474
Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Pengaruh Pemangkasan Batang Utama dan Cabang Primer terhadap Hasil
dan Kualitas Pare (Momordica charantia L.)
The effects of Main Stem and Primary Branches Pruning on The Yield and
Quality of Bitter Gourd (Momordica charantia L.)
Qaanitatul Hakim Ipaulle, Dody Kastono*)
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Jalan Flora No. 1, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia.
*)
Penulis untuk korespondensi Email:
[email protected] ABSTRACT
Bitter gourd is widely used by Indonesian people in the culinary, cosmetic, and
herbal medicine fields. The large number of community needs must be balanced
with bitter gourd productivity. This study aim to get the interactions between the
treatment of the main stem and primary branches pruning to increase the yield
and quality of bitter gourd. The study was conducted in February-June 2019 in
Kuden, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. The study was designed by 2 x 5
factorial split plot design with three blocks as replications. The main plot consists
of two levels that is pruning and without pruning the primary branches. The sub
plot consists of five levels that is without pruning the main stem nodes, pruning
leaving 13, 16, 19, and 21 plant nodes. The data were analyzed with analysis of
variance. If there were significantly difference among the treatments continued
with Honestly Significant Difference test with significantly 95 %. The results
showed that the interaction between the treatment of the main stem pruning and
the primary branches pruning just occurred in the number of primary branches.
The treatment of main stem pruning and primary branches pruning in this research
carried out in fact actually reduces the number of fruits per plant, the fresh weight
of fruit per fruit, so that the weight of fruit per plant also decreases. Even so, the
results of the correlation test between the three variables with plant productivity
showed a significant positive correlation that was quite to strong.
Keywords: bitter gourd, branch, node.
INTISARI
Pare merupakan jenis tanaman sayur yang banyak dimanfaatkan masyarakat
Indonesia di bidang kuliner, kosmetik, hingga obat herbal. Banyaknya kebutuhan
masyarakat tersebut harus seimbang dengan produktivitas pare. Salah satu cara
untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan teknik pemangkasan yang
tidak banyak dilakukan oleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
interaksi antara perlakuan pemangkasan batang utama dengan cabang primer
untuk meningkatkan hasil dan kualitas pare. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari-Juni 2019 di dusun Kuden, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta.
Rancangan penelitian disusun dengan rancangan petak terbagi faktorial 2 x 5, tiga
blok sebagai ulangan. Petak utama terdiri dari dua taraf yaitu pemangkasan dan
tanpa pemangkasan cabang primer. Anak petak terdiri dari lima taraf yaitu tanpa
pemangkasan batang utama, pemangkasan menyisakan 13, 16, 19, dan 21 ruas.
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
475
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Data diuji menggunakan analisis varians, jika terdapat signifikansi diantara
perlakuan kemudian dilanjutkan dengan uji Honestly Significant Difference
dengan taraf kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
pemangkasan batang utama dan cabang primer memberikan pengaruh nyata pada
jumlah cabang primer dengan interaksi antar faktor, namun tidak berbeda nyata
terhadap jumlah bunga betina dan bunga jantan per tanaman, rasio bunga betina:
jantan, fruit set, jumlah buah per tanaman, bobot segar buah, panjang dan
diameter buah. Hal tersebut mengindikasi perlakuan pemangkasan batang utama
dan cabang primer yang dilakukan nyatanya malah menurunkan jumlah buah per
tanaman, bobot segar buah per buah, sehingga bobot buah per tanaman juga
menurun. Meski begitu, hasil uji korelasi antar ketiga variabel tersebut dengan
produktivitas tanaman menunjukkan hubungan signifikan korelasi positif yang
cukup-sangat kuat.
Kata kunci: pare, pemangkasan, ruas
PENDAHULUAN
Pare (Momordica charantia L.) merupakan salah satu jenis hortikultura yang
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bitter gourd, bitter melon, maupun bitter squash
karena berasal dari familia Cucurbitaceae yang memiliki ciri khas rasanya yang pahit.
Pare dapat tumbuh baik dan banyak dibudidayakan di daerah tropis dan sub-tropis. Pare
memiliki rasa yang pahit, namun di Indonesia, masyarakat telah banyak memanfaatkan
pare sebagai sayuran dan obat tradisional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pare mengandung antioksidan yang membantu menekan respon inflamasi dan
menurunkan kadar glukosa darah pada penyakit diabetes (Liao et al. 2012).
Di pasaran harga buah pare berkisar antara Rp. 3.000,- hingga Rp. 5.000,- per
kilogram. Bagi para petani modern, maka peluang pasar tersebut sangat menjanjikan.
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil panen yang banyak dilewatkan petani adalah
proses pemangkasan pare. Belum banyak petani yang mengetahui mengenai manfaat
dari pemangkasan tanaman pare yang berpotensi untuk meningkatkan hasil panen pare.
Menurut Yadi et al. (2012) pemangkasan tanaman ada dua macam, yaitu pemangkasan
untuk memilih batang produksi dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan
produksi perlu dilakukan agar tanaman dapat berproduksi maksimal dengan melakukan
pemilihan batang yang dipelihara, sedangkan pemangkasan pemeliharaan dilakukan
dengan memangkas bagian tanaman yang tidak berguna. Zulkarnain (2014)
menambahkan tindakan pemangkasan juga dilakukan dengan membuang bagian-
bagian tanaman, seperti cabang atau ranting untuk mendapatkan bentuk tertentu
sehingga dicapai tingkat efisiensi yang tinggi di dalam pemanfaatan cahaya matahari,
mempermudah pengendalian hama/penyakit, serta mempermudah pemanenan.
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
476
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Pemangkasan pada tanaman pare dilakukan selama 2 kali yaitu pada umur 3 dan 6 mst.
Cabang-cabang dipotong dan diarahkan agar tunas tumbuh menyebar sehingga
produksi buah maksimal. Pada saat 6 mst dilakukan pemangkasan pada cabang tua
yang tidak tumbuh lagi. Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang
rusak, patah, atau terkena serangan penyakit (Susila, 2006).
Gambar 1. Urutan perkembangan bunga jantan dan bunga betina yang normal pada tanaman
timun (Cucumis sativus) (Sumber: Zulkarnain, 2014).
Pentingnya pemangkasan cabang primer adalah untuk mengurangi
pertumbuhan cabang lateral yang terlalu banyak dan tidak produktif. Palada dan Chang
(2003) mengatakan bahwa tanaman pare (labu pahit) mengembangkan banyak cabang
lateral (samping) yang tidak produktif. Untuk meningkatkan hasil, 4-6 cabang lateral
dipertahankan. Pemangkasan batang utama juga penting untuk mematahkan dominasi
apikal, sehingga tunas lateral terpilih dapat tumbuh lebih baik, lebih panjang,
meningkatkan jumlah bunga betina dan jumlah buah terbentuk. Zulkarnain (2014)
menambahkan ekspresi kelamin (sex expression) pada familia Cucurbitaceae (timun,
semangka, melon, dan labu), dimana urutan keluarnya bunga yang normal pertama kali
adalah bunga jantan (staminate) saja, diikuti bunga betina (pistilate) secara berselang
seling dengan bunga jantan, dan akhirnya hanya bunga betina saja yang dibentuk
(Gambar 1).
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
477
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Menurut Kusumayati et al. (2015) yang menyatakan bahwa tanaman memiliki
banyak hormon di antaranya yaitu hormon giberelin dan auksin yang berfungsi dalam
pemanjangan dan pembesaran sel pada tumbuhan. Badrudin et al. (2015) menyatakan
bahwa jumlah auksin yang berlebihan pada tanaman akan mengakibatkan terjadinya
dormansi pucuk yang menghambat pertumbuhan tunas di bawahnya. Dormansi pucuk
juga akan menyebabkan tunas bunga terhambat untuk tumbuh. Dengan demikian,
pemangkasan batang utama diharapkan membuat tanaman akan lebih cepat berbunga.
Beberapa penelitian tentang pemangkasan tanaman familia Cucurbitaceae di
antaranya yaitu hasil penelitian Yadi et al. (2012) menunjukkan bahwa pemangkasan
pada tanaman mentimun memberikan pengaruh sangat nyata terhadap panjang buah,
bobot buah, dan produksi dengan rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan
pemangkasan dua daun dan dua cabang pada ruas 6-12 secara berturut-turut yaitu
sebesar 22.29 cm, 396.67 g/tanaman, dan 49.98 ton.ha-1. Hasil penelitian Zamzami et
al. (2015) juga menunjukkan bahwa secara kuantitas, kombinasi 1 tanaman mentimun
per polibag dan pemangkasan dengan menyisakan 12 ruas menghasilkan bobot buah
yang lebih tinggi daripada perlakuan pemangkasan dengan menyisakan 8, 10, dan 14
ruas. Selanjutnya, hasil penelitian Gustianty (2016) menyatakan bahwa perlakuan
pemangkasan pada ruas keenam dan memelihara 1-3 daun sangat berpengaruh nyata
pada diameter batang tanaman umur 6 mst dan terhadap produksi per tanaman
mentimun. Penelitian pada tanaman pare masih sangat jarang dikaji khususnya pada
perlakuan pemangkasan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuktikan bahwa
perlakuan pemangkasan ruas batang utama dan pemangkasan cabang primer pada
tanaman pare Broco F1 akan memberikan pengaruh terhadap hasil dan kualitas pare.
Hasil dan kriteria kualitas pare dilihat dari keadaan fisik pare yaitu ukuran dan bobot
buah pare yang sesuai dengan standar deskripsi varietas yang laku di pasaran.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan mulai Februari hingga Juni 2019 bertempat di dusun
Kuden, desa Sitimulyo, kecamatan Piyungan, kabupaten Bantul, provinsi Yogyakarta.
Pengamatan laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Manajemen dan Produksi
Tanaman, Sub Laboratorium Ekologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian
ini adalah benih pare Broco F1 yang didapatkan dari toko pertanian. Pare hibrida broco
F1 memiliki sifat mampu beradaptasi di dataran rendah sampai dengan menengah, buah
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
478
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
yang dihasilkan berwarna hijau, rasa agak pahit, daging buah tebal, diameter buah 5.5
cm, panjang buah 20 cm, dan toleran terhadap penyakit kresek.
Bahan yang digunakan sebagai media tanam dalam polybag yaitu tanah sawah
dan pupuk kandang sapi yang telah matang (2:1), pupuk NPK 5 g/polybag, pestisida
berbahan aktif sipermetrin 30 gL-1, Alkohol 70 % sebagai disinfektan alat pemangkasan.
Benih pare disemai pada plastik semai yang berisi media tanam tanah dan sekam (2:1).
Pada masing-masing plastik semai diisikan 2 benih pare, kemudian diletakkan di tempat
yang teduh. Pada tahap persemaian, penyiraman dilakukan satu kali per hari. Media
tanam tanah dan pupuk kandang (2:1) dicampurkan terlebih dahulu kemudian
dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran 35 cm x 35 cm. Satu minggu setelah
semai, bibit dipindah tanam ke dalam polybag. Pemupukan susulan dengan pupuk NPK
dilakukan interval 7 hari sekali sebanyak 5 g/tanaman hingga 11 mst dengan cara di
tugal (saat hujan) dan kocor (tidak hujan). Lanjaran dibuat setelah tanaman berumur 3
minggu setelah tanam yaitu saat tanaman sudah memunculkan sulurnya. Pada
penelitian ini, perlakuan pemangkasan ruas batang utama dengan menyisakan 13 dan
16 ruas dilakukan pada saat tanaman berumur 24 hari setelah tanam (hst). Sedangkan,
pemangkasan ruas batang utama dengan menyisakan 19 dan 21 ruas dilakukan pada
saat tanaman berumur 32 hst. Perlakuan pemangkasan cabang primer dilakukan
bersamaan yaitu pada saat tanaman berumur 28 dan 42 hst. Pemangkasan cabang
primer dilakukan sebanyak dua kali bertujuan untuk mempertahankan jumlah cabang
primer yang sama pada tanaman sampai masa panen akhir yaitu 12 minggu setelah
tanam (mst). Pemangkasan cabang primer secara selektif dengan memilih cabang-
cabang primer (Gambar 2.) yang sudah memiliki bakal bunga betina yaitu tiga cabang
teratas dari pangkasan ruas batang utama. Jumlah cabang primer ini dipertahankan
tetap 3 sampai tanaman berumur 12 mst.
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
479
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Gambar 2. Sketsa pembentukan cabang pada tanaman pare (Momordia charantia L.)
(sumber: dokumentasi pribadi, 2019).
Pemangkasan dilakukan dengan gunting, bagian gunting dan batang/cabang yang
akan dipangkas sebelumnya disemprot dengan desinfektan. Dalam satu petak perlakuan
terdapat 10 tanaman, 2 tanaman akan diambil untuk setiap pengamatan sampel distruktif
saat tanaman berumur 4, 8, dan 12 mst. Diameter batang dan buah diukur menggunakan
jangka sorong digital, keadaan iklim mikro diukur menggunakan lux meter (intensitas
cahaya), dan termohigrometer (suhu dan kelembaban). Bobot segar dan bobot kering
tanaman sampel ditimbang dengan timbangan digital, luas daun diukur menggunakan
WinDIAS leaf area meter, dan bobot kering didapatkan setelah tanaman sampel di oven.
Rancangan penelitian disusun dengan Rancangan Petak Terbagi Faktorial 2 x 5 dengan tiga
blok sebagai ulangan. Faktor utama terdiri dari dua taraf yaitu pemangkasan dan tanpa
pemangkasan cabang primer. Anak petak terdiri dari lima taraf yaitu: tanpa pemangkasan
ruas batang utama, pemangkasan menyisakan 13, 16, 19, dan 21 ruas tanaman. Tanaman
sampel destruktif diambil sebanyak tiga kali yaitu saat tanaman berumur 4, 8, dan 12 mst.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji analisis varians (ANOVA) pada
taraf α = 5 %. Apabila data berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Honestly Significant
Difference (α = 0,05). Analisis data dikerjakan menggunakan perangkat lunak R Studio 3.6.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman pare merupakan tanaman yang tumbuh merambat. Batang utama
yang dibiarkan tumbuh merambat menyebabkan pertumbuhan ruas yang tak terbatas
selama pertumbuhan tanaman masih berlangsung sepanjang masa tanam. Ruas ini
merupakan tempat tumbuhnya daun sekaligus tempat cabang-cabang primer tumbuh
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
480
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
dari ketiak daun. Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer,
sedangkan cabang tersier adalah cabang yang tumbuh pada cabang sekunder, begitu
seterusnya (Gambar 2.).
Tabel 1. Rerata jumlah cabang primer tanaman pare umur 12 mst pada perlakuan pemangkasan
batang utama dan cabang primer.
Jumlah Cabang Primer
Perlakuan
Pangkas cabang primer Tanpa pangkas cabang
Pangkasan batang utama
Tanpa pangkas ruas 3,00 b 21,33 a
Menyisakan 13 ruas 3,00 b 8,67 b
Menyisakan 16 ruas 3,00 b 8,17 b
Menyisakan 19 ruas 3,00 b 8,67 b
Menyisakan 21 ruas 3,00 b 9,00 b
Interaksi antar perlakuan (+)
Koefisien Keragaman (%) 8,29
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada satu kolom yang sama menunjukan
terdapat perbedaan signifikan menurut uji lanjut Tukey Honestly Significant
Difference (alpha 0,05), mst = minggu setelah tanam, (+) = terdapat interaksi antar
perlakuan.
Dari hasil penelitian pada Tabel 1. menunjukkan bahwa tanaman pare yang
tanpa pangkas batang utama dan cabang primer menghasilkan rerata jumlah cabang
primer tertinggi yaitu sebanyak 21 cabang. Hal tersebut terjadi karena tanaman yang
tanpa pangkas batang utama akan memiliki arah pertumbuhan vegetatif ke atas yang
terus menerus selama masa hidupnya. Tempat tumbuh cabang lateral yang tersedia
lebih banyak yaitu pada ruas-ruas batang utama, sehingga jumlah cabang primernya
lebih banyak dibandingkan dengan interaksi perlakuan lainnya. Namun, jumlah cabang
primer yang banyak tersebut tidak terlalu panjang, sehingga mengurangi tempat tumbuh
bunga betina. Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya jumlah buah yang
terbentuk sehingga menurunkan hasil. Dalam penelitian Irawati dan Setiari (2009) juga
menunjukkan hal yang sama bahwa tanaman yang tidak diberi perlakuan pemangkasan,
memiliki panjang tunas lateral yang paling rendah. Hal ini terjadi karena adanya dominasi
apikal, sehingga pertumbuhan dipusatkan pada tunas apikal. Sedangkan pada tanaman
dipangkas, panjang tunas lateralnya melebihi tanaman kontrol karena terjadi pematahan
dominasi apikal akibat pemangkasan pucuk.
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
481
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Tabel 2. Rerata jumlah bunga jantan per tanaman, jumlah bunga betina per tanaman, dan rasio
bunga jantan:betina, dan fruit set selama 12 mst pada perlakuan pemangkasan batang utama
dan cabang primer.
Jumlah Rasio
Jumlah bunga
bunga bunga Fruit set
Perlakuan jantan per
betina per betina: (%)
tanaman
tanaman jantan
Pemangkasan batang utama
Tanpa pangkas ruas 325,50 a 4,71 a 1:73 a 56,36 a
Menyisakan 13 ruas 322,75 a 5,63 a 1:64 a 47,76 a
Menyisakan 16 ruas 293,58 a 5,00 a 1:60 a 51,10 a
Menyisakan 19 ruas 275,25 a 6,17 a 1:59 a 34,16 a
Menyisakan 21 ruas 331,04 a 6,79 a 1:47 a 39,82 a
Pemangkasan cabang primer
Pangkas cabang primer 270,15 p 5,45 p 1:55 p 47,38 p
Tanpa pangkas cabang 349,10 p 5,87 p 1:66 p 44,29 p
Interaksi antar perlakuan (-) (-) (-) (-)
Koefisien Keragaman (%) 10,51 16,41 18,12 18,35
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama menunjukan tidak
terdapat perbedaan signifikan menurut uji lanjut Tukey Honestly Significant
Difference (alpha 0,05), mst = minggu setelah tanam, (-) = tidak ada interaksi.
Hasil penelitian pada Tabel 2. menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
pemangkasan batang utama dan pemangkasan cabang primer tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga jantan per tanaman dan jumlah bunga
betina per tanaman, rasio bunga betina:jantan, Fruit set, dan tidak terjadi interaksi antara
perlakuan pemangkasan batang utama dengan pemangkasan cabang primer.
Pada tanaman merambat, umumnya populasi bunga jantan memang akan lebih
dominan daripada bunga betina. Pemangkasan cabang primer bagian pangkal batang
seharusnya dapat menekan pertumbuhan bunga jantan dan menaikkan pertumbuhan
bunga betina (Gambar 1.). Pemangkasan batang utama juga diharapkan mampu
memperpanjang pertumbuhan cabang lateral yang dipertahankan sehingga tempat
tumbuh tunas bunga betina juga akan lebih banyak, karena bunga betina jarang sekali
tumbuh pada ruas batang utama. Hal ini sependapat dengan Palada dan Chang (2003)
yang menyatakan bahwa dengan melakukan pemangkasan cabang lateral bagian
bawah (pangkal) akan meningkatkan jumlah bunga per tanaman dengan meningkatkan
jumlah bunga di cabang lateral bagian atas.
Namun, pada penelitian hal tersebut tidak terjadi. Hal ini dikarenakan ledakan
hama Epilachna sp. yang menyerang area pertanaman penelitian. Tingkat kerusakan
tanaman akibat serangan hama diperkirakan sebesar 30 %. Daun yang rusak akibat
serangan menyebabkan terjadinya persaingan organ tanaman untuk menggunakan
asimilat yang dihasilkan tanaman yaitu antara mengganti organ vegetatif yang rusak,
pertumbuhan organ generatif, dan proses pengisian buah. Dengan persaingan tersebut,
bunga betina akan semakin tertekan di atas pertumbuhan bunga jantan yang umumya
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
482
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
tumbuh lebih dominan pada tanaman merambat. Proporsi jumlah bunga betina dengan
jantan akan menurun, sehingga menurunkan jumlah buah yang dihasilkan dalam satu
tanaman (Fruit set). Hal tersebut didukung oleh Ahmed et al. (2004) dalam Wijaya et al.
(2018) bahwa perbedaan rasio bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman akan
mempengaruhi jumlah buah pertanaman pada berbagai kondisi lingkungan.
Tabel 3. Rerata jumlah buah per tanaman, bobot segar buah per tanaman (g), dan bobot kering
buah per tanaman (g) selama 12 mst pada perlakuan pemangkasan batang utama dan cabang
primer.
Bobot
Jumlah buah Bobot segar
segar buah
Perlakuan buah per
per buah
tanaman (g)
SKP TKP Total (g)
Pangkas batang utama
Tanpa pangkas ruas 2,59 a 0,50 a 3,09 a 39,88 a 104,31 a
menyisakan 13 ruas 2,55 a 1,37 a 3,93 a 46,96 a 118,48 a
menyisakan 16 ruas 2,28 a 0,79 a 3,08 a 43,30 a 97,98 a
menyisakan 19 ruas 2,10 a 0,87 a 2,97 a 43,81 a 92,09 a
menyisakan 21 ruas 2, 51a 0,62 a 3,14 a 50,64 a 129,34 a
Pangkas cabang primer
Pangkas cabang primer 2,42 p 0,71 p 3,14 p 45,95 p 109,62 p
Tanpa pangkas cabang 2,39 p 0,95 p 3,34 p 43,88 p 107,26 p
Interaksi antar perlakuan (-) (-) (-) (-) (-)
Koefisien Keragaman (%) 16,64 15,35 18,12 18,77 12,45
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama menunjukan tidak
terdapat perbedaan signifikan menurut uji lanjut Tukey Honestly Significant
Difference (alpha 0,05), SKP = Standar Kelayakan Panen, TKP = Tidak masuk
Kelayakan Panen, mst = minggu setelah tanam, (-) = tidak ada interaksi.
Hasil penelitian pada Tabel 3. menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan
batang utama dan pemangkasan cabang primer tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada jumlah buah yang tidak layak panen (TKP) dengan jumlah buah
yang masuk dalam standar kelayakan panen (SKP), sehingga jumlah buah total yang
terbentuk juga tidak berbeda nyata. Buah yang belum memenuhi standar kelayakan
panen adalah buah yang terbentuk pada tahap awal sebagai tanda berhasilnya
penyerbukan, namun belum layak untuk dipasarkan. Hal ini menurut Ashari (1998)
dalam Susanto et al. (2019) yang mengatakan bahwa fruit set berdasarkan tahap
perkembangan terbagi dua yaitu awal (initial fruit set) dan akhir (final fruit set). Tahap
awal mulai terjadi saat pembengkakan/ pertumbuhan ovari, sedangkan tahap akhir
adalah jumlah buah yang masih menempel pada tanaman sampai matang fisiologis.
Tahap awal biasanya sangat tinggi persentase buah yang terbentuk, dapat berkisar
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
483
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
antara 50–100 % keberhasilan penyerbukan dan menghasilkan pembesaran ovari. Pada
tahap akhir yaitu persentase buah yang terbentuk dapat berkurang, dengan beberapa
kondisi faktor eksternal yang mempengaruhi, seperti bakal buah yang pembesaran
ukurannya stagnan, berubah warna menjadi kuning, mengkerut dan akhirnya rontok.
Perlakuan pemangkasan batang utama dan cabang primer juga tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot segar buah per buah dan
bobot segar buah per tanaman (Tabel 3.). Pare Broco F1 dengan deskripsi varietas
potensi panjang buah adalah 20 cm dengan diameter 5,5 cm namun, tidak diketahui
bobot buah segar per buah dan hasil per tanaman. Menurut Palada dan Chang (2003)
pemilihan varietas tergantung pada preferensi pasar di wilayah tertentu, terkandang juga
didasarkan pada warna dan bentuk buah. Secara umum, ada tiga jenis: 1) kecil, panjang
10-20 cm, 100–300 g, biasanya gelap hijau, sangat pahit; 2) panjang, 30-60 cm, 200–
600 g, berwarna hijau muda dengan tonjolan ukuran sedang, dan hanya sedikit pahit;
dan 3) berbentuk kerucut, panjang 9-12 cm, 300-600 g, hijau terang ke gelap dengan
alur menonjol, rasa cukup pahit hingga sangat pahit. Dari pendapat tersebut dapat
diambil garis lurus bahwa dengan panjang buah 20 cm, maka buah yang laku di pasar
yaitu berbobot segar 100-300 g.
a b c
Gambar 3. (a) Buah pare layak panen, (b) dan (c) Buah pare tidak
layak panen (sumber: dokumentasi pribadi, 2019).
Pada penelitian ini, buah yang dihasilkan kurang dari potensinya. Bobot segar
buah per tanaman yang rendah disebabkan karena bobot segar buah per buah dan
jumlah buah yang rendah. Jumlah buah yang rendah dipengaruhi oleh persaingan
asimilat antar organ tanaman, bunga dan buah muda yang rontok, serta buah yang tidak
berkembang kemudian menguning dan gugur (Gambar 3b dan 3c).
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
484
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Tabel 4. Rerata panjang buah dan diameter buah pare selama 12 mst pada perlakuan
pemangkasan batang utama dan cabang primer.
Diameter buah
Perlakuan Panjang buah (cm)
(cm)
Pemangkasan batang utama
Tanpa pangkas ruas 11,66 a 2,94 a
Pangkas menyisakan 13 ruas 13,55 a 3,34 a
Pangkas menyisakan 16 ruas 12,02 a 3,15 a
Pangkas menyisakan 19 ruas 12,11 a 3,38 a
Pangkas menyisakan 21 ruas 15,85 a 3,79 a
Pemangkasan cabang primer
Pangkas cabang primer 13,34 p 3,46 p
Tanpa pangkas cabang 12,73 p 3,18 p
Interaksi antar perlakuan (-) (-)
Koefisien Keragaman (%) 20,36 11,60
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama menunjukan tidak
terdapat perbedaan signifikan menurut uji lanjut Tukey Honestly Significant
Difference (alpha 0,05), mst = minggu setelah tanam, (-) = tidak ada interaksi.
Dari hasil penelitian pada Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan
batang utama dan cabang primer tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kualitas fisik buah yaitu panjang dan diameter buah yang dihasilkan. Bahan
tanam pare Broco F1 memiliki deskripsi varietas dengan potensi panjang buah 20 cm,
berdiameter 5,5 cm. Pada hasil penelitian ini panjang dan diameter buah masih jauh dari
potensinya. Tujuan utama dari praktek pemangkasan adalah mendapatkan
keseimbangan yang tepat antara jumlah buah dan ukuran buah dengan peningkatan
manajemen pencahayaan (Sarani et al. 2015). Menurut Cahyono (2003) dalam
Harpitaningrum et al. (2017) mengatakan bahwa ukuran buah yang dihasilkan
dipengaruhi oleh sifat genetik dari kultivar yang ditanam, kesesuaian lingkungan tempat
tumbuh, jumlah buah yang dihasilkan setiap tanaman, maupun perlakuan waktu
pemanenan. Namun faktor genetik tanaman lebih dominan dalam menghasilkan
diameter buah dibandingkan dengan faktor lingkungan. Pada penelitian ini faktor
serangan hama berpengaruh sangat besar dalam pertumbuhan tanaman pare.
Pengaruh perlakuan pemangkasan baik pemangkasan batang utama maupun cabang
primer menjadi bias karena tanaman harus mengganti organ vegetatif yang rusak
dimasa pertumbuhan organ generatif setelah proses pemangkasan dilakukan. Hal ini
mengakibatkan perang asimilasi antara pertumbuhan vegetatif dan organ generatif,
sehingga buah yang terbentuk akan mengalami penurunan bentuk dan bobot.
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
485
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Tabel 5. Korelasi variabel pengamatan dengan produktivitas tanaman
Variabel Pengamatan Produktivitas
Jumlah Cabang Primer -0,17tn
Jumlah Bunga Betina 0,39*
Jumlah Bunga Jantan -0,27tn
Rasio Betina:Jantan -0,27tn
Jumlah Buah Layak Panen 0,76*
Jumlah Buah Tidak Layak Panen -0,19tn
Fruit set -0,24tn
Bobot Segar Buah per Buah 0,76*
Bobot Segar Buah per Tanaman 1,00*
Panjang Buah 0,5*
Diameter Buah 0,29tn
Keterangan:
(*) = signifikan,
(tn) = tidak signifikan
0-0,25 = korelasi sangat lemah
0,26-0,5 = korelasi cukup
0,51-0,75 = korelasi kuat
0,75-1,00 = korelasi sangat kuat
1 = korelasi sempurna
Hasil uji korelasi pada Tabel 5. menunjukkan bahwa variabel jumlah bunga betina
dan panjang buah berkorelasi cukup terhadap produktivitas tanaman, variabel jumlah
buah layak panen dan bobot segar buah per buah berkorelasi sangat kuat terhadap
produktivitas tanaman, sedangkan variabel pengamatan bobot segar buah per tanaman
berkorelasi sempurna terhadap produktivitas tanaman. Hal tersebut membuktikan
bahwa sebenarnya perlakuan pemangkasan batang utama dan cabang primer yang
diberikan memang berpotensi meningkatkan hasil dan kualitas hasil tanaman karena
hubungan korelasi yang positif.
KESIMPULAN
Interaksi antara perlakuan pemangkasan batang utama dengan cabang primer
terjadi pada variabel jumlah cabang primer. Kombinasi tanaman yang tidak dipangkas
batang utama dan cabang primernya memiliki jumlah cabang primer yang lebih banyak.
Namun, jumlah cabang primer yang banyak tersebut tidak terlalu panjang, sehingga
mengurangi tempat tumbuh bunga betina. Hal tersebut dapat menyebabkan
menurunnya jumlah buah yang terbentuk sehingga menurunkan hasil. Kombinasi
perlakuan lainnya dengan jumlah cabang primer yang lebih rendah juga tidak menaikkan
hasil karena persaingan asimilat antara organ vegetatif dan generatif akibat serangan
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
486
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
hama setelah perlakuan pemangkasan dilakukan. Hal ini mengindikasi bahwa perlakuan
pemangkasan yang dilakukan nyatanya malah menurunkan jumlah buah per tanaman,
bobot segar buah per buah, sehingga produksi buah per tanaman juga menurun. Meski
begitu, hasil uji korelasi antara ketiga variabel tersebut dengan produktivitas tanaman
menunjukkan hubungan signifikan korelasi positif yang cukup-sangat kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, U., S. Jazilah, dan A. Setiawan. 2015. Upaya peningkatan produksi mentimun
(Cucumis sativus L) melalui waktu pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk
posfat. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 20(1): 18-28.
Gustianty, L. R. 2016. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis
sativus L.) terhadap pupuk seprint dan pemangkasan. Bernas 12(2): 55-64.
Harpitaningrum, P., dan Sungkawa, I. 2017. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus l.) kultivar
venus. Agrijati Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian 25(1): 1-17.
Irawati, H., dan Setiari, N. 2009. Pertumbuhan tunas lateral tanaman nilam (Pogostemon
cablin Benth) setelah dilakukan pemangkasan pucuk pada ruas yang
berbeda. Anatomi Fisiologi 17(2): 11-21.
Kusumayati, N., Nurlaelih, E. E., dan Setyobudi, L. 2015. Tingkat keberhasilan
pembentukan buah tiga varietas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
pada lingkungan yang berbeda. Jurnal Produksi Tanaman 3(8): 683 – 688.
Liao, P.C., Tsai, C.C., Chou, C.H., dan Chiang, Y.C. 2012. Introgression between
cultivars and wild populations of Momordica charantia L. (Cucurbitaceae) in
Taiwan. International journal of molecular sciences 13(5): 6469-6491.
Palada, M. C., dan Chang, L. C. 2003. Suggested cultural practices for bitter
gourd. AVRDC International Cooperators’ Guide, 03-54.
Sarani, M., Mehraban, A., Ganjali, H. R., dan Khemmari, E. 2015. Effect of pruning and
row distance on some characteristics in Karela. International Journal of
Biosciences 6(1): 1-8.
Susanto, A., Sri H., dan M, Burhan R. 2019. Pengaruh pemberian boron dan waktu
pemanenan polen terhadap peningkatan produksi dan viabilitas polen tetua
jantan semangka (Citrullus lanatus Thunberg). Jurnal Bioindustri 1(2): 203-212.
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Wijaya, H.N., Ansoruddin, H., dan Lanna R.G. 2018 Pengaruh waktu penyerbukan dan
proporsi bunga betina dengan bunga jantan terhadap hasil dan kualitas benih
mentimun (Cucumis sativus L.) hibrida. Bernas 14(1): 85-98.
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845
487
Ipaulle dan Kastono / Vegetalika. 2020. 9(3): 474-487
Yadi, S., Karimuna, L., dan Sabaruddin, L. 2012. Pengaruh pemangkasan dan
pemberian pupuk organik terhadap produksi tanaman mentimun (Cucumis
sativus L.). Jurnal Penelitian Agronomi 1(2): 107-114.
Zamzami, K., Nawawi, M., dan Aini, N. 2015. Pengaruh jumlah tanaman per polibag dan
pemangkasan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun kyuri
(Cucumis sativus L.). Jurnal Produksi Tanaman 3(2): 113-119.
Zulkarnain. 2014. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara, Jakarta.
VEGETALIKA | https://doi.org/10.22146/veg.49845