Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan 03191809
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan 03191809
Naskah diterima tanggal 2 September 2015, direvisi tanggal 18 Oktober 2015, disetujui tanggal 12 November 2015
Abstract
Government effort towards upgrading the work performance of Civil Servants has been implemented in the Bureaucratic
Reformation program. Referring to the Presidential Regulation number 81, 2010 about the Grand Design of the 2010–
2025 Bureaucratic Reformation and the Minister for the Empowerment of State Apparaturs Regulation and Bureaucratic
Reformation number 20, 2010 about the Road Map of the 2010-2014 bureaucratic Reformation, which covers the Arrangement
of the Apparaturs Human Resources Management System through work culture. The adoption process of work culture by
the Civil Servants applies the Diffusion Innovation Process theory of Everett M. Rogers. The evaluation of the process
implementation applies the structural concept model of Howard Greenbaum. The research uses qualitative approach, along
with the case study research strategy. The result of this research reveals the uses of communication channels, time frame
dimension, and the importance of the leaders’ behaviour and commitment for Civil Servants (PNS) in order to adopt and
change their behaviour and way of thinking which are more appropriate to the standard work culture that holds true. The
evaluation of communication channels of the diffusion innovation process influences the organization goals. The evaluation
aims at the continuous diffusion innovation process to change the Civil Servants’ behaviour.
Abstrak
Upaya pemerintah memperbaiki kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) mulai diterapkan pada program Reformasi Birokrasi.
Merujuk pada Peraturan Presiden (Perpres) No. 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025 dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan&RB) No. 20 Tahun 2010 tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, salah satunya Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur melalui budaya
kerja. Proses adopsi budaya kerja oleh PNS menggunakan teori Proses Difusi Inovasi Everett M. Rogers. Evaluasi dari
implementasi proses difusi inovasi dengan model konsep struktur Howard Greenbaum. Penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif, dengan strategi penelitian studi kasus. Hasil penelitian mengungkapkan penggunaan saluran komunikasi, dimensi
jangka waktu serta perilaku dan komitmen pimpinan merupakan hal penting bagi PNS dalam mengadopsi, mengubah pola
pikir dan perilaku sesuai dengan budaya kerja yang berlaku. Evaluasi saluran komunikasi proses difusi inovasi memengaruhi
tercapainya tujuan organisasi. Evaluasi bertujuan agar proses difusi inovasi berjalan berkesinambungan hingga tercapainya
perubahan perilaku PNS.
85
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
86
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan Budaya Kerja Pada Organisasi Birokrasi
Dewi Ariningrum Rusmiarti
pada level yang sama. Multirater Feedback pimpinan saja”, dan lain-lain. Secara tidak
(selanjutnya disebut MRF) adalah aplikasi langsung, nilai-nilai negatif dalam budaya
web yang merupakan suatu aplikasi umpan organisasi birokrasi akan turut disampaikan
balik yang mengadaptasi dari pendekatan 360 melalui berbagai kisah dan cerita dari mulut ke
derajat. Untuk dapat selalu mempertahankan mulut.
dan meningkatkan perilaku CUK, kita perlu Di sisi lain, disadari atau tidak, budaya
mendapatkan umpan balik.
organisasi birokrasi yang terbentuk saat ini
Berhasil tidaknya budaya kerja dan adalah hasil dari pengaruh kekuasaan. Penguasa,
MRF yang menjadi inovasi Biro Kepegawaian yang menjabat sejak dulu hingga sekarang, yang
BKKBN ketika diadopsi oleh pegawai telah membentuknya seperti ini. Organisasi
BKKBN dipengaruhi oleh proses komunikasi pemerintah dengan struktur hierarki yang kaku
dan penyebaran informasi yang berkaitan adalah perpanjangan tangan dari kekuasaan itu
dengan inovasi tersebut. Dahlan (1997:2) sendiri. Seperti disampaikan Pace & Faules
menjelaskan bahwa informasi merupakan unsur (1993: 254) bahwa organisasi menggambarkan
pokok yang secara implisit melekat dalam nilai-nilai dan praktik-praktik tertentu yang
konsep pembangunan yang terencana. Lebih ditanamkan ke dalam strukturnya. ‘Struktur’
lanjut Dahlan (1997:5) menyatakan bahwa ini memegang peranan dan diperkukuh oleh
informasi dapat diperoleh melalui kegiatan perilaku organisasi yang dibatasi oleh struktur
komunikasi, namun yang menentukan apakah itu sendiri. Kekuasaan terletak dalam struktur
komunikasi tersebut bermakna adalah informasi itu karena merupakan daya pengendali pada
yang terkandung di dalamnya. Internalisasi mereka yang akan melaksanakan kekuasaan.
budaya kerja dan teradopsinya MRF hanya
dimungkinkan bila dilakukan seiring dengan Pengukuran budaya kerja melalui
pemerataan informasi dan komunikasi. aplikasi web MRF dengan metode umpan balik
(metode 360 derajat) pada dasarnya adalah
Oleh karena itu, perlu diadakan suatu
suatu proses untuk mengumpulkan masukan-
sosialisasi agar target pengguna dapat
masukan dari orang lain tentang cara kita
mengadopsi dengan baik suatu inovasi baru.
Inovasi sebagai suatu paket atau kompleks ide- bekerja. Meminta masukan dari orang lain
ide baru yang saling berkaitan. Pengadopsian tentang cara kita bekerja merupakan bagian
satu ide baru bisa merupakan pemetik picu penting dari proses manajemen kinerja.
bagi pengadopsian beberapa ide baru lainnya Dengan mendapatkan umpan balik kita dapat
(Hanafi, 1986). mengidentifikasi kesenjangan dan hal-hal yang
tidak terlihat dalam kinerja kita, baik kekuatan
Pada penelitian ini, konsep yang juga maupun kelemahan. Kita semua perlu untuk
penting adalah budaya kerja, di mana budaya mengumpulkan umpan balik dari mitra kerja
kerja merupakan salah satu bentuk dari perilaku kita agar dapat memberikan kualitas kerja yang
para anggota organisasi. Nilai-nilai yang ada baik untuk mereka semua. Berdasarkan latar
pada budaya organisasi sangat berhubungan belakang yang telah diuraikan, maka dapat
dengan kemampuan daya serap organisasi dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
terhadap inovasi yang ada. Budaya tersebut akan
memengaruhi penyebaran informasi tersebut 1. Bagaimana implementasi proses difusi
melalui saluran komunikasi organisasi. inovasi budaya kerja dan pengembangan
budaya kerja melalui aplikasi web MRF
Selain itu, pegawai negeri sipil juga tak di BKKBN Pusat?
lepas dari gempuran negative word-of-mouth
dari pegawai yang sudah lebih lama bekerja 2. Bagaimana evaluasi dari implementasi
di tempat itu, seperti “kerja rajin atau malas, proses difusi inovasi budaya kerja dan
penghasilan sama”, “bekerja sesuai disposisi pengembangan budaya kerja melalui
aplikasi web MRF di BKKBN Pusat?
87
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
88
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan Budaya Kerja Pada Organisasi Birokrasi
Dewi Ariningrum Rusmiarti
89
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
adalah kumpulan unit yang berbeda secara Evaluasi Proses Difusi Inovasi. Menurut
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk Arikunto (2004:1) evaluasi adalah kegiatan
memecahkan masalah dalam rangka mencapai untuk mengumpulkan informasi tentang
tujuan bersama. Difusi terjadi dalam suatu sistem bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
sosial. Struktur dari sistem sosial tersebut akan tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
berpengaruh pada difusi inovasi dan juga hal yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi
lain yaitu norma, peran dari tokoh masyarakat utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan
dan agen perubah, tipe dari keputusan inovasi, informasi-informasi yang berguna bagi pihak
dan konsekuensi dari inovasi itu sendiri. Hal- decision maker untuk menentukan kebijakan
hal tersebut diatas melibatkan hubungan antara yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang
sistem sosial dan proses difusi yang terjadi di telah dilakukan. Sedangkan, Lessinger (Gibson,
dalamnya (Rogers, 1983). 1995) mengemukakan bahwa evaluasi adalah
Budaya Organisasi. Robbins proses penilaian dengan jalan membandingkan
mendefinisikan budaya sebagai hasil agregasi antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan
persepsi karyawan tentang beberapa hal, atau prestasi nyata yang dicapai.
seperti inovasi dan keberanian mengambil Model Struktur Konseptual Menurut
risiko (innovations and risk taking), Howard Greenbaum. Komunikasi dalam
memperhatikan hal-hal yang detail (attention organisasi sebagai sebuah sistem mempunyai
to detil), berorientasi pada hasil nyata (outcome maksud dan tujuan akhir (purpose), tata kerja
orientation), berorientasi pada orang (people atau prosedur pelaksanaan, dan struktur. Kita
orientation), berorientasi pada tim (team perlu memahami keterkaitan antara ketiga
orientation), keagresifan (aggresiveness), dan dimensi tersebut. Maksud dan tujuan akhir
stabilitas (stability). dari komunikasi organisasi adalah, sebagai
Budaya dalam suatu kelompok saat ini salah satu alat pada proses difusi inovasi untuk
dapat didefinisikan sebagai suatu pola dari membantu pencapaian tujuan organisasi,
asumsi dasar, yang dipelajari secara bersama dalam hal ini penyebaran inovasi mengenai
oleh kelompok tersebut, seperti misalnya budaya kerja dan pengembangannya. Tata kerja
memecahkan masalah adaptasi eksternal operasional menyangkut tiga hal. Pertama,
dan integrasi internal. Di mana mereka telah pemanfaatan saluran komunikasi organisasi
bekerja sama dengan baik sehingga layak yang terkait pada tujuan organisasi, kedua
dipertimbangkan—untuk masuk ke dalam adopsi kebijakan-kebijakan komunikasi
kelompok tersebut, dan mereka juga harus (adoption of communication policies), dan
mengajarkan kepada anggota baru sebagai ketiga, yaitu pelaksanaan kebijakan-kebijakan
cara yang benar untuk memahami, berpikir, tersebut melalui komunikasi yang sesuai.
dan memili rasa memiliki terhadap kelompok Struktur organisasi terdiri dari empat
tersebut (Schein, 2010). Budaya organisasi struktur:
muncul dari tekanan dinamis dan interaksi di a. Unit-unit kerja organisasi
dalam kelompok tersebut. Budaya mungkin b. Jaringan komunikasi fungsional. Terdapat
bergantung pada shared values, namun juga empat subsistem komunikasi pokok
pada dialog yang berlangsung di antara beragam yang masing-masing terkait pada tujuan
subkultur. Konsep subkultur tersebut juga organisasi. Berdasarkan pada fungsinya,
menjadi penting dalam upaya menjelaskan jaringan komunikasi formal terdapat
mengenai budaya tersebut. Hal ini karena empat fungsi yaitu:
budaya bukanlah merupakan bentuk monolitik • Jaringan regulasi dan pengaturan
yang dapat dikendalikan oleh manajer dan • Jaringan inovasi dan pembaruan
pemilik organisasi, namun melibatkan peran
pekerja dalam menciptakan dan menjaga budaya • Jaringan ingerasi
tersebut dalam interaksi antar sesamanya. • Jaringan informasi
90
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan Budaya Kerja Pada Organisasi Birokrasi
Dewi Ariningrum Rusmiarti
91
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
suatu data mentah menjadi kategori yang Analisis data dan interpretasi dapat dilihat
terkonsep, maka pada pengolahan dan analisis pada Tabel 1 tentang implementasi proses difusi
data dilakukan coding. Ada 3 (tiga) macam inovasi budaya kerja dan pengembangan budaya
coding, yaitu open coding, axial coding, dan kerja di BKKBN.
selective coding. (Neuman, 2013: 563-567).
Tabel 1. Implementasi Proses Difusi Inovasi Budaya Kerja dan Pengembangan Budaya Kerja di BKKBN
Proses Difusi
Input Deskripsi Implementasi
Inovasi
Materi Inovasi Budaya kerja CUK, Budaya Kerja CUK, Cetak Tegas dan
budaya kerja CETAK juga aplikasi web pengukuran budaya
TEGAS dan aplikasi kerja: MRF merupakan inovasi dari
web pengukuran Kepala BKKBN Sugiri Syarief, periode
budaya kerja MRF 2006-2011. Kepala BKKBN sebagai
Inovator, dibantu dengan Konsultan dari
PT ARA Indonesia dan juga para Eseleon
1 (yang berperan sebagai Early Adopter)
merumuskan budaya kerja yang berlaku
di BKKBN dan disesuaikan dengan
perubahan struktur organisasi BKKBN
dan sebagai Grand Strategy Road Map
Reformasi Birokrasi
Saluran Sosialisasi Untuk menciptakan SDM Aparatur yang 1. Sosialisasi yang dilakukan hanya bersifat
Komunikasi profesional dan handal merupakan salah sementara, sosialisasi hanya dilakukan
satu tupoksi dari Biro Kepegawaian. Biro pada saat awal pencanangan budaya
Kepegawaian melakukan sosialisasi kerja
mengenai budaya kerja dan MRF. 2. Sosialisasi budaya kerja dirasakan masih
Sosialisasi dilakukan agar seluruh kurang
pegawai BKKBN mampu mengadopsi
3.Sosialisasi sifatnya hanya sekedar
dan menginternalisasi budaya kerja yang
memberi informasi seputar budaya kerja,
berlaku di BKKBN
namun tidak menjadi proses belajar
setiap pegawai.
Saluran Komunikasi Advokasi dan edukasi budaya kerja 1. Saluran komunikasi formal dilakukan pada
Organisasi dan MRF disebarkan melalui saluran saat orientasi pegawai baru BKKBN,
komunikasi organisasi yang ada di event khusus BKKBN dan Rapat rutin
BKKBN. Saluran komunikasi yang di Kedeputian dan Unit kerja masing-
digunakan adalah saluran komunikasi masing
formal dan informal 2. Pegawai BKKBN lebih mudah
menyerap informasi melalui saluran
komunikasi informal, seperti selentingan,
pembentukan peer group, kegiatan
outbond dan komunikasi nonverbal
lainnya yang bersifat informal, seperti
tersenyum, saling menyapa, dan lain-lain.
Media Komunikasi Dalam penyebaran inovasi, media Pada kenyataannya, banyak pegawai yang
komunikasi yang digunakan adalah video jarang membuka atau mengikuti sosialisasi
conference, BKKBN TV, Internet, Intranet, melalui media komunikasi yang telah di buat.
banner, umbul-umbul Pegawai berpendapat, media komunikasi
yang paling efektif adalah, penggunaan
ID Card setiap pegawai yang bertuliskan
budaya kerja BKKBN.
92
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan Budaya Kerja Pada Organisasi Birokrasi
Dewi Ariningrum Rusmiarti
Proses Difusi
Input Deskripsi Implementasi
Inovasi
Jangka Waktu 1. Pengenalan akan pengetahuan 1. Proses keputusan inovasi membutuhkan
2. Persuasi waktu. Meskipun jenis keputusan yang
diambil adalah keputusan otoritas,
3. Keputusan
namun tetap diperlukan waktu bagi
4. Konfirmasi pegawai untuk mejalanai proses belajar
internalisasi budaya kerja.
2. Pegawai BKKBN hanya mengetahui
budaya kerja kulit luar saja, tidak
memahami butir-butir yang ada pada
budaya kerja
3. Pegawai BKKBN belum dapat memahami
bagaimana cara untuk mengubah pola
pikir dan perilaku, belum memahami
bagaimana cara penggunaan inovasi.
Sistem sosial 1. Struktur Sistem 1. Struktur Sistem dalam proses difusi 1. Sistem birokrasi yang strukturnya
Difusi Inovasi 2. Norma Sistem inovasi di BKKBN tampak pada berlapis-lapis membuat setiap informasi
hierarki kedudukan anggota sistem. yang didapatkan pegawai menjadi
3. Peran Pimpinan
2. Norma sistem yang berlaku di BKKBN berbagai macam persepsi
4. Peran agen
masuk ke dalam norma modern, 2. BKKBN sudah mampu mengadopsi norma
perubahan
3. Peran pimpinan dalam organisasi modern, karena sudah berorientasi pada
birokrasi sangat berpengaruh perubahan pola pikir, perilaku, teknologi
4. Pembentukan agen perubahan 3. Pimpinan belum memiliki komitmen dan
membantu pegawai dalam tidka konsisten dalam aplikasi budaya
mengadopsi inovasi kerja, sehingga belum dijadikan sebagai
panutan bagi pegawai.
4. Adanya agen perubahan dirasa belum
maksimal dalam membantu pegawai
BKKBN untuk mengadopsi inovasi
mengenai budaya kerja
93
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
Tabel 2. Hubungan Tujuan Proses Difusi Inovasi dengan Tujuan Organisasi Model
Struktur Konseptual Howard Greenbaum
Integratif Moral
Mendukung visi, misi dan tujuan Meningkatkan motivasi kerja dan kinerja
BKKBN pegawai BKKBN
Informatif Institusionalisasi
Meningkatkan pemahaman pelaku Mampu menjangkau seluruh pegawai BKKBN
organisasi secara menyeluruh Pusat dan Provinsi
mengenai fungsi budaya kerja
mengenai sosialisasi
94
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan Budaya Kerja Pada Organisasi Birokrasi
Dewi Ariningrum Rusmiarti
Tabel 3. Jaringan Komunikasi dalam Proses Difusi Inovasi Model Struktur Konseptual Howard Greenbaum
Inovatif-Integratif • Membangun inovasi budaya • Komitmen para pimpinan terhadap inovasi budaya kerja
kerja yang berkesinambungan dan MRF melalui Rapat rutin bulanan baik di tingkat
kedeputian maupun unit kerja Eselon 2.
• Sosialisasi budaya kerja dan MRF yang berkelanjutan,
tidak hanya dilakukan pada saat awal mula
pencanangan.
Integratif-Informatif • Memberikan instruksi yang • Pemberian informasi secara menyeluruh melalui
terintegrasi penjabaran budaya kerja, butir-butir yang ada pada
budaya kerja, dan bagaimana langkah-langkah atau
cara dalam merubah pola pikir dan perilaku sesuai
dengan budaya kerja yang berlaku
• Maksimalisasi peran para agen perubahan dalam
menyebarkan inovasi melalui saluran komunikasi
nonformal (peer group, selentingan, nonverbal).
Informatif-regulatif • Memberikan pemahaman dan • Melakukan sosialisasi tatap muka antara pimpinan dan
arahan pegawai secara berkesinambungan
• Memaksimalkan saluran komunikasi formal untuk
memaksimalkan peran pimpinan dan peran agen
perubahan dalam proses difusi inovasi budaya kerja
dan MRF.
Regulatif-Inovatif • Komitmen dan konsistensi • Menciptakan sosialisasi budaya kerja yang lebih
pimpinan terhadap keberlang- menarik, sehingga pegawai dengan mudah menyerap
sungan budaya kerja dan MRF informasi
• Diskusi kelompok mengenai pehamaman atas budaya
kerja dan MRF
95
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
penyebaran inovasi, media komunikasi yang perubahan dalam proses difusi inovasi budaya
digunakan adalah video conference, BKKBN kerja dan MRF. Kemudian jaringan komunikasi
TV, Internet, Intranet, banner, umbul-umbul. regulatif-inovatif, yaitu komitmen dan
Proses keputusan inovasi membutuhkan waktu. konsistensi pimpinan terhadap keberlangsungan
Meskipun jenis keputusan yang diambil adalah budaya kerja dan MRF
keputusan otoritas, namun tetap diperlukan
waktu bagi pegawai untuk menjalani proses Saran
belajar internalisasi budaya. Struktur Sistem Agar suatu inovasi dapat diterima
dalam proses difusi inovasi di BKKBN oleh seluruh pegawai, dibutuhkan upaya-
tampak pada hierarki kedudukan anggota upaya penyebaran inovasi melalui berbagai
sistem. BKKBN sudah mampu mengadopsi saluran komunikasi, baik saluran komunikasi
norma modern, karena sudah berorientasi formal, maupun saluran komunikasi informal
pada perubahan pola pikir, perilaku, teknologi. secara simultan dan continue (berkelanjutan)
Pimpinan belum memiliki komitmen dan tidak sehingga tercipta kesadaran, pemahaman, dan
konsisten dalam aplikasi budaya kerja, sehingga penerimaan pegawai terhadap inovasi tersebut.
belum dijadikan sebagai panutan bagi pegawai. Perlu diperhatikan juga aksesibilitas pegawai
Adanya agen perubahan dirasa belum maksimal BKKBN terhadap suatu saluran komunikasi.
dalam membantu pegawai BKKBN untuk Selain itu mengombinasikan penggunaan saluran
mengadopsi inovasi mengenai budaya kerja. komunikasi formal dan saluran komunikasi
Evaluasi dilakukan secara komprehensif informal dalam organisasi merupakan cara
menggunakan model struktur konseptual yang paling efektif dalam menyebarluaskan
(Conceptual Structure Concept) Howard informasi dan membujuk pegawai mengadopsi
Greenbaum. Pemeriksaan sistem komunikasi suatu inovasi. Hal tersebut dapat dilakukan
ini untuk menentukan apakah tujuan-tujuan di pertemuan rutin antara pemimpin dengan
dari jaringan komunikasi tercapai dan untuk pegawai, misalnya Rapat Kedeputian, atau
menyampaikan usulan-usulan perubahan Rapat Komponen yang telah dilakukan selama
yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan ini, baik itu dilakukan melalui video conference
komunikasi dan kegiatan-kegiatan dalam sistem maupun tatap muka. Selain penggunaan saluran
komunikasi. Jaringan komunikasi Inovatif- komunikasi organisasi, penyebaran inovasi
Integratif, yaitu dengan membangun inovasi sebenarnya bisa dilakukan melalui metode
budaya kerja yang berkesinambungan. BCC (Behavior Change Communication), yang
merupakan komunikasi perubahan perilaku,
Jaringan komunikasi Integratif-Informatif yaitu sebuah perangkat intervensi dan proses
yaitu memberikan instruksi yang terintegrasi komunikasi yang terorganisir dan terfokus.
dengan Pemberian informasi secara menyeluruh Metode ini memengaruhi sosial, kebijakan
melalui penjabaran budaya kerja, butir-butir organisasi, dan norma masyarakat yang harus
yang ada pada budaya kerja, dan bagaimana simultan dan bersinergi, dan tujuannya untuk
langkah-langkah atau cara dalam merubah meningkatkan perubahan perilaku positif
pola pikir dan perilaku sesuai dengan budaya individu. Intervensi BCC ditujukan untuk
kerja yang berlaku dan maksimalisasi peran mengembangkan keterampilan interpersonal,
para agen perubahan dalam menyebarkan meningkatkan interaksi antara komunikator dan
inovasi melalui saluran komunikasi nonformal komunikan (penerima pesan), memformulasikan
(peer group, selentingan, nonverbal). Jaringan pesan-pesan yang benar, dan jalur komunikasi
komunikasi informatif-regulatif melalui yang sesuai.
maksimalisasi saluran komunikasi formal untuk
memaksimalkan peran pimpinan dan peran agen
96
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan Budaya Kerja Pada Organisasi Birokrasi
Dewi Ariningrum Rusmiarti
97
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
98
Analisis Difusi Inovasi Dan Pengembangan Budaya Kerja Pada Organisasi Birokrasi
Dewi Ariningrum Rusmiarti
Peraturan Kepala BKKBN Nomor 273/PER/ Rancangan pedoman budaya kerja CETAK TEGAS,
B2/2011 Tentang Penerapan Budaya Kerja BKKBN 2014.
CUK (Cerdas, Ulet, Kemitraan). 2011. Rekapitulasi Status MRF Periode 2012 dan 2013.
Petunjuk Teknis (JUKNIS) Pedoman budaya kerja Term of Reference (TOR) Penyusunan modul
CUK bagi pegawai di lingkungan BKKBN. pengukuran budaya kerja CUK bagi pegawai
2011. di lingkungan BKKBN. 2013.
Powerpoint Overview BCC, Intervensi BCC dengan www.bkkbn.go.id
menggunakan ACADAE. Elly Irawan,
BKKBN.2011 www.lontar.ui.ac.id
Profil pelaksanaan Reformasi Birokrasi BKKBN. www.menpan.go.id
2010.
99
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 - 100
100