Pemupukan Sebagai Penentu Produktivitas Ubi Jalar
Pemupukan Sebagai Penentu Produktivitas Ubi Jalar
ABSTRACT
Sweet potato (Ipomoea batatas L.) is a cosmopolitan crop, grown on 116 countries in the world. A total of 34
countries harvested 200,000 tons or more fresh tuber annually, and 82 countries with a national production
less than 200,000 tons per year. China accounted for 68% of the world’s sweet potato production or 90% of
the Asian fresh tuber production. The sweet potato productivity varies among countries in the world, from
less than 5 t/ha to 24 t/ha, mainly related to the amount use of inorganic fertilizers of N, K, and organic
fertilizer. The recommended use of fertilizers for sweet potato is as follow: low to moderate dosage of N (40
to75 kg N/ha), low dossage of P (20-50 kg P2O5/ha), and medium to high dosage of K (75-100 kg K2O/ha),
combined with organic manure (3-10 t/ha). Indonesian sweet potato productivity is relatively high as compared
to that in other countries in the world with an average of 14.75 t/ha. In the provincial production center, sweet
potato productivity ranges from 18 to 22.7 t/ha fresh tuber except in Nusa Tenggara Timur (7.5 t/ha) and
Papua (10.9 t/ha). In other provinces, the productivities range from 7.1 to 15.5 t/ha fresh tubers. Commercial
sweet potato farming is always carried out under an optimum agroecology condition; however farmers do
not always obtain optimum yield due to inoptimum application of fertilizer. Application of the recommended
dosage of inorganic fertilizers with the addition of 3 to 5 t/ha organic manure is expected to improve sweet
potato productivity to 24-25 t/ha fresh tubers. Improvement on sweet potato productivity will increase the
supply of fresh tubers to the markets and thus, increases the sweet potato consumption as a rice substitute.
Keywords: Sweet potato, inorganic fertilizer, organic manure, productivity.
ABSTRAK
Ubi jalar merupakan tanaman kosmopolitan, ditanam oleh 116 negara di dunia. Sebanyak 34 negara
memanen 200.000 ton atau lebih umbi segar setiap tahunnya, sedangkan 82 negara memiliki produksi
nasional kurang dari 200.000 ton per tahun. China mengambil porsi 68% dari produksi dunia atau 90%
porsi produksi umbi segar Asia. Produktivitas ubi jalar antarnegara sangat beragam, mulai dari <5 t/ha
hingga 24 t/ha, terutama terkait dengan dosis penggunaan pupuk anorganik N, K, dan pemberian pupuk
organik. Secara umum, anjuran pemberian pupuk untuk ubi jalar adalah pupuk N dengan dosis rendah
hingga sedang (40-75 kg N/ha), pupuk P dosis rendah (20-50 kg P2O5/ha), dan pupuk K dosis sedang
hingga tinggi (75-100 kg K2O/ha), dikombinasikan dengan pupuk kandang 3-10 t/ha. Produktivitas ubi jalar
di Indonesia 14,75 t/ha, tergolong cukup tinggi di antara negara-negara produsen ubi jalar dunia. Di luar
provinsi sentra produksi, produktivitas ubi jalar berkisar antara 7,1-15,5 t/ha, sedangkan di provinsi sentra
18-22,7 t/ha umbi segar, kecuali NTT (7,5 t/ha) dan Papua (10,9 t/ha). Usahatani ubi jalar secara komersial
umumnya dilakukan pada agroekologi yang sesuai, namun tidak semua petani memperoleh produktivitas
optimal, karena penggunaan pupuk yang beragam. Penerapan dosis pemupukan anjuran disertai 3-5 t/ha
pupuk kandang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas ubi jalar hingga 24-25 t/ha umbi segar.
Peningkatan produktivitas ubi jalar akan menambah pasokan umbi ke pasar, sehingga konsumsi ubi jalar
sebagai substitusi beras meningkat.
Kata kunci: Ubi jalar, pupuk anorganik, pupuk kandang, produktivitas.
77
IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
PENDAHULUAN China Tiongkok, mencapai 111 juta ton, atau 82% produksi
dunia.
Ubi jalar sering diasosiasikan dengan masyarakat
golongan ekonomi lemah. Fluktuasi harga umbi tidak Usahatani ubi jalar di Indonesia menempati lahan
mempengaruhi tingkat inflasi, sehingga tidak menarik dengan karakteristik spesifik, yaitu tanah berstruktur
perhatian pemerintah. Sebagai komponen usahatani, ubi ringan, drainase baik, tekstur lempung-berpasir atau
jalar hampir tidak mendapat perhatian oleh pemerintah, debu-berpasir (Wargiono et al. 2011). Sentra produksi di
tetapi eksistensinya dalam usahatani sangat stabil, Jawa umumnya pada jenis tanah Vulkanik, Regosol, dan
terutama di sentra produksi. Ubi jalar selalu memperoleh Latosol yang strukturnya remah. Contoh sentra produksi
alokasi tempat dan waktu definitif pada pola rotasi di Jawa adalah Bogor, Sukabumi, Kuningan, Majalengka,
tanaman, pada lahan sawah yaitu padi-padi-ubi jalar, atau Karanganyar, Boyolali, Magetan, Mojokerto, dan Blitar
padi-ubi jalar-jagung (Wargiono et al. 2011). (BPS 2014). Usahatani ubi jalar secara komersial
menempati lokasi dan waktu yang konstan atau tetap,
Di sentra produksi, ubi jalar merupakan tanaman yang berarti komoditas ini telah memiliki “niche” pada
komersial yang memberikan keuntungan bagi petani sistem usahatani rakyat. Lingkungan dan areal produksi
(Harianto dan Rozi 2011). Hal itu ditunjukkan oleh ubi jalar tidak secara drastis terdesak oleh tanaman
mantapnya lokasi produksi dan luas panen dari tahun ke komersial populer, seperti jagung atau tembakau, yang
tahun, yang hampir tidak mengalami fluktuasi, dan hasil membuktikan usahataninya memiliki daya saing ekonomi
panen langsung terserap pasar. Stabilnya luas areal panen yang kuat. Untuk mampu bersaing secara ekonomis
ubi jalar pada sistem usahatani yang sangat kompetetif dengan usahatani padi atau jagung, hasil umbi yang dapat
membuktikan kuatnya permintaan pasar dan tingginya dipasarkan dari usahatani ubi jalar dipersyaratkan masing-
kebutuhan konsumen. masing 14,2 t dan 13,9 t/ha (Wargiono et al. 2011).
Ubi jalar ditanam di seluruh provinsi di Indonesia, yang Tingkat hasil ubi jalar 14 t/ha relatif mudah diperoleh dari
mengindikasikan konsumen ubi jalar tersebar merata usahatani komersial. Nilai keuntungan usahatani akan
walaupun konsumen terbesarnya dari masyarakat strata lebih tinggi apabila petani ubi jalar mampu menghasilkan
menegah ke bawah. Enam provinsi produsen ubi jalar umbi 18-23 t/ha. Oleh karena itu, guna lebih meningkatkan
terbesar yang menjadi sentra produksi adalah Jawa Barat, daya saing ekonomi ubi jalar terhadap komoditas lain,
Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT dan Sumut (BPS diperlukan peningkatan produktivitas ubi jalar hingga 25
2014). Produksi ubi jalar dari enam provinsi tersebut t/ha atau lebih. Apabila hal tersebut dapat dicapai, sistem
mengambil porsi 60% dari seluruh produksi nasional. produksi ubi jalar akan lebih lestari pada lahan pertanian
Selain di Papua dan NTT, konsumen terbanyak ubi jalar yang semakin berkurang, sehingga keanekarangaman
justru masyarakat perkotaan, terutama golongan pekerja pangan dapat ditingkatkan.
fisik. Produktivitas ubi jalar di sentra produksi relatif tinggi, Widodo dan Rahayuningsih (2009) dan Saleh et al.
berkisar antara 18-22 t/ha umbi segar, kecuali di Papua, (2008) menyebutkan bahwa faktor penyebab belum
11 t/ha. Di provinsi nonsentra, produktivitas ubi jalar relatif optimalnya produktivitas ubi jalar di lahan petani secara
rendah, berkisar antara 7-15 t/ha, kecuali di Jambi dan umum adalah teknik budi daya yang masih sederhana
Sumbar, 27-28 t/ha. Produktivitas rata-rata di provinsi yang dan pemupukan dosis rendah, atau bahkan tanpa
cukup tinggi tersebut kemungkinan bias ke atas, karena pemupukan. Wilayah nonsentra yang produktivitasnya
di sentra produksi pun seperti di Kabupaten Kuningan, lebih rendah dari 10 t/ha, secara umum merupakan
kisaran produktivitas antarpetani cukup lebar, berkisar wilayah pertanian yang penggunaan pupuk untuk seluruh
antara 8-24 t/ha, terbanyak pada tingkat 14-18 t/ha jenis tanaman masih rendah. Kenyataan ini menunjukan
(Diperta Kuningan 2014). adanya peluang peningkatan produksi ubi jalar secara
Indonesia dengan total areal panen ubi jalar 162.000 nasional.
ha merupakan penanam terluas ke lima di dunia, tetapi Penggunaan umbi ubi jalar sebagian besar (80-90%)
jauh lebih sempit dibanding China Tiongkok yang adalah untuk pangan (Swastika dan Nurhayati 2011). Hal
mencapai 3,4 juta ha (FAO 2014). Total luas panen ubi ini berarti dari total produksi ubi jalar nasional, sekitar
jalar dunia relatif kecil dibanding tanaman pangan lain, 2,0 juta ton, dikonsumsi oleh masyarakat. Bila porsi sekali
hanya 8,2 juta ha. Di Amerika dan Eropa, ubi jalar termasuk konsumsi ubi jalar sebagai menu sarapan 200 g/orang,
ke dalam komoditas sayuran (Nedunchezhyan et al. berarti ubi jalar menyediakan makan sarapan sebanyak
2012). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh luas areal 10 milyar porsi, atau dapat mensubstitusi sekitar 1 juta
ubi jalar di negara-negara tersebut sempit, seperti halnya ton beras. Angka ini masih dapat ditingkatkan apabila
tanaman sayuran. Total produksi ubi jalar dunia pada ketersediaan ubi jalar melimpah dan tersedia sepanjang
tahun 2014 adalah 135 juta ton, terbanyak dihasilkan tahun. Peningkatan produktivitas di berbagai lokasi
78
PATUROHMAN DAN SUMARNO: PEMUPUKAN SEBAGAI PENENTU PRODUKTIVITAS UBI JALAR
memberikan peluang untuk memenuhi konsumsi ubi jalar oleh negara-negara pengimpor pangan, mencapai sebesar
yang lebih banyak. 18,17 juta ton (FAO 2014). Hal tersebut mengindikasikan
adanya hubungan keterkaitan antara kemakmuran suatu
Indonesia mengekspor ubi jalar dalam jumlah yang
negara dengan produksi ubi jalar.
relatif kecil, berkisar antara 10.000-12.000 t/th, terutama
ke Jepang. Ekportir ubi jalar terbesar adalah China Di negara-negara berkembang atau berpenghasilan
Tiongkok dan Amerika Serikat, sedangkan negara-negara rendah, ubi jalar menjadi bahan pangan sumber energi
importir utama adalah Inggris, Kanada, Perancis, Jepang utama, sedangkan di negara-negara maju seperti Eropa,
(Swastika dan Nuryanti 2011). Hal ini membuktikan ubi Amerika Utara, Australia dan New Zaeland, ubi jalar
jalar sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berstatus sebagai pangan eksotik (fancy food) yang
masyarakat di seluruh dunia. Bahkan di Eropa dan Amerika dikonsumsi dalam jumlah kecil. Pada tataran dunia,
Serikat ubi jalar diposisikan sebagai pangan eksotik yang penggunaan ubi jalar sebagai pangan pokok sehari-hari
dianggap istimewa. dapat diasosiasikan dengan negara yang sebagian besar
penduduknya golongan ekonomi lemah.
Sebagai bahan pangan yang disajikan melalui
pengolahan primer-sederhana, mutu dan preferensi Walaupun ubi jalar merupakan tanaman tropis dan
konsumen ubi jalar sangat diutamakan. Kenyataan ini semi tropis, hanya 34 negara yang memproduksi 200.000
mengakibatkan varietas unggul sulit menggantikan ton atau lebih umbi segar per tahun (Tabel 1). Negara-
varietas lokal yang mutu olahannya lebih baik dan disukai negara subtropis pada garis lintang lebih dari 30oLU atau
konsumen (Widodo dan Rahayuningsih 2009). Oleh 30oLS pada umumnya tidak menanam ubi jalar.
karena itu, dalam waktu dekat, varietas unggul nampaknya
belum dapat dijadikan komponen teknologi untuk
meningkatkan produktivitas. Usahatani ubi jalar telah
menempati lingkungan spesifik dan teknik budi daya baku Tabel 1. Negara-negara produsen ubi jalar di dunia dengan produksi
sudah diadopsi petani, sehingga faktor peubah agronomi lebih dari 200.000 t/th.
yang masih beragam untuk peningkatan produktivitas
adalah dosis pemupukan. Faktor agronomi lain seperti Produksi Produk- Luas
Negara ubi segar tivitas panen
penyiangan, pengguludan, pemangkasan tanaman, (ton) (t/ha) (ha)
pengairan dan pengendalian hama dan penyakit telah
diadopsi petani yang merupakan keharusan apabila Asia
diperlukan. 1. Bangladesh 260 10,40 25
2. China Tiongkok 70.526.000 21,06 3.348.813
Makalah ini menelaah pentingnya pemupukan 3. India 1.132.400 10,12 111.897
4. Indonesia 2.386.729 14,74 161.922
sebagai faktor peubah agronomis penentu produktivitas
5. Jepang 942.3 24,41 38.603
ubi jalar. 6. Korea Utara 451 12,89 34.988
7. Korea Selatan 329.516 14.84 22.205
8. Philipina 527.687 5,57 94.737
9. Vietnam 1.358.175 10,02 135.546
Afrika
PRODUKSI UBI JALAR DUNIA 1. Angola 1.199.749 7,34 163.434
2. Burundi 839.715 9,40 89.331
Total produksi ubi jalar dunia pada tahun 2013 adalah 3. Cameroon 348.618 5,43 64.202
103,1 juta ton, dihasilkan oleh 116 negara (FAO 2014). 4. Mesir 320 32,32 9.901
Areal panen ubi jalar terluas terdapat di Asia, dimana China 5. Kenya 1.150.359 18,08 63.626
6. Madagaskar 1.130.000 7,29 155.007
Tiongkok memiliki porsi produksi 90% dari total produksi 7. Mozambique 890 7,30 121.918
ubi jalar Asia, yang berjumlah 78,485 juta ton. Negara- 8. Rwanda 1.081.224 9,62 112.393
negara Afrika pada tahun 2013 memproduksi 20,13 juta
Amerika, Pasifik, Australia
ton umbi segar, negara-negara di benua Amerika 3,66 1. Argentina 405 15,52 26.095
juta ton, Eropa 56.450 ton, negara-negara Oceania 2. Brazil 505.35 13,09 38.606
780.000 ton, dan Australia-New Zaeland 60.000 ton. Di 3. Cuba 396.3 8,21 48.27
4. Haiti 599.683 9,09 65.972
luar China Tiongkok, produsen utama ubi jalar pada
5. Papua New Guinea 600 4,92 121.951
umumnya termasuk negara-negara yang belum atau 6. Amerika Serikat 1.124.230 24,54 45.812
sedang berkembang, yang menghasilkan 15,7 juta ton 7. Australia 43 24,57 1.75
per tahun, dan di negara-negara yang penghasilan Dunia 103.109.367 12,60 8.183.283
perkapitanya rendah (di bawah $ 1.000/th) memproduksi
21,37 juta ton. Ubi jalar juga diproduksi cukup banyak Sumber: FAO (2014).
79
IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
Produktivitas ubi jalar antarnegara sangat beragam, PEMUPUKAN DAN HASIL UMBI
dari sangat rendah, kurang dari 5 t/ha seperti di Bolivia,
Equador, Chad, Cameroon, Fiji, Guyana dan beberapa Praktek budidaya ubi jalar ditentukan oleh tujuan
negara lainnya, sampai tinggi 20-24 t/ha, dan bahkan usahataninya. Saleh et al. (2008) membagi usahatani ubi
sangat tinggi (32,32 t/ha) seperti di Mesir (Tabel 1). Namun jalar menjadi tiga tipe yaitu: (1) untuk memenuhi kebutuhan
data hasil ubi jalar di Mesir cukup meragukan, karena pangan keluarga (subsisten); (2) sebagai usahatani
percobaan pemupukan NPK pada tahun 2013 hanya sampingan dan; (3) sebagai usahatani komersial.
memberikan hasil 15,8 t/ha (Razzak et al. 2013). Di Usahatani ubi jalar subsisten menerapkan cara budi daya
negara-negara yang teknologi pertaniannya telah maju tradisional tanpa pemupukan, menggunakan bahan
seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Australia, tanaman dan sarana yang tersedia di lokalita (Widodo
produktivitas ubi jalar cukup tinggi masing-masing sekitar dan Rahayuningsih 2009). Usahatani ubi jalar sebagai
24 t/ha. Pada skala usaha yang relatif sempit, hanya sumber ekonomi sampingan menggunakan sarana
600 ha, Israel pada tahun 2013 melaporkan produktivitas produksi minimal, tanpa pupuk atau pemupukan dosis
tertinggi di dunia rata-rata 44,3 t/ha (FAO 2014). minimal, dan hasil panen dijual di pasar lokal.
Produktivitas tersebut meningkat 27% dibandingkan Usahatani ubi jalar komersial menerapkan budi daya
dengan data 10 tahun sebelumnya. Mesir menanam ubi intensif, dengan dosis pupuk yang beragam. Hal ini
jalar seluas 9.900 ha setiap tahun dan produktivitas menjadi penyebab produktivitas ubi jalar sangat beragam
dilaporkan 32 t/ha, namun data tersebut hampir 100% (Suyamto et al. 2011). Varietas unggul memiliki daya hasil
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil percobaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lokal. Di
pemupukan di Mesir yang dilaporkan oleh Razzak et al. sentra produksi, petani lebih memilih menanam varietas
(2013). unggul lokal, karena alasan mutu olah yang lebih disukai
Produktivitas ubi jalar Indonesia berdasarkan data FAO konsumen (Yusuf et al. 2011).
termasuk sedang, sepadan dengan di Argentina, Brazil, Pupuk kandang sebanyak 5-10 t/ha sering dianjurkan
Korea Selatan, Suriname, dan sedikit lebih tinggi untuk budi daya ubi jalar (Widodo dan Rahayuningsih
dibandingkan rata-rata produktivitas dunia. Di beberapa 2009). Akan tetapi, petani jarang mampu menyediakan
provinsi, produktivitas ubi jalar cukup tinggi, seperti Jambi pupuk kandang hingga 5 t atau 10 t/ha. Di sentra produksi,
(27,2 t/ha); Sumatera Barat (28,6 t/ha), dan di beberapa petani lebih suka menggunakan pupuk anorganik (Diperta
provinsi lebih rendah, seperti Riau (8,2 t/ha), NTT (7,5 t/ Kuningan 2014).
ha), Kalteng (7,1 t/ha), Kalbar (8,3 t/ha), dan Gorontalo
(9,0 t/ha) (BPS 2015). Pendataan produktivitas ubi jalar Tanaman ubi jalar menyerap hara dari dalam tanah
belum teliti, sehingga data tersebut kemungkinan kurang cukup banyak. Panen biomassa 30 t/ha, terdiri dari
akurat, sehingga lebih tepat dimaknai sebagai perkiraan. umbi+batang+daun, mengangkut hara sekitar 150 kg N;
21 kg P2O5 dan 177 kg K2O/ha (Nedunchezhiyan et al.
Beragamnya produktivitas ubi jalar antarnegara selain 2012). Karena serapan hara yang terangkut panen sejalan
ditentukan oleh faktor iklim dan tingkat kesuburan tanah, dengan hasil biomassa, maka semakin tinggi hasil
juga dipengaruhi oleh kemampuan petani menyediakan biomassa semakin besar zat hara dari dalam tanah yang
dan mengaplikasikan pupuk untuk tanaman ubi jalar terangkat. Oleh karena itu, bertanam ubi jalar terus
(Nedunchezhiyan et al. 2012; Kaggwa et al. 2006). Hal menerus akan menguruskan tanah, karena biomassa ubi
yang serupa sebenarnya juga terjadi di Indonesia. Pada jalar jarang dikembalikan ke dalam tanah. Ubi jalar
wilayah yang penggunaan pupuk anorganiknya rendah, merupakan tanaman umbi yang sangat efisien dalam
produktivitas ubi jalar umumnya juga rendah, dan mengalokasikan energi, memiliki wilayah adaptasi yang
sebaliknya. luas dan dapat dipanen dalam waktu yang relatif pendek,
Pada lahan yang masih subur dan tidak diusahakan antara 3-5 bulan setelah tanam. Sebagai bahan baku
secara intensif, seperti halnya di Papua, tanaman ubi industri pangan dan energi terbarukan, ubi jalar
jalar tanpa diberi pupuk anorganik NPK masih mampu menghasilkan karbohidrat dan etanol sebanyak tiga kali
menghasilkan sekitar 10 t/ha umbi segar. Akan tetapi yang dapat dihasilkan oleh jagung, sehingga sangat
pada lahan yang ditanami secara intensif, nampakya ubi prosfektif sebagai sumber energi terbarukan (Rodgers et
jalar tanpa pupuk anorganik hasilnya akan sangat rendah. al. 2007).
Hal itu terlihat dari laporan Diperta Kuningan, yang Untuk memperoleh hasil umbi yang tinggi, Salawu
menampilkan beberapa petani yang hanya memperoleh dan Muktar (2008) menganjurkan penggunaan pupuk
8-9 t/ha umbi segar dari tanaman yang dipupuk NPK dosis kandang 5 hingga 10 t/ha pada waktu penyiapan lahan,
rendah (Diperta Kuningan 2014). di samping pupuk anorganik NPK. Hal yang sama juga
dilaporkan oleh Yang et al. (2012) dari percobaan pada
80
PATUROHMAN DAN SUMARNO: PEMUPUKAN SEBAGAI PENENTU PRODUKTIVITAS UBI JALAR
tanah savana di Papua New Guinea. Pupuk NPK (15-15- hasil dari pemupukan 45-90 kg N/ha berkisar antara 16-
15) sebanyak 100-150 kg/ha dikombinasikan dengan 3 t/ 41%, dan pemupukan 45-90 kg K2O/ha meningkatkan
ha pupuk kandang (manura) meningkatkan hasil ubi jalar hasil 9-31%.
hingga mencapai 23 t/ha, dibandingkan dengan hasil umbi
Paulus (2011) melaporkan bahwa pemupukan kalium
8 t/ha dari petak tanpa pupuk. Pemberian pupuk kandang
pada tiga varietas ubi jalar di tanah Latosol Bogor
juga meningkatkan porsi umbi yang dapat dipasarkan,
meningkatkan hasil ubi jalar secara nyata. Dosis
mencapai 94% dari total hasil yang dipanen, dibandingkan
pemupukan K optimal adalah 108 kg K2O dengan hasil
81% dari total hasil pada petak tanpa pupuk kandang.
umbi mencapai 17 t/ha, dibandingkan 10-14 t/ha umbi
Onunka et al. (2012) meneliti pengaruh kombinasi pada petak tanpa pupuk K. Tiga varietas yang diteliti
pupuk anorganik NPK (15-15-15) dan 2,6 t/ha pupuk adalah SQ, Sukuh dan Cangkuang, semua memberikan
kandang dari kotoran ayam (manura) di dua lokasi tanah respon positif terhadap pemupukan kalium. Varietas Sukuh
Ultisol tropis, lempung berpasir, pH 4,5-5,0 di Nigeria memberikan hasil tertinggi di antara ketiga varietas
dibandingkan dengan pupuk anorganik atau pupuk tersebut. Hasil umbi yang diperoleh agak rendah, karena
kandang saja dan beberapa dosis kedua jenis pupuk ubi jalar ditanam secara tumpang sari dengan jagung.
tersebut. Kombinasi 300 kg NPK+3,2 t/ha manura, dari Pada kondisi tumpang sari yang menyebabkan tanaman
rata-rata dua lokasi menghasilkan umbi tertinggi, 18,7 t/ ternaungi, ubi jalar tetap memberikan respon positif
ha. Perlakuan tanpa pupuk hanya menghasilkan 6,8 t/ha terhadap pemberian pupuk kalium.
umbi, dan kombinasi pupuk 150 kg NPK+2,4 t/ha manura
Pada lahan kering di Kalimantan Selatan, Simatupang
menghasilkan 15,2 t/ha. Dosis NPK tinggi (600 kg/ha)
et al. (1994) melaporkan bahwa pemberian pupuk kalium
tanpa manura menghasilkan 11 t/ha umbi. Pada tanah
bersamaan dengan nitrogen meningkatkan hasil umbi
Ultisol dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang,
segar dan bobot kering tanaman secara nyata,
pemupukan anorganik dosis sedang (150-300 kg NPK)
dibandingkan dengan perlakuan pemupukan nitrogen
ditambah manura 2-3 t/ha, dapat dianjurkan untuk
tanpa K atau perlakuan tanpa N dan K. Paulus dan
mendapatkan hasil umbi yang tinggi. Pemupukan organik
Sumayku (2006) menyimpulkan hal yang sama, yaitu
manura juga berpengaruh positif terhadap sifat tanah,
pemupukan kalium mampu meningkatkan hasil umbi,
meliputi pH, bahan organik tanah, kandungan hara N dan
kandungan karbohidrat, dan pati umbi ubi jalar. Respon
P, kejenuhan basa, dan kapasitas tukar kation (KTK).
tanaman ubi jalar terhadap pemupukan kalium terkait
Secara umum, kombinasi pupuk anorganik dan dengan kemampuannya menyerap hara kalium yang
organik untuk tanaman ubi jalar pada tanah tropikal Asia cukup besar, sehingga ketersediaan kalium mampu
dan Afrika mempunyai manfaat ganda, memperbaiki sifat mendorong pertumbuhan dan pembentukan umbi secara
tanah dan meningkatkan hasil dan mutu ubi jalar (Buresh optimal.
et al. 1997; Palm et al. 1997). Pada lahan kering dengan
Respon tanaman ubi jalar terhadap pupuk kalium juga
kandungan bahan organik rendah (kurang dari 1%), ubi
ditunjukkan oleh berbagai penelitian di negara tropis. Di
jalar memberikan respon positif terhadap pemberian pupuk
Nigeria, Uwah et al. (2013) meneliti lima taraf dosis pupuk
organik dan anorganik dengan dosis sedang. Akan tetapi,
kalium (0; 40; 80; 120; dan 160 kg K 2O/ha) yang
Hartemink et al. (2000) mengingatkan bahwa dosis pupuk
dikombinasikan dengan dua varietas ubi jalar. Hasil umbi
nitrogen yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan vegetatif
dari perlakuan 120 kg K2O/ha meningkat tujuh kali dan
berlebihan, sehingga hasil umbi justru rendah dan indeks
dari perlakuan 160 kg K2O/ha meningkat delapan kali,
panen juga rendah.
dibandingkan dengan tanpa pemupukan kalium, masing-
Tanaman ubi jalar di sentra produksi di Jawa, yang masing mencapai 22,7 t/ha dan 26 t/ha.
diusahakan secara komersial, pada umumnya selalu
Di Papua New Guinea, ubi jalar menjadi pangan pokok
dipupuk. Di Kuningan, misalnya, petani ubi jalar
bagi sebagian kelompok/suku masyarakat, sehingga
memberikan pupuk urea 150-175 kg/ha, ZA 50-110 kg/
dinilai sebagai bahan pangan yang sangat penting. Namun
ha, SP-36 50-175 kg/ha, dan KCl 50-100 kg/ha (Diperta
hasil ubi jalar masih rendah, rata-rata 4,9 t/ha (FAO 2014).
Kuningan 2014). Petani memilih sumber N dari Urea atau
Hartemink (2003) meneliti pengaruh pupuk N (0; 50; 100;
ZA atau kombinasi Urea+ZA dengan jumlah 150-175 kg/
150 kg N/ha dan kalium (0; 50 kg K2O/ha). Pengaruh
ha. Pupuk diberikan dua kali, 50% pada waktu tanam
pupuk N meningkatkan hasil umbi secara linear pada
dan 50% waktu pengguludan. Wargiono et al. (2011)
tahun pertama, tetapi kenaikan hasil umbi pada tahun
melaporkan bahwa pemupukan dengan dosis sesuai
kedua dan ketiga hanya terlihat nyata pada dosis 50 kg
anjuran diaplikasikan 33% pada waktu tanam dan 67%
N/ha, sedangkan dosis 100 kg dan 150 kg N/ha tidak
empat minggu berikutnya meningkatkan hasil 34%
memberikan kenaikan hasil yang lebih banyak,
dibanding tanpa pupuk. Dilaporkan pula bahwa kenaikan
dibandingkan dengan dosis 50 kg N/ha. Pengaruh pupuk
81
IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
kalium tidak nyata, tetapi kombinasi pupuk N dan K dikombinasikan dengan bahan organik pupuk kandang
mampu menghasilkan umbi tertinggi. Walaupun pupuk 3-5 t/ha. Anjuran dosis pemupukan umum tersebut hampir
anorganik dapat meningkatkan hasil umbi, sama dengan dosis pupuk anjuran untuk ubi jalar di
penggunaannya harus hati-hati agar tidak berpengaruh Indonesia, yaitu 100-150 kg urea+100 kg SP-36+150 kg
negatif terhadap keberlanjutan produksi ubi jalar di Papua KCl (Saleh et al. 2008). Dalam prakteknya, aplikasi pupuk
New Guinea. Kombinasi pupuk anorganik dengan 3-5 t/ N yang diberikan petani ubi jalar seperti di Kuningan, sering
ha manura lebih dianjurkan guna keberlanjutan produksi lebih tinggi, sedangkan dosis pupuk K justru lebih rendah
ubi jalar. (Diperta Kuningan 2014).
Di negara yang sebagian besar petaninya miskin, Respon spesies tanaman terhadap perlakuan
seperti di Swaziland (Afrika Selatan), harga pupuk pemupukan bersifat universal, seperti tanaman padi dan
anorganik menjadi terlalu mahal untuk tanaman ubi jalar. sereal yang sangat respon terhadap pupuk nitrogen, atau
Petani pada umumnya tidak memupuk, kecuali petani tanaman leguminosa yang tidak respon terhadap pupuk
yang memiliki ternak ayam dan menggunakan kotorannya nitrogen. Dari berbagai informasi yang telah dibahas,
untuk pupuk. Magagula et al. (2010) meneliti empat dosis tanaman ubi jalar menunjukan respon positif terhadap
kotoran ayam dan 350 kg/ha pupuk majemuk NPK (15- pemupukan nitrogen, fosfor, dan terutama kalium, serta
15-15). Hasil optimal ubi jalar 20,6 t/ha diperoleh dari penambahan pupuk organik, pada kondisi tanaman yang
pemupukan 20 t/ha kotoran ayam, atau dari perlakuan produktivitasnya masih rendah. Faktor agronomis lain
150 kg/ha pupuk majemuk. Pemberian pupuk organik seperti kelembaban tanah, drainase dan aerasi tanah,
kotoran ayam lebih dari 20 t/ha mengakibatkan gulma, dan hama penyakit berperan terhadap produktivitas
pertumbuhan vegetatif terlalu subur dan hasil umbi justru ubi jalar, demikian juga varietas yang ditanam. Akan tetapi,
menurun. Penggunaan pupuk organik kotoran ayam 5-20 faktor-faktor agronomis tersebut selain pemupukan, pada
t/ha dapat dianjurkan untuk tanaman ubi jalar. umumnya telah mendapat perhatian petani dalam
usahatani ubi jalar. Dalam perencanaan budi daya ubi
Pada tanah masam (pH 4-4,5) di Pokhara (Nepal)
jalar, petani telah mengetahui sesuai-tidaknya lahan,
dengan tekstur tanah lempung berdebu dan kandungan
cukup–tidaknya curah hujan dan air irigasi, kemungkinan
kalium rendah, hasil tertinggi umbi (24,75 t/ha) diperoleh
terjadinya gangguan hama penyakit, dan potensi
dari pemupukan 50 kg K2O/ha sebagai pupuk dasar dan
produktivitas serta mutu hasil umbi dari varietas yang akan
50 kg K2O pada 45 hari setelah tanam. Respon positif
ditanam. Di antara faktor-faktor agronomis penentu hasil
terhadap hasil umbi dari pemupukan K yang diberikan
tersebut, aspek pemupukan merupakan variabel teknis
dua kali adalah konsisten selama tiga tahun percobaan,
penting yang menjadi penentu produktivitas ubi jalar.
apabila tanaman ubi jalar diberi pupuk dasar 100 kg N+50
kg P2O5/ha (Adhykary and Karki 2006). Usahatani ubi jalar secara komersial dilakukan pada
lahan yang memiliki sifat agroekologi alamiah yang sesuai
Chung et al. (2000) menemukan bahwa efisiensi
untuk budi daya ubi jalar. Petani tidak akan melakukan
pemupukan nitrogen meningkat apabila pupuk N anorganik
usahatani ubi jalar untuk tujuan komersial pada tanah
dikombinasikan dengan pupuk organik berupa kotoran
Vertisol yang strukturnya berat dan drainasenya buruk,
ayam. Kombinasi pupuk organik dan anorganik mampu
atau pada tanah Ultisol-Oxisol yang lapisan olahnya
mengatasi kelambatan penyediaan unsur hara asal pupuk
dangkal. Usahatani ubi jalar menempati lingkungan spesifik
organik untuk pertumbuhan tanaman. Dosis pupuk N
atau spesific niche yang memang sesuai untuk
rendah yang dikombinasikan dengan pupuk organik
pertumbuhan tanaman secara optimal. Itulah sebabnya
menurut Ayoola dan Makinde (2008) dan Dapaah et al.
usahatani ubi jalar menempati lokasi yang spesifik dan
(2008) mampu menyediakan hara N secara cepat,
tidak berpindah ke lokasi lain.
sebelum hara dari pupuk organik tersedia, dalam kondisi
struktur, kelembaban dan drainase tanah optimal yang Terdapatnya keragaman hasil umbi yang cukup besar
ditimbulkan oleh pengaruh pupuk organik. Kondisi fisik antarpetani di suatu wilayah atau antarwilayah,
tanah, kelembaban, dan ketersediaan hara yang baik mengindikasikan perlunya rasionalisasi pemupukan, dari
akibat pemberian kombinasi pupuk anorganik dan organik segi jenis, waktu, dan dosis pupuk yang diperlukan.
akan memberikan kondisi lingkungan yang optimal bagi Beberapa peneliti, seperti Wargiono et al. (2011), Widodo
pertumbuhan awal tanaman ubi jalar. Secara umum, pada dan Rahayuningsih (2009), dan Saleh et al. (2008)
tanah yang kurang subur, Nedunchezhiyan et al. (2012) melaporkan bahwa pemupukan hara nitrogen dan fosfor
menyimpulkan bahwa dosis anjuran umum untuk tanaman dosis rendah hingga sedang, pupuk kalium dosis sedang
ubi jalar adalah N dosis rendah-sedang, antara 40-75 kg hingga tinggi, dan pemberian manura 3-5 t/ha pada waktu
N/ha, P dosis rendah antara 20-50 kg P2O5/ha dan K dosis pengolahan tanah, memberikan peluang untuk
sedang-tinggi 75-100 kg K 2 O/ha, dan idealnya memperoleh produktivitas optimal. Pendapat para peneliti
82
PATUROHMAN DAN SUMARNO: PEMUPUKAN SEBAGAI PENENTU PRODUKTIVITAS UBI JALAR
tersebut sesuai dengan hasil penelitian di luar negeri yang 2. Pupuk anjuran untuk tanaman ubi jalar adalah hara
banyak dipublikasikan. Nampaknya petani ubi jalar di nitrogen dosis rendah hingga sedang, hara fosfor dosis
Indonesia, seperti di Kuningan, cenderung memberikan rendah dan hara kalium dosis sedang hingga tinggi,
pupuk nitrogen yang lebih tinggi daripada yang dibarengi pemberian pupuk kandang 3-5 t/ha.
semestinya. Padahal dosis pupuk nitrogen yang terlalu
3. Produktivitas ubi jalar nasional saat ini sepadan
tinggi akan mendorong pertumbuhan vegetatif secara
dengan rata-rata produktivitas dunia, 14-15 t/ha. Akan
berlebihan dan mengurangi pembentukan umbi
tetapi kekurangakuratan data sangat mungkin terjadi,
(Hartemink 2003).
tercermin pada besarnya keragaman produktivitas ubi
Di Indonesia, publikasi tentang pemupukan ubi jalar jalar petani.
yang bersifat mendalam masih sangat sedikit. Oleh karena
4. Konsumsi ubi jalar oleh masyarakat sebanyak 2 juta
itu, penelitian dosis optimal dan waktu pemberian pupuk
ton setahun, dapat disetarakan dengan konsumsi 1
N,P,K dan unsur mikro (Ca, Mg, S, Zn) perlu dilakukan.
juta ton beras, pada umumya sebagai menu sarapan
Penelitian pemupukan perlu menggali informasi tentang
masyarakat menengah ke bawah. Konsumsi ubi jalar
efisiensi pupuk, serapan hara, kandungan nutrisi dan
memungkinkan untuk ditingkatkan, apabila produksi
kualitas umbi akibat pemupukan.
umbi meningkat, yang berarti pasokan umbi ke pasar
Dibandingkan dengan bahan pangan nonberas lebih banyak. Perbaikan manajemen pemupukan/
lainnya, ubi jalar merupakan pangan alternatif yang mudah pengelolaan hara untuk tanaman ubi jalar diperlukan
diterima semua lapisan masyarakat di Indonesia. Pada agar produksi nasional meningkat dan konsumsi ubi
saat ini sekitar 2 juta ton umbi segar telah dikonsumsi jalar juga meningkat.
oleh masyarakat. Ubi jalar sebenarnya dapat diolah
menjadi berbagai pangan yang disukai (Widowati dan
Wargiono 2011). Manfaat ubi jalar sebagai sumber pangan DAFTAR PUSTAKA
fungsional untuk kesehatan tubuh juga dapat diandalkan
(Ginting et al. 2011). Apabila 50 tahun ke depan Indonesia Adhikaryi, B.H. and K.B. Karki. 2006. Effect of Potassium
mengalami kekurangan pangan yang berasal dari beras, on sweet potato tuber production in acid soil of
maka ubi jalar dapat menjadi sumber pangan alternatif Malepatan, Pokhara. Nepal. Agric. Res. J. 7: 42-47.
yang sistem produksinya lebih mudah. Produktivitas ubi Ayoola, O.T. and E.A. Makinde. 2008. Performance of
jalar pada saat ini belum optimal. Untuk mencapai green maize and soil nutrient changes from N
produktivitas 25-30 t/ha dapat diupayakan melalui fertilization with fortified cow manure. J. Plant Sci.
pemupukan dengan dosis yang tepat. Sebagai referensi, 2(3):019-022.
produktivitas ubi jalar di Israel mampu mencapai 44 t/ha Buresh, I.J., P.A. Sanchez., and F. Calhoun. 1997.
pada tahun 2013, dan di atas 35 t/ha sejak 10 tahun Replenishing soil fertility in Africa. SSSA Spec. Pub.
sebelumnya (FAO 2014). No 51. SSSA and Am. Soc. of Agron/ASA,
Ubi jalar merupakan bahan pangan alternatif apabila Wisconsin. USA.358p.
produktivitas beras nasional mengalami defisit, sebagai Chung, R.S., C.H. Wang, and Y.P. Wang. 2000. Influence
dampak dari pertambahan penduduk dan penyusutan luas of organic matter and inorganic fertilizer on the
lahan sawah. Ubi jalar lebih mudah diproduksi dan memiliki growth and nitrogen accumulation of corn plant. J.
produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan padi. Bangsa Plant Nutr. 23(3):297-311.
Indonesia perlu mengapresiasi pangan asal ubi jalar lebih Dapaah, H.K., S.A. Ersmin, and J.N. Asafu Agyei. 2008.
tinggi daripada pangan asal kentang, sebagaimana halnya Combining inorganic fertilizer with poultry manure
orang-orang Eropa dan Amerika Utara mengapresiasi for sustainable production of quality protein maize.
pangan asal ubi jalar sebagai pangan eksotik, yang J. Agric. Sci. 41:49-57.
disajikan secara khusus sebagai hidangan pesta.
Diperta Kuningan. 2014. Laporan Tahunan Dinas
Pertanian Kabupaten Kuningan tahun 2013. Ubi jalar.
Arsip Dinas Pertanian (tidak dipublikasikan).
KESIMPULAN
FAO. 2014. Word agriculture statisties. http://
1. Faktor agronomis penting penentu hasil ubi jalar yang faostat3.fao.org. Diakses 30 November 2015.
umum dijumpai di lahan petani adalah keragaman Ginting, E., J.S.Utomo, dan N.Richana. 2011. Keunggulan
pemupukan, yang meliputi jenis pupuk, dosis pupuk, pangan fungsional ubi jalar dari aspek kesehatan.
dan waktu pemupukan. Produktivitas ubi jalar di luar p302-316. Dalam: J. Wargiono dan Hermanto (eds.).
sentra produksi di Pulau Jawa yang masih rendah
disebabkan oleh rendahnya dosis pupuk.
83
IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
Ubi Jalar, Inovasi Teknologi dan Prospek Rodgers, J.A., M.K. Bornford, B.A. Geiver, and A.F.
Pengembangan. Puslitbang Tanaman Pangan. 397p. Silvernail. 2007. Evaluation of alternative bioethanol
Hartemink, A.E. 2003. Integrated nutrient management feed stock crops. Kentucky Acad. Sci.: 2007.
research with sweet potato in Papua New Guinea. Louisville. KY. USA.
J. Outlook on Agr. 32(3):173-182. Saleh, N., S.A. Rahayuningih, dan Y. Widodo. 2008. Profil
Hartemink, A.E., M. Johnson., J.N.O. Sullivan, and S. dan peluang pengembangan ubi jalar untuk
Poloma. 2000. Nitrogen use efficiency of sweet mendukung ketahanan pangan dan agroindustri. Bul.
potato in the humid low land Papua New Guinea. Palawija. No.15: 21-30.
Agric. Ecosyst. Env. J. 79: 271-280. Salawu, I.S. and A.A. Mukhtar. 2008. Reducing the
Heriyanto dan F. Rozi. 2011. Usaha tani dan pemasaran dimension of growth and yield characters of
hasil. Hal. 365-377. Dalam: J. Wargiono dan sweetpotato varieties as affected by varying rates of
Hermanto (eds.): Ubi jalar, Inovasi Teknologi dan organic and inorganic fertilizer. Asian J. of Agric. Res.
Prospek Pengembangan. Puslitbang Tanaman 2(1):41-44.
Pangan. 397p. Simatupang, R.S., R. Galib, dan Khairuddin. 1994.
Kaggwa, R., R. Gibson, J.S. Tenywa, D.S.O. Osiru, and Pemupukan NPK pada tanaman ubi jalar di lahan
M.J. Potts. 2006. Incorporation of legumes tadah hujan Kalimantan Selatan. p. 250-256. Dalam:
pigeonpea into sweet potato cropping system to Penerapan teknologi produksi dan pasca panen ubi
increase productivity and sustainability in dry plain jalar mendukung agroindustri. Prosiding seminar.
area. Proc. 14th Triennual Symp of Int. Soc. of Trop. Edisi khusus Balittan Malang No.3.
Root Crops. Int Tuber Crop. Res. Inst., Suyamto, H. Sembiring, M.M. Adie, dan J. Wargiono.
Thinuvananthapuran. India. p.186. 2011. Prospek dan kebijakan pengembangan. p.3-
Magagula, N.E.M., E.M. Ossorn, R.L. Rhykard, and C.L. 20. Dalam: J. Wargiono dan Hermanto (eds.): Ubi
Rhykard. 2010. Effect of chicken manure in soil Jalar, Inovasi Teknologi dan Prospek Pengembangan.
properties under sweetpotato culture in Swaziland. Puslitbang Tanaman Pangan. 397p.
Amer-Eurasia Journal. of Agr. 3(2):36-43. Swastika, D.S. dan S. Nuryanti. 2011. Potensi ekonomi
Nedunchezhiyan, M., G. Byju, and S.K. Jata. 2012. ubi jalar. p21-24. Dalam: J. Wargiono dan Hermanto
Sweet potato agronomy. Vegetable and Cereal Sci. (eds): Ubi Jalar, Inovasi Teknologi dan Prospek
and Biotechnology. Global Science, Special Issue Pengembangan. Puslitbang Tanaman Pangan. 397p.
6(1):1-10. Uwah, D.F., U.I. Undie, N.M. John, dan G.O. Ukoha. 2013.
Omenka, N.A., L.L. Chuckwu, E.O. Mbanasor, and C.N. Growth and yield response of improve sweetpotato
Ebeniro. 2012. Effect of organic and inorganic varieties to different rates of potassium fertilizer in
fertilizer and time of application on soil properties Calabar. Nigeria. J. of Agric. Sci. 5(7):61-67.
and yield of sweetpotato in a tropical ultisol. J.of Wargiono, J., T.S. Wahyuni, dan A.G. Manshuri. 2011.
Agric and Social Res (JASR) 12(1):183-193. Pengembangan areal pertanaman dan produksi ubi
Palm, C.A., R.J.K. Myers, and S.M. Nandwa. 1997. jalar. p.117-142. Dalam: J. Wargiono dan Hermanto
Combined use of organic and inorganic nutrient (eds.): Ubi jalar, Inovasi Teknologi dan Prospek
sources for fertility. Maintenance and replenishment. Pengembangan. Puslitbang Tanaman Pangan. 397
J. SSSA-ASA. No. 51: 193-217. p.
Paulus, J.M. 2011. Pertumbuhan dan hasil ubi jalar pada Widodo, Y. dan S.A. Rahayuningsih. 2009. Teknologi budi
pemupukan kalium dan penaungan pada tumpang daya ubi jalar mendukung ketahanan pangan dan
sari ubi jalar-jagung. J. Agrivigor 10(3):260-271. usaha agro industri. Bul. Palawija No.17:25-32.
Paulus, J.M. dan B.R.A. Sumayku. 2006. Peranan Widowati, S. dan J. Wargiono. 2011. Pengolahan pangan
Kalium terhadap kualitas umbi beberapa varietas ubi tradisional dan komersial asal ubi jalar. p 215-230
jalar. Eugenia 12((2):76-85. Dalam: J. Wargiono dan Hermanto (eds.): Ubi Jalar,
Inovasi Teknologi dan Prospek Pengembangan.
Razzak, A.H.S., A.G. Moussa, M.A. Abd. El-Fattah, and
Puslitbang Tanaman Pangan. 397 p.
G.A. El-Morabet. 2013. Response of sweetpotato
to integrated effect of chemical and natural phosporus Yusuf, M. Damanhuri, N. Basuki, dan J. Restuono. 2011.
fertilizer and their levels in combination with Perakitan varietas unggul ubi jalar. p.88-102. Dalam:
myccorhizal inoculation. J.of Biol. Sciences. J. Wargiono dan Hermanto (eds.): Ubi Jalar, Inovasi
13(3):112-122. Teknologi dan Prospek Pengembangan. Puslitbang
Tanaman Pangan. 397 p.
84