0% found this document useful (0 votes)
60 views10 pages

Admin,+36+Revisi 061A Angelita+Afina+Edited+Ok.+279-288

This document discusses a community service activity that provided education about iron deficiency anemia to adolescent girls using leaflet media. 31 adolescent girls aged 12-19 years in the JABODETABEK area participated in the online activity due to COVID-19. The activity consisted of pre-tests, education using leaflets, and post-tests to measure the impact. Most participants were 17-19 years old. The results showed increased knowledge about iron deficiency anemia after the intervention, as the post-test scores were significantly higher than the pre-test scores. It was concluded that using leaflets was effective for educating adolescent girls about iron deficiency anemia.

Uploaded by

GIMEN90
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
60 views10 pages

Admin,+36+Revisi 061A Angelita+Afina+Edited+Ok.+279-288

This document discusses a community service activity that provided education about iron deficiency anemia to adolescent girls using leaflet media. 31 adolescent girls aged 12-19 years in the JABODETABEK area participated in the online activity due to COVID-19. The activity consisted of pre-tests, education using leaflets, and post-tests to measure the impact. Most participants were 17-19 years old. The results showed increased knowledge about iron deficiency anemia after the intervention, as the post-test scores were significantly higher than the pre-test scores. It was concluded that using leaflets was effective for educating adolescent girls about iron deficiency anemia.

Uploaded by

GIMEN90
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021

Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan


Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

EDUKASI MENGENAI ANEMIA DEFISIENSI BESI BAGI REMAJA


PUTRI DENGAN MEDIA LEAFLET
Angelita Afina Arif Putri1, Amirah Salwa2, Utami Wahyuningsih3
1,2,3
Program Studi Gizi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
1
Surel: [email protected]

ABSTRACT
One of the nutritional problems that often occurs among adolescents is iron deficiency anemia. Especially for
adolescent girls who have a higher risk of anemia than adolescent boys. Based on data from Riskesdas 2018, the
prevalence of anemia in adolescents aged 15-24 years is 32%, meaning that there are still anemia problems in
Indonesia that have not been resolved. The purpose of this community dedication activity is to provide education
about iron deficiency anemia for adolescent girls using leaflet media. The target of this community dedication
activity is adolescent girls aged 12-19 years in the JABODETABEK area. The community dedication activity is
carried out online through the WhatsApp group due to the COVID-19 pandemic. There are 31 adolescent girls who
participated in this community dedication activity. This community dedication activity consists of three stages
including pretest, education with leaflets, and posttest. The amount and types of pretest and posttest questions are
the same. The amount of questions given is 15 questions. The correct answer is given a score of 10 and the wrong
one is given a score of 0. The level of knowledge of adolescent girls is categorized as 3 groups, which is less if the
correct answer is <60%, sufficient if the correct answer is 60-80%, and good if the correct answer is >80%. Most of
the adolescent girls are in the age range of 17-19 years (54.8%). The results showed that there was an increase in
knowledge about iron deficiency anemia in adolescent girls. The results of the Wilcoxon signed rank test showed
significantly different pretest and posttest results (p-value = 0.000), so it can be concluded that providing education
using leaflets can help increase knowledge of iron deficiency anemia for adolescent girls.

Keywords: Iron Deficieny Anemia, Nutrition Education, Leaflet, Adolecents Girls

ABSTRAK
Salah satu masalah gizi yang sering terjadi pada kalangan remaja yaitu anemia defisiensi besi. Khususnya bagi
remaja putri yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja putra. Berdasarkan data
Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja berusia 15-24 tahun sebesar 32%, artinya masih terdapat
permasalahan anemia di Indonesia yang belum teratasi. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk
memberikan edukasi mengenai anemia defisiensi besi bagi remaja putri dengan media leaflet. Sasaran dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini adalah remaja putri berusia 12-19 tahun di wilayah JABODETABEK. Kegiatan
pengabdian masyarakat dilakukan secara online melalui grup whatsapp karena kondisi pandemi covid-19. Total
remaja putri yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat berjumlah 31 orang. Kegiatan pengabdian masyarakat
ini terdiri dari tiga tahapan diantaranya pretest, edukasi dengan leaflet, dan posttest. Jumlah dan jenis pertanyaan
pretest dan posttest sama. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 15 soal. Jawaban yang benar diberikan nilai 10
dan yang salah diberikan nilai 0. Tingkat pengetahuan remaja putri dikelompokkan menjadi 3 diantaranya kurang
jika jawaban yang benar < 60%, cukup jika jawaban yang benar 60-80%, dan baik jika jawaban yang benar > 80%.
Sebagian besar remaja putri berada pada rentang usia 17-19 tahun (54,8%). Hasil menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan pengetahuan mengenai anemia defisiensi besi pada remaja putri. Hasil uji Wilcoxon signed rank test
menunjukkan hasil pretest dan posttest yang berbeda nyata (p-value = 0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian edukasi menggunakan leaflet dapat membantu meningkatkan pengetahuan anemia defisiensi besi bagi
remaja putri.

Kata kunci: Anemia Defisiensi Besi, Edukasi Gizi, Leaflet, Remaja Putri

1. PENDAHULUAN
Masa remaja adalah periode terjadinya perubahan perubahan psikis, fisik, ekspektasi dan
persepsi sosial serta pertumbuhan dan perkembangan fisik disertai dengan pematangan seksual
pada seseorang. Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan juga terjadi sangat pesat pada masa
ini, sehingga biasa disebut dengan masa pubertas. Kondisi ini mempengaruhi kebutuhan gizi
yang berasal dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi (Jayanti and Novananda, 2019). Salah
satu masalah gizi yang sering dialami oleh kalangan remaja yaitu anemia defisiensi besi.

279
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

Khususnya bagi remaja putri yang berisiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja
putra. Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin, eritrosit dan hematokrit dibawah
batas normal sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai penyedia oksigen bagi
jaringan tubuh (Lestari, Lipoeto and Almurdi, 2018). Seorang remaja putri dikategorikan
menderita anemia apabila kadar hemoglobin di dalam tubuh di bawah 12 gr/dl (WHO, 2011).
Prevalensi anemia tahun 2021 pada wanita usia produktif dengan rentang usia 15-49 tahun
menurut WHO secara global adalah sebesar 29.9% (WHO, 2021), sedangkan berdasarkan data
Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja berusia 15-24 tahun sebesar 32%, artinya 3-4
dari 10 remaja menderita anemia. Pada pria, prevalensi anemia adalah sebesar 20,3%, prevalensi
tersebut lebih rendah dibandingkan prevalensi anemia pada wanita yaitu sebesar 27,2% (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018). Hal-hal yang dapat ditimbulkan karena anemia
pada remaja putri antara lain kesehatan reproduksi menurun, perkembangan motorik dan mental
menurun, prestasi belajar menurun, tingkat kebugaran menurun, kecerdasan terhambat, dan
tinggi badan tidak dapat mencapai maksimal (Harahap, 2018). Remaja putri yang mengalami
anemia memiliki beberapa dampak langsung seperti pusing, pandangan berkunang, pucat pada
kelopak mata, kulit, telapak tangan, bibir, dan lidah, serta merasa 5L (lemah, letih, lesu, lelah,
dan lunglai). Terdapat juga dampak panjang yang ditimbulkan oleh anemia, karena seorang
perempuan akan mengalami hamil di usia yang semestinya dan memiliki anak, apabila seorang
perempuan menderita anemia sejak remaja, maka saat hamil kondisi anemia tersebut akan lebih
parah, karena zat gizi yang dibutuhkan saat hamil akan lebih banyak, dan jika tidak diatasi
dengan baik maka akan berakibat buruk pada ibu dan bayinya (Apriyanti, 2019).
Hal yang menyebabkan remaja putri lebih berisiko mengalami anemia defisiensi besi adalah
karena remaja putri mengalami menstruasi. Oleh karena itu, remaja putri cenderung kehilangan
zat besi dua kali lipat dibandingan dengan remaja putra (Yunita et al., 2020). Selain itu, biasanya
remaja putri peduli dan memperhatikan bentuk tubuhnya, sehingga mereka cenderung untuk
membatasi konsumsi makanan dan terdapat beberapa makanan yang dipantang untuk dikonsumsi
seperti pada diet vegetarian (Simanungkalit and Puspareni, 2019). Diet tersebut merupakan diet
yang tidak seimbang dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya, karena remaja putri
mengurangi frekuensi makan, melakukan pantangan terhadap makanan dan membatasi makan
untuk mencegah terjadinya kegemukan. Hal ini dapat menimbulkan gangguan terhadap
pertumbuhan dan kekurangan zat gizi khususnya zat besi (Muhayati and Ratnawati, 2019).
Telah banyak sekalo upaya yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah
terjadinya anemia pada remaja putri, salah satunya adalah program pemberian Tablet Tambah
Darah (TTD). Cakupan remaja putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) yaitu
sebesar 76,2% dan yang tidak mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) yaitu sebesar 23,8%.
Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) <52 butir yaitu sebesar 98,6%
sedangkan yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) >52 butir yaitu hanya sebesar 1,4%
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018). Selain peran dari pemerintah dalam
mencegah anemia, masyarakat juga dapat turut serta dalam melakukan upaya mencegah anemia
salah satunya adalah memberikan edukasi mengenai anemia pada remaja putri. Edukasi adalah
hal yang perlu untuk dilakukan dalam mencegah anemia pada remaja putri, karena kurangnya
pengetahuan dapat menjadi salah satu hal yang menjadi penyebab terjadinya anemia pada remaja
putri. Pengetahuan yang dimiliki dapat berpengaruh terhadap pola pikir remaja putri dalam
menentukan sikap dan perilaku untuk pemilihan makanan yang dikonsumsi. Remaja putri yang
memiliki kurang pengetahuan mengenai anemia seperti gejala, dampak, dan pencegahannya,
maka makanan yang dikonsumsinya cendurung lebih rendah kandungan zat besinya sehingga
kebutuhan zat besi remaja putri tidak terpenuhi (Martini, 2015).
Keberhasilan edukasi kesehatan tidak terlepas dari hal-hal yang berkaitan dalam pembelajaran,
salah satunya adalah penggunaan media. Media yang menarik akan membuat masyarakat yakin

280
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

sehingga dapat mempercepat perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Digunakannya media
dalam proses penyampaian materi edukasi sangat bervariasi seperti melalui media suara (audio),
media audio-visual, serta media cetak (visual). Media yang dapat digunakan antara lain adalah
leaflet.
Leaflet merupakan suatu media berupa lembaran yang dapat dilipat, berisi tulisan cetak dan
beberapa gambar tertentu untuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, leaflet dinilai efektif untuk meningkatkan
pengetahuan subjek, pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata-rata
pengetahuan remaja putri antara sebelum dan sesudah diberikan edukasi mengenai anemia
dengan media leaflet (Hannati, Malkan and Syah, 2021).
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami melakukan pengabdian masyarakat berupa edukasi
mengenai anemia defisiensi besi bagi remaja putri dengan media leaflet.

2. METODE PELAKSANAAN PKM


Kriteria sasaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah remaja putri berusia 12-19 tahun
di wilayah JABODETABEK. Pencarian peserta dilakukan secara daring melalui Whatsapp
dengan menyebarkan informasi selama 3 hari. Peserta yang sesuai dengan kriteria dan bersedia
menjadi peserta sampai batas waktu yang ditentukan berjumlah 31 orang kemudian diundang ke
dalam grup Whatsapp. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan pada 30 Agustus 2021.
Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan secara online melalui grup Whatsapp dan Google
Formulir karena pandemi covid-19. Kegiatan ini terdiri dari tiga tahapan diantaranya pretest,
edukasi dengan leaflet (Gambar 1 dan Gambar 2), dan posttest. Tahap pertama yaitu pretest
dimana peserta diberikan pertanyaan melalui Google Formulir yang diberikan 4 jam sebelum
dilakukan edukasi. Tujuan dari pretest yaitu untuk mengetahui pengetahuan awal para remaja
putri sebelum diberikan edukasi. Tahap kedua yaitu edukasi mengenai anemia defisiensi besi,
kegiatan ini terdiri dari pemberian leaflet, pemberian materi, dan sesi tanya jawab. Leaflet
diberikan melalui grup Whatsapp dalam bentuk digital kemudian diberikan penjelasan mengenai
isi leaflet melalui chat. Tahap ketiga yaitu posttest dimana peserta diberikan pertanyaan melalui
Google Formulir setelah diberikan edukasi. Tujuan dari posttest yaitu untuk mengetahui
pengetahuan para remaja putri setelah diberikan edukasi. Bagan mengenai alur kegiatan
pengabdian masyarakat ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Jumlah dan jenis pertanyaan pretest dan posttest sama. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah
15 soal. Materi kuesioner pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 1. Jawaban yang benar
diberikan nilai 10 dan yang salah diberikan nilai 0. Tingkat pengetahuan remaja putri
dikelompokkan menjadi 3 diantaranya kurang jika jawaban yang benar < 60%, cukup jika
jawaban yang benar 60-80%, dan baik jika jawaban yang benar > 80%. Analisis data meliputi
analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi
frekuensi remaja putri. Analisis bivariat yang digunakan untuk menguji ada atau tidak perbedaan
tingkat pengetahuan gizi sebelum dan sesudah diberikan edukasi menggunakan metode uji non
parametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank Test.

281
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

Gambar 1. Leaflet Halaman 1 sebagai Media Gambar 2. Leaflet Halaman 2 sebagai Media
Edukasi Gizi Edukasi Gizi

Penyusunan Program

Pengembangan Instrumen

Pencarian responden remaja putri

Pemberian Pre Test

Pemberian Edukasi Berbasis Leaflet

Pemberian Post Test

Gambar 3. Flow Chart Pelaksanaan PKM

282
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

Tabel 1. Materi Kuesioner Pretest dan Posttest


No Materi
1 Definisi anemia
2 Zat gizi yang menyebabkan anemia selain zat besi
3 Gejala anemia
4 Dampak jangka pendek anemia
5 Dampak jangka panjang anemia
6 Anjuran konsumsi zat besi dalam sehari
7 Bahan makanan yang berasal dari zat besi heme
8 Bahan makanan yang berasal dari zat besi non heme
9 Sumber enhancer zat besi atau vitamin C
10 Sumber inhibitor zat besi
11 Buah yang membantu penyerapan zat besi
12 Buah tinggi vitamin C
13 Minuman yang harus dihindari jika mengonsumsi tablet tambah darah
14 Kandungan zat gizi lain dalam tablet tambah darah selain zat besi
15 Contoh menu makanan yang baik untuk anemia

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa hasil distribusi frekuensi usia responden pada
penelitian ini menunjukkan bahwa dari 31 responden, usia 10 – 13 tahun sebanyak 8 orang
(25,8%), responden dengan usia 14 – 16 tahun sebanyak 6 orang (19,4%), dan responden
dengan usia 17 – 19 tahun sebanyak 17 orang (54,8%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Usia (tahun) N %
10 – 13 8 25,8
14 – 16 6 19,4
17 – 19 17 54,8
Total 31 100

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa hasil distribusi pengetahuan anemia dengan skor pre
test pada kategori kurang sebanyak 29 orang (93,5%) dan kategori cukup sebanyak 2 orang
(6,5%). Sementara distribusi pengetahuan anemia dengan skor post test pada kategori baik
sebanyak 26 orang (83,9%) dan kategori cukup sebanyak 5 orang (16,1%). Maka dapat
disimpulkan bahwa terjadi penurunan frekuensi yang pada saat pre test masih banyak responden
dengan pengetahuan kategori kurang, pada saat post test tidak terdapat responden dengan
pengetahuan kategori kurang.

283
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Anemia dengan Skor Pretest dan Posttest


Pengetahuan Pre test Post test
Anemia N % N %
Kurang 29 93,5 - -
Cukup 2 6,5 5 16,1
Baik - - 26 83,9
Total 31 100 31 100

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan hasil pretest bahwa remaja putri paling banyak menjawab
benar pada soal materi gejala anemia (90,3%), definisi anemia (83,9%), bahan makanan yang
berasal dari zat besi non heme (71%), dan minuman yang harus dihindari jika mengonsumsi
tablet tambah darah (71%), sedangkan remaja putri paling sedikit menjawab benar pada soal
materi sumber inhibitor zat besi (9,7%), dan sumber enhancer zat besi atau vitamin C (12,9%).
Hal ini disebabkan karena remaja putri kurang informasi mengenai anemia defisiensi besi.
Setelah dilakukan edukasi melalu leaflet, dan mengisi posttest maka pada terdapat peningkatan
yang signifikan pada hasil posttest dimana remaja putri paling banyak menjawab benar pada soal
materi definisi anemia (100%), gejala anemia (100%), bahan makanan yang berasal dari zat besi
heme (100%), dan bahan makanan yang berasal dari zat besi non heme (100%), sedangkan
remaja putri paling sedikit menjawab benar pada soal materi contoh menu makanan yang baik
untuk anemia (72,4%).
Peningkatan pengetahuan yang paling signifikan terdapat pada soal materi sumber inhibitor zat
besi yang sebelumnya hanya 9,7% yang menjawab benar, menjadi 90,3% yang menjawab benar.
Selain itu, terdapat peningkatan juga pada soal materi zat gizi yang menyebabkan anemia selain
zat besi yang sebelumnya hanya 22,6% yang menjawab benar, menjadi 96,8% yang menjawab
benar.

Tabel 4. Sebaran Data Pretest dan Posttest


Pretest Posttest
No Materi
n % n %
1 Definisi anemia 26 83,9 31 100
2 Zat gizi yang menyebabkan anemia selain zat besi 7 22,6 30 96,8
3 Gejala anemia 28 90,3 31 100
4 Dampak jangka pendek anemia 4 12,9 28 90,3
5 Dampak jangka panjang anemia 7 22,6 29 93,5
6 Anjuran konsumsi zat besi dalam sehari 7 22,6 28 90,3
7 Bahan makanan yang berasal dari zat besi heme 17 54,8 31 100
8 Bahan makanan yang berasal dari zat besi non heme 22 71 31 100
9 Sumber enhancer zat besi atau vitamin C 4 12,9 18 58,1
10 Sumber inhibitor zat besi 3 9,7 28 90,3
11 Buah yang membantu penyerapan zat besi 13 41,9 28 90,3
12 Buah tinggi vitamin C 7 22,6 28 90,3
13 Minuman yang harus dihindari jika mengonsumsi 22 71 30 96,8
tablet tambah darah
14 Kandungan zat gizi lain dalam tablet tambah darah 10 32,3 29 93,5
selain zat besi
15 Contoh menu makanan yang baik untuk anemia 9 29 23 72,4

284
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan hasil analisis dari skor pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan edukasi terkait anemia pada remaja putri. Sebelum dilakukan intervensi rata-rata skor
pengetahuan remaja putri terkait anemia sebesar 39,96 dan standar deviasi sebesar 11,676.
Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
skor pengetahuan remaja putri tentang anemia sebesar 90,94 dan standar deviasi 11,4951. Pada
kegiatan ini digunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan hasil p-value sebesar
0,000 < 0,05 yang berarti ada perbedaan antara skor pre test dan post test, sehingga ada pengaruh
pemberian edukasi gizi terkait anemia pada remaja putri berusia 12-19 tahun di wilayah
JABODETABEK.

Tabel 5. Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Anemia Sebelum dan Sesudah Diberikan
Edukasi
N Mean Standar P-Value
Deviasi
Sebelum 31 39,96 11,676
0,000
Sesudah 31 90,94 11,4951

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Attari yaitu adanya peningkatan
pengetahuan anemia sesudah diberikan edukasi dengan menggunakan media leaflet melalui
whatsapp efektif dengan hasil p-value 0,000 < 0,05 (Attari, 2020). Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya bahwa responden yang diberikan media leaflet menghasilkan p-value
0,000 < 0,05 yang berarti ada perbedaan rata-rata nilai pre test dan post test secara signifikan
(Hannati, Malkan and Syah, 2021). Selain itu, pada penelitian lain didapatkan nilai p-value 0,000
< 0,05, ada perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan edukasi mengenai
anemia menggunakan leaflet, sehingga ada manfaat edukasi gizi menggunakan media leaflet
terhadap pengetahuan remaja putri terkait anemia (Sugiarti, Lindayani and Mahayati, 2020).
Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa nilai rata-rata pengetahuan anemia sebelum
diberi edukasi adalah 19,47 ± 2,48. Setelah dilakukan edukasi terkait anemia, pengetahuan
anemia pada remaja putri meningkat menjadi 22,73 ± 2,54, hal ini membuktikan bahwa terdapat
selisih nilai rata-rata sebesar 3,26, maka ada pengaruh edukasi gizi berbasis leaflet dengan p-
value 0,000 < 0,05 (Rokhmawati, 2015).
Salah satu faktor yang penting untuk membentuk perilaku seseorang yaitu pengetahuan.
Memberikan edukasi terkait gizi merupakan upaya dalam meningkatkan pengetahuan individu
untuk dapat memahami materi atau objek tertentu. Media merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dengan edukasi, dengan menggunakan media maka informasi yang disampaikan akan
dengan mudah diterima oleh sasaran (Putri, Andara and Sufyan, 2021).
Media promosi kesehatan merupakan upaya untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Beberapa media yang dapat digunakan antara lain dalam bentuk cetak, elektronik, dan luar
ruang. Dengan adanya media, sasaran dapat dengan mudah memahami informasi yang
disampaikan sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya (Jatmika et al., 2019).
Leaflet merupakan salah satu jenis media cetak yang menyampaikan informasi kesehatan melalui
kertas lipat. Informasi yang terdapat pada leaflet dapat berupa kalimat, gambar, ataupun
kombinasi (Gani, Istiaji and Kusuma, 2014). Menurut Notoatmodjo dalam Alini & Indrawati
(2018), leaflet merukapan media yang tahan lama, mencakup orang banyak, biaya yang murah,
tidak membutuhkan tenaga listrik, mudah dibawa, mudah dipahami oleh pembaca, dan
meningkatkan semangat belajar.

285
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

Gambar 4. Dokumentasi Kegiatan Edukasi

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pretest dan posttest yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini
dapat disimpulkan bahwa edukasi menggunakan media leaflet dapat dipahami dengan baik dan
meningkatkan pengetahuan remaja putri. Media leaflet dapat diperluas cakupannya dengan
mudah, karena leaflet bentuknya praktis dan mudah dibawa sehingga dapat diletakkan di
berbagai tempat seperti sekolah, puskesmas, dan lain-lain.

Ucapan Terima Kasih (Acknowledgement)


Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dalam kegiatan pengabdian masyarakat
ini.

REFERENSI
Alini and Indrawati (2018) ‘Efektifitas Promosi Kesehatan Melalui Audio Visual dan Leaflet
tentang Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri) terhadap Peningkatan Pengetahuan
Remaja Putri tentang Sadari di SMAN 1 Kampartahun 2018’, Jurnal Ners, 2, pp. 1–9.
doi: 10.22435/mpk.v30i1.1944.
Apriyanti, F. (2019) ‘Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri SMAN
1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019’, Jurnal Doppler Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai, 3(2), pp. 18–21.
Attari, G. dwi (2020) ‘Pengaruh Edukasi Gizi dengan Media Leaflet Melalui Whatsapp terhadap
Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan tentang Anemia pada Remaja Putri di SMA
Negeri 12 Kota Padang Tahun 2020’.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2018)
‘Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf’, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, p. 198. Available at:
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasio
nal_RKD2018_FINAL.pdf.
Gani, H. A., Istiaji, E. and Kusuma, A. I. (2014) ‘Perbedaan Efektivitas Leaflet dan Poster
Produk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember dalam Perilaku Pencegahan
HIV/AIDS’, Jurnal IKESMA, 10, pp. 31–48.
Hannati, H., Malkan, I. and Syah, M. N. H. (2021) ‘The Effect of Nutrition Education Using

286
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

Comic and Leaflet on The Improvement of Anemia Knowledge, Jgk, 13(1), pp. 40–53.
Harahap, N. R. (2018) ‘Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri’, Nursing Arts, 12(2), pp. 78–90. doi: 10.36741/jna.v12i2.78.
Jatmika, S. E. D. et al. (2019) Buku Ajar Pengembangan Media Promosi Kesehatan.
Jayanti, Y. D. and Novananda, N. E. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan tentang Gizi Seimbang
dengan Status Gizi pada Remaja Putri Kelas XI Akuntansi 2 (Di Smk Pgri 2 Kota
Kediri)’, Jurnal Kebidanan, 6(2), pp. 100–108. doi: 10.35890/jkdh.v6i2.38.
Lestari, I. P., Lipoeto, N. I. and Almurdi, A. (2018) ‘Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan
Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3),
p. 507. doi: 10.25077/jka.v6.i3.p507-511.2017.
Martini (2015) ‘Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
di Man 1 Metro’, Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, VIII(1), pp. 1–7.
Muhayati, A. and Ratnawati, D. (2019) ‘Hubungan Antara Status Gizi dan Pola Makan dengan
Kejadian Anemia pada Remaja Putri’, Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 9(01),
pp. 563–570. doi: 10.33221/jiiki.v9i01.183.
Putri, H. P., Andara, F. and Sufyan, L. (2021) ‘Pengaruh Edukasi Gizi Berbasis Video terhadap
Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri di Jakarta Timur’, Jurnal Bakti Masyarakat, 4,
pp. 334–342.
Rokhmawati, I. A. (2015) ‘Efek Penyuluhan Gizi dengan Media Leaflet terhadap Tingkat
Pengetahuan tentang Anemia pada Remaja Putri di SMP Kristen 1 Surakarta’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Simanungkalit, S. F. and Puspareni, L. D. (2019) ‘Faktor Anemia Remaja Putri’, Jurnal Dunia
Kesmas, 8, pp. 151–154. Available at:
http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-
8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.
06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUN
GAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI.
Sugiarti, N. N. M., Lindayani, I. K. and Mahayati, N. M. D. (2020) ‘Manfaat Penyuluhan dengan
Media Leaflet terhadap Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia’, Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 8(1), pp. 18–23.
WHO (2011) ‘Haemoglobin Concentrations for the Diagnosis of Anaemia and Assessment of
Severity’, Geneva, Switzerland: World Health Organization, pp. 1–6. doi: 2011.
WHO (2021) ‘Prevalence of Anaemia in Women of Reproductive Age (Aged 15-49) (%)’, The
Global Health Observatory, 23, p. 2021. Available at:
https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-details/GHO/prevalence-of-
anaemia-in-women-of-reproductive-age-(-).
Yunita, F. A. et al. (2020) ‘Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Konsumsi Zat Besi
dengan Kejadian Anemia di SMP 18 Surakarta’, PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan
dan Aplikasinya, 8(1), p. 36. doi: 10.20961/placentum.v8i1.38632.

287
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021
Pengembangan Ekonomi Bangsa Melalui Inovasi Digital Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Jakarta, 21 Oktober 2021

(halaman kosong)

288

You might also like