Nil Ikhwan
480
                Kerukunan Hidup Seni Budaya Nusantara
                                            Nil Ikhwan
                        Program Studi Seni Karawitan, Jurusan Karawitan,
                    Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta
               Jalan Ki Hadjar Dewantara No. 19, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
                         Tlp. 082147734946, E-mail : 
[email protected]                                               ABSTRACT
Harmony is a form of social activity that can be carried out through art and culture in various environments
between the community and schools at various levels of education. Archipelago culture reflects the traditions
or culture of society. The special art of music as an element of culture functions as an ‘identification mark’
or an identity of a nation or ethnic group. Music can be realized in the form of harmony by various types of
instruments. Harmony is formed in gamelan instruments seen from the interaction between the instruments.
Music has different meanings, aesthetics, and life values. The research aims to analyze the problem of the
nation’s moral and ethical crisis, to make thoughts and assumptions in the life of artistic culture through
individual experiences living side by side in artistic culture. the use of qualitative methods and descriptive
analysis carried out description and analysis. Data collection was carried out by observation, interviews, and
documentation, then the data obtained was analyzed systematically. The nation’s moral and ethical crisis
influences the educational paradigm which is oriented towards art and culture in building national identity.
Harmony is carried out through the arts and culture of the archipelago as an effort to overcome the moral
crisis, through music (karawitan). Music is the result of interaction working to form one unity and harmony.
Keywords: living harmony, art and culture, archipelago.
                                                ABSTRAK
Kerukunan adalah salah satu bentuk kegiatan sosial dapat dilakukan melalui seni dan budaya
diberbagai lingkungan di antara dalam masyarakat dan sekolah diberbagai jenjang pendidikan.
Budaya Nusantara mencerminkan tradisi-tradisi atau budaya pada masyarakat. Seni khusus
musik sebagai unsur kebudayaan berfungsi ‘tanda pengenal’ atau sebuah identitas dari suatu
bangsa atau suku bangsa. Musik dapat diwujudkan dalam bentuk kerukunan oleh berbagai
jenis instrumen. Kerukunan terbentuk pada perangkat gamelan dilihat dari interaksi garap
antar instrumen. Musik memiliki perbedaan makna, estetika, dan nilai kehidupan. Penelitian
bertujuan menganalisis permasalahan krisis moral dan etika bangsa, menjadikan pemikiran
serta anggapan dalam hayatan budaya seni melalui pengalaman individu menjalani kehidupan
berdampingan pada budaya seni. penggunaan metode kualitatif dan deskriptif analisis dilakukan
pendeskripsian dan analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi, kemudian data diperoleh di analisis secara sistematis. Krisis moral dan etika
bangsa mempengaruhi paradigma pendidikan berorientasi pada seni dan budaya dalam
membangun identitas kebangsaan. Kerukunan dilakukan melalui seni dan budaya Nusantara
sebagai upaya mengatasi krisis moral, lewat musik (karawitan). Musik adalah hasil interaksi
garap membentuk salah satu kesatuan dan kerukunan.
Kata kunci: kerukunan hidup, seni budaya, nusantara.
Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
Kerukunan Hidup Seni Budaya Nusantara
                                                                                                        481
PENDAHULUAN                                            simbol, dan tradisi yang membentuk warisan
      Kerukunan        merupakan        salah   satu   bangsa yang unik, serta identitas indovidu
bentuk kegiatan sosial yang harus dilakukan            dengan pola dan warisan tersebut beserta
di masyarakat khususnya di Indonesia, karena           unsur-unsur budayanya (dalam Sri Hermawati
Indonesia merupakan negara kesatuan yang               Dewi Arini, dkk 2015, hlm. 179).
dihuni oleh berbagai suku bangsa, di mana                     Seni musik misalnya, seperti seni musik
tiap-tiap suku bangsa memiliki ciri khas               tradisional Bali atau Gamelan Bali, sebagai
dalam aspek budaya, kebangsaan, dan ciri               suatu unsur kebudayaan yang dapat amat jelas
fisik. Kerukunan hidup bermasyarakat adalah            berfungsi sebagai ‘tanda pengenal’ dari suatu
sebagai syarat untuk menjaga keutuhan bangsa           bangsa atau suku bangsa yang mempunyai
dan negara. Kerukunan dapat dilakukan                  ciri-ciri tertentu. Pilihan atas musik disebabkan
dengan berbagai bentuk kegiatan di antaranya           oleh fakta bahwa justru banyak khalayak
kegiatan bidang seni dan budaya yang dapat             tak terlalu memperhatikan akan adanya
dilakukan diberbagai bentuk kegiatan yang              perbedaan-perbedaan        dalam        ungkapan
dapat dilakukan diberbagai lingkungan di               seperti yang berkenaan dengan sistem nada,
antaranya masyarakat dan sekolah.                      warna suara, garap ataupun varian-varian
      Seni sebagai pembeda di antara suku-             ritmik. Semua perbedaan-perbedaannya itu
suku bangsa di Indonesia, ragam seni dan               dapat menyampaikan perbedaan-perbedaan
budaya Nusantara mencerminkan berbagai                 makna estetika (keindahan) dan nilai-nilai
bentuk tradisi pada masyarakat dengan                  kehidupan masyarakat.
budaya yang masing-masing memberikan                          Terciptanya musik yang hidup dan
identitas kepada masing-masing kebudayaan              berkembang      ditengah-tengah        kehidupan
bersangkutan di seluruh wilayah Indonesia.             masyarakat, tidak bisa lepas dari berbagai aspek
Identitas tampak sebagai pengenal bagi ‘orang          atau unsur yang terdapat dalam masyarakat
luar’ saat mengamati. Bagi ‘orang dalam’               di antaranya dinamika masyarakatnya yang
sendiri, yang memiliki seni dan budaya dapat           dapat dikatakan bahwa dinamika dapat
memberikan sesuatu rasa aman karena berada             merupakan sebagai penggerak yang dapat
di dalam sesuatu telah akrab dikenal dan dapat         melahirkan dunia ide. Selain itu juga dinamika
diharapkan untuk memberikan rasa nyaman                masyarakat dapat mewujudkan segala bentuk
karena mendapatkan sesuatu kenikmatan                  perubahan     diberbagai    aspek     kehidupan.
estetika sesuai dengan harapan. Kenyamanan             Memahami seni (musik) dalam kehidupan
dan kemantapan diperoleh dari kaidah-kaidah            masyarakat, berarti kita berhadapan dengan
dasar yang senantiasa didapat kehadirannya             dinamika yang akhirnya dapat mewujudkan
dari bentuk-bentuk ungkapan. Terkait dengan            konsep-konsep yang akan tertuang dalam
identitas, dikatakan bahwa identitas terbagi           karya seni khususnya musik.
menjadi identitas kelompok, identitas suku                    Agus Sachari (2002, hlm. 8), memberikan
atau etnik, dan identitas nasional. Indentitas         enam     pengertian    estetika     dan      ruang
nasional adalah interpretasi atas pola nilai,          lingkupnya dapat dicermati sebagai berikut.
                                                                              Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
                                                                                                  Nil Ikhwan
482
   1.	 Estetika adalah segala sesuatu dan                   sebagai suatu karya seni, lebih pada suatu
       kajian terhadap hal-hal yang berkaitan               artifak mengandung makna.
       dengan kegiatan seni (Kattsoff, Element
       of filosophy, 1953).
   2.	 Estetika merupakan suatu telaahan                    METODE
       yang berkaitan dengan penciptaan,                         Penelitian   ini   mengunakan     metode
       apresiasi, dan kritik terhadap karya seni            kualitatif dan deskriptif analisis, dengan
       dalam konteks keterkaitan seni dengan                melakukan kegiatan mendeskripsi fenomena
       kegiatan manusia dan peranan seni                    dalam rangka memberikan gambaran fenomena
       dalam perubahan dunia (Van Master                    yang ada di lapangan, sedangkan analisis
       Ames, Colliers Encyclopedia, Vol. I).                adalah suatu Tindakan menganalisi fenomena
   3.	 Estetika     merupakan        kajian      filsafat   untuk memberikan gambarkan fakta-fakta
       keindahan dan juga keburukan (Jerome                 yang dapat memberikan pandangan yang
       Stolnitz, Encyclopedia of filosophy, vol. I).        lebih mendalam dan menyeluruh mengenai
   4.	 Estetika     adalah       suatu    ilmu     yang     permasalahan yang akan dibahas (Sedyawati,
       mempelajari        segala     sesuatu       yang     2004, hlm. 2). Penelitian kualitatif digunakan
       bekaitan           dengan          keindahan,        disebabkan karena beberapa pertimbangan.
       mempelajari semua aspek yang disebut                 Pertama, penelitian kualitatif lebih mudah
       keindahan (Djelantik, Estetika Suatu                 apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
       Pengantar, 1999).                                    Kedua, penelitian kualitatif menyajikan secara
   5.	 Estetika     adalah       segala    hal     yang     langsung hakikat hubungan antara peneliti
       berhubungan dengan sifat dasar nilai-                dengan informan, dan ketiga, penelitian
       nilai nonmoral suatu karya seni (William             kualitatif lebih peka dan lebih menyesuaikan
       Haverson, Estetika Terapan, 1989).                   diri dengan pengaruh atas pola-pola nilai
   6.	 Estetika       musik        ternyata        telah    yang dihadapi (Moleong, 1999, hlm. 5).
       dikembangkan pada masa Plato (427 –                  Pengumpulan data dilakukan dengan cara
       347) telah menerapkan estetika sebagai               melakukan kegiatan observasi, wawancara,
       ukuran memandang seni musik, yang                    dan dokumentasi serta di analisis secara
       diikuti oleh penerusnya antara lain:                 sistematis sesuai dengan tujuan penelitian ini.
       Aristoteles (384 – 322) dan Aristoxenos
       (350 – 300), (Karl-Edmund Prier dalam
       Sejarah Musik, I : 1991, hlm. 39).                   HASIL DAN PEMBAHASAN
       Pandangan       postmodern,        karya     seni         Dalam membahas permasalah ini ada
tidak lagi dipandang sebagai karya artistik,                tiga sub bagian yang dibahas, yaitu pendidikan
tetapi dipandang dari aspek tanda, jejak,                   berbasis seni dan budaya, kerukunan hidup,
dan makna karena mempunyai nilai-nilai                      dan perwujudan kerukunan dalam musik
kehidupan. Kajian-kajian estetika menjadi                   yang pembahasannya sebagai berikut.
meluas, tidak terbatas pada artifak disepakati
Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
Kerukunan Hidup Seni Budaya Nusantara
                                                                                                         483
Pendidikan Berbasis Seni dan Budaya                     secara utuh, perilaku budaya secara nyata, dan
        Pendidikan karakter adalah suatu sistem         kehidupan masyarakat semakin terhegamoni.
penanaman nilai-nilai budaya secara nyata                     Memahami karakter dan budaya dari
kepada peserta didik meliputi komponen                  masing-masing      etnis   penting      dilakukan
pengetahuan,       kesadaran,      kemauan,     dan     oleh setiap peserta didik baik pada tingkat
tindakan       untuk   melaksanakan       nilai-nilai   pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tersebut secara sadar tanpa paksaan dari                tinggi. Tujuannya agar tumbuhnya sikap
orang lain, baik terhadap Tuhan Yang Maha               inclusive pada setiap diri peserta didik sehingga,
Esa (YME), diri sendiri, teman sejawat,                 tumbuh rasa saling menghormati, saling
lingkungan sekitar, anggota masyarakat agar             mencintai, dan saling menjaga perbedaan
menjadi manusia mandiri dapat bersaing di               yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
pasar global.                                           masyarakatnya. Rasa yang dimiliki tersebut,
        Pendidikan karakter berbasis seni dan           tumbuh dengan baik apabila peserta didik
budaya dimaksudkan agar peserta didik                   sejak dini dikenalkan pada; keanekaragaman
mampu menggali nilai-nilai seni dan budaya              atau keragaman seni dan budaya yang dimiliki
yang tumbuh dan berkembang di lingkungan                oleh masyarakat, karakter yang dimiliki oleh
masyarakatnya secara utuh. Tujuannya agar               masyarakat, dan sistem sosial budaya yang
peserta didik memiliki pemahaman tentang;               ada di lingkungan masyarakat. Perbedaan
1) mengetahui keberadaan seni dan budaya                pandangan dimiliki oleh masyarakat dari
yang dimiliki oleh masyarakat secara utuh, 2)           berbagai komunitas yang berbeda dapat
memahami seni dan budaya yang dimiliki oleh             disatukan oleh budaya, dalam konteks budaya
masyarakat secara nyata, dan 3) menghormati             masyarakat tidak terpisahkan oleh ruang dan
nilai-nilai seni dan budaya yang tumbuh di              waktu, bahkan melalui jalur budaya manusia
masyarakat.      Ketiga    pemahaman       tersebut     akan berkomunikasi mengenai; identitas,
perlu dipahami oleh peserta didik sejak dini            karakter, pencitraan, tradisi, sistem keyakinan,
agar tumbuh rasa kebangsaan yang dijiwai                sistem bahasa, maupun sistem sosialnya.
oleh keanekaragaman seni dan budaya.                          Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
        Mulyana (1998, hlm. 46) menyatakan              Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
bahwa       peradaban        manusia       semakin      3, menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional
berkembang,         keadaan       dunia     sedang      berfungsi    mengembangkan           kemampuan
menyusut,       kebutuhan      manusia     semakin      dan membentuk karakter serta peradaban
bertambah,       budaya     masyarakat     semakin      bangsa yang bermartabat dalam rangka
luas,    dan    perilaku    masyarakat     semakin      mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
beringas memberi peluang untuk melakukan                nasional bertujuan untuk berkembangnya
hal-hal yang bertentangan dengan karakter               potensi peserta didik agar menjadi manusia
masyarakat. Bertitik tolak dari pernyataan              yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
tersebut masyarakat pada era global ini,                Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
sangat perlu memahami karakter masyarakat               berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berbudaya,
                                                                               Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
                                                                                                  Nil Ikhwan
484
dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi
dan tujuan tersebut, setiap satuan dan jenjang
pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah,
dan pendidikan tinggi harus diselenggarakan
secara sistematis dengan standar baku guna
mencapai tujuan sebagaimana diamanatkan
oleh undang-undang tersebut. (UUD Sistem
                                                         Gambar 1. Latihan Tari Srimpi Panembahan Senopati
pendidikan, 2003, hlm. 4)                                             di Wantilan ISI Denpasar
                                                                      (Sumber: Sulistyani, 2021)
       Perbedaan pandangan yang dimiliki
oleh masyarakat dari berbagai komunitas
yang berbeda dapat disatukan oleh budaya,
artinya dalam konteks budaya masyarakat
tidak dipisahkan oleh ruang dan waktu,
bahkan melalui jalur budaya manusia akan
berkomunikasi mengenai; identitas, karakter,
pencitraan, tradisi, sistem keyakinan, sistem
bahasa, maupun sistem sosialnya.
                                                           Gambar 2. Latihan Gamelan Jawa untuk iringan
                                                                  wayang Jawa oleh Dru Hendro
Kerukunan Hidup                                                    (Sumber: Anis Raharjo, 2021)
       Pengenalan          pendidikan         karakter
berbasis seni dan budaya yang tumbuh dan
berkembang         di    lingkungan     masyarakat
kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar
dapat dilihat melalui jenis kegiatan yang
diselenggarakan sebagai berikut.
   a.	 Pembelajaran        berbagai   jenis     tarian
       daerah, diselenggarakan di ISI Denpasar           Gambar 3. Gamelan Jawa gaya Solo, Jogja, Banyumas,
                                                                           dan Minang
       yang sudah masuk dalam kurikulum                               (Sumber: Saptono, 2021)
       seperti repertoar tari nusantara (tari
       Betawi, tari Pakarena Sulawesi, tari                    Nusantara ini kepada mahasiswa ISI
       Mandao) diampu oleh Ni Komang Sri                       Denpasar untuk menambah wawasan
       Wahyuni dan Ni Wayan Suartini, Yulinis,                 kesenian daerah lain.
       dan Ni Gusti Ayu Swandewi mengampu                  b.	 Mempelajari berbagai jenis karawitan
       repertoar tari Sumatra, dan repertoar                   daerah,    seperti    karawitan     Minang
       tari gaya Jawa diampu oleh Sulistyani,                  diampu     oleh      Wardizal,    karawitan
       Kustyanti, dan Putu Bagus Bang Sada                     Sunda diampu oleh Hendra Santosa,
       Graha Saputra. Pemberian materi tari                    dan karawitan gaya Surakarta diampu
Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
Kerukunan Hidup Seni Budaya Nusantara
                                                                                                            485
                                                               tentunya diwadahi secara pengetahuan
                                                               dan keilmuan yang didapat.
                                                          c.	 Mengenal berbagai jenis-jenis pakaian
                                                               daerah, dengan menunjukkan berbagai
                                                               jenis pakaian adat dari berbagai daerah
                                                               di Indonesia.
                                                               Tujuan dari ketiga kegiatan tersebut,
       Gambar 4. Latihan Gamelan Selonding
                                                        agar     mengetahui       secara    utuh      tentang
             (Sumber: Saptono, 2021)
                                                        keanekaragaman budaya Indonesia khususnya
                                                        karawitan yang ada di Indonesia dan mampu
      oleh Saptono. Mahasiswa ISI Denpasar
                                                        menghargai         perbedaan,          membangun
      mempelajari jenis-jenis karawitan dari
                                                        kebersamaan, dan kerukunan di lingkungan
      daerah budaya lain, untuk menambah
                                                        masyarakatnya.      Ketiga       kegiatan    tersebut
      wawasan        di     antaranya      wawasan
                                                        di atas sebagai sarana untuk membentuk
      garapnya.
                                                        karakter     dan    merupakan         sarana      atau
             Pada         pembelajaran          musik
                                                        membentuk pendidikan karakter masyarakat
      nusantara      ditempatkan        pada    suatu
                                                        yang bisa dilakukan di antaranya di sekolah.
      ruangan yang ditata sesuai kebutuhan
                                                        Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
      pembelajaran seperti Gamelan Jawa,
                                                        sekolah hendaknya dapat melibatkan semua
      Gamelan Yogjakarta, Gamelan Sunda,
                                                        komponen         (stakeholders)      penyelenggara
      dan Musik Minang. Tempat tersebut
                                                        pendidikan yang ada, seperti kepala sekolah,
      dinamakan Museum Karawitan ISI
                                                        tenaga pendidik, peserta didik, pegawai
      Denpasar.
                                                        administrasi, pemerintah, dan masyarakat.
             Perangkat atau barungan Gamelan
                                                        Keterlibatan semua unsur terebut merupakan
      Selonding       merupakan         salah    satu
                                                        salah satu bentuk tanggungjawab bersama
      barungan      gamelan       yang    termasuk
                                                        antara orang tua, sekolah, masyarakat, dan
      barungan gamelan yang langka, artinya
                                                        pemerintah.      Materi      pelaksanaan        ketiga
      jumlah barungan Gamelan Selonding di
                                                        tersebut adalah materi dari potensi budaya
      Bali relative sedikit dibandingkan dengan
                                                        daerah masing-masing sehingga persertanya
      barungan gamelan lainnya. Barungan
                                                        akan selalu mempertahankan potensi daerah
      Gamelan Selonding berkembang di
                                                        yang dimiliki.
      daerah Bali Timur tepatnya di daerah
                                                               Komponen di atas perlu diperhatikan
      Kabupaten           Karangasem.           Dalam
                                                        faktor     penunjang      dari     penyelenggaraan
      pembelajaran gamelan tersebut, men-
                                                        pendidikan karakter seperti, sarana dan
      coba    mentransformasikan          Ketawang
                                                        prasarana pembelajaran, kurikulum, silabus,
      Megatruh Pelog Barang dengan media
                                                        rencana pelaksanaan pembelajaran, proses
      Gamelan Selonding. Pembelajaran ini
                                                        pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
      menuntut kreatifitas sebagai pengajar
                                                        kualitas     hubungan         pendidik        dengan
                                                                                  Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
                                                                                                  Nil Ikhwan
486
peserta didik, pengelolaan mata pelajaran,             berinteraksi   garap      satu   ricikan   dengan
pengelolaan sekolah, pelaksanaan kegiatan              ricikan yang lain oleh suara atau bunyi yang
ko-kurikuler, pembiayaan, dan ethos kerja              ditimbulkan     dari    masing-masing       ricikan.
seluruh warga sekolah. Tanu (2014, hlm.                Dalam      berinteraksi     terjadi    komunikasi
15–33) menyatakan bahwa penyelenggaraan                antarpengrawit dan penonton. Dalam artikel
pendidikan       di   sekolah     merupakan    satu    Santoso yang berjudul ”Eksplorasi Dalam
sistem yang utuh dan tidak dapat dipisahkan            Komunikasi Musikal Pertunjukan Gamelan”
antara komponen satu dengan komponen                   menyebutkan bahwa:
lainnya, tujuannya agar kekurangan yang
                                                            Orang umumnya sepakat bahwa ketika
terjadi dalam setiap prosesnya dapat saling                 pertunjukan       gamelan     berlangsung
melengkapinya. Terkait dengan pernyataan                    terjadi aksi dan reaksi antara pengrawit
                                                            dan penonton. Hal ini menunjukkan
itu, maka berbagai kekurangan yang ada
                                                            adanya kontak di antara berbagai ranah
dalam penyelenggaraan pendidikan karakter                   kehidupan pengrawit dan penonton
berbasis seni dan budaya dapat terwujud                     tersebut seperti rasa, logika, konsep,
                                                            keyakinan pribadi, pandangan dunia,
apabila komponen pembelajaran memiliki
                                                            pemahaman tentang kehidupan ,
implementasi langsung dengan kebutuhan                      hubungan       minkro-makro       kosmos,
peserta didik.                                              dasar-dasar kehidupan jiwa, maupun
                                                            sikap hidup yang karena kesamaannya
        Pengembangan         pendidikan    karakter
                                                            dengan proses komunikasi lain lain,
berbasis seni dan budaya dapat diintegrasikan               baik serupa maupun tidak dapat disebut
ke dalam berbagai bentuk materi pembelajaran                proses komunikasi. (Santoso, 2008,
                                                            hlm.14). Selain itu juga disebutkan bahwa
yang dilakukan oleh pendidik dengan peserta                 proses aksi dan reaksi kedua kelompok
didik     di   sekolah.      Materi    pembelajaran         tersebut pengrawit di panggung dan
yang      berkaitan      dengan       pengembangan          penonton di luar panggung dapat
                                                            dapat dikatagorikan sebagai proses
pendidikan tersebut dapat dikembangkan                      komunikasi, karena ketika peristiwa
secara nyata, dapat dieksplisitkan dalam                    tersebut terjadi , prinsip-prinsip dasar
                                                            komunikasi juga berlangsung. (Santoso,
setiap aktifitas, dan dapat dikaitkan dengan
                                                            2008, hlm. 15).
konteks kehidupan nyata sehari-hari. Hal itu
disebabkan oleh proses pembelajaran tidak                   Suara atau nada yang bersumber dari
hanya menekankan pada tataran kognitif, akan           masing-masing ricikan, memiliki frekwensi
tetapi juga menyeimbangkan ranah afektif               yang berbdea-beda yang bersumber dari
dan psikomotorik, yakni adanya pemahaman               berbagai jenis dan bentuk ricikan. Masing-
yang seimbang antara pengetahuan, sikap,               masing ricikan yang digunakan dalam sebuah
dan perilaku yang dimiliki oleh peserta didik.         ensambel     atau   perangkat    gamelan      yang
                                                       nadanya mempunyai frekwensi dan warna/
Perwujudan Kerukunan Dalam Musik                       timbre suara yang berbeda-beda.
        Istilah musik dalam kesenian tradisi,               Dalam       satu      perangkat       gamelan
biasanya disebut dengan gending. Gending               menggunakan berbagai jenis ricikan yang
diwujudkan        secara    kolektif   yang   saling   mempunyai warna, bentuk, dan garap yang
Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
Kerukunan Hidup Seni Budaya Nusantara
                                                                                                         487
berbeda-beda.      Misalnya      dalam   perangkat   mengakibatkan warna suara yang berbeda.
Gamelan Ageng Jawa menggunakan berbagai              Contoh yang lain terletak pada ricikan
jenis dan bentuk ricikan, yaitu Kendang              Kendang, yaitu Kendang Gede, Kendang
(Kendang Ketipung, Ageng, dan Kendang                Ciblon, dan Kendang Ketipung mempunyai
Ciblon), Gender (Gender Barung dan Gender            bentuk dan anatomi yang sama, namun
Penerus), Saron (Saron Peking, Saron Barung,         karena ketiga jenis ricikan Kendang tersebut
dan Saron Demung), Slenthem, Bonang                  mempunyai ukurang yang berbeda, sehingga
(Bonang     Barung      dan    Bonang    Penerus),   menghasilkan suara yang berbeda, baik dari
Bonang Penembung, Rebab, Gambang, Siter              segi warna maupun dari segi tinggi rendahnya
atau Celempung, Kemanak, Ketuk kempyang,             bunyi yang dihasilkan.
Suling, Kempul (dengan berbagai nada),                       Semua garap atau tabuhan dari berbagai
Kenong (dengan berbagai nada), Kecer,                jenis    dan   bentuk     ricikan    tersebut    akan
Kemong, Gong (Gong Ageng dan Gong                    mewujudkan        sebuah      bangunan       gending
Suwukan), dan vokal (sindhen dan gerong).            yang mempunyai berbagai bentuk gending,
Jenis-jenis ricikan yang digunakan dalam             di antaranya Lancaran, Ketawang, Ladrang,
perangkat Gamelan Ageng Jawa menggunakan             Gending Ketuk 2 Kerep dan Gending Ketuk 2
bahan dari kayu, prunggu, kulit, dan kuningan        Arang. Dengan perwujudan gending itulah
sebagai sumber bunyi yang menggunakan                sekaligus akan dapat mewujudkan estetika.
bentuk yang berbeda-beda. Perbedaan warna            Selain itu tiap-tiap gending pada masing-
suara disebabkan karena adanya perbedaan             masing bentuk gending mempunyai kesan
penggunaan bahan sumber suara dan bentuk             atau mewujudkan suasana yang berbeda-beda.
ricikan. Misalnya ricikan Gambang yang bahan         Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
sumber suaranya dibuat dari kayu akan                bahwa perbedaan dari berbagai jenis dan
menghasilkan warna suara yang berbeda                bentuk ricikan akan dapat mewujudkan
dengan suara jenis ricikan lain yang dibuat          gending dengan kata lain merupakan hasil
dari prunggu. Demikian juga instrumen                kesatuan dari unsur yang berbeda sehingga
lainnya yang sumber suaranya dari kulit              dapat dikatakan dapat mewujudkan sebuah
akan berbeda warnanya dengan suara ricikan           kerukunan. Selain bentuk, warna suara atau
yang dibuat dari kayu. Selain itu ukuran juga        nada, jenis yang berbeda, juga masing-masing
sangat menentukan warna suara, misalnya              ricikan mempunyai tugas yang berbeda-beda,
ricikan Kempul dan Gong mempunyai bentuk             ricikan yang menekankan garap pada ritme
yang sama, namun memiliki ukuran yang                dan ricikan yang lebih menekankan garap
berbeda, sehingga akan berdampak pada                melodi.
warna suara yang dihasilkan. Demikian                        Menurut Rahayu Supanggah dalam
juga ricikan Saron Peking, Saron Barung, dan         bukunya        Bothekan     Karawitan       I,    2002
ricikan Saron Demung mempunyai bentuk                menyebutkan bahwa dalam perangkat Gamelan
yang sama, namun masing-masing ricikan               Ageng Jawa ada tiga kelompok ricikan dilihat
memiliki ukuran yang berbeda sehingga akan           dari sudut pandang garap yang masing-
                                                                               Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
                                                                                             Nil Ikhwan
488
masing kelompok mempunyai tugas dan                  Bali misalnya barungan Gamelan Gong Kebyar
fungsi yang berbeda-beda, yaitu kelompok             yang menggunakan banyak jenis dan bentuk
ricikan balungan, kelompok ricikan garap, dan        instrumen (dalam Bahasa Bali: tungguhan)
kelompok ricikan struktural. Kelompok ricikan        mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda-
balungan adalah instrumen atau ricikan-ricikan       beda. Maka dari itu, Sukerta (2010, hlm. 91)
yang pada dasarnya memainkan atau yang               membedakan tugas dan fungsi tungguhan
permainannya sangat dekat atau sangat                dalam Gong Kebyar menjadi enam kelompok,
mendasarkan pada lagu balungan gending.              yaitu: Kelompok Bantang Gending, Kelompok
Ricikan yang termasuk dalam kelompok                 Tungguhan Penandan, Kelompok Tungguhan
balungan di antaranya adalah ricikan Slenthem,       Pepayasan, Kelompok Tungguhan Pesu-Mulih,
Demung, Saron, Saron Penerus, dan Bonang             Kelompok Tungguhan Pemanis, dan Kelompok
Penembung. Kelompok ricikan garap adalah             Tungguhan Pengramen.
ricikan yang menggarap gending. Acuan yang           1. Kelompok Tungguhan Bantang Gending
digunakan dapat balungan gending dapat juga                Bantang gending adalah kerangka lagu
(alur) lagu vokal atau yang lain. Permainan          atau gending yang masih polos (tanpa variasi)
ricikan ini pada dasarnya menggunakan pola-          yang merupakan salah satu unsur yang
pola lagu atau melodik dan/atau pola ritmik          membentuk suatu gending dalam arti yang
yang biasa disebut dengan cengkok, sekaran           utuh. Tiap-tiap jenis barungan menggunakan
dan/atau wiled. Bagi yang tidak biasa dengan         jenis-jenis    tungguhan   yang    berbeda-beda.
dunia praktek karawitan, biasanya menemui            Yang termasuk kelompok tungguhan Bantang
kesulitan untuk menghubungkan permainan              Gending adalah tungguhan Penyacah dan
ricikan-ricikan    ini    dengan   lagu   balungan   Jublag.
gending. Yang termasuk dalam kelompok ini            2. Kelompok Tungguhan Penandan
di antaranya adalah ricikan Rebab, Gender                  Kelompok tungguhan penandan adalah
Barung, Gender Penerus, Bonang Barung,               kelompok tungguhan yang memimpin atau
Bonang Penerus, Gambang, Siter, Suling,              menentukan sajian gending. Dalam sajian
vokal (sindhen dan gerong). Ricikan struktural,      suatu gending ada dua jenis penandan, yaitu
yaitu ricikan yang permainannya ditentukan           penandan yang terkait dengan melodi atau
oleh bentuk gending. Atau, dapat juga di balik,      gending dan penandan yang terkait dengan
permainan antar mereka membangun pola,               tempo. Yang termasuk kelompok tungguhan
anyaman, jalinan atau tapestry ritmik maupun         penandan dalam barungan Gamelan Gong
nada (kalau bukannya melodi) yang kemudian           Kebyar adalah tungguhan Trompong dan Ugal.
membangun atau memberi bentuk atau                   3. Kelompok Tungguhan Pepayasan
struktur pada gending. Yang termasuk dalam                     Kelompok tungguhan pepayasan adalah
kelompok ini adalah ricikan-ricikan Ketuk,           kelompok tungguhan yang secara umum
Kenong, Gong, Engkuk, Kemong, Kemanak,               berfungsi      menggarap    atau     menyajikan
Kecer, dan sebagainya. (Supanggah, 2002, hlm.        gending       dengan   menggunakan      berbagai
71). Demikian juga dalam perangkat Gamelan           ragam variasi di antaranya berbentuk pola-
Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
Kerukunan Hidup Seni Budaya Nusantara
                                                                                                           489
pola    tabuhan     yang    dapat       mewujudkan         6. Kelompok Tungguhan Pengramen
jalinan. Pepayasan dapat dilakukan dengan                       Kelompok tungguhan pengramen adalah
menggunakan          melodi      maupun           ritme.   kelompok tungguhan yang hasil tabuhan-
Pepayasan melodi dapat dilakukan pada jenis-               nya dapat menimbulkan kesan ramai. Jenis
jenis tungguhan yang menggunakan susunan                   tungguhan yang termasuk kelompok ramai
nada baik dalam bentuk bilah maupun pencon.                adalah tungguhan Ceng-ceng Kecek, Ceng-
Pepayasan ritme utamanya dapat dilakukan                   ceng Kopyak.
pada jenis-jenis tungguhan yang tanpa nada,
atau menggunakan satu nada atau bunyi.
Yang termasuk kelompok tungguhan pepayasan                 SIMPULAN
dalam barungan Gong Kebyar adalah tungguhan                     Dari     pembahasan      di    atas     dapat
Pemade, Kantil, dan Riyong/ Barangan.                      disimpulkan      bahwa,    kerukunan         dapat
4. Kelompok Tungguhan Pesu-Mulih                           dilakukan melalui seni dan budaya Nusantara
       	 Kelompok tungguhan pesu-mulih adalah              yang merupakan upaya untuk mengatasi
jenis-jenis tungguhan yang berfungsi untuk                 terjadinya krisis moral, di antaranya lewat
memberikan tekanan pada kalimat-kalimat                    musik (karawitan). Bidang seni yang dapat
lagu mulai tekanan lagu yang paling ringan                 dilakukan sebagai materi untuk mewujudkan
sampai yang paling berat, yaitu tungguhan                  kerukunan adalah musik atau gamelan yang
Jegogan, Kempul, Kenong, Kempli, dan Gong.                 dapat   dilakukan    diberbagai      lingkungan
       Jenis-jenis tungguhan yang termasuk                 di   antaranya    masyarakat       dan     sekolah.
kelompok pesu-mulih baik pada jenis-jenis                  Terwujudnya musik merupakan hasil interaksi
tungguhan melodi maupun non melodi sebagai                 garap sehingga membentuk sebuah kerukunan
berikut: Tungguhan Pesu-Mulih Melodi dalam                 atau dengan kata lain gabungan dari suara
Gong Kebyar adlah tungguhan jegogan,                       yang berasal dari berbagai sumber bunyi
sedangkan tungguhan Pesu-Mulih non melodi                  dalam hal ini adalah instrumen atau ricikan.
dalam barungan Gong Kebyar adalah tungguhan                Kegiatan yang dapat mewujudkan karakter
gong, Kempul, Kempli, dan Kenong.                          yang akhirnya dapat mewujudkan kerukunan
5. Kelompok Tungguhan Pemanis                              dapat   dilakukan    sedini    mungkin        yang
         Kelompok tungguhan pemanis adalah                 didukung oleh berbagai pihak. Pendidikan
kelompok      tungguhan      yang       tabuhan    atau    karakter berbasis seni dan budaya dapat
permainannya        dapat     lebih      memberikan        diintegrasikan ke dalam berbagai bentuk
kesan manis terhadap gending yang disajikan.               materi pembelajaran yang dilakukan oleh
Dalam barungan gamelan Bali, banyak (tidak                 pendidik dengan peserta didik di sekolah.
seluruhnya) barungan gamelan menggunakan
tungguhan pemanis. Jenis-jenis tungguhan yang
dikelompokan sebagai tungguhan pemanis
adalah tungguhan Suling dan Rebab.
                                                                                 Jurnal Panggung V32/N4/12/2022
                                                                                            Nil Ikhwan
490
UCAPAN TERIMA KASIH                                Moleong, J Lexy, (1999). Metodologi Penelitian
       Pada kesempatan yang baik ini, saya                Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
                                                          Rosdakarya.
sebagai penulis artikel ini mengucapkan banyak     Mulyana, (1998). Pemahaman Komunikasi atau
terima kasih terhadap para narasumber yang                Peradaban Manusia, Jurnal Polimdo
                                                   Nata, Abuddin, (2003). Menajemen Pendidikan.
kebetulan semua narasumber adalah pengajar
                                                          Jakarta: PT Pranada Media.
atau dosen ISI Denpasar atas meluangkan            Prier, Karl-Edmund, (1991). Sejarah Musik I,
waktunya untuk memberikan data artikel ini.               Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
                                                   Sachari, Agus, (2002). Estetika Makna, Simbol
Adapun para narasumbernya adalah Bapak I
                                                          dan Daya. Bandung: ITB.
Gusti Ngurah Sudibya, Bapak I Wayan Sutirta,       Santoso, (2008). Eksplorasi Dalam Komunikasi
Bapak Wardizal, Bapak Saptono, Bapak                      Musikal Pertunjukan Gamelan, Jurnal
                                                          Panggung Jurnal Ilmiah Seni Buday, 8(1).
Hendra Santosa, Ibu Ni Komang Sri Wahyuni,
                                                   Sedyawati, Edi, (2004). Penelitian Seni: Jenis
Ibu Ni Wayan Suartini, Ibu Yulinis, dan Ibu Ni            dan Metodenya, disampaikan dalam
Gusti Ayu Swandewi.                                       Lokakarya LPPM ISI Yogyakarta:
                                                          28 Mei-1 Juni 2004, Yogyakarta: ISI
                                                          Yogyakarta.
                                                   Sri Hermawati Dwi Arini, Didin Supriadi,
                           ***                            Saryanto, (2015). Karakter Musik Etnik
                                                          dan Representasi Identitas Musik Etnik
                                                          (Kajian Musik Gamelan Jawa dan Bali).
                                                          Jurnal Panggung Jurnal Ilmiah Seni
                                                          Budaya, 25(2).
DAFTAR PUSTAKA
                                                   Sukerta, Pande Made. (2010). Tetabuhan
ABD, Rahmat Asegep, (2004). Pendidikan Tanpa
                                                          Karawitan Bali I, Penerbit: ISI Press Solo.
       Kekerasan. Jogjakarta: Tiara Wacana.
                                                   Supanggah, Rahayu. (2002). Bothekan Karawitan
Ahmadi, (2001). Landasan Pembelajaran.
                                                          I, Masyarakat Seni Pertunjukan
       Jogjakarta: Reneka Cipta.
                                                          Indonesia (MSPI).
Bakker S.J. J.W.M., (1984). Filsafat Kebudayaan:
                                                   Supanggah,       Rahayu.     (2009).     Bothekan
       Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Kanisius.
                                                          Karawitan II. Penerbit: Program
Eliade, Mircea, (2002). Sakral dan Profan
                                                          Pascasarjana bekerja sama dengan ISI
       Menyingkap Hakikat Agama. Penerjemah
                                                          Press Surakarta.
       Nuwanto, Yogyakarta: Fajar Pustaka
                                                   Tanu, (2001). Upaya Memahami Disain
       Baru.
                                                          Pembelajaran Agama Hindu Di Sekolah.
Gie, The Liang, (1997). Filsafat Keindahan,
                                                          Penelitian mandiri STHN Denpasar.
       Yogyakarta: PUBIB.
                                                   Tanu, (2007). “Pembelajaran Agama Hindu Di
Gunawan, Ary, (2000). Sosiologi Pembelajaran.
                                                          Sekolah”. Berwawasan Multicultural
       Jogjakarta: Renaka Cipta.
                                                          penelitian mandiri IHDN Denpasar.
Hadi, Y. Sumandiya, (2000). Seni Dalam Ritual
                                                   Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
       Agama, Yogyakarta: Yayasan Untuk
                                                          Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
       Indonesia.
                                                          Nasional.
Harefa, Andrean, (2000). Menjadi Manusia
       Pembelajar. Bogor: Percetakan Mardi
       Yuana.
Harefa, Andrean, (2006). Mutiara Pembelajaran.
       Bogor: Percetakan Mardi Yuana.
Keesing, Roger M., (1999). Antropologi
       Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer.
       (penerjemah Samuel Gunawan dan
       R.G. Soekadijo). Jakarta: Erlangga.
Jurnal Panggung V32/N4/12/2022