ID Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah PDF
ID Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah PDF
Anis Fauzi
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Kota Serang, 42118
e-mail: [email protected].
Cecep Nikmatullah
SMP Negeri 1 Kota Serang
Jl. K.H. Abdul Fatah Hasan Blok D No. 8 Kota Serang, 42116
e-mail: [email protected]
Naskah diterima tanggal: 4/1/2016, direvisi akhir tanggal: 20/7/2016, disetujui tanggal: 29/8/2016
Abstract: The purpose of this research were 1) To assess the policy of islamic education
according to Local Regulation of Serang City Number 1 Year 2010 and Mayor of Serang City
Regulation Number 17 Year 2013; 2) To assess the requirements to continue education
to general junior secondary education/Islamic junior secondary education (SMP/MTs) in
the realization of Regulation of Serang City number 1 year 2010; and 3) To determine
supporting and inhibiting factors for the implementation of Islamic basic education in
Serang City. This study used qualitative research method. Data were collected from the
observation, interview, and documentation. From the analysis it is found that 1) The
policy of compulsory of Islamic basic education is reserved for every muslim citizen who
will continue to general junior secondary education /islamic junior secondary school; 2)
Every muslim students aged 6 to 12 years who will continue their education to the next
level has to possess certificate of Islamic education completion; 3) Support for the
implementation of the regulation is gained from various group of people. However, the
less socialized regulation inhibits people to be well informed about the legal certainty for
the regulation. Thus, the implementation of the Islamic education regulation requires
reconsideration for the formulation of strategic objectives and the improvement of the
education quality to adjust to the more complex of culture shift.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengkaji kebijakan madrasah diniyah
menurut Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang 17/2013; 2) mengkaji syarat
melanjutkan ke SMP/MTs dalam merealisasikan Perda Kota Serang 1/2010; serta 3)
mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan madrasah diniyah
di Kota Serang. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Data penelitian
dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek penelitiannya adalah
Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang 17/2013. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) kebijakan wajib belajar pendidikan diniyah diperuntukkan bagi setiap warga
Kota Serang Muslim yang akan menempuh jenjang pendidikan SMP/MTs; 2) Setiap siswa
muslim yang telah berusia 6 sampai 12 tahun, dan akan melanjutkan pendidikan ke
jenjang SMP/MTs, harus dibuktikan dengan kepemilikan Surat Tanda Tamat Belajar
Madrasah/Diniyah dalam bentuk syahadah atau sertifikat diniyah; 3) faktor pendukung
implementasi Perda Diniyah di Kota Serang yaitu adanya dukungan masyarakat, ilmuwan,
akademisi, dan tokoh masyarakat Kota Serang. Faktor penghambatnya yaitu Perda Diniyah
belum disosialisasikan secara maksimal, sehingga masyarakat Kota Serang belum
mendapat kepastian hukum dengan telah diterbitkannya perda tersebut. Simpulan kajian
ini yaitu pelaksanaan Perda Diniyah membutuhkan peninjauan kembali mengenai rumusan
tujuan strategis dan pembenahan mutu pendidikan untuk penyesuaian tuntutan sejalan
dengan perkembangan budaya bangsa yang semakin kompleks.
Kata Kunci: pelaksanaan peraturan pendidikan, wajib belajar pendidikan diniyah, kebijakan
pendidikan, peraturan pendidikan daerah
Islam sebagai nilai, terdapat seperangkat nilai- madrasah diniyah. Dengan lahirnya perda
nilai Islami dalam sistem pendidikan nasional. tersebut secara politis masyarakat Kota Serang
Madrasah diniyah merupakan salah satu mendapat kemenangan.
lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar Kota Serang sebagai ‘poros’ Ibu Kota
sekolah yang secara komprehensif mampu Provinsi Banten menjadi terbuka dengan
memberikan pendidikan agama Islam kepada disahkannya Perda Kota Serang 1/2010. Kota
anak didik (yang tidak terpenuhi pada jalur Serang seharusnya menjadi “nafas, semangat
sekolah) dan diberikan melalui sistem klasikal. dan ruh” yang dapat memberikan perhatian lebih
Madrasah diniyah umumnya diselenggarakan pada madrasah. Kabupaten atau Kota sebagai
oleh masyarakat sebagai perwujudan pendidikan daerah otonom dapat mengatur dan mengelola
dari, oleh, dan untuk masyarakat. Jauh sebelum kewenangannya untuk mengedepankan ke-
Indonesia merdeka, perguruan-perguruan khasan daerahnya masing-masing. Kota Serang
keagamaan sudah lebih dulu berkembang. Selain atau kota lainnya di Provinsi Banten memiliki
menjadi akar budaya bangsa, agama secara akar budaya yang sama sebagai masyarakat
sadar merupakan bagian tak terpisahkan dalam yang agamis. Oleh karena itu, untuk mem-
dinamika pendidikan. Pendidikan keagamaan pun pertahankan nilai-nilai agama agar tetap
berkembang sebagai bagian dari mata pelajaran terjaga, pembinaan melalui lembaga pendidikan
pendidikan agama yang dinilai menghadapi agama (madrasah diniyah) adalah suatu
berbagai keterbatasan. Sebagian masyarakat keniscayaan sebab madrasah diniyah lebih
mengatasinya dengan tambahan pendidikan memfokuskan pembelajaran berbasis pendidikan
agama di rumah-rumah ibadah atau di keagamaan.
perkumpulan-perkumpulan yang kemudian Penulisan ini dibatasi pada tiga per-
berkembang menjadi satuan pendidikan masalahan. Pertama, kebijakan tentang Perda
keagamaan formal dan nonformal. Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang
Maftuh (2015) menegaskan bahwa sikap 17/2013; Kedua, kebijakan sertifikasi atau ijazah
keberagamaan masyarakat Banten yang fiqh- (syahadah) pendidikan diniyah sebagai salah
oriented pada gilirannya ikut membentuk sikap satu persyaratan untuk dapat diterima atau
mereka terhadap keberadaan Kolonial Belanda. melanjutkan ke jenjang SMP/MTs atau
Mereka menjadi sangat resisten terhadap sederajat; Ketiga, pendidikan diniyah dimaksud
apapun yang datang dari pemerintah kolonial. adalah Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah
Ketika Kolonial Belanda mendirikan sekolah- (MDTA).
sekolah, penduduk Banten merasa enggan untuk Setelah mencermati latar belakang masalah
memasukkan anak-anaknya di sana. Mereka dan mengikuti perkembangan mengenai Perda
berpandangan bahwa menyekolahkan anaknya Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang
ke sekolah yang didirikan oleh kaum kafir itu 17/2013, dimunculkan beberapa pertanyaan
haram, atau setidaknya tidak dianjurkan dalam sebagai berikut 1) Bagaimana kebijakan
Islam. pendidikan Islam di madrasah diniyah menurut
Lahirnya Peraturan Daerah Kota Serang Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota
Nomor 1, Tahun 2010 tentang Wajib Belajar Serang 17/2013; 2) Bagaimana kebijakan
Pendidikan Diniyah (Perda Kota Serang 1/2010) sertifikasi atau ijazah implementasi Perda Kota
dan Peraturan Wali Kota Serang Nomor 17 Tahun Serang 1/2010 tersebut sebagai prasyarat
2013 tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar masuk SMP/MTs di Kota Serang; dan 3) Apa
Pendidikan Diniyah di Kota Serang (Perwal Kota faktor pendukung dan penghambat dalam
Serang 17/2013) merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan Islam terhadap Perda
perhatian pemerintah terhadap eksistensi Kota Serang1/2010.
Merujuk pada latar belakang masalah dan MDA merupakan jenjang pendidikan
rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini setingkat SD/MI yang diperuntukkan bagi siswa
dipilih hanya tiga, yaitu untuk mengkaji kebijakan sekolah dasar (berlangsung selama 4 tahun).
1) Pendidikan Islam di madrasah diniyah menurut MDA pada umumnya merupakan pendidikan
Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota berbasis masyarakat yang bertujuan untuk
Serang 17/2013; 2) sertifikasi atau ijazah memberikan kemampuan dasar kepada anak didik
sebagai prasyarat masuk SMP/MTs di Kota yang berusia dini untuk mengembangkan
Serang dalam merealisasikan Perda Kota Serang kehidupannya sebagai muslim yang beriman,
1/2010 tersebut; 3) faktor pendukung dan bertaqwa, dan beramal shaleh serta berakhlak
penghambat dalam implementasi pendidikan mulia dan menjadi w arga negara yang
Islam terhadap Perda Kota Serang 1/2010. berkepribadian, sehat secara jasmani dan rohani
dalam menata kehidupan masa depan. Jumlah
KAJIAN LITERATUR jam belajar per minggu 18 jam pelajaran. Materi
Tumbuh dan berkembangnya madrasah diniyah yang diajarkan meliputi Fiqih, Tauhid, Hadits,
di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan Tarikh, Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur’an,
berkembangnya ide-ide pembaruan pemikiran di Tajwid, dan Akhlak.
kalangan umat Islam. Pada permulaan abad ke- MDW diperuntukkan bagi siswa setingkat
20, timbul beberapa perubahan paradigma SMP. Pada umumnya MDW merupakan satuan
pemikiran di kalangan umat Islam Indonesia. pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang
Madrasah diniyah merupakan bagian menyelenggarkan pendidikan agama Islam
terpadu dari sistem pendidikan nasional yang tingkat menengah pertama sebagai pengem-
diselenggarakan pada jalur pendidikan luar bangan materi pendidikan yang diperoleh pada
sekolah untuk memenuhi hasrat dan keinginan MDA dengan masa belajar 3 tahun, dan jumlah
masyarakat tentang pendidikan agama. Dalam jam belajar 18 jam pelajaran per minggu. Materi
hal ini, madrasah diniyah termasuk pada yang diajarkan meliputi Fiqih, Tauhid, Hadits,
kelompok pendidikan keagamaan jalur luar Tarikh, Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur’an,
sekolah yang dilembagakan. Tujuan diadakannya Tajwid, dan Akhlak.
madrasah diniyah untuk mempersiapkan peserta MDU diperuntukkan bagi siswa setingkat
didik agar mampu menguasai pengetahuan Sekolah Menengah Atas (SMA), yakni satuan
agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama. pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang
Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendidikan agama Islam
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tingkat menengah atas sebagai pengembangan
menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam yang diperoleh pada MDW dengan masa belajar
rangka membantu masyarakat mencapai tujuan selama 3 tahun, dan jumlah jam belajar 18 jam
pendidikan yang terarah, sistematis dan pelajaran per minggu. Materi yang diajarkan
terstruktur. Dengan demikian, masyarakat tetap meliputi Fiqih, Tauhid, Hadits, Tarikh, Nahwu,
memiliki keleluasaan untuk mengembangkan isi Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur’an, Tajwid, dan
pendidikan, pendekatan, dan muatan kurikulum Akhlak.
sesuai dengan kebutuhan lingkungan madrasah. Dalam rangka mengembangkan ciri
Madrasah diniyah memiliki tiga jenjang madrasah sebagai satuan pendidikan yang
(Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 bernafaskan Islam, maka tujuan madrasah
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan diniyah dilengkapi dengan memberikan bekal
Keagamaan) (PP 55/2007), yakni Madrasah kemampuan dasar dan keterampilan pada bidang
Diniyah Awaliyah, (MDA) Madrasah Diniyah agama Islam untuk mengembangkan kehidu-
Wustha (MDW), dan Madrasah Diniyah ‘Ulya pannya sebagai pribadi muslim, anggota
(MDU). masyarakat, dan warga negara.
Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya lembaga keagamaan seperti madrasah diniyah
bersifat fleksibel dan akomodatif. Pengem- diakui sebagai tempat pembinaan mental spiritual
bangannya dapat dilakukan oleh Kementerian bangsa Indonesia.
Agama Pusat, Kantor Kementerian Agama Secara konstitusional dalam Undang-
Provinsi, dan Kantor Kementerian Agama Undang 1945 pasal 29 ayat 2 dinyatakan bahwa
Kabupaten/Kota atau oleh yayasan pengelola negara menjamin kebebasan rakyat dalam
kegiatan pendidikan. Prinsip pokok untuk melaksanakan ajaran agama, termasuk
mengembangkan kurikulum tersebut tidak kebebasan belajar di madrasah diniyah. Pada
menyalahi aturan perundang-undangan yang pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa peme-
berlaku tentang pendidikan secara umum, rintah mengusahakan satu sistem pendidikan
peraturan pemerintah, keputusan Menteri nasional, yang meningkatkan keimanan dan
Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
dengan penyelenggaraan madrasah diniyah. mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya
Undang-Undang Pendidikan dan Peraturan adalah penyelenggaraan madrasah diniyah.
Pemerintah tentang Madrasah Diniyah meru- Ketentuan madrasah diniyah secara
pakan bagian terpadu dari pendidikan nasional operasional diatur dalam Keputusan Menteri
untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang Agama Nomor 1, Tahun 2001 tentang Kedu-
pendidikan agama. UU 20/2003 yang di- dukan, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi
tindaklanjuti dengan disahkannya PP No. 55/ dan Tata Kerja Departemen Agama (Kemenag
2007 menjadi babak baru bagi dunia pendidikan 1/2001). Lahirnya Direktorat Pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan di Indonesia. Keagamaan dan pondok pesantren yang khusus
Dengan demikian negara telah menyadari melayani pondok pesantren dan madrasah
keanekaragaman model dan bentuk pendidikan diniyah, maka keberadaan madrasah diniyah
yang ada di bumi nusantara ini. sebagai bagian dari pendidikan nasional diperkuat
Beberapa karakteristik pendidikan diniyah oleh UU 20/2003.
di bumi nusantara telah lahir, diantaranya Implementasi pengembangan kemampuan
Pertama, Pendidikan Diniyah Takmiliyah yang dasar pada pendidikan agama Islam meliputi Al-
berada di tengah masyarakat, di luar pengaruh Qur’an Hadits, Ibadah Fiqh, Aqidah Akhlak,
pondok pesantren. Sebagai wadah kreasi dan Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.
swadaya masyarakat, lembaga tersebut di- Dengan demikian fungsi madrasah diniyah adalah
peruntukkan bagi anak-anak yang menginginkan 1) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pengetahuan agama di luar jalur sekolah formal. pendidikan agama Islam, 2) Membina hubungan
Kedua, pendidikan diniyah dalam lingkup kerja sama antara orang tua dengan masyarakat
pesantren tertentu. Ketiga, pendidikan ke- dengan membantu membangun dasar yang kuat
agamaan sebagai pelengkap pendidikan formal bagi pembangunan kepribadian manusia
di pagi hari. Keempat, pendidikan diniyah di luar Indonesia seutuhnya dan mencetak warga
pondok pesantren, namun diselenggarakan Indonesia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang
secara formal di pagi hari, layaknya sekolah Maha Esa dan menghargai orang lain, 3)
formal. Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan
Secara yuridis, penyelenggaraan madrasah pengamalan agama Islam, 4) Melaksanakan tata
diniyah diatur dalam Tata Perundangan Republik usaha dan program pendidikan serta perpus-
Indonesia. Pada sila pertama Pancasila takaan (Departemen Agama RI, 2003).
menyebutkan tentang “Ketuhanan Yang Maha Dengan demikian, madrasah diniyah selain
Esa”. Hal ini bermakna, agama selain sebagai berfungsi sebagai tempat mendidik dan
pembimbing, sekaligus dapat dijadikan memperdalam ilmu agama Islam juga berfungsi
keseimbangan hidup bangsa. Dengan demikian, sebagai sarana untuk membina akhlak al-karimah
(akhlak mulia) bagi anak yang merasakan serta berkeinginan untuk menyebarluaskan; 6)
pendidikan agama Islam di sekolah umum masih menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang
kurang. halal; serta 7) menghargai waktu, hemat dan
Madrasah diniyah merupakan salah satu produktif.
lembaga pendidikan Islam. Maksud dan tujuan Madrasah diniyah juga merupakan bagian
madrasah diniyah tak terlepas dari tujuan dari jalur pendidikan yang telah ditetapkan
pendidikan Islam. Begitu pula tujuan pendidikan sebagai pendidikan formal. Sebagaimana
madrasah diniyah tak terlepas dari tujuan terdapat dalam PP. No. 55/2007 pasal 15, bahwa
pendidikan nasional mengingat pendidikan Islam madrasah diniyah atau pendidikan diniyah formal
merupakan subsistem pendidikan nasional. menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu
Tujuan pendidikan madrasah diniyah (Depar- bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang
temen Agama, 2003) ada dua, yaitu tujuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
adalah a) Memiliki sikap sebagai muslim dan Dalam pasal 16 ayat (1) dan (2) dijelaskan
berakhlak mulia, b) Memiliki sikap sebagai warga bahwa pendidikan diniyah dasar menye-
negara Indonesia yang baik, c) Memiliki lenggarakan pendidikan dasar sederajat MI/SD
kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat yang terdiri atas enam tingkat dan pendidikan
jasmani dan rohani, dan d) Memiliki pengalaman, diniyah menengah pertama sederajat MTs/SMP
pengetahuan, keterampilan beribadah, dan sikap yang terdiri atas tiga tingkat, sedangkan untuk
terpuji yang berguna bagi pengembangan pendidikan diniyah tingkat menengah atas
kepribadiannya. menyelenggarakan pendidikan diniyah menengah
Tujuan khususnya ada tiga. Pertama, dalam atas sederajat MA/SMA yang terdiri atas tiga
bidang pengetahuan, memiliki pengetahuan tingkat.
dasar tentang agama Islam dan Bahasa Arab Mengenai kurikulum madrasah diniyah, dalam
sebagai alat untuk memahami ajaran agama PP 55/ 2007 Pasal 18 ayat (1) dan (2) dijelaskan
Islam. Kedua, dalam bidang pengamalan, dapat bahwa madrasah diniyah dasar atau pendidikan
mengamalkan ajaran agama Islam, belajar diniyah dasar formal wajib memasukkan muatan
dengan cara yang baik, bekerja sama dengan pendidikan kewarganegaraan (PKn), Bahasa
orang lain dan mengambil bagian secara aktif Indonesia (BI), matematika, dan ilmu penge-
dalam kegiatan–kegiatan masyarakat, menggu- tahuan alam (IPA) dalam rangka pelaksanaan
nakan Bahasa Arab dengan baik dan dapat program wajib belajar. Kurikulum pendidikan
membaca kitab berbahasa Arab, serta meme- diniyah untuk tingkat menengah formal wajib
cahkan masalah berdasarkan pengalaman dan memasukkan muatan PKn, BI, matematika, IPA,
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang dikuasai serta seni dan budaya (SB).
berdasarkan ajaran agama Islam. Sebagaimana lembaga pendidikan formal
Ketiga, madrasah diniyah dalam bidang nilai pada umumnya, dalam madrasah diniyah di akhir
dan sikap adalah agar siswa 1) berminat dan pendidikan juga dilakukan sebuah ujian yang
bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan; 2) bersifat nasional. Ujian nasional pendidikan
disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku; diniyah dasar dan menengah diselenggarakan
3) menghargai kebudayaan nasional dan untuk menentukan standar pencapaian
kebudayaan lainnya yang tidak bertentangan kompetensi peserta didik atas ilmu-ilmu yang
dengan agama Islam; 4) memiliki sikap bersumber dari ajaran Islam. Mengenai
demokratis, tenggang rasa, dan mencintai ketentuan lebih lanjut tentang ujian nasional
sesama manusia dan lingkungan hidup; 5) cinta pendidikan diniyah dan standar kompetensinya
terhadap agama Islam dan keinginan untuk ditetapkan dengan Peraturan Kementerian
melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya, Agama Nomor 13 Tahun 2014 (Permenag 13/
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dan bermakna, yang selanjutnya disajikan.
adalah kebijakan pendidikan Islam di madrasah Dalam proses reduksi data, memfokuskan pada
diniyah dalam Perda Kota Serang 1/2010. Kajian data yang mengarah untuk pemecahan masalah,
ini tidak hanya berkenaan dengan kebijakan, penemuan, dan pemaknaan untuk menjawab
namun studi kritis atau telaah pelaksanaan pertanyaan penelitian. Kemudian menyeder-
madrasah diniyah di Kota Serang. Penelitian hanakan dan menyusun secara sistematis
sejarah madrasah diniyah pun diterapkan dalam dengan memfokuskan hal-hal yang dianggap
menunjang penelitian ini. Maksudnya ialah untuk penting tentang hasil dan temuan. Selanjutnya,
belajar dari kesalahan dan keberhasilan yang disajikan dalam bentuk penyajian data dan
terjadi di dalam sejarah, karena sejarah adalah penulisan laporan serta menarik simpulan.
semacam pengalaman. Biasanya selalu ada Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
keterkaitan dalam menelusuri secara mendalam dengan tiga tahap (Moleong, 2004). Pertama,
sejarah masa lalu hingga masa sekarang. analisis data pralapangan, tahap ini merupakan
Data primer penelitian ini berbentuk tulisan penentuan fokus, menjaga latar penelitian yang
dan telah disimpan dalam bentuk dokumen atau mencakup observasi lapangan dan permohonan
arsip. Selanjutnya, untuk mengetahui proses izin penelitian. Kedua, tahap pekerjaan
perencanaan dan pelaksanaan, diperlukan data lapangan, tahap ini meliputi kegiatan pengum-
yang bersumber dari informan langsung yang pulan data berkaitan dengan kebijakan
terlibat. Dalam hal ini adalah pelaksana pendidikan di Kota Serang, upaya pemerintah
kebijakan, yakni Asisten Daerah (Asda) I Kota Kota Serang terhadap implementasi Perda Kota
Serang dan Kementerian Agama Kota Serang, Serang 1/2010, faktor pendukung dan
terkait dengan Perda Kota Serang 1/2010. penghambat Perda Kota Serang 1/2010. Semua
Sebagai implementasi dari peraturan daerah data itu dikumpulkan, kemudian dilakukan
tersebut perlu juga mengadakan observasi di wawancara mendalam dengan pemangku
Madrasah Diniyah dan SMP sebagai bagian dari kebijakan, yakni Asda I Pemerintah Kota Serang
bahan pendukung. Penelitian ini juga menggu- dan Kementerian Agama Kota Serang. Hal ini
nakan data sekunder yang bersumber dari buku, dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh
majalah, koran, dan makalah yang relevan di lapangan serta melakukan observasi informan
dengan permasalahan yang ada. dalam efektivitas perda diniyah tersebut.
Adapun instrumen data dan teknik Ketiga, tahap analisis data, tahap analisis data
pengumpulan data yang digunakan adalah dalam penelitian ini digunakan dengan cara
dokumentasi yang diperoleh dari Bagian Hukum deskriptif (nonstatistik), yaitu penelitian yang
dan Organisasi Sekretariat Daerah Kota Serang dilakukan dengan menggambarkan data yang
maupun berasal dari instansi Kementerian Agama diperoleh baik melalui dokumen maupun hasil
Kota Serang terkait bidang pendidikan Islam wawancara mendalam dengan Asda I
Madrasah Diniyah, wawancara dengan meng- Pemerintah Kota Serang, Kemenag Kota Serang,
gunakan wawancara terbuka, agar memberi Kepala SMP/MTs atau Wakil Kepala Sekolah
kesempatan sebanyak-banyaknya kepada Bidang Kurikulum atau Humas, dan Kepala MDTA.
informan dalam menanggapi masalah atau Dari hasil wawancara tersebut kemudian
memberikan data terkait dengan masalah yang dipisahkan dalam sebuah kategori dan dilakukan
diteliti. penafsiran data yang sesuai dengan konteks
Dari pengumpulan data kemudian dibuat pemasalahan yang diteliti untuk memperoleh
reduksi data untuk memilah data yang relevan simpulan.
menghasilkan karya fenomenal “The Religion of 2010 ini. Ke depan dengan revisi Perda ini,
Java” (Agama Jawa) yang berhasil memetakan semoga dapat memperbaiki beberapa keku-
relasi antara tiga kelompok sosial di Jawa yakni rangan yang ada.
kelompok “Abangan”, “Santri”, dan “Priyayi” dan Tingkat partisipasi masyarakat dalam
menjadi bahan referensi utama dalam penelitian pendidikan diniyah merupakan fakta serta
tentang Indonesia di masa selanjutnya. Bahkan, menjadi modal dan alasan kuat untuk pengem-
sebagian mereka terkenal sebagai ahli tentang bangan pendidikan diniyah sebagai basis peran
Indonesia dengan sebutan pakar “Indonesianis” pendidikan masyarakat dalam bentuk materiil
(Abidin, 2015). atau imateriil. Partisipasi ini juga merupakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan peran sosial yang harus dipelihara untuk
Asisten Daerah I Kota Serang, 1 Mei 2014, ada menjadikan pendidikan diniyah sebagai
dua hal yang dapat diungkapkan. Pertama, konsolidasi dalam pembinaan umat sesuai data
dalam perencanaan dan perumusan lahirnya dari Kementerian Agama. Kegiatan pendidikan
Perda Kota Serang 1/2010, tentu masyarakat diniyah ini telah berjalan berbasis masyarakat
sepenuhnya dilibatkan. Perda Kota Serang 1/ sampai tingkat RT melalui majlis ta’lim, lembaga
2010 melibatkan hajat orang banyak, termasuk pendidikan Al-Qur’an, dan diniyah takmiliyah.
di dalamnya pihak eksekutif dan legislatif. Kegiatan wajib belajar pendidikan diniyah secara
Sebelum ditetapkan, terlebih dahulu dilakukan nonformal diselenggarakan oleh pesantren,
public hearing untuk mendapatkan beberapa pengelola mesjid, kelompok majelis ta’lim,
masukan, baik dari ilmuwan, akademisi, maupun kelompok kajian Islam (Bahtsul Masail/Kajian
dari tokoh masyarakat. Bahkan, masyarakat Kitab), lembaga pendidikan Al-Quran TPA/TKA/
umum pun bisa memberikan masukan melalui TQA, diniyah takmiliyah, dan kegiatan lain yang
pemerintah, baik melalui bagian hukum maupun sejenis.
melalui Bappeda untuk perbaikan perda yang Samsudin (2012) menyimpulkan bahwa
akan dikeluarkan oleh pemerintah. Hal tersebut secara normatif Pendidikan Islam berorientasi
menjadi faktor pendukung bagi pemerintah Kota pada landasan filosofis, sosiologis, kultural,
Serang, selain tuntutan UU 20/2003. Lebih psikologis, dan ilmiah. Arah baru Pendidikan Islam
lanjut, pemerintah membuktikannya dengan harus mengacu pada perubahan TQM termasuk
mengeluarkan Perwal Kota Serang 17/2013 dalam bidang kurikulum, rekrutmen guru dan
sebagai regulasi kebijakan di Kota Serang, selang siswa, modernisasi sarana/prasarana serta
tiga tahun setelah Perda1/2010 lahir. mengubah sistem pembelajaran dari tradisional
Kedua, Perda Kota Serang 1/2010 yang menjadi modern. Arah transformasi kepe-
ditetapkan, seiring dengan perkembangannya mimpinan dalam Pendidikan Islam harus
kemudian lahir Perwal Kota Serang 17/2013. Hal mengedepankan kepemimpinan demokratis. Pola
ini tentu mendapat restu dan dukungan Pendidikan Islam yang baru terdapat penguatan
pemerintah terhadap eksistensi Wajib Belajar pembelajaran yang berbasis kepada student
Diniyah di Kota Serang dalam berbagai aspek centre, yang kemasan kurikulumnya mengacu
dukungan, program, dan anggarannya. Sebab kepada kebutuhan anak ke depan.
pada pelaksanaannya Perda Kota Serang 1/2010 Pada pelaksanaannya, Perda Kota Serang
mendapat sambutan baik dari masyarakat, 1/2010 ini melibatkan seluruh stakeholder, baik
sehingga mendorong peningkatan pengem- dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
bangan dan pengelolaan pendidikan diniyah. maupun pengawasan program pembangunan
Meski Perda tersebut lahir pada tahun 2010, yang dilaksanakan oleh masing-masing instansi
seiring berjalannya waktu tentu banyak hal yang termasuk keterlibatan dan partisipasi masya-
perlu diperbaiki justru setelah kita belajar secara rakat secara penuh. Meskipun demikian, ada
langsung dari penetapan Perda Kota Serang 1/ beberapa catatan untuk peningkatan di masa
depan. Pertama, Perda Kota Serang 1/2010 dan diketahui bahwa pada tingkat SMP dan SMA
Perw al Kota Serang 17/2013 yang telah yang sederajat dengan tingkat Wustha dan Ulya
ditetapkan hendaknya disosialisasikan terlebih hampir tidak ada siswa SMP dan SMA yang
dahulu. Dengan demikian, masyarakat Kota memasuki madrasah diniyah.
Serang, termasuk lembaga terkait dengan Sejalan dengan ide-ide pendidikan di
pendidikan diniyah tersebut mendapat kepastian Indonesia maka madrasah pun ikut mengadakan
hukum dengan telah diterbitkannya Perda Kota pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi
Serang 1/2010. Kedua, pada pelaksanaannya, sosial yang menyelenggarakan pendidikan
terutama dalam pemberdayaan masyarakat, madrasah mulai menyusun kurikulum yang di
belum dilakukan sosialisasi secara maksimal. dalamnya sudah terdapat mata pelajaran umum,
Masih banyak masyarakat yang belum namun masih ada sebagian madrasah yang
tersentuh, termasuk belum adanya sosialisasi tetap mempertahankan statusnya sebagai
kepada pengelola SMP/MTs dan Madrasah sekolah agama murni yang semata-mata
Diniyah tentang kebijakan pendidikan ini di Kota memberikan pendidikan dan pengajaran agama
Serang. Islam. Sekolah ini sering disebut sebagai
Gejala konvergensi santri-abangan pada madrasah diniyah.
akhir-akhir ini telah banyak berpengaruh Ahmad (2014) menyimpulkan bahwa
terhadap pola pikir dan perilaku masing-masing. ekspresi keagamaan dan identitas dipahami
Orang yang dulunya santri sudah mulai banyak sebagai sebuah entitas yang sangat terkait satu
terlibat dalam kegiatan-kegiatan dunia yang sama lain. Domain agama dipahami sebagai
dulunya banyak ditangani oleh kaum abangan. entitas yang sangat penting, karena memiliki
Orang yang dulunya abangan sudah mulai fungsi pembentuk identitas. Identitas diri
banyak terlibat dikotomi. Artinya, kini sudah manusia tidak hanya dilihat dari aspek fisik,
mulai terbangun penyatuan antara dimensi melainkan juga bernilai abstrak, sebagai sebuah
material dan spiritual, ritual dan rasional di gagasan yang melekat pada diri, kepribadian,
kalangan santri dan abangan (Mughits, 2004). dan keyakinan. Ekspresi adanya antusiasme
Pada bagian berikutnya, Mughits menje- ritual terbentuk atas dua faktor, yaitu faktor
laskan bahwa gejala ini akan berdampak positif internal terutama aspek psikologis seseorang
bagi “projek” civil society ke depan. Dampak dan faktor eksternal terutama interaksi personal
positif itu ada dua. Pertama, semakin terkikisnya dengan kelompok.
batas-batas sosio-kultural santri dan abangan Nama dan bentuk madrasah diniyah saat
akan menghilangkan eksklusivitas masing-masing ini seperti pengajian anak-anak, pesantren,
kelompok, sehingga memungkinkan dialog sekolah kitab dan lain-lain. Lembaga pendidikan
antarbudaya, terbangunnya inklusivitas keagamaan pada jalur luar sekolah yang
kelompok, dan kerja sama yang harmoni dalam diharapkan mampu secara terus-menerus
membangun masyarakat global. Kedua, banyak memberikan pendidikan agama Islam kepada
masalah-masalah sosial yang selama ini tidak anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur
terpecahkan karena hanya tersentuh oleh sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal
kelompok tertentu. Dengan pembauran dan kerja serta menerapkan jenjang pendidikan, yaitu
kooperatif dua kelompok antara santri dan MDA, MDW dan MDU.
abangan, maka berbagai problematika sosial Berdasarkan Perda Kota Serang 1/2010
umat dewasa ini semakin banyak menemukan tersebut, madrasah diniyah merupakan bagian
pemecahannya. terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi
Sebagian besar madrasah diniyah hanya permintaan masyarakat tentang pendidikan
mengelola tingkat awaliyah yang sederajat agama. Madrasah diniyah termasuk ke dalam
dengan SD. Berdasarkan hasil studi lapangan, pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik dalam Meskipun kebijakan pendidikan Islam selama ini
penguasaan terhadap pengetahuan agama dianggap masih urusan pemerintah di bawah
Islam. Perda Kota Serang 1/2010 yang tanggung jawab Kementerian Agama. Kemen-
ditindaklanjuti dengan disahkannya Perwal Kota terian Agama secara fungsional tetap memiliki
Serang 17/2013 menjadi babak baru bagi dunia tanggung jawab terhadap keberadaan,
pendidikan agama dan keagamaan di Kota pembinaan dan pengembangan pendidikan
Serang. Oleh karena itu, pemerintah Kota Islam. Namun, sebagai instansi vertikal
Serang telah menyadari keanekaragaman model nampaknya mengalami hambatan secara
dan bentuk pendidikan yang ada di Banten. struktural dalam memberikan bantuan dan
Keberadaan peraturan tersebut menjadi pengaw asan terhadap pendidikan Islam,
“angin segar” bagi madrasah diniyah yang khususnya madrasah diniyah di daerah Kota
sedang mengalami krisis identitas karena selama Serang. Oleh karena itu, pendidikan Islam yang
ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah tidak dilaksanakan melalui pendidikan jalur nonformal
banyak diketahui bagaimana pola pengelo- seperti madrasah diniyah ini banyak mengalami
laannya. Namun, karakteristiknya yang khas hambatan, sehingga tidak berkembang sesuai
menjadikan pendidikan ini layak untuk dengan harapan masyarakat.
dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya.
Otonomi daerah dan otonomi pendidikan yang Kebijakan Sertifikasi atau Ijazah sebagai
telah berjalan seharusnya menjadi ruh semangat prasyarat masuk SMP/MTs di Kota Serang
sebagai bentuk perhatian lebih bagi eksistensi Sesuai Perda Kota Serang 1/2010 tentang wajib
madrasah. Sebagai daerah otonom, Kabupaten belajar pada madrasah diniyah tersebut
atau Kota semestinya mampu mengatur dan diselenggarakan selama empat tahun. Wajib
mengelola kewenangannya dengan mengede- diikuti oleh setiap warga belajar yang telah
pankan kekhasan daerahnya masing-masing. berusia 6 sampai 12 tahun. Sebagai syarat
Terlebih di Serang (baik Kabupaten atau Kota) melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi,
atau kabupaten dan kota lainnya di Provinsi peserta didik harus membuktikan dengan Surat
Banten memiliki akar budaya yang sama sebagai Tanda Tamat Belajar Madrasah Diniyah, dalam
masyarakat yang agamis. hal ini syahadah atau sertifikat diniyah. Lahirnya
Faiqoh (2012) menyimpulkan bahwa tokoh peraturan daerah dapat dikatakan dalam rangka
perubahan dari setiap perubahan satuan menata hubungan pemerintah dan masyarakat,
pendidikan pada pesantren adalah dari internal meningkatkan kinerja pemerintah, terciptanya
pesantren khususnya pendiri, pengasuh, kepercayaan publik yang lebih kuat, dan mampu
direktur, majelis keluarga pada periode meningkatkan pelayanan publik dan kese-
kepemimpinannya. Di sisi lain kreator perubahan jahteraan masyarakat.
merupakan tokoh sentral yang memiliki kapasitas Subijanto (2010) menyimpulkan bahwa
sebagai ulama intelektual atau intelektual ulama, pelaksanaan otonomi daerah dan perimbangan
yang patut dijadikan sumber belajar sepanjang keuangan pusat-daerah yang telah diimple-
hayat, sangat progresif, mukhlis, dan tulus mentasikan sejak tahun 2001 merupakan
tanpa pamrih. momentum yang sangat tepat untuk mere-
Agar tetap terjaga untuk mempertahankan formasi penyelenggaraan pendidikan dari aspek
nilai-nilai agama maka pembinaan melalui birokrasi, pendanaan, dan manajemen pendi-
pendidikan agama menjadi keniscayaan. Sebab dikan. Desentralisasi pendidikan yang efektif
sistem pembelajaran madrasah diniyah lebih tidak hanya melibatkan proses pemberian
terfokus pada pendidikan keagamaan. Dengan kewenangan dan pendanaan yang lebih besar
demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
madrasah diniyah semata sebagai suplemen. melainkan juga harus menyentuh pembagian
kewenangan yang lebih besar pada sekolah- diniyah dicantumkan oleh beberapa sekolah
sekolah dalam menentukan kebijakan-kebijakan setingkat SMP/MTs di Kabupaten Serang.
organisasi dan proses belajar mengajar, Pendidikan pada madrasah diniyah khusus-
manajemen guru, struktur dan perencanaan di nya sebagai lembaga pendidikan keagamaan
tingkat sekolah dan sumber-sumber pendanaan yang memberikan dasar-dasar keagamaan bagi
sekolah. Dalam hal ini kewenangan sekolah siswa yang beragama Islam sudah dirasakan
adalah untuk memberlakukan wajib belajar besar manfaatnya. Pendidikan pada lembaga
pendidikan diniyah di tingkat SMP dan MTs. tersebut tidak dikesankan sebagai pendidikan
Seluruh siswa lulusan SD yang beragama yang hanya semata-mata suplemen dari sekolah
Islam wajib menyertakan ijazah, tanda lulus dasar (umum). Walaupun pendidikan agama
MDA, sebagai salah satu syarat untuk mendaftar nonformal merupakan penguat dari kekurangan
ke sekolah menengah pertama dan sederajat. materi keagamaan yang diajarkan di sekolah
Aturan itu didasarkan pada Perda Kota Serang (umum), tetapi tidak lantas menjadi formalitas
1/2010 tentang Ketentuan Penyelenggaraan dengan tidak diupayakan peningkatan kualitas
Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah. pembelajarannya. Karena kedua-duanya diakui
Sebagai daerah pemekaran, Kota Serang sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.
memang masih mengadopsi sejumlah aturan, Humaedi (2013) menyatakan bahwa
termasuk aturan pendidikan dari daerah induk, keunikan dinamika sosial budaya kota
Kabupaten Serang. sebenarnya terpusat pada ruang yang dianggap
Perda Kota Serang 1/2010 mewajibkan sebagai power of centrum. Ruang seperti ini
setiap anak usia sekolah, dari 7 tahun hingga kerap diyakini masyarakat sebagai media
15 tahun yang beragama Islam untuk mengikuti penyeimbang simbol kota yang dibangun dari
pendidikan nonformal MDA, selama masa kekuatan makrokosmos dan mikrokosmos, juga
pendidikan empat tahun. Siswa akan men- antara kekuatan pamongpraja dan pangrehraja
dapatkan pelajaran Al-Quran dan Hadits, Aqidah dengan masyarakat yang seringkali berebut
Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa dalam usahanya untuk mengelola ruang kota.
Arab, Praktik Ibadah, dan kurikulum lokal sesuai Perubahan atas keberadaan dan fungsi ruang
dengan kebutuhan masing-masing madrasah. kota akan berdampak langsung terhadap sistem
Sebagai tanda lulus, siswa memperoleh ijazah budaya yang ada pada masyarakat.
yang disebut syahadah. Syahadah itulah yang
dijadikan sebagai salah satu syarat siswa untuk Faktor Pendukung dan Penghambat Perda
masuk SMP/MTs, dan lembaga pendidikan lain Kota Serang 1/2010
yang sederajat. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan
Lahirnya Perda Kota Serang 1/2010 juga hasil wawancara, faktor pendukung lahirnya
dimaksud menjadi representasi dari kebijakan Perda Kota Serang 1/2010 ada dua. Pertama,
sebelumnya yang dikeluarkan oleh Bupati Serang faktor sosial mayarakat Kota Serang yang
melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 agamis. Seluruh pranata sosial kemasyarakatan
(Perda 1/2006) tentang Ketentuan Penyeleng- mencerminkan kehidupan keberagamaan,
garaan Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah diantaranya muncul peran ulama atau lembaga
di Kabupaten Serang (Lembaran Daerah keagamaan yang diselenggarakan oleh masya-
Kabupaten Serang Tahun 2006, Nomor 722). rakat. Kedua, faktor politik di Kota Serang,
Selanjutnya, selang dua tahun mulai dilak- munculnya Perda Kota Serang 1/2010
sanakan di Tahun Pelajaran 2008/2009. Sebelum merupakan produk politik melalui lembaga DPRD
Kota Serang sebagai kota otonom atau menjadi yang memberikan dukungan kesepakatan
Ibukota Provinsi Banten, Perda Diniyah telah terhadap pembangunan masyarakat melalui
berjalan, dan syahadah atau ijazah madrasah kebijakan pemerintah dalam bentuk Perda Kota
Serang 1/2010 tersebut. Kebijakan ini Globalisasi dapat menjadi peluang dan bisa
merupakan partisipasi seluruh stakeholder juga menjelma sebagai tantangan bagi
masyarakat dalam berbagai peran dan pendidikan Islam (Dacholfany, 2015). Lebih
kontribusinya pada seluruh jenjang kehidupan lanjut beliau menyatakan bahwa jika pendidikan
masyarakat di Kota Serang. Islam mengambil sikap anti global maka akan
Adapun faktor penghambat lahirnya Perda stagnan (tidak bergerak) dan pendidikan Islam
Kota Serang 1/2010 yaitu. Pertama, Perda akan mengalami penghambatan intelektual.
Diniyah belum disosialisasikan sejak awal terlebih Sebaliknya, bila pendidikan Islam terseret oleh
dahulu, sehingga masyarakat korta Serang, arus global, tanpa daya identitas ke-Islam-an
termasuk lembaga terkait belum mendapat sebagai sebuah proses pendidikan akan dilindas.
kepastian hukum dengan telah diterbitkannya Oleh karena itu, pendidikan Islam harus
perda tersebut. Kedua, pada pelaksanaannya, memposisikan diri dengan menakar arus
terutama dalam pemberdayaan masyarakat, globalisasi, dalam arti yang sesuai dengan
belum dilakukan sosialisasi secara maksimal, pedoman dan ajaran nilai-nilai Islam agar bisa
terbukti dengan masih banyaknya masyarakat direformasi, diadopsi, dan dikembangkan. Senada
yang belum tersentuh progam sosialisasi, dengan pendapat dan arahan Dacholfany
termasuk dewan guru SMP dan MTs serta tersebut, lembaga pendidikan madrasah diniyah
madrasah diniyah tentang kebijakan Perda sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan
Diniyah ini. Islam harus memposisikan diri sebagai lembaga
pendidikan penyeimbang antara pengembangan
Pembahasan ilmu pengetahuan agama dan pengembangan
Sejak awal, pesantren merupakan lembaga ilmu pengetahuan umum maupun antara
pendidikan Islam yang berada di luar sistem pembinaan wawasan nasional dan pengem-
pendidikan nasional, sehingga tidak terjadi bangan wawasan global dalam rangka meng-
supervisi dan dukungan dari pihak pemerintah hadapi era globalisasi, termasuk menghadapi era
(Ghufron, 2014). Sebagai lembaga independen, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang kini
masing-masing pesantren memiliki kewenangan sudah dimulai.
untuk memilih dan menerapkan ideologi yang Menyikapi lahirnya PP 55/2007, beberapa
hendak ditransformasikannya kepada para santri. daerah kabupaten/kota mengeluarkan peraturan
Nasib lembaga pendidikan madrasah diniyah daerah (Perda). Daerah-daerah yang telah
tidak jauh berbeda dengan nasib pesantren mengeluarkan Perda adalah Kabupaten
sebagaimana dinyatakan oleh Ghufron tersebut. Indramayu melalui Perda Nomor 2, Tahun 2003,
Keberadaan lembaga pendidikan madrasah Kabupaten Pandeglang melalui Perda Nomor 27,
diniyah belum mendapat tempat yang memadai Tahun 2007, Kabupaten Pesisir Selatan melalui
dalam konteks pendidikan nasional. Kebera- Perda Nomor 8, Tahun 2004, dan Kabupaten
daannya antara ada dan tiada. Dikatakan ada, Serang melalui Perda Nomor 1, Tahun 2006, serta
karena kegiatannya jelas dilaksanakan dalam Kota Serang melalui Perda Nomor 1,Tahun 2010.
kehidupan sehari-hari. Namun, kelembagaannya Konsekuensi dari Perda ini adalah setiap siswa
masih kurang jelas, karena pihak pemerintah muslim wajib memiliki ijazah Madrasah Diniyah
belum serius mengelola lembaga pendidikan Takmiliyah Awaliyah (MDTA) apabila akan
madrasah diniyah. Selama ini lembaga melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs.
pendidikan madrasah diniyah masih dikelola oleh Memang, perda diniyah tersebut sebagai-
masyarakat secara swadaya dengan sentuhan mana merujuk dan telah diundangkan UU 20/
bantuan dana sosial dari pemerintah daerah 2003, PP 19/2005 (diubah menjadi PP Nomor
setempat. 32, Tahun 2013) tentang Standar Nasional
Pendidikan dan PP 55/2007, akan tetapi belum
ada regulasi yang mengatur penyelenggaraan diniyah. Sarana prasarana pembelajaran masih
madrasah diniyah secara khusus. Setelah PP terbatas dengan kualitas sangat sederhana.
55/2007, tiga tahun kemudian terbitlah Pembiayaan pendidikannya masih swadaya
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 16, masyarakat dari golongan ekonomi menengah
Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan ke bawah. Sistem pengelolaannya masih belum
Agama di Sekolah, tetapi belum ada PMA yang profesional, yang penting dapat berjalan dengan
mengatur Pendidikan Keagamaan. Pada Februari misi utamanya dakwah Islamiyah. Kompetensi
2012 pernah terbit PMA Nomor 3, Tahun 2012 lulusan masih bersifat lokal dengan tujuan utama
tentang Pendidikan Keagamaan Islam, namun bisa memenuhi persyaratan untuk melanjutkan
empat bulan kemudian PMA tersebut dicabut studi ke jenjang sekolah lanjutan tingkat
dengan terbitnya PMA Nomor 9, Tahun 2012. pertama.
Dengan demikian, para pengelola madrasah Keragaman orientasi pendidikan di pesan-
diniyah sangat menanti adanya regulasi tentang tren penting untuk dipetakan terkait dengan
Pendidikan Keagamaan tersebut. Hal ini penting potensinya dalam memberikan pelayanan
sebab secara logika yudisial yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
imperatif UU 20/2013 akan lebih berjalan efektif masyarakat dan perkembangan Iptek. Jika
apabila diterjemahkan melalui rambu-rambu lain potensi ini sukses dilaksanakan, maka negeri ini
sebagai produk hukum pendukung yang sampai akan menghasilkan sumber daya manusia yang
ke tangan praktisi pendidikan, antara lain berupa handal dan kompetitif. Sebaliknya, jika
Keputusan Bersama atau Peraturan Kementerian pesantren-pesantren itu gagal atau tidak
Agama. mampu memberikan pendidikan yang sesuai
Pemerintah pusat dan daerah perlu dengan tuntutan perubahan masyarakat dan
melakukan pembinaan secara terus-menerus perkembangan Iptek maka alumni pesantren
terhadap sekolah-sekolah di provinsi dengan kemungkinan tidak siap menghadapi realitas
sistem pendidikan yang belum maju, terutama kehidupan yang semakin kompetitif, dan akan
pada aspek kurikulum, kompetensi guru, memarginalkan secara sosial, politik, ekonomi
manajerial kepala sekolah, pengawas, sarana maupun kultural. Akibatnya, mobilitas sosial dan
prasarana, pembiayaan, evaluasi, pengelolaan intelektual umat akan mandeg (Basri, 2014).
dan kompetensi lulusan (Parwanto, 2014). Lebih Karakter utama pendidikan diniyah yang
lanjut ditegaskan pula bahwa dukungan berkembang di Kota Serang ada dua. Pertama,
pemerintah daerah provinsi/kota/kabupaten Pendidikan Diniyah Takmiliyah yang berada di
dalam pembiayaan pendidikan sangat mem- tengah masyarakat, di luar pengaruh pondok
pengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pesantren. Sebagai wadah kreasi dan swadaya
mencapai prestasi optimal. Dalam praktiknya, masyarakat, lembaga pendidikan tersebut
lembaga pendidikan madrasah diniyah sangat diperuntukkan bagi anak-anak yang meng-
memerlukan partisipasi aktif pemerintah dalam inginkan pengetahuan agama di luar jalur sekolah
pembenahan aspek kurikulum, kompetensi guru, formal. Mengingat dinamika masyarakat Kota
manajerial kepala sekolah, pengawas, sarana Serang yang sudah mulai “meninggalkan”
prasarana, pembiayaan, evaluasi, pengelolaan lembaga pendidikan pesantren, tetapi masih
dan kompetensi lulusan. Sebagaimana diketahui, meyakini kebenaran dan keberkahan ajaran
kurikulum madrasah diniyah belum berlaku secara pendidikan pesantren. Sebagian besar warga
nasional. Kompetensi guru madrasah diniyah Kota Serang merupakan kelompok penduduk usia
masih terbatas dengan kualifikasi akademik yang muda dengan jumlah anggota keluarga yang
bervariasi. Manajerial kepala sekolah masih tergolong kecil (sekitar lima orang) terdiri atas
tradisional dan konvensional dengan menem- ayah, ibu, dengan dua atau tiga anaknya.
patkan ketua yayasan sebagai kepala madrasah
dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh umat Pendidikan Diniyah Takmiliyah di Kota Serang
Islam, khususnya pengelola pendidikan Madrasah keberadaannya telah diperkuat dengan
Diniyah dan Pondok Pesantren untuk berkiprah dikeluarkannya Perda Kota Serang 1/2010 dan
secara nyata dalam membangun sistem Perwal Kota Serang 17/2013 tentang Penye-
pendidikan nasional dengan dipayungi berbagai lenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Diniyah di
kebijakan pemerintah. Kota Serang yang ditandatangani pada tanggal
Pesantren salaf sebagai salah satu tradisi 18 Juni 2013. Hal ini berarti setiap anak usia
pengembangan pendidikan, karena beberapa sekolah baik SD, SMP, maupun SMA wajib
bentuk kreativitas dan kemampuannya menjadi mengikuti pendidikan agama Islam di Madrasah
salah satu model pendidikan keagamaan, perlu Diniyah dan ini akan menjadi syarat wajib bagi
didukung dan difasilitasi untuk semakin anak yang akan masuk SD, SMP dan SMA
sempurnanya salah satu model pendidikan dengan menunjukkan syahadah/ijazah/sertifikat
keagamaan yang memproduksi identitas dalam Pendidikan Diniyah.
level tertentu. Karena itu, usaha regulasi atau Untuk mewujudkan pengelolaan adminis-
standarisasi hendaknya dilakukan satu arah dari trasi, manajemen, dan proses pembelajaran
versi negara kepada lembaga tersebut. Namun yang profesional, maka sebagai acuan
akan lebih baik kalau disesuaikan atau mengikuti pelaksanaan Program Wajib Belajar Diniyah
gaya yang berkembang dan digagas oleh Takmilyah Awaliyah, Peraturan Daerah dan
pesantren yang bersangkutan (Murtadho, Peraturan Walikota perlu dijabarkan secara lebih
2012). teknis dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan untuk
Di Kota Serang, madrasah diniyah berperan dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak
untuk melengkapi dan menambah pendidikan terkait. Dengan adanya petunjuk pelaksanaan
agama bagi anak-anak terutama yang ini diharapkan penyelenggaraan Program Wajib
bersekolah di sekolah-sekolah umum pada pagi Belajar Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang dalam
hingga siang hari, kemudian pada sore harinya konteks pendidikan di Kota Serang menjadi
mereka mengikuti pendidikan agama di Madrasah bagian integral dari Program Wajib Belajar
Diniyah. Tumbuh kembangnya madrasah diniyah Pendidikan Dasar dapat berjalan dengan sebaik-
tersebut dilatarbelakangi oleh keresahan baiknya (sebagaimana tertuang dalam Juknis
sebagian orang tua siswa, yang merasakan Pelaksanaan Perda Kota Serang 1/2010 yang
pendidikan agama di sekolah umum kurang dibuat oleh Kementerian Agama dan Pemerintah
memadai untuk mengantarkan anaknya dalam Kota Serang).
melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan Kasus “penyerbuan” sekolah Sang Timur di
harapan masyarakat. Karangtengah, Ciledug Tangerang oleh Front
Berangkat dari kebutuhan masyarakat inilah Pemuda Islam Tangerang pada Oktober 2004
muncul gagasan untuk mewajibkan Pendidikan lalu, membuktikan bahwa kelompok-kelompok
Madrasah Diniyah bagi setiap lulusan SD di Kota agama belum mempunyai cara pandang positif
Serang yang ditetapkan dengan Perda. Hal ini satu atas lainnya. Kasus Sang Timur hanya satu
dipandang sangat penting agar kedudukan dari sekian banyak kasus serupa di berbagai
madrasah diniyah yang selama ini kurang tempat. Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan
mendapatkan perhatian khususnya dari berkeyakinan yang mendapat jaminan konstitusi
pemerintah, baik pemenuhan anggaran maupun masih menjadi problem serius dalam kehidupan
bantuan ketenagaan, mendapatkan legitimasi beragama di Indonesia. Oleh karena itu,
yang cukup kuat sehingga eksistensi madrasah komunitas agama perlu mendapat kritik yang
diniyah diharapkan mampu menjawab tuntutan tajam akibat ketidakdewasaannya dalam melihat
kebutuhan masyarakat Kota Serang yang keragaman.
mayoritas beragama Islam.
Di pihak lain, negara juga tidak boleh itu, format yang terbaik penanaman nilai-nilai
memaksakan kepentingannya dengan agama adalah dengan mengintegrasikan
sewenang-wenang. Tugas negara, terutama pendidikan agama ke dalam seluruh mata
pemerintah dan aparaturnya ke depan adalah pelajaran. Namun, format seperti ini belum
menjamin dan melindungi hak warga negara semuanya dapat diterima oleh lembaga-lembaga
yang telah dijamin oleh Undang-Undang. Oleh pembina, seperti Kementerian Agama dan
karena itu, kedewasaan umat beragama di satu Kemendikbud.
sisi, dan pemerintah yang tidak intervensionis
di sisi lain, menjadi kata kunci untuk menye- SIMPULAN DAN SARAN
lesaikan berbagai masalah yang terkait dengan Simpulan
kepentingan agama (Rumadi, 2005). Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat
Disadari bahwa saat ini dan di masa yang disimpulkan tiga hal. Pertama, Kebijakan wajib
akan datang peranan pendidikan agama sangat belajar pendidikan diniyah diperuntukkan bagi
penting dan keberhasilannya menjadi tuntutan setiap warga negara untuk menempuh jenjang
setiap orang tua dan seluruh lapisan pendidikan SMP/MTs atas tanggung jawab
masyarakat. Kondisi masyarakat khususnya pemerintah daerah. Orientasi politik baik di
generasi muda yang dilanda krisis moral dan Pemerintah Kota dan DPRD Kota Serang
akhlaq yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat menjadikan pendidikan diniyah sebagai sarana
dianggap ringan maka harus selalu diupayakan utama untuk pemberdayaan dan pembentukan
solusinya. Salah satu upaya terbaik adalah kepribadian unggul masyarakat Kota Serang, baik
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas secara struktural maupun secara fungsional.
pendidikan agama. Kedua, setiap warga belajar yang telah
Basri (2009) menyimpulkan bahwa salah berusia 6 sampai 12 tahun, dan akan
satu penyelenggaraan pendidikan yang berbeda melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs,
adalah menyelenggarakan pendidikan agama harus dibuktikan dengan kepemilikan Surat
alternatif dalam bentuk model pendidikan diniyah Tanda Tamat Belajar Madrasah Diniyah dalam
yang terfokus pada pemuatan mata pelajaran bentuk syahadah atau sertifikat diniyah.
agama. Hal ini merupakan alasan masyarakat Mengenai Peraturan Walikota Serang tentang
Kota Medan memasukan anak-anaknya ke SD program wajib belajar pendidikan diniyah,
Al-Azhar. sebagian besar anak-anak usia sekolah dasar
Sehubungan jumlah jam pelajaran pendi- telah memiliki bekal kemampuan dasar agama
dikan agama di sekolah umum kurang memadai Islam dalam bentuk ketaatan melaksanakan
maka diperlukan kebijakan alternatif yang ibadah sholat wajib selama lima kali dalam sehari
mendukung peningkatan pemahaman dan serta ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.
pengamalan nilai-nilai keagamaan melalui Ketiga, faktor pendukung dalam imple-
penyelenggaraan Program Wajib Belajar mentasi pendidikan Islam terhadap Perda Kota
Pendidikan Diniyah di Kota Serang. Dengan Serang 1/2010, yaitu dukungan masyarakat, di
adanya pedoman pendirian dan pengelolaan mana sebelum ditetapkan, pemerintah Kota
Program Wajib Belajar Pendidikan Diniyah di Kota Serang terlebih dahulu melakukan public hearing
Serang dapat dilaksanakan secara optimal dan dengan berbagai elemen masyarakat baik dari
mencapai sasaran. ilmuwan, akademisi, maupun dari tokoh
Khozin (2012) menyimpulkan bahwa masyarakat serta tuntutan UU 55/2007. Adapun
pendidikan agama berorientasi membentuk faktor penghambat lahirnya Perda Kota Serang
perilaku agamis yang tidak bisa hanya diberikan 1/2010 ada dua. Pertama, Perda Diniyah belum
melalui mata pelajaran agama. Nilai-nilai agama disosialisasikan sejak awal terlebih dahulu,
menyebar di seluruh mata pelajaran. Oleh karena sehingga masyarakat kota Serang belum
mendapat kepastian hukum dengan telah tersentuh, termasuk belum adanya sosialisasi
diterbitkannya perda tersebut. Kedua, belum kepada Kepala SMP/MTs dan Kepala Madrasah
dilakukan sosialisasi secara maksimal, terbukti Diniyah tentang Perda tersebut. Ketiga,
dengan masih banyaknya masyarakat yang Kebijakan pendidikan Islam, selama ini masih
belum tersentuh progam sosialisasi. menjadi urusan pemerintah di bawah tanggung
jawab Kementerian Agama. Kementerian Agama
Saran secara fungsional tetap harus bertanggung
Sehubungan dengan beberapa simpulan di atas, jawab terhadap keberadaan, pembinaan dan
diaj ukan t iga saran. Pertama, Perda Kota pengembangan pendidikan Islam. Selain itu,
Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang yang perlu segera dilakukaan sosialisasi Program Wajib
telah ditetapkan hendaknya terlebih dahulu Belajar Madrasah Diniyah sejak tahun ajaran
disosialisasikan, sehingga masyarakat Kota baru, yakni tahuh ajaran 2016/2017 dengan
Serang, termasuk lembaga terkait dengan sasaran utama siswa baru, dewan guru, staf
keberadaan madrasah diniyah dan SMP/MTs tata usaha, dan orang tua murid. Agar anak-
mendapat kepastian hukum dengan telah anak usia sekolah dasar memiliki bekal ilmu
diterbitkannya Perda tersebut. Kedua, pada keagamaan yang memadai, mereka harus
pelaksanaannya perlu sosialisasi secara maksimal mengikuti program pendidikan madrasah diniyah.
sebab masih banyak masyarakat yang belum
PUSTAKA ACUAN
Abidin, Z. 2015. Islamic Studies dalam Konteks Global dan Perkembangannya di Indonesia, Jurnal
Akademika, 20(1), 69-84.
Achmaduddin. 2008. Analisis Diklat Kualifikasi Guru Pendidikan Agama SD dan SMP,Jurnal Edukasi,
6(1) 129-150.
Ahmad, H.Z.R. 2014. Ekspresi Keagamaan dan Narasi Identitas: Studi Program Pesantren Tahfidz
Intensif Daarul Qur’an Cipondoh Tangerang. Jurnal Harmoni, 13(2) 51-69.
An-Nahidl, N.A. 2007. Respon Masyarakat terhadap Posisi Madrasah dalam Sistem Pendidikan
Nasional, Jurnal Edukasi, 5(3) 16-38.
Basri, H.H. 2014. Keragaman Orientasi Pendidikan di Pesantren, Jurnal Dialog, 37(2) 218-.
Dacholfany, M.I. 2015. Reformasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi.Jurnal
Akademika, 20(1) 173-194.
Daulay, H.P. 2007. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan nasional, Jakarta: Kencana.
Diana, N. 2012. Manajemen Pendidikan Berbasis Budaya Lokal Lampung, Jurnal Analisis, XII(1)
183-206.
Departemen Agama RI. 2003. Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah, Jakarta: Direktorat
Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
Fathoni, M.Kh. 2005.Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional: Paradigma Baru, Jakarta:
Departemen Agama RI.
Faiqoh. 2012.Orientasi Pendidikan Pesantren Sidogiri, Jurnal Edukasi, 10(3) 345-346.
Ghufron, Pesantren: Akar Tradisi dan Modernisasi. Jurnal Al-Qalam, 31(1) 137-161.
Halim, A.R. 2008. Aktualisasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Madrasah Swasta di Sulawesi
Selatan, Jurnal lentera Pendidikan, 11(1) 86-97.
Hidayatullah.http://mutiarakampung.blogspot.com/2010/10/geliat-madrasah-diniyah-di-
banten.html. diakses pada 21 Januari 2013 .
Humaedi, A.M,. 2013. Budaya Konsumsi Kaum Santri di Tengah Ruang Kota, Jurnal Al-Qalam,
30(1) 23-46
Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama.
Khozin. 2012. Pendidikan Agama Alternatif: Studi Kasus Sekolah Alam Nurul Islam Yogyakarta,
Jurnal Edukasi, 10(2) 131-142.
Maftuh. 2015. Islam Pada Masa Kesultanan Banten: Perspektif Sosio-Historis, Jurnal Al-Qalam,
32(1) 83-115.
Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mughits, A. 2004. Berakhirnya Mitos Dikotomi Santri-Abangan, Jurnal Millah, III(2) 285-286.
Murtadho. 2012.Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Pesantren Al-Anwar Sarang
Rembang, Jurnal Edukasi, 10(1) 1-13.
Parwanto. 2014. Citra Pendidikan Indonesia. Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, 7(1)75–95.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Penyelenggaraan
Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah.
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 1 Tahun 2010 tentang Wajib Belajar Pendidikan Diniyah
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan.
Peraturan Walikota Serang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar
Pendidikan Diniyah di Kota Serang.
Rumadi. 2006. Membangun Demokrasi Dari Bawah: Isu-Isu Demokrasi Dalam Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Samsudin. 2012. Format Baru Transformasi Pendidikan Islam, Jurnal Islamica, 7(1)182.
Subijanto. 2010. Prinsip-prinsip dan Efektivitas Desentralisasi Pendidikan dalam Rangka
Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16(5)
532-549.
Tilaar, H.A.R, & Nugroho,R. 2009. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Kebijakan
Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.