat dalam proses keperawatannya
Arbani, 2015), penatalaksanaan kecemasan ialah dan kurangnya dukungan psikologis untuk pasien
psikoterapi, farmakoterapi, dan pendekatan selama preoperasi. Selain itu, saat berinteraksi
suportif yang berkaitan dengan perilaku caring dengan pasien, perawat belum menunjukkan
perawat. Caring bukan merupakan perlakuan sikap caring seperti kehadiran, sentuhan,
khusus yang diberikan kepada klien, namun mendengarkan, memahami klien. Oleh karena
caring mewakili semua faktor yang digunakan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
perawat untuk memberikan pelayanan kepada tentang pengaruh perilaku caring terhadap
klien (Potter & Perry, 2009). tingkat kecemasan pasien preoperasi di Ruang
Caring dapat meningkatkan aktualisasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. H Abdul Moeloek
diri, mendukung pertumbuhan individu, menjaga Provinsi Lampung.
martabat dan nilai manusia, membantu
penyembuhan diri, dan mengurangi distress
(Kozier B. 2010). Menurut Depkes RI (1983, METODE
dalam Kurniawan, 2008), dengan adanya sikap
perawat yang hangat, penuh perhatian dan tegas, Penelitian ini menggunakan pendekatan
pasien akan mendapat pengalaman emosional quasi eksperimental design dengan rancangan
yang baik. Adanya perilaku caring yang cukup one grup pre-test post-test. Penelitian ini
dari perawat akan meminimalkan kejadian dilakukan pada di ruang rawat yaitu ruang rawat
kecemasan. inap bedah wanita (mawar) dan ruang rawat inap
Caring merupakan sentral praktik bedah pria (kutilang) RSUD Dr. H Abdul
keperawatan, tetapi hal ini lebih penting dalam Moeloek Provinsi Lampung. Populasi dalam
kekacauan lingkungan pelayanan kesehatan saat penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat
ini.Kebutuhan, tekanan, dan batas waktu dalam di Ruang Rawat Inap Bedah dan akan menjalani
lingkungan pelayanan kesehatan berada dalam pembedahan elektif yang sesuai dengan kriteria
ruang kecil praktik caring yang membuat inklusi. Sample berjumlah 38 responden yang
perawat dan profesi kesehatan lainnya menjadi diambil dengan tehnik probability sampling
dingin dan tidak peduli terhadap kebutuhan klien secara purposive sampling. Analisa bivariat
(Potter & Perry, 2009). Penelitian Prabowo menggunakan uji t berpasangan (paired sample t
(2014) tentang perilaku caring di RSU test). Instrumen pengumpulan data menggunakan
Bondowoso menunjukkan bahwa 50% perawat kuisioner Zung Self Anxiety Rating Scale dan
berperilaku kurang caring. Selanjutnya, panduan perilaku caring perawat.
penelitian yang dilakukan oleh Prihandhani Penelitian dilakukan dengan
(2015) tentang perilaku caring di Rumah Sakit mengumpulkan data kecemasan pada pasien
Umum Ganesha Gianyar mendapatkan hasil memberikan intervensi berupa perilaku caring
43,7% perawat berperilaku kurang caring. dalam asuhan keperawatan.
Kozier, Erb, Berman, dan Snyder (2010) Penelitian ini telah mendapat keterangan
menyatakan bahwa caring merupakan intisari kelaikan etik (ethical clearance) dari Komisi Etik
keperawatan dan karakteristik yang dominan, Penelitian Kesehatan Politeknik Kesehatan
khusus, serta tidak terpisahkan dalam Tanjung Karang Nomor: 128/EC/KEP-
keperawatan. Sehingga penting bagi seorang TJK/VI/2018.
perawat dalam meningkatkan perilaku caring-
nya.
Perilaku caring tergambar pada Caring
Dimension Inventory (CDI). Di Indonesia, studi
tentang perilaku caring mulai dikembangkan
Sulastri, Perilaku Caring menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi 385
HASIL tahun (dewasa akhir). Menurut Kaplan dan
Sadock (1997, dalam Lutfa, 2008) mengatakan
Karakteristik Responden bahwa gangguan kecemasan dapat terjadi pada
semua usia, lebih sering terjadi pada usia dewasa.
Tabel 1. Gambaran Responden Menurut Pieter dan Lubis (2010) dalam Putri
Variabel n % (2014), perubahan psikologis pada masa dewasa
Jenis Kelamin akhir adalah instabilitas emosi. Pada masa
Perempuan 19 50
Laki Laki 19 50
dewasa akhir, muncul berbagai sindrom
Usia menjelang menopause salah satunya adalah
18-25 tahun (dewasa muda) 4 10,5 sindrom perubahan emosi. Sindrom ini
26-35 tahun (dewasa awal) 7 18,4 menyebabkan seseorang cepat marah dan suka
36-45 tahun (dewasa akhir) 13 34,2 mengkritik. Perubahan psikologis ini akan
46-55 tahun (lansia awal) 10 26,3
56-65 tahun (lansia akhir) 4 10,5 berdampak pada terganggunya keseimbangan
Pendidikan emosi, seperti cemas, stres dan depresi. Hal ini
SD 15 39,5 diperkuat oleh penelitian
SMP 10 26,3 Gambaran responden berdasarkan tingkat
SMA 13 34,2 pendidikan didapatkan data bahwa 39,5%
Pengalaman operasi
Pernah 8 21,1 responden (15 responden) yang berpendidikan
Tidak pernah 30 78,9 SD mengalami kecemasan. Menurut Jatman
Tingkat kecemasan (2000) dalam Lutfa (2008) menyatakan bahwa
Ringan 23 60,5 tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah
Sedang 12 31,6
dalam mengidentifikasi stressor dalam diri
Berat 3 7,9
sendiri dan luar dirinya. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi kesadaran dan pemahaman
Perbedaan rata-rata skor Zung Self Anxiety
terhadap stimulus. Menurut Notoatmojo (2010)
Rating Scale
pendidikan pada umumnya berguna dalam
merubah pola pikir, pola bertingkah laku, dan
Tabel 2. Perbedaan rata-rata skor Zung Self
pola pengambilan keputusan. Kondisi ini
Anxiety Rating Scale
Nilai Mean SD p-value n
menunjukan respon cemas cenderung pada
ZSARS responden berpendidikan rendah, hal ini terjadi
Sebelum 40,50 9,417 0,000 38 karena rendahnya pemahaman sehingga
Sesudah 34,63 8,613 membentuk persepsi yang menakutkan dalam
merespon kejadian. Tingkat pendidikan yang
rendah pada seseorang akan menyebabkan orang
PEMBAHASAN tersebut mengalami kecemasan dibanding mereka
yang mempunyai status pendidikan tinggi
Hasil penelitian ini diperoleh data rata-rata (Kaplan dan Sadock, 1997 dalam Lutfa, 2008).
skor kecemasan responden sebelum mendapatkan Jenis kelamin responden dalam penelitian
perilaku caring perawat ialah 40,50 dengan ini memiliki proporsi yang sama yaitu perempuan
standar deviasi (SD) 9,417 dan skor kecemasan 50% dan laki-laki 50%. Namun responden
terendah adalah 24 (cemas ringan) dan skor perempuan memiliki skor kecemasan yang lebih
kecemasan tertinggi adalah 60 (cemas berat), tinggi dari responden laki-laki. Menurut Kaplan
dimana nilai 40,50 masuk dalam kategori cemas dan Shadock (2010) wanita lebih sering
ringan (20-44). Sedangkan rata-rata skor mengalami kecemasan dari pada pria. Wanita
kecemasan responden sesudah mendapatkan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
perilaku caring perawat ialah 34,63 dengan dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa
standar deviasi (SD) 8,613 dan skor kecemasan wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada
terendah adalah 20 (cemas ringan) dan skor akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya.
kecemasan tertinggi adalah 54 (cemas sedang). Dalam penelitian ini menunjukkan adanya
Secara kuantitatif, penelitian ini bermakna karena hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
menunjukkan penurunan skor kecemasan, dimana dengan tingkat kecemasan pasien dengan p-value
angka 34,63 termasuk dalam kategori cemas 0,04<α (0,05)
ringan (20-44). Gambaran responden terhadap pengalaman
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan operasi sebagian besar ialah tidak pernah
data 13 dari 38 responden berusia 36-45 tahun, menjalani operasi sebelumnya (78,9%). Menurut
dengan kata lain responden yang mengalami Kaplan dan Sadock (1997) dalam Lutfa (2008)
kecemasan terbanyak berkisar antara usia 36-45 mengatakan bahwa pengalaman awal pasien
386 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 382-389
dalam pengobatan merupakan pengalaman- membantu klien menghadapi masalah yang
pengalaman yang sangat berharga yang terjadi belum terselesaikan (Townsend, 2010).
pada individu terutama untuk masa-masa yang Berpakaian rapih ketika bekerja dengan klien
akan datang. Apabila seseorang belum memiliki (CDI 6), duduk dengan klien (CDI 7), bersikap
pengalaman operasi sebelumnya, maka manis dengan klien (CDI 11), mendengarkan
cenderung mempengaruhi peningkatan klien (CDI 13), dan bersikap gembira dengan
kecemasan menghadapi operasi. Dalam klien (CDI 24) merupakan salah satu hal yang
penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan dapat mendukung lingkungan caring.
antara pengalaman operasi sebelumnya dengan Salah satu sikap caring perawat menurut
tingkat kecemasan responden dengan p-value Potter dan Perry (2009) yaitu kehadiran.
0,037<α (0,05). Dimana berdasarkan hasil Kehadiran individu terpercaya memberi klien
analisis penelitian diketahui bahwa sebagian rasa aman serta jaminan keselamatan bagi
besar kecemasan pasien preoperasi dalam individu yang mengalami kecemasan (Townsend,
kategori kecemasan ringan yaitu sebanyak 23 2010). Menjelaskan prosedur klinik (CDI 5),
responden (60,5%) dan persentase terkecil bersikap kompeten dalam prosedur klinik (CDI
dengan tingkat kecemasan berat 3 responden 7), melibatkan klien dalam perawatan (CDI 21)
(7,9%). dapat membangun kepercayaan pasien kepada
Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatnya. Membantu klien dalam ADL (CDI
kecemasan dalam penelitian ini ialah jenis 1), Memberikan privacy kepada klien (CDI 23)
kelamin dengan p-value 0,041<α (0,05) dan dapat memberikan rasa aman bagi pasien. Hal ini
pengalaman operasi sebelumnya dengan p-value juga berkaitan dengan salah satu asumsi dasar
0,037<α (0,05). sciens of caring yang mengatakan bahwa caring
Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan
menunjukkan adanya pengaruh perilaku caring efektif hanya secara transpersonal (Watson, J &
perawat terhadap kecemasan pasien preoperasi Robert B. 2012).
dengan p-value 0,000<α (0,05). Hasil uji statistik Seseorang yang mengalami kecemasan
didapatkan data bahwa rata-rata skor indeks akan mengalami penyempitan lapang persepsi
kecemasan responden sebelum perilaku caring (Kusumawati, 2010). Salah satu carative factors
perawat adalah 40,50 dan setelah perilaku caring yaitu meningkatkan hubungan interpersonal
perawat adalah 34,63. Nilai perbedaan rata-rata “teaching-learning” (Alligood, 2010). Hal ini
skor indeks kecemasan sebelum dan sesudah berkaitan dengan aplikasi CDI 17 (memberikan
perilaku caring adalah 5,87. informasi kepada pasien), dan CDI 4
Menurut Potter & Perry dalam Haqiki (memberikan pengetahuan kepada pasien sebagai
(2013) pasien yang menghadapi pembedahan individu). Hal ini berkaitan dengan penelitian
akan mengalami ketakutan atau kecemasan yang dilakukan Sulistiyanto (2009) disimpulkan
diantaranya karena takut nyeri, takut terjadi bahwa ada hubungan antara persepsi pasien
perubahan fisik, dan takut operasi gagal. Sakit tentang perilaku caring perawat dengan
yang berat, dapat menyebabkan perubahan kecemasan pasien kemoterapi pada kanker
emosional dan tingkah laku yang besar seperti payudara di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
kegelisahan atau kecemasan, syok, penolakan, dengan nilai p-value=0,010.
kemarahan atau penarikan diri. Menurut Hasil penelitian ini didapatkan data bahwa
Kusumawati (2010) tingkat kecemasan bermula skor indeks kecemasan responden sebelum
dari kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. perilaku caring perawat adalah 40,50. Skor ini
Dengan adanya sikap perawat yang hangat, mendekati kecemasan sedang (skor 45-59).
penuh perhatian dan tegas, pasien akan mendapat Perilaku caring perawat dalam penelitian ini
pengalaman emosional yang baik. Adanya dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat
perilaku caring yang cukup dari perawat akan meminimalkan resiko pembatalan operasi dan
meminimalkan kejadian kecemasan (Depkes RI, penjadwalan ulang sampai keadaan psikologis
1983 dalam Kurniawan, 2008). pasien menjadi lebih baik. Respon kecemasan
Asumsi dasar sciens of caring Jean Watson dapat berupa perubahan scara fisik seperti
juga melibatkan lingkungan caring (Watson, palpitasi, tekanan darah meningkat, nafas cepat,
2007 dalam Muhlisin, 2008). Seseorang yang sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
mengalami kecemasan akan membutuhkan rasa dan rasa ingin pingsan (W.Stuart, 2006). Hal ini
aman. Rasa aman klien yang mengalami juga berkaitan dengan hasil penelitian Inayati
kecemasan timbul dengan kehadiran perawat (2017) yang disimpulkan bahwa terdapat
yang tenang. Mengungkapkan perasaan dalam hubungan secara signifikan antara tingkat
lingkungan yang tidak mengancam dapat kecemasan pada pasien praoperasi dengan
Sulastri, Perilaku Caring menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi 387
tekanan darah pada pasien praoperasi elektif di memahami dan mendukung emosi orang lain,
RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro dengan kemampuan perawat menerima perasaan klien
nilai p-value 0,023. sehingga akan terbentuk hubungan saling
Manusia merupakan makhluk holistik yang percaya. Hasil analisis dari 92 perawat pelaksana
terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan dan 92 klien yang terlibat, dikatahui persepsi
spiritual. Di Indonesia, studi tentang perilaku klien sebanyak 54% perawat berperilaku caring
caring sudah mulai dikembangkan seperti CDI- dan 59,8% perawat memiliki dimensi memahami
25 items yang digunakan didalam penelitian ini dan mendukung emosi orang lain. Terdapat
didesain oleh Watson dan Lea (1997 yang hubungan yang signifikan antara dimensi
dikembangkan oleh Muhlisin (2008). Item ini memahami dan mendukung emosi orang lain
berkaitan dengan aspek biologis dan psikologis dengan perilaku caring perawat. Perawat dengan
pasien. Saat ini studi tentang Caring Dimensions dimensi memahami dan mendukung emosi orang
Inventory (CDI)yang berkaitan dengan aspek lain yang tinggi berpeluang 2,567 kali lebih
spiritual telah dikembangkan oleh Alhadidi caring.
(2016) berjumlah 29 item (CDI-29) dan yang Watson (1988 dalam Cossette, et al., 2006)
berkaitan dengan aspek psikososial telah telah mendeskripsikan caring sebagai cara hidup,
dikembangkan oleh Watson, Deary dan bukan cara melakukannya. Setiap upaya untuk
Hoogbruin (2001) berjumlah 35 item (CDI-35). mengukur perilaku caring hanya dapat sulit
Perawat yang berperilaku caring dalam diukur secara langsung, tetapi dapat terlihat pada
penelitian ini mengaplikasikan Caring respons pasien setelah dirawat. Skala yang
Dimensions Invetory sesuai dengan kebutuhan dikembangkan untuk menilai caring disebut
pasien preoperasi. Menurut peneliti, perilaku caring nurse-patien interactions (CNPI-Long
caring dapat dipelajari dan dilakukan oleh semua Scale). Skala ini digunakan untuk menilai sikap
perawat dan melekat pada setiap bentuk dan perilaku yang terkait dengan 10 faktor karatif
pelayanan asuhan keperawatan. Pasien preoperasi Watson. Dua alasan menggunakan skala ini
membutuhkan dukungan secara emosional dalam adalah untuk meringkas skala asli menjadi versi
keadaan fisik yang lemah. Rasa empati perawat yang lebih singkat (CNPI-Short Scale). Skala
yang tertuang dalam perilaku caring memberikan yang diperpendek ini didasarkan pada tiga
rasa tenang dan nyaman untuk pasien. Sehingga domain peduli priori yang disintesis dari 10
kehadiran perawat untuk pasien juga dapat faktor karatif asli (Cossette, et al., 2006).
mengurangi tingkat ketergantungan pasien
kepada keluarganya serta mengurangi jumlah
keluarga yang terlalu ramai berada bersama SIMPULAN
pasien selama menjalani perawatan di rumah
sakit. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Caring merupakan salah satu tindakan disimpulkan bahwa perilaku caring perawat
keperawatan yang dilakukan setiapkali berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien
berinteraksi dengan pasien. Caring dapat preoperasi. Namun disarankan tenaga
diekpresikan dengan perilakuyang tulus, ikhlas, keperawatan untuk tetap dapat meningkatkan
peduli dengan masalah keperawatan yang interaksi dan empati kepada pasien khususnya
dihadapi oleh pasien. Pemberian pelayanan pasien preoperasi sebagai bentuk upaya
keperawatan, perlu memperhatikan tiga aspek meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
yakni care, cure, dan core. Proporsi pelayanan Pelayananan kesehatan khususnya pasien yang
yang diberikan sebanyak tiga perempatnya adalah menjalani rawat inap diharapkan dapat membuat
caring (tindakan yang berfokus pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang
kenyamanan dan kepuasan bagi klien selama frekuensi dan lamanya waktu kontak perawat
dirawat), sedangkan seperempatnya adalah kepada pasien khususnya pasien preoperasi
curing (tindakan pengobatan yang diberikan dengan mengaplikasikan Caring berdasarkan
dalam proses penyembuhan (Watson 2011 & Caring Dimensions Inventory (CDI) yang
Lydia, 2011 dalam Manurung & Hutasoid, 2013). mencangkup aspek biologis, psikologis, sosial
Hasil penelitian Ardiana A, Sahar J, dan dan spiritual, serta melakukan evaluasi terhadap
Gayatri D (2010), membuktikan bahwa perilaku kepuasan pasien terhadap pelayanan
caring dapat ditunjukkan dengan kemampuan keperawatan.
388 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 382-389
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A.M. (2010). Nursing Kusumawati, F. d. (2010). Buku Ajar
theorists and their work. seven. United Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salmeba
States of America: Elsevier Medika.
Arbani, F. A. (2015). Hubungan Komunikasi Manurung, Suryani &Hutasoid, Mey LysCeryah.
Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan (2013). Persepsi Pasien terhadap Perilaku
Pasien Pre Operasi di RS PKU Caring Perawat di Ruang Rawat Inap
Muhammadiyah Sukoharjo. [Skripsi]. Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan
Surakarta: Stikes Kusuma Husada. Masyarakat Nasional, Vol. 8 no. 3.
Ardiana, A., Sahar, J., & Gayatri, D. (2010). Muhlisin, A. (2008). Aplikasi Model Konseptual
Dimensi Kecerdasan Emosional: Caring Dari Jean Watson. Berita Ilmu
Memahami dan Mendukung Orang Lain Keperawatan, 1(3), 147–150.
Terhadap Perilaku Caring Perawat http://journals.usm.ac.id/index.php/BIK/art
Pelaksana Menurut Persepsi Klien. Jurnal icle/vew/3752
Keperawatan Indonesia, 13(3), 133-138. Muttaqin, A. d. (2009). Asuhan Keperawatan
Carpenito. (2002). Buku Saku Diagnosa Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika.
Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan.
Cossette, S., Cote, J. K., Pepin, J., Ricard, N., & Jakarta : Salemba Medika.
D'Aoust, L. X. (2006). A dimensional Notoatmojo, S. (2010 ). Metodologi Penelitian
structure of nurse–patient interactions from Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
a caring perspective: refinement of the Perdana, A., Firdaus, M. F., & Kapuangan, C. K.
Caring Nurse–Patient Interaction Scale (2016). Uji Validasi Konstruksi dan
(CNPI‐Short Scale). Journal of Advanced Reliabilitas Instrumen the Amsterdam
Nursing, 55(2), 198-214. preoperative anxiety and information scale
Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. (APAIS) Versi Indonesia. Maj Anest Dan
Jakarta: Depkes RI. Crit Care, 33, 279-86.
Haqiki, S. A. N. (2013). Hubungan Dukungan Potter & Perry. (2009). Fundamental
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Keperawatan Edisi 7 Buku 1. Jakarta:
Pasien Pre Operasi Di Ruangan Bedah Baji Salemba Medika.
Kamase 1 Dan 2 RSUD Labuang Baji Prabowo, B. S. (2014). Hubungan Tingkat
Makassar. [Skripsi]. Makassar: Kognitif Perawat tentang Caring dengan
Universitas Islam Negeri Alauddin. Aplikasi Praktek Caring di Ruang Rawat
Inayati, A. (2017). Hubungan Tingkat Inap RSU dr.HKoesnadi Bondowoso. E-
Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan Jurnal Pustaka Kesehatan, 150.
Darah Pada Pasien Praoperasi Elektif di http://repository.unej.ac.id/handle/1234567
Ruang Bedah. Jurnal Wacana Kesehatan, 89/57327.
1(1), 163-168. Prihandhani, I. G. A. S. (2015). Hubungan Faktor
http://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/inde Individu dan Budaya Organisasi dengan
x.php/wacana/article/view/43/18 Perilaku Caring Perawat Pelaksana di
Kaplan, HI, Sadock, BJ &Grabb, JA. (2010). Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Ganesha Gianyar. Public Health and
Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Preventive Medicine Archive.
Tangerang: Bina Rupa Aksara. Putri, Devi Setya. (2014). Pengaruh Terapi
Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Humor Terhadap Penurunan Kecemasan
Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik. Pada Pasien Preoperasi Dengan General
Jakarta: EGC. Anestesi di RS Tolerejo Semarang. Jurnal
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental http://ejournal.stikestolerejo.ac.id.
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Rahmayati, E., & Handayani, R. (2016).
Praktik. Jakarta: EGC. Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius
Kurniawan, A. (2008). Faktor-faktor yang dengan Terapi Musik Klasik terhadap
berhubungan dengan tingkat kecemasan Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD
orang tua terkait hospitalisasi anak usia dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
toddler di BRSD RAA Soewonso Jurnal Kesehatan, 191–198.
Pati. FIKkeS, 1(2). https://www.poltekkestjk.ac.id/ejurnal/inde
x.php/JK/article/view/472.
Sulastri, Perilaku Caring menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi 389
Rohmatulloh, R., & Haryani, A. (2018). Townsend, MC. (2010). Diagnosis Keperawatan
Hubungan Supervisi Keperawatan dengan Psikiatri Rencana Asuhan & Medikasi
Perilaku Caring Perawat dalam Merawat Psikotropik. Jakarta: EGC.
Pasien Kritis. Faletehan Health Lutfa, U., & Maliya, A. (2008). Faktor-faktor
Journal, 5(3), 129-134. yang mempengaruhi kecemasan pasien
Ramaiah, S. (2003). Kecemasan, bagaimana dalam tindakan kemoterapi di Rumah Sakit
mengatasi penyebabnya. Yayasan Obor Dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu
Indonesia. Keperawata, Vol. 1 No. 4.
Savitri. (2008). Kecemasan. Jakarta: Pustaka W. Stuart, G. (2006). Buku Saku Keperawatan
Popular Obor. Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
Sumartini, Tutik. (2017). Hubungan perilaku Watson, J., & Browning, R. (2012). Viewpoint:
caring perawat dengan kepuasan pasien Caring science meets heart science: A
JKN di instalasi rawat inap kelas III RSUD guide to authentic caring
Pandan Arang Boyolali. [Skripsi]. practice. American Nurse Today, 7(8), 4-8.
Surakarta: Stikes Kusuma Husada. World Health Organization (WHO). (2015).
digilib.stikeskusumahusada.ac.id (diakses World Health Statistics 2015. World Health
12 September 2018). Organization.
Sundari, S. (2009). Kesehatan mental dalam
kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.