0% found this document useful (0 votes)
21 views10 pages

Pemanfaatan Biomulsa Kacang Hias Arachis Pintoi Pa

This document summarizes a study on the use of Arachis pintoi as a biomulch for sweet corn production under dryland conditions. The study compared A. pintoi biomulch to Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides biomulches, no weeding, manual weeding, and plastic mulch. The results showed that A. pintoi biomulch suppressed weed growth better than C. pubescens and C. mucunoides biomulches. While different mulches did not significantly affect most sweet corn variables, plastic mulch led to higher sweet corn yields and components compared to other treatments.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
21 views10 pages

Pemanfaatan Biomulsa Kacang Hias Arachis Pintoi Pa

This document summarizes a study on the use of Arachis pintoi as a biomulch for sweet corn production under dryland conditions. The study compared A. pintoi biomulch to Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides biomulches, no weeding, manual weeding, and plastic mulch. The results showed that A. pintoi biomulch suppressed weed growth better than C. pubescens and C. mucunoides biomulches. While different mulches did not significantly affect most sweet corn variables, plastic mulch led to higher sweet corn yields and components compared to other treatments.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323936504

Pemanfaatan Biomulsa Kacang Hias (Arachis pintoi) pada Budidaya Jagung


Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di Lahan Kering

Article  in  Jurnal Hortikultura Indonesia · August 2015


DOI: 10.29244/jhi.5.1.1-9

CITATIONS READS

6 736

2 authors, including:

Muhamad ACHMAD Chozin


Bogor Agricultural University
83 PUBLICATIONS   401 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Plant Growth Promoting Rhyzobacteria (PGPR) Project View project

M. A. Chozin, S. Yasuda and K. Nakagawa View project

All content following this page was uploaded by Muhamad ACHMAD Chozin on 09 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

Pemanfaatan Biomulsa Kacang Hias (Arachis pintoi) pada


Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di
Lahan Kering.
Utilization of Biomulch Arachis pintoi in Production of Sweet Corn
(Zea mays saccharata Strut.) at Upland Condition.

Fariidah Silmi1 dan M.A. Chozin1*

Diterima 15 November 2013/Disetujui 14 Januari 2014

ABSTARCT

The objective of the research was to determine the effect legume cover crop Arachis pintoi as
biomulch on yield of sweet corn (Zea mays saccharata Strut.) as compared to Centrosema
pubescens, Calopogonium mucunoides, no weeding, manual weeding, and plastic mulch. The
research was conducted at Cikabayan Experimental Field, Bogor in February - September 2013.
Experiment used randomized complete blocked design (RKLT), with single factor and three
replications. The factor was difference type of mulch consisting of control (manual weeding), nature
of vegetation (without weeding), plastic mulch, Arachis pintoi, Centrosema pubescens, and Calopogonium
mucunoides. Biomulches influenced change of weeds compositions at research land. The treatment
of A. pintoi biomulch suppressed growth of weeds lower than C. pubescens and C. mucunoides
biomulch. The result revealed that different mulch had no significant effect on all of sweet corn
variables except on cob length and cob circumference. A. pintoi, biomulch led was not significantly
different compared to C. pubescens, and C. mucunoides. Plastic mulch increased sweet corn
production component and production better than other treatments.

Keywords : biomulch, legume cover crop, weed, yield, yield component , sweet corn

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efek tanaman penutup tanah (Legume Cover Crop)
Arachis pintoi sebagai biomulsa dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung manis (Zea
mays saccharata Strut.) dibandingkan dengan Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens,
tanpa penyiangan (vegetasi alami), penyiangan manual, dan mulsa plastik hitam perak.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor pada bulan Februari-September
2013. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor
dan tiga ulangan. Faktor perlakuan tersebut adalah perbedaan jenis mulsa yang terdiri atas kontrol
(dengan penyiangan manual), vegetasi alami (tanpa penyiangan), mulsa plastik hitam perak, Arachis
pintoi, Centrosema pubescens, dan Calopogonium mucunoides. Penggunaan biomulsa
mempengaruhi pergeseran jenis gulma yang tumbuh di lahan penelitian. Perlakuan biomulsa A.
pintoi lebih rendah menekan pertumbuhan gulma dibandingkan dengan perlakuan biomulsa C.
pubescens dan C. mucunoides. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis mulsa
berpengaruh nyata terhadap semua peubah jagung manis yang diamati kecuali pada panjang tongkol
dan lingkar tongkol. Hasil dan komponen hasil jagung manis tidak berbeda nyata antara perlakuan
biomulsa A. pintoi, C. pubescens, dan C. mucunoides. Perlakuan mulsa plastik hitam perak
berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam meningkatkan hasil dan komponen
hasil jagung manis.

Kata kunci: biomulsa, gulma, hasil, komponen hasil, jagung manis, RKLT, tanaman penutup tanah
1
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 *e-mail untuk korespondensi: [email protected]

Kajian Agronomi Pemanfaatan Biomulsa….. 1


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

PENDAHULUAN Centrosema pubescens (Karyudi dan Siagian,


2006). Arachis pintoi atau yang sering disebut
Jagung manis (Zea mays saccharata dengan kacang hias juga merupakan salah satu
Sturt) merupakan jenis jagung yang memiliki tanaman penutup tanah yang dapat tumbuh
rasa manis yang melebihi jagung biasa. Selain dengan baik di daerah tropika, baik di dataran
itu, masa produksinya yang relatif lebih rendah maupun dataran tinggi (Balittan, 2004).
singkat (genjah) membuat nilai ekonomis Fungsi tanaman penutup tanah sebagai biomulsa
jagung manis relatif lebih tinggi di pasaran. dapat mengurangi erosi permukaan tanah,
Marliah et al. (2010) menyatakan bahwa merombak bahan organik dan cadangan unsur
jagung manis memiliki peranan yang cukup hara, menekan perkembangan gulma, menekan
besar untuk meningkatkan produksi pangan gangguan serangga, dan menjaga kelembapan
dalam negeri, namun produktivitasnya masih tanah serta memperbaiki aerasi (Risza, 1995).
rendah. Peng-gunaan benih dan teknologi serta Baharrudin (2010) menambahkan bahwa
budidaya yang kurang intensif di kalangan upaya peningkatan produksi tanaman juga
petani menyebabkan rendahnya hasil jagung dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
manis (Rahayu, 2011). atau mengurangi faktor-faktor yang dapat
Usaha peningkatan produksi jagung merugikan pertumbuhan tanaman. Gulma
manis dapat dilakukan dengan meningkatkan merupakan salah satu faktor yang dapat
produktivitas atau yang sering dikenal dengan berperan sebagai pengganggu pertumbuhan
istilah intensifikasi (Marliah, 2010). Mayadewi tanaman. Keberadaan gulma dapat menyaingi
(2007) menambahkan pengembangan jagung tanaman utama dalam memperoleh nutrisi
manis secara intensif hanya dapat dilakukan dalam tanah. Kehadiran gulma pada tanaman
oleh petani yang memiliki modal besar. Selain jagung manis merupakan penyebab rendahnya
itu, masalah yang sering dihadapi petani hasil jagung manis tersebut. Pengaruh gulma
adalah adanya kelangkaan pupuk yang meng- terhadap tanaman dapat terjadi secara langsung,
akibatkan mahalnya harga pupuk di pasaran. yaitu dalam hal bersaing untuk mendapatkan
Kebutuhan akan unsur hara yang dapat unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh.
diperoleh dari pemberian pupuk serta interaksi Secara langsung sejumlah gulma merupakan
tanaman dengan lingkungan tempat tumbuh inang dari hama dan penyakit. Gulma yang
akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dibiarkan tumbuh pada tanaman jagung manis
vegetatif dan produksi tanaman jagung manis. dapat menurunkan hasil 20% - 80% (Bilman,
Menurut Sintia (2011) faktor tersebut merupakan 2010). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
faktor penting yang dapat menghambat atau pengaruh penggunaan tanaman penutup tanah
mendorong pertumbuhan serta produksi tanaman, A. pintoi sebagai biomulsa pada pertanaman
sehingga pengaturan keadaan lingkungan perlu jagung manis dibandingkan C. pubescens dan
diupayakan. C. mucunoides.
Pemberian mulsa merupakan salah satu
alternatif pengaturan keadaan lingkungan
sebagai tempat tumbuh tanaman. Secara fisik BAHAN DAN METODE
mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil
dan dapat mempertahankan kelembaban sekitar Percobaan ini dilaksanakan di Kebun
perakaran (Hamdani, 2008). Mulsa dapat Percobaan Cikabayan Bawah, Kampus IPB
bersumber dari bahan-bahan organik yang Dramaga Bogor, mulai bulan Februari-
telah mati ataupun masih hidup yang sering September 2013. Bahan yang digunakan pada
disebut dengan biomulsa. Selain itu, juga penelitian ini adalah tiga macam tanaman
terdapat mulsa yang berasal dari plastik. penutup tanah yang terdiri atas stek batang A.
Bahan plastik yang saat ini sering digunakan pintoi, benih C. pubescens, C. mucunoides dan
adalah plastik transparan, plastik hitam, plastik benih jagung manis varietas Bimmo. Pupuk
perak, dan plastik hitam perak. yang digunakan berupa pupuk kandang
Tanaman penutup tanah (Legum cover kambing 20 ton ha-1, kapur 1 ton ha-1, dan
crop) merupakan salah satu jenis biomulsa. NPK Mutiara. Bahan-bahan lain adalah Decis
Jenis tanaman penutup tanah yang sering yang berperan sebagai insektisida, Rooton-F
digunakan adalah campuran dari Pueraria sebagai hormon pemicu pertumbuhan akar,
javanica, Calopogonium mucunoides, dan serta furadan 3G untuk mencegah dari

2 Fariidah Silmi dan M.A. Chozin


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

serangan serangga tanah saat penanaman Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan


benih jagung manis. setelah penanaman tanaman penutup tanah
Percobaan dilakukan dengan menggunakan hingga penanaman benih jagung manis meliputi
rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma,
satu faktor, yaitu dengan perlakuan perbedaan pengendalian hama dan penyakit, serta pem-
jenis mulsa berupa B0 = Vegetasi alami tanpa bumbunan pada tanaman jagung manis yang
penyiangan, B1 = Kontrol (vegetasi alami dilakukan bersamaan dengan penyiangan gulma.
dengan penyiangan), B2 = Mulsa Plastik Penyiangan gulma dilakukan secara manual
Hitam Perak (MPHP), B3 = Biomulsa Arachis sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan dilakukan
pintoi, B4 = Biomulsa Centrosema pubescens, dua kali yaitu pada awal penanaman benih
serta B5 = Biomulsa Calopogonium mucunoides. jagung manis dan saat tanaman jagung manis
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali berumur 4 minggu setelah tanam (MST).
sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Satu Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan
satuan percobaan ialah petak dengan ukuran 5 pupuk NPK ke dalam lubang yang telah dibuat
m x 4 m. Uji F digunakan untuk menganalisis di samping lubang tanam jagung manis dengan
pengaruh perlakuan. Bila perlakuan berpengaruh dosis 65.7 g tanaman-1. Penyemprotan pestisida
nyata diuji lanjut menggunakan uji Duncan dilakukan satu kali saat tanaman jagung manis
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. berumur 5 MST.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Pengamatan dilakukan terhadap tanaman
aplikasi SAS. contoh yang dipilih secara acak disetiap
Pelaksanaan penelitian meliputi peng- petakan. Peubah yang diamati adalah pada
olahan lahan dengan menggunakan traktor dan fase vegetatif meliputi tinggi tanaman (cm),
bajak. Setelah diolah, lahan dibuat petakan jumlah daun (helai), diameter batang (mm),
dengan ukuran 5 m x 4 m dengan jarak antar lingkar batang (cm), dan saat muncul bunga
bedengan 50 cm dan tinggi bedengan 10 cm. jantan/ tassel dengan satuan hari setelah tanam
Petakan lahan kemudian diberi aplikasi pupuk (HST). Saat fase generatif, peubah yang diamati
kandang kambing 20 ton ha-1 dan kapur 1 ton meliputi jumlah tongkol tanaman-1 (tongkol),
ha-1. Lahan dibiarkan dua minggu sebelum panjang tongkol (cm), lingkar tongkol (cm),
ditanami tanaman penutup tanah. Bahan tanam dan jumlah baris biji tongkol-1 (baris).
tanaman penutup tanah A. pintoi berupa stek Komponen produksi jagung manis yang
batang dengan panjang 4-5 buku setiap stek. diamati meliputi bobot jagung dengan klobot
Setelah dipotong-potong dengan ukuran (g), bobot jagung tanpa klobot (g), bobot
tersebut kemudian stek direndam dalam brangkasan basah (g), dan bobot brangkasan
larutan rooton-F dengan konsentrasi 1 g l-1 air kering (g). Pergeseran dan perubahan jenis
selama satu malam sebelum ditanam. Bahan gulma akibat perlakuan diamati berdasarkan
tanam tanaman penutup tanah C. pubescens analisis vegetasi yang dilakukan di setiap
dan C. mucunoides yang digunakan berupa petak percobaan.
benih. Ketiga tanaman penutup tanah ditanam
secara bersama-sama pada masing-masing
petakan dengan jarak tanam yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah 10 cm x 10 cm.
Penanaman benih jagung manis di- Kondisi Umum
lakukan setelah penutupan tanaman penutup
Hasil analisis tanah yang dilakukan di
tanah mencapai 80%. Benih jagung manis
Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
ditanam dengan cara membuat alur tanam di
Sumberdaya Lahan menunjukkan bahwa kondisi
setiap petak yang berselang dengan tanaman
awal tanah penelitian mengandung pH (4.8),
penutup tanah. Lebar alur tanam yang dibuat
C-organik (1.6%), N-Total (0.14%), P2O5
seluas 50 cm di sepanjang petakan. Pemberian
Bray (62.40 ppm), dan K2O (94.53 ppm).
perlakuan mulsa plastik hitam perak dilakukan
Menurut Alloway (1995) hasil analisis tanah
3 hari sebelum penanaman benih jagung manis
awal pada penelitian ini menunjukkan tanah
dengan membuat lubang berdiameter 10 cm.
bersifat masam serta kandungan P2O5 yang
Benih jagung manis ditanam pada lubang
sangat tinggi yaitu 62.40 ppm, namun
tanam dengan jarak tanam 80 cm x 40 cm
kandungan C-organik, N-Total, dan K termasuk
pada masing-masing petakan.

Kajian Agronomi Pemanfaatan Biomulsa….. 3


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap
masih membutuhkan lebih banyak bahan Pergeseran Jenis Gulma
organik.
Hasil analisis vegetasi yang dilakukan
Pertumbuhan biomulsa A. pintoi me-
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
ngalami kendala pada awal fase pertumbuhan
biomulsa (4 MST setelah tanam jagung manis)
seperti kekeringan akibat kekurangan air.
disajikan pada Tabel 1. Data menunjukkan
Cuaca panas membuat stek batang A. pintoi
bahwa sebelum perlakuan, teridentifikasi 9
mudah kering dan layu sehingga menghambat
jenis gulma golongan rumput dan 5 jenis gulma
pertumbuhan akar dan tunas. Penanaman
golongan daun lebar, namun tidak ditemukan
biomulsa C. pubescens dan C. mucunoides
gulma dari golongan teki. Berdasarkan nilai
tidak mengalami kendala yang berarti saat
jumlah dominasi (NJD), gulma golongan
awal penanaman. Pertumbuhan yang cepat
rumput (80.53%) lebih dominan dibandingkan
pada kedua biomulsa ini membuat tanaman
dengan gulma golongan daun lebar (19.47%).
cepat merambat dan menutupi permukaan
Pengamatan yang dilakukan saat tanaman
tanah.
jagung manis berumur 4 MST menunjukkan
Setelah penanaman jagung manis,
bahwa perlakuan biomulsa mempengaruhi
pertumbuhan C. pubescens dan C. mucunoides
pergeseran jenis gulma.
yang merambat mengganggu tanaman jagung
Hasil pengamatan setelah perlakuan
manis karena melilit batang jagung. Cara
menunjukkan adanya pergeseran jenis gulma
mengendalikannya yaitu dengan memangkas
yang berbeda antar perlakuan. Perlakuan
secara manual pada C. pubescens dan C.
biomulsa A. pintoi mempengaruhi pergeseran
mucunoides yang melilit batang jagung manis.
jenis gulma golongan rumput dari 9 jenis
Kondisi seperti ini tidak dijumpai pada
menjadi 6 jenis, begitu juga dengan gulma
biomulsa A. pintoi. Hal ini merupakan salah
golongan daun lebar mengalami pergeseran
satu keunggulan A. pintoi sebagai biomulsa
jenis. Berdasarkan NJD, gulma golongan daun
dibandingkan C. pubescens dan C. mucunoides.
lebar (53.22%) pada perlakuan biomulsa A.
Pertumbuhan gulma terjadi pada semua
pintoi lebih dominan dibandingkan gulma
petak perlakuan, termasuk pada perlakuan
golongan rumput (46.78%). Hal ini berbeda
MPHP. Pertumbuhan gulma pada perlakuan
dengan perlakuan biomulsa C. pubescens dan
MPHP terjadi di area lubang tanam. Secara
C. mucunoides yang menghasilkan NJD gulma
umum setelah perlakuan biomulsa, pertumbuhan
golongan rumput (90.75%) dan (89.75%) lebih
gulma lebih sedikit dibandingkan dengan
dominan dibandingkan gulma golongan daun
sebelum perlakuan. Pertumbuhan dan per-
lebar (9.25%) dan (10.25%). Data tersebut
kembangan tanaman jagung manis secara
menunjukkan bahwa ketiga jenis biomulsa (A.
umum lebih baik pada perlakuan MPHP
pintoi, C. pubescens, dan C. mucunoides) kurang
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
efektif menekan gulma golongan rumput.
Serangan hama dan penyakit merupakan
Meskipun demikian berdasarkan NJD, biomulsa
salah satu faktor yang menghambat pada
A. pintoi relatif lebih efektif menekan gulma
penelitian ini. Hama yang menyerang per-
golongan rumput dibandingkan dengan C.
tanaman jagung manis pada penelitian ini
pubescens, dan C. mucunoides.
berupa belalang (Valanga sp.), ulat bulu
Perlakuan biomulsa juga mempengaruhi
(Spodoptera sp.), semut tanah, dan penggerek
munculnya jenis gulma baru, baik dari
tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hubner).
golongan rumput maupun golongan daun
Penyakit yang teridentifikasi menyerang
lebar. Terdapat jenis gulma baru yang muncul
tanaman jagung manis pada penelitian ini
pada perlakuan A. pintoi yaitu A. compresus,
adalah penyakit bulai (Downy mildews).
C. dactylon, D. adcendens, dan I. cylindrica
Intensitas serangan dari hama dan penyakit
untuk gulma golongan rumput, sedangkan
relatif rendah, sehingga masih dapat di-
untuk jenis gulma golongan daun lebar
kendalikan. Pengendalian pada hama dilakukan
terdapat B. latifolia, M. pudica, dan M. nudiflora
dengan menyemprotkan insektisida saat terjadi
(Tabel 1). Perlakuan vegetasi alami juga
serangan hama. Pengendalian pada penyakit
menurunkan jumlah jenis gulma rumput dari 9
bulai dilakukan secara manual yaitu dengan
jenis menjadi 3 jenis, dan gulma golongan
mencabut dan menjauhkannya dari lahan
daun lebar dari 5 jenis menjadi 4 jenis. Hasil
pertanaman.

4 Fariidah Silmi dan M.A. Chozin


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

NJD menunjukkan bahwa gulma golongan Febrianto, 2012; Kartikawati et al., 2011).
daun lebar (52.23%) lebih dominan dibanding Penelitian Kartikawati et al. (2011) me-
dengan gulma golongan rumput (47.77%) nyebutkan bahwa C. dactilon dan I. cylindrica
pada perlakuan vegetasi alami. Selain itu, dapat mendominasi pada pertumbuhan jagung
terdapat jenis gulma baru yang muncul pada yang diberi perlakuan tanaman penutup tanah
perlakuan vegetasi alami yaitu I. cylindrica Crotalaria juncea L. Hal ini karena gulma
dan R. cochicinensis untuk gulma golongan golongan rumput tersebut tumbuh tegak ke
rumput serta B. laevis, C. pubescens, dan M. atas sehingga memperoleh faktor tumbuh yang
pygra untuk gulma golongan daun lebar. cukup dan dapat mengimbangi pertumbuhan
Beberapa penelitian melaporkan bahwa tanaman jagung dan tanaman penutup tanah C.
penggunaan LCC kurang efektif untuk menekan juncea L.
gulma golongan rumput (Baharuddin, 2010;

Tabel 1. Jenis gulma rumput yang tumbuh pada awal lahan percobaan sebelum olah tanah dan saat
tanaman jagung manis berumur 4 MST
4 MST Jagung manis
No Jenis
Awal B0 B1 B2 B3 B4 B5
Rumput (R)
1. Axonopus compresus - - - - v v -
2. Brachiaria distasia v v - - - - v
3. Cynodon dactylon - - - - v - -
4. Digitaria adcendens - - v v v - -
5. Digitaria ciliaris v - - v v - v
6. Digitaria nuda v - - - - - -
7. Digitaria sanguinalis v - - - - - -
8. Imperata cylindrica - v - - v - -
9. Ottochloa nodosa v - - - v v -
10. Panicum repens v - - - - - -
11. Paspalum comersonii v - - - - v -
12. Paspalum conjugatum v - - - - v -
13. Penisetum polystation v - - - - v -
14. Roetbolia cochicinensis - v - - - v v
Daun Lebar (DL)
1. Ageratum conyzoides - - - - - v -
2. Asystasia gangetica v - - - - - -
3. Asystasia intrusa v - - - - - -
4. Boreria alata v - v v - v -
5. Boreria laevis - v - - - - -
6. Boreria latifolia - - - v v - -
7. Calopogonium mucunoides v v - - v - -
8. Cleome rutidosperma v - - v v - v
9. Centrosema pubescens - v - - - - -
10. Mimosa pudica - - - - v - -
11. Mimosa pygra - v - - - - -
12. Murdania nudiflora - - - - v - -
13. Phylanthus urinaria - - v - - - -
9 3 1 2 6 6 3
R
Jumlah Jenis (80.53%) (47.77%) (48.73%) (27.29%) (46.78%) (90.75%) (89.75%)
(NJD%) 5 4 2 3 5 2 1
DL
(19.47%) (52.23%) (51.27%) (72.71%) (53.22%) (9.25%) (10.25%)
Keterangan : B0= vegetasi alami, B1= kontrol, B2= MPHP, B3= A. pintoi, B4= C. pubescens, B5= C. Mucunoides
R= rumput-rumputan, DL= daun lebar, NJD= nilai jumlah dominasi.

Kajian Agronomi Pemanfaatan Biomulsa….. 5


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

Hasil lain yang menarik adalah hasil pada percobaan ini lebih cepat bila
pengamatan yang menunjukkan bahwa per- dibandingkan biomulsa C. mucunoides,
lakuan biomulsa A. pintoi dapat menekan sehingga biomulsa C. pubescens melilit batang
secara efektif pertumbuhan gulma golongan jagung manis dan menghambat pertumbuhan.
rumput R. cochicinensis, gulma penting yang Jumlah daun pada perlakuan biomulsa
keberadaannya dapat mendominasi area per- A. pintoi (6.9) tidak berbeda nyata dengan
tanaman. Berdasarkan Tabel 1, gulma R. perlakuan biomulsa C. pubescens (6.2), C.
cochicinensis dapat tumbuh pada perlakuan mucunoides (7.4) dan perlakuan vegetasi alami
biomulsa C. pubescens dan C. mucunoides, namun (7.0). Perlakuan biomulsa A. pintoi meng-
tidak ditemukan pada perlakuan biomulsa A. hasilkan jumlah daun yang lebih sedikit (6.9)
pintoi. Penelitian Febrianto (2012) menyebutkan serta berbeda nyata dengan perlakuan kontrol
bahwa keberadaan gulma R. exaltata merupakan (8.4) dan perlakuan MPHP (9.8). Jumlah daun
salah satu gulma yang mendominasi saat lahan terbanyak diperoleh pada perlakuan MPHP
belum dilakukan pengolahan. Saat awal (Tabel 3). Perlakuan MPHP sebagai mulsa
penanaman A. pintoi, gulma yang men- menghasilkan kelembaban yang tepat,
dominasi dalam penelitiannya adalah jenis sehingga mempengaruhi suhu tanah menjadi
daun lebar dan saat penutupan A. pintoi rendah. Menurut Mc Williams et al. (1999)
hampir 100% gulma yang mendominasi suhu tanah yang rendah akan meningkatkan
adalah Axonopus compresus yang merupakan jumlah daun pada jagung manis.
gulma golongan rumput. Gulma R. exaltata
tidak teridentifikasi setelah aplikasi perlakuan Tabel 2. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh
biomulsa A. pintoi. perlakuan perbedaan jenis mulsa
terhadap parameter pengamatan
Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis Karakter F hitung KK (%)
Hasil analisis ragam menunjukkan Tinggi tanaman (cm) 25.16** 9.61
perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata Jumlah daun (daun) 10.88** 8.91
terhadap semua peubah pengamatan kecuali
pada panjang tongkol dan lingkar tongkol Diameter batang (mm) 3.58* 19.31
menunjukkan pengaruh tidak nyata (Tabel 2). Lingkar batang (cm) 11.49** 11.09
Muncul bunga (HST) 185.8** 1.16
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Jumlah tongkol/tanaman
Manis 37.73** 5.09
(tongkol)
Berdasarkan hasil pada Tabel 3, tinggi Panjang tongkol (cm) 5.34tn 11.12
tanaman pada perlakuan biomulsa A. pintoi
(96.19 cm) lebih rendah dan berbeda nyata Lingkar tongkol (cm) 2.57tn 12.37
dengan perlakuan MPHP (171.40 cm), tetapi Jumlah baris/tongkol
tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5.90** 13.12
(baris)
biomulsa C. pubescens (85.75 cm) dan C.
Bobot jagung dengan
mucunoides (96.52 cm) serta perlakuan 20.35** 30.22
lainnya. Perlakuan biomulsa A. pintoi klobot (g)
memiliki kecenderungan meningkatkan tinggi Bobot jagung tanpa
tanaman jagung manis dibandingkan 21.89** 25.05
klobot (g)
perlakuan biomulsa C. pubescens. Hasil
Bobot brangkasan basah
percobaan ini berbeda dengan percobaan 17.51** 25.25
Subaedah et al. (2011) yang menyatakan (g)
bahwa penanaman jagung dengan perlakuan Bobot brangkasan kering
tanaman penutup tanah (TPT) C. pubescens 12** 31.62
(g)
menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi
Keterangan: ** berbeda nyata pada taraf 1 %, *berbeda
dibandingkan perlakuan tanaman penutup nyata pada taraf 5 %, tn tidak berbeda
tanah (TPT) C. mucunoides. Hal ini terjadi nyata
karena pertumbuhan biomulsa C. pubescens

6 Fariidah Silmi dan M.A. Chozin


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

Tabel 3. Pengaruh perbedaan jenis biomulsa terhadap pertumbuhan vegetatif dan umur berbunga
jagung manis

Tinggi Jumlah Diameter Lingkar


Umur Berbunga
Perlakuan Biomulsa Tanaman Daun batang Batang
(HST) x
(cm) x (helai) x (mm) x (cm) x

Tanpa penyiangan
(Vegetasi alami) 102.54bc 6.9c 9.29abc 4.07bc 59c
Penyiangan manual
(Kontrol) 116.33b 8.4b 11.04ab 4.56b 60c
MPHP 171.40a 9.8a 12.65a 6.41a 51d
A. pintoi 96.19bc 6.9c 8.72bc 4.27bc 64b
C. pubescens 85.75c 6.2c 6.64c 3.58c 66a
C. mucunoides 96.52bc 7.3bc 10.03abc 4.21bc 65ab
Keterangan: x Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji
5%. MPHP = mulsa plastik hitam perak

Rata-rata diameter batang yang di- hasil dan bobot biomas jagung yang tinggi
hasilkan pada perlakuan biomulsa A. pintoi akan diperoleh jika pertumbuhan tanaman
(8.72 mm) lebih rendah dan berbeda nyata optimal. Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel
dengan perlakuan MPHP (12.65 mm), sedangkan 1 menunjukkan penggunaan berbagi jenis
pada perlakuan biomulsa C. mucunoides mulsa berpengaruh nyata terhadap komponen
(10.03 mm) lebih rendah namun tidak berbeda jagung manis.
nyata dengan perlakuan MPHP. Begitu juga Berdasarkan Tabel 4, rata-rata jumlah
pada peubah lingkar batang, perlakuan tongkol untuk setiap tanaman jagung manis
biomulsa A. pintoi (4.27 cm) lebih rendah dan pada perlakuan biomulsa A. pintoi adalah satu
berbeda nyata dengan perlakuan MPHP tongkol. Hal ini sama dan tidak berbeda nyata
(6.41cm), namun tidak berbeda nyata dengan dengan perlakuan lainnya, namun lebih rendah
perlakuan lainnya. dan berbeda nyata dengan perlakuan MPHP
Umur berbunga pada perlakuan A. (1.5 buah). Panjang tongkol pada perlakuan
pintoi (64 HST) lebih cepat dan berbeda nyata biomulsa A. pintoi (13.40 cm) lebih rendah
dengan perlakuan biomulsa C. pubescens (66 namun tidak berbeda nyata dengan kontrol
HST), namun lebih lambat dan berbeda nyata (14.76 cm), sedangkan jika dibandingkan
dengan perlakuan MPHP (51 HST). Umur dengan perlakuan MPHP (17.15 cm), panjang
berbunga pada perlakuan MPHP merupakan tegak pada perlakuan biomulsa A. pintoi lebih
umur yang paling cepat dibandingkan dengan rendah dan berbeda nyata.
perlakuan lainnya (Tabel 2). Hal ini sejalan Peubah lingkar tongkol pada perlakuan
dengan penelitian Subekti et al. (2010), yang biomulsa A. pintoi tidak berbeda nyata dengan
me-nyatakan bahwa fase tasseling biasa terjadi perlakuan lainnya (Tabel 4), sedangkan
saat umur tanaman jagung manis berkisar 45- lingkar batang pada perlakuan biomulsa C.
52 HST. pubescens (9.94 cm) dan C. mucunoides (9.95
cm) lebih rendah dan berbeda nyata dengan
Komponen Hasil Produksi Jagung Manis perlakuan MPHP (12.98 cm). Berdasarkan
Tabel 4, rata-rata jumlah baris setiap tongkol
Komponen hasil produksi jagung manis
pada perlakuan A. pintoi (9.6 baris) lebih
sangat dipengaruhi oleh fase pertumbuhan
sedikit dan berbeda nyata dengan kontrol (12.3
(vegetatif). Pertumbuhan vegetatif yang baik
baris) dan perlakuan MPHP (13.5 baris),
pada jagung manis mempengaruhi per-
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
tumbuhan generatif yang dihasilkan juga baik
lainnya.
(Marliah et al., 2010). Subekti et al. (2010)
dalam penelitiannya menambahkan bahwa

Kajian Agronomi Pemanfaatan Biomulsa….. 7


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan biomulsa pada komponen hasil jagung manis


Jumlah Tongkol/ Panjang Lingkar
Jumlah Baris/ Tongkol
Perlakuan Tanaman Tongkol Tongkol (cm)
(baris)x
(tongkol)x (cm) x x

VegetasiAlami 1.0b 14.17bc 11.78ab 12.1ab


Kontrol 1.0b 14.76ab 12.44ab 12.3a
MPHP 1.5a 17.15a 12.98a 13.5a
A. pintoi 1.0b 13.40bc 10.73ab 9.6bc
C. pubescens 1.0b 12.09bc 9.94b 8.5c
C. mucunoides 1.0b 11.41c 9.95b 9.3c
Keterangan: x Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%

Tabel 5. Pengaruh perlakuan biomulsa terhadap rata-rata hasil jagung manis


Bobot Jagung Bobot Jagung Brangkasan Basah Brangkasan kering
Perlakuan Berkelobot (g) Tanpa Klobot (per tanaman (per tanaman contoh
x
(g)x contoh (g)x) (g)x)
Vegetasi Alami 90b 66bc 104c 21.84c
Kontrol 133b 96b 184b 59.39b
MPHP 338a 189a 350a 104.27a
A. pintoi 85b 54c 108bc 37.51bc
C. pubescens 67b 43c 107bc 33.91bc
C. mucunoides 69b 45c 109bc 30.59bc
Keterangan: x Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf uji 5%.

Peubah bobot jagung berkelobot pada KESIMPULAN


perlakuan biomulsa A. pintoi (85 g) lebih
rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan Penggunaan biomulsa mempengaruhi
MPHP (338 g), namun tidak berbeda nyata pergeseran jenis gulma. Biomulsa A. pintoi
dengan perlakuan lainnya (Tabel 5). Rata-rata lebih baik dalam menekan gulma golongan
bobot jagung tanpa klobot setiap tanaman pada rumput dibandingkan dengan C. pubescens
perlakuan biomulsa A. pintoi (54 g) lebih dan C. mucunoides. Pertumbuhan komponen
rendah dan berbeda nyata dengan kontrol (96 hasil dan hasil jagung manis tidak berbeda
g) dan perlakuan MPHP (189 g). nyata antara perlakuan biomulsa A. pintoi, C.
Rata-rata bobot brangkasan basah dan pubescens, dan C. mucunoides. Perlakuan
brangkasan kering jagung manis dapat dilihat terbaik dalam mendukung komponen hasil dan
pada Tabel 5 Bobot brangkasan basah pada hasil ialah mulsa plastic hitam pekat.
perlakuan biomulsa A. pintoi (108 g) lebih
rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan
MPHP (350 g), namun tidak berbeda nyata DAFTAR PUSTAKA
dengan perlakuan lainnya (Tabel 5). Begitu
juga bobot brangkasan kering, pada perlakuan Baharuddin, R. 2010. Penggunaan kacang hias
A. pintoi (37.51 g) lebih rendah dan berbeda (Arachis pintoi) sebagai biomulsa pada
nyata dengan perlakuan MPHP (104.27 g). budidaya tomat (Lycopersicon esculentum
Bobot brangkasan kering pada perlakuan M.) skripsi. Institut Pertanian Bogor.
MPHP paling tinggi dan berbeda nyata dengan Bogor.
perlakuan lainnya.
Balittan. 2004. Kacang hias (Arachis pintoi)
pada usaha tani lahan. http://balittanah.
litbang.deptan.go.id.html.[14 November
2012].

8 Fariidah Silmi dan M.A. Chozin


J. Hort. Indonesia 5(1):1-9. April 2014.

Bilman, W.S. 2010. Analisis pertumbuhan Mc Williams, D.A., D.R. Benglund, G.J.
tanaman jagung manis (Zea mays Endres. 1999. Corn growth and
saccharata), pergeseran komposisi gulma management quick guide. www.ag.
pada beberapa jarak tanam jagung dan ndsu.edu/pubs/plantsci/rowcrops/a1173/a
beberapa frekuensi pengolahan tanah. J. 1173.pdf. [diunduh 23 November 2013].
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 3(1):
25-30. Rahayu, S. 2011. Tanaman penutup tanah
[Internet]. Tersedia pada: http://www.
Febrianto, Y. 2012. Pengaruh jarak tanam dan worldagroforestry.org/index.php?id=20
jenis stek terhadap kecepatan penutupan [12 Maret 2012].
Arachis pintoi Krap. & Greg. sebagai
biomulsa pada pertanaman tomat Risza, R. 1995. Budidaya Kelapa Sawit. AAK.
(Lycopersicon esculentum M.) skripsi. Kanisisus. Yogyakarta.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Karyudi, Siagian N. 2006. Peluang dan
Hamdani, J.S. 2008. Pengaruh jenis mulsa kendala dalam pengusahaan tanaman
terhadap pertumbuhan dan hasil tiga penutup tanah di perkebunan karet. hlm
kultivar kentang (Solanum tuberosum 25-33. Prosiding Lokakarya Nasional
L.) yang ditanam di dataran medium. J. Tanaman Pakan Ternak. Pusat Penelitian
Agron. Indonesia. 37(1): 14-19. dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Kartikawati, L.D., S. Titin, T.S. Husni. 2011. Sintia, M. 2011. Pengaruh beberapa dosis
Pengaruh aplikasi pupuk kandang dan kompos jerami padi dan pupuk nitrogen
tanaman sela (Crotalaria juncea L) pada terhadap pertumbuhan dan hasil jagung
gulma dan pertanaman jagung (Zea manis (Zea mays saccharata Sturt.). J.
mays L) skripsi. Universitas Brawijaya. Tanaman Pangan. 1-7.
Malang.
Subaedah, S., N.A. Jalal, Suriyanti, B.
Marliah, A., Jumini, Jamilah. 2010. Pengaruh Ibrahim. 2011. Perbaikan hasil tanaman
jarak tanam antar barisan pada sistem jagung di lahan kering dengan penge-
tumpangsari beberapa varietas jagung lolaan tanaman penutup tanah. J.
manis dengan kacang merah terhadap Agrivigor. 10(2): 122-129.
pertumbuhan dan hasil. Bul. Agrista.
14(1): 30-38. Subekti, N.A., Syarifuddin, R. Efendi, S.
Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan
Mayadewi, N.N.A. 2007. Pengaruh jenis Fase Pertumbuhan Jagung [internet].
pupuk kandang dan jarak tanam Tersedia pada: www.pustaka.litbang.
terhadap pertumbuhan gulma dan hasil deptan.go.id/bbps/lengkab/bpp10232.pdf.
jagung manis. Bul. Agritrop. 26(4): 2007. [16 November 2013].
153-159.

Kajian Agronomi Pemanfaatan Biomulsa….. 9

View publication stats

You might also like