PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT TERHADAP SITUASI
PERDAGANGAN PADA KAWASAN PERBATASAN INDONESIA –
                               MALAYSIA (PLBN ENTIKONG)
                                                  Erry Setiana
                                              NIM. A2021221042
                                                        Abstract
             The Entikong border of Sanggau Regency is quite far from the Pontianak City
National Activity Center (PKN). This condition causes access to services to the Provincial
Capital to be limited due to the long distance and low accessibility. So from this it can be
understood that unfair business competition will increase due to the lack of supervision and the
like at the Entikong state border. The formulation of the problem in this research is, how is unfair
business competition related to the trade situation in the Indonesia-Malaysia border area at the
Entikong Border.
The approach method used in this research is the sociolegal approach. This method is an
empirical research and problem approach through existing regulations and theories and then
connecting them with the facts or facts on the ground (society).
             The results of this research are, The crucial problem faced by the Entikong border
community since a few years ago until now is the mafia that monopolizes and takes advantage
of the KILB of border communities who are collected to shop in East Malaysia and re-sold by
the cukong at the border market at an adequate price high, and the financiers are also taking
advantage of the covid pandemic situation in collaboration with PLBN officers to increase PCR
rates. So that cross-border trade is very ineffective because it is hampered by financiers who
make business competition unfair, secondly the limited KILB regulated by the border trade
agreement (BTA 1970). So the central government and regional governments should make
policies that favor the border communities and take firm action against the financiers so they
don't monopolize the border market in the Entikong area.
Keywords: border, monopoly, entikong.
                                                        Abstrak
            Perbatasan Entikong Kabupaten Sanggau terletak cukup jauh dengan Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Kota Pontianak. Kondisi demikian menyebabkan akses terhadap
pelayanan ke Ibukota Provinsi tersebut terbatas karena jarak yang jauh serta aksesibilitas yang
rendah.sehingga dari sini dapat dipahami bahwa persaingan usaha yang tidak sehat akan
meningkat dikarenakan minimnya pengawasan dan semacamnya di perbatasan negara
Entikong. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana persaingan usaha tidak
sehat terhadap situasi perdagangan pada kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia di
Perbatasan Entikong.
            Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sociolegal. Metode ini merupakan penelitian empiris dan pendekatan masalah melalui peraturan
dan teori yang ada kemudian menghubungkannya dengan kenyataan atau fakta yang ada di
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
lapangan (masyarakat).
           Hasil penelitian ini berupa, Permasalahan krusial yang dihadapi masyarakat
perbatasan Entikong sejak beberapa tahun silam sampai saat ini adalah mafia yang
memonopoli dan memanfaatkan KILB para masyarakat perbatasan yang dikumpulkan untuk
berbelanja di Malaysia Timur dan kembali di dagangkan kembali oleh cukong di pasar
perbatasan dengan harga yang cukup tinggi, serta para cukong juga memanfaatkan situasi
pandemi covid ini bekerjasama dengan petugas PLBN untuk menaikan tarif PCR. Sehingga
perdangangan lintas batas sangat tidak efektif karena terhambat oleh para cukong yang
menjadikan persaingan usaha tidak sehat, kedua terbatasnya KILB yang diatur oleh border
trade agreement (BTA 1970). Maka seharusnya pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
perlu membuat kebijakan yang berpihak pada masyarakat perbatasan serta menindak tegas
para cukong agar tidak memonopoli pasar perbatasan di kawasan Entikong
Kata Kunci: perbatasan, monopoli, entikong
   I. Pendahuluan
       Perekonomian merupakan hal yang sangat penting bagi setiap negara dan
pemerintah. Di Indonesia, pemerintah berperan mengeluarkan kebijakan yang mampu
membangkitkan perekonomian suatu negara dan memberikan kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Indonesia merupakan negara kesejahteraan sesuai dengan UUD
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. Negara kesejahteraan di suatu negara
mempunyai banyak perbedaan antara negara dengan sistem pemerintahan yang
berbeda, namun tujuannya adalah menciptakan kemajuan perekonomian rakyat
sehingga menjadi sejahtera.
       Sejak dahulu juga masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
senang dan mudah gotong-royong. Terkadang tindakan bersaing atau berkompetisi
secara tidak sehat tidak memiliki tempat di masyarakat kita suka bergotong-royong.
Namun pada kenyataannya, pada era globalisasi dan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi membuat semakin banyak pelaku usaha berlomba-lomba
meningkatkan taraf hidup masingmasing, semakin banyak timbul persaingan usaha
yang tidak sehat. Salah satu hal yang terjadi mengenai timbulnya persaingan usaha
yang tidak sehat contohnya para pengusaha yang dekat dengan atau memiliki koneksi
dengan elit kekuasaan memiliki kemudahan-kemudahan yang berlebihan sehingga
berdampak kesenjangan sosial. Munculnya sekelompok kecil pengusaha kuat yang
tidak didukung dengan semangat kewirausahaan sejati merupakan salah satu faktor
yang mengakibatkan perekonomian menjadi sangat rapuh dan tidak mampu bersaing
secara sehat. Melihat kondisi tersebut diatas, kita dituntut untuk mencermati dan
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
menata kembali kegiatan usaha di Indonesia yang sudah tidak sesuai dengan cita-cita
dan tujuan perekonomian Indonesia yaitu yang tertera dalam Undang-undang no.5
tahun 1999 yaitu tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, agar dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan benar
sehingga terciptanya iklim persaingan yang sehat sehingga terhindar dari bentuk
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
       Negara Indonesia merupakan negara yang sangat luas, terdiri banyak pulau-
pulau kecil maupun pulau besar dan persebaran masyarakatnya tidak merata.
Sehingga pertumbuhan perekonomian antara masyarakat diwilayah satu dan lainnya
berbeda.Sebagian Pulau dan Provinsi di Indonesia berbatasan langsung dengan
negara-negara tetangga. Salah satunya Negara Malaysia yang berbatasan langsung
dengan Provinsi Kalimantan Barat. Sehingga Kalimantan Barat memiliki keunikan
tersendiri dalam melakukan kegiatan ekonomi, kegiatan ekonomi tersebut adalah suatu
bentuk dagang lintas batas oleh masyarakat Indonesia. Secara fungsional, kawasan
perbatasan memiliki nilai strategis dalam berbagai dimensi, yaitu : kedaulatan negara,
pertahanan, keamanan, dan ekonomi. Dewasa ini kesadaran masyarakat tentang
pentingnya penataan dan optimalisasi potensi wilayah perbatasan semakin tinggi,
menggantikan kesadaran lama bahwa wilayah perbatasan merupakan halaman
belakang negara yang cukup dikelola ala kadarnya. Wilayah perbatasan merupakan
wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (Undang-
Undang No. 43 Tahun 2008).
       Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 Tentang Rencana
Tata Ruang Nasional (RTRWN) maka wilayah perbatasan ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis Nasional dari sudut pandang pertahanan dan keamanan. Kawasan
Perbatasan Entikong Kabupaten Sanggau terletak cukup jauh dengan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) Kota Pontianak. Kondisi demikian menyebabkan akses terhadap
pelayanan ke Ibukota Provinsi tersebut terbatas karena jarak yang jauh serta
aksesibilitas yang rendah. Batas-batas wilayah suatu negara menempati posisi yang
penting dilihat dari aspek geografis, hukum maupun politis. Secara geografis, batas
wilayah menandai luas wilayah suatu negara yang meliputi daratan, lautan dan udara
yang ada di atasnya. Wilayah perbatasan yang menjadi fokus perhatian penting adalah
meningkatnya          perhatian       terhadap       jaringan,   mobilitas,   arus   globalisasi,   dan
kosmopolitanisasi yang berperan dalam mewarnai sifat sebuah kawasan perbatasan.
Dalam teori sosial, secara umum digunakan sebuah pendekatan perbatasan dengan
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
konteks ide jaringan yang terdiri atas beberapa komponen penting, yaitu: mobilitas,
pergerakan, kondisi yang berubah-ubah, dan karakter fisiknya. Beberapa komponen
tersebut merupakan kunci penting dalam memahami konteks wilayah perbatasan.
    II.     Metode Penelitian / Method
            Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian artikel ini adalah socio
legal research. Metode ini merupakan penelitian empiris dan pendekatan masalah
melalui peraturan dan teori yang ada kemudian menghubungkannya dengan
kenyataan atau fakta yang ada di lapangan (masyarakat).1 Menurut Sulistyowati
Irianto, penelitian socio legal research merupakan kajian terhadap hukum dengan
menggunakan pendekatan ilmu hukum maupun ilmu sosial atau studi yang
mereprentasi keterkaitan antara konteks dimana hukum berada.2
III.        Analisis dan Pembahasan / Analysis and Discussion
          1. Sejarah Lahirnya Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia
               Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
            Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999) lahir sebagai kelengkapan hukum
            yang diperlukan dalam suatu perekonomian yang menganut mekanisme pasar.
            Di satu pihak, undang-undang ini diperlukan untuk menjamin agar bersaing
            dalam perekonomian dapat berlangsung tanpa hambatan. Namun di lain pihak,
            undang-undang ini berfungsi sebagai rambu-rambu untuk memagari agar tidak
            terjadinya praktik yang tidak sehat maupun tidak wajar dalam dunia bisnis di
            Indonesia.     Keberadaan         undang-undang           ini   disusun      berasaskan        kepada
            demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara pelaku usaha
            dan kepentingan masyarakat. Sehingga tujuan dari undang-undang ini
            sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 yang dirumuskan sebagai
            berikut:
                       a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
                          nasional       sebagai       salah      satu      upaya      untuk      meningkatkan
                          kesejahteraan rakyat;
                       b. Mewujudkan          iklim    usaha      yang      kondusif      melalui     pengaturan
1
    Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya (Jakarta: Elsam & Huma,
2002), hal 164
2
    Sulistyowati Irianto, Sidharta, dkk, Metode Penelitian Hukum: Konstelasi dan Refleksi (Jakarta:Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2011), hal 173-175
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
                        persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian
                        kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku
                        usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;
                   c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
                        yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan;
                   d. Terciptanya          efektivitas        dan   efisiensi   dalam   kegiatan   usaha.
                        Sebagaimana kita ketahui,
           Bahwa undang-undang ini juga dilahirkan di tengah kemelut krisis moneter
       yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan
       terhadap pemerintah yang berkuasa saat itu. Pihak IMF (International Monetary
       Fund) sebagai pemberi bantuan keuangan maupun finance advice dalam rangka
       pemulihan perekonomian Indonesia menilai bahwa salah satu instrument yang
       dapat memperbaiki keadaan perekonomian Indonesia adalah adanya pengaturan
       tentang persaingan sehat (fair competition). Pihak Pemerintah Indonesia juga
       melalui pihak terkait yang menangani perihal persaingan usaha tidak sehat
       seharusnya dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
       Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat bertindak aktif
       dalam mengawasi berbagai tindakan perilaku pelaku usaha yang dapat
       merugikan maupun memberikan dampak yang luas bagi kesehatan persaingan
       bagi para pelaku usaha di Wilayah hukum Indonesia. Indonesia dari sisi
       perwilayahan juga merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah luas
       termasuk wilayah laut maupun datar. Tidak menutup kemungkinan juga memiliki
       banyak lapangan usaha serta berbagai elemen terkait mata rantai maupun roda
       ekonomi yang bergerak secara cepat dan dinamis didalamnya.
   2. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Sebagai Kontrol
           Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga
       independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat UndangUndang
       Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha
       tidak sehat. Wilayah perdagangan lintas batas sendiri mesti ada pengawasan
       yang serius oleh KPPU agar pelaku usaha di perbatasan khususnya PLBN
       Entikong dapat saling bersaing secara sehat. KPPU menjalankan tugas untuk
       mengawasi tiga hal pada UU tersebut:
               a. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain
                   untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan pemasaran
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
                   barang atau jasa yang dapat menyebabkan praktek monopoli atau
                   persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga,
                   diskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup, oligopoli, predatory
                   pricing, pembagian wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian
                   dengan pihak luar negeri yang dapat menyebabkan persaingan usaha
                   tidak sehat.
               b. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan
                   pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat
                   menyebabkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
               c. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan
                   yang      dimilikinya      untuk     membatasi   pasar,   menghalangi   hak-hak
                   konsumen, atau menghambat bisnis pelaku usaha lain.
   3. Kebijakan Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) Yang Disalahgunakan
           Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) adalah kartu yang dikeluarkan oleh kantor
       pabean yang membawahi Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) yang diberikan
       kepada pelintas batas, setelah dipenuhi persyaratan tertentu. Setiap pelintas
       batas yang membawa barang impor wajib memiliki KILB yang dikeluarkan oleh
       Kepala Kantor Pabean yang mengawasi PPLB atas permohonan pelintas batas.
       Oleh karena itu, untuk mendapatkan KILB, pelintas batas harus mengajukan
       permohonan kepada Kepala Kantor Pabean dengan melampirkan fotokopi Kartu
       Tanda Penduduk dan fotokopi Pas Lintas Batas yang ditandatangani oleh pejabat
       yang berwenang. KILB di PLBN Entikong telah resmi berlaku sejak 1970
       berdasarkan Border trade Agreement (BTA) 1970,                        dengan harapan dapat
       mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap barang-barang dari Malaysia
       dan merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah perbatasan yang berujung
       pada kesejahteraan masyarakat perbatasan.
           Adapun ketentuan bagi pelintas batas yang menggunakan KILB diberikan
       pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor dengan
       ketentuan nilai pabean sebagai berikut Indonesia dengan Malaysia:
               a. Paling banyak RM 600 (enam ratus ringgit Malaysia) per orang untuk
                   jangka waktu 1 (Satu) bulan, apabila melewati batas daratan (land
                   border); atau setara dengan Rp. 2.067.600 (1 ringgit = Rp. 3.462) dalam
                   jangka waktu 1 bulan.
               b. Paling banyak RM 600 (enam ratus ringgit Malaysia) setiap perahu
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
                   untuk setiap perjalanan, apabila melewati batas lautan (sea border); Jika
                   barang pribadi pelintas batas melebihi batas nilai pabean tersebut di
                   atas, maka atas kelebihan nilai pabean tersebut dipungut bea masuk
                   dan pajak dalam rangka impor.
           Adapun tata cara pengeluaran barang pribadi pelintas batas adalah sebagai
       berikut :
               a. Pelintas batas yang tiba dari luar daerah pabean dengan membawa
                   barang bawaan wajib menunjukan KILB dan memberitahukan barang
                   bawaannya kepada Pejabat Bea dan Cukai di PPLB.
               b. Pelintas batas yang tidak dapat menunjukan KILB tidak diberikan
                   fasilitas berupa pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam
                   rangka impor.
               c. Pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik dan menuangkan
                   hasil pemeriksaan fisik
               d. Pejabat bea cukai menetapkan besarnya bea masuk dan pajak dalam
                   rangka impor yang harus dipungut dengan dasar nilai pabean dikurangi
                   dengan nilai pabean yang mendapatkan pembebasan bea masuk,
                   dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan kedapatan nilai pabean
                   barang melebihi ketentuan.
               e. Pejabat bea cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang setelah
                   bea masuk dan pajak dalam rangka impor dilunasi.
               f. Dalam hal ditemukan adanya penyalahgunaan fasilitas pembebasan
                   bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor atas barang
                   pelintas batas, maka fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak
                   dipungut pajak dalam rangka impor dicabut.
   4. Tingginya Harga Test PCR di PLBN Entikong
           Terkait adanya laporan dari masyarakat mengenai tarif harga test PCR yang
       mencapai Rp. 400.000 – Rp. 600.000 membuat masyarakat resah. Sekda
       Kalimantan Barat, Horisson menegaskan kepada pihak PLBN Entikong untuk
       tidak sembarangan menaikan tarif PCR bagi masyarakat yang akan melewati pos
       lintas batas Indonesia Malaysia tersebut.
           “Saya akan pastikan dulu, kami akan koordinasi dengan Badan Nasional
       Pengelola Perbatasan (BNPP) karena informasi yang kita dapat, harga PCR
       disana antara Rp. 400.000 sampai Rp. 600.000 dan ini jelas menyalahi aturan”
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
       kata Horisson di Pontianak. Dia menjelaskan, jika mengacu kepada Surat Edaran
       (SE) Nomor HK.02.02/I/4198/2021 tentang pelaksanaan ketentuan atas batas
       tarif tertinggi pemeriksaan Covid-19 Rp275.000 untuk pulau Jawa dan Bali, serta
       Rp. 300.000 untuk luar pulau Jawa dan Bali. Dirinya mengingatkan agar petugas
       d PLBN untuk tidak menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan
       Kalbar maupun pertumbuhan ekonomi di wilayah provinsi ini secara umum
       dengan cara menghambat atau membebani lalu lintas orang di perbatasan.
   5. Persaingan Usaha Tidak Sehat Pada Wilayah Perbatasan Entikong
           Kalimantan Barat memiliki 5 Kabupaten yang berbatasan langsung dengan
       Negara tetangga Malaysia Timur yaitu : Kabupaten Sambas, Bengkayang,
       Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Kondisi masyarakat di kawasan perbatasan
       tersebut sangat memprihatinkan. Secara ekonomi kehidupannya sangat jauh
       tertinggal, baik dengan penduduk perkotaan maupun dengan warga negara
       Jiran, Malaysia Timur. Kesenjangan ekonomi ini apabila dibiarkan terus menerus
       akan berpengaruh pada rasa nasionalisme yang pada gilirannya akan
       berpengaruh pada kedaulatan dan keutuhan NKRI di Kawasan Perbatasan
       tersebut.
           Salah satu persoalan krusial yang dihadapi oleh masyarakat perbatasan
       Entikong dengan Malaysia Timur ini adalah kesulitan mendapatkan bahan-bahan
       kebutuhan hidup sehari-hari secara sah / legal. Jika didatangkan dari dalam
       negeri (baik Kota Pontianak maupun dari Pulau Jawa), dengan jarak angkut yang
       sangat jauh mengakibatkan biaya angkut menjadi mahal, sehingga harga jual
       menjadi sangat tinggi. Saat ini masyarakat perbatasan Entikong melakukan
       kegiatan Perdagangan Tradisional Lintas Batas Negara dengan menggunakan
       Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) yang dapat digunakan sebulan sekali dan
       penggunaanya sangatlah terbatas, sehingga melalui kebijakan Kementerian
       Perdagangan RI berdasarkan Permendag Nomor 28 Tahun 2020 sangat
       menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat perbatasan dan membuat
       masyarakat kecewa. Belum lagi dampak dari cukong-cukong untuk memperkaya
       diri sendiri tanpa memikirkan kehidupan masyarakat perbataan, para cukong ini
       memanfaatkan KILB masyarakat perbatasan yang iya kumpulkan lalu mereka
       berbelanja ke Malaysia Timur untuk memenuhi kebutuhan pokok dan untuk dijual
       kembali di pasar-pasar daerah perbatasan yang mana masyarakat lebih mudah
       mengaksesnya namun dengan harga yang sangat terjangkau sehingga para
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
       cukong ini sangatlah menghambat perekonomian masyarakat perbatasan
       Entikong. Dalam hal ini sebetulnya sangat jelas terlihat persaingan usaha yang
       tidak sehat dilakukan oleh cukong-cukong demi kepentingan mereka masing-
       masing. Pemerintah dalam hal ini perlu mempertegas dan membuat kebijakan
       yang berpihak kepada masyarakat, agar masyarakat di wilayah perbatasan
       Entikong juga dapat merasakan dampak dari KILB itu sendiri. Walaupun
       sebetulnya nilai nominal belanja maksimal dari KILB itu sangatlah terbatas.
       KPPU juga perlu adanya pengawasan yang lebih ketat untuk menekan para
       cukong agar tidak meraja lela di kawasan perbatasan Entikong.
           Sebagai wilayah terdepan negara, pengembangan kawasan perbatasan perlu
       mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat maupun pemerintah
       daerah. Ini karena wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan
       strategis, yaitu kawasan yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang
       banyak, ditinjau dari sudut kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya,
       lingkungan maupun pertahanan keamanan. Indonesia merupakan negara
       berdaulat yang mempunyai yurisdiksi masing-masing sehingga keberadaan
       Pasar Tebedu, Divisi Serian Malaysia jika dikaji secara hukum masuk dalam
       yurisdiksi Malaysia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pedagang
       perbatasan asal Indonesia telah melakukan lintas batas serta melakukan dagang
       di Malaysia tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah terjadi
       pelanggaran atas yurisdiksi negara Malaysia.Yurisdiksi adalah kekuasaan atau
       kewenangan hukum negara terhadap orang, benda atau peristiwa (hukum).
III.   Penutup / Conclusion
           Permasalahan krusial yang dihadapi masyarakat perbatasan Entikong sejak
       beberapa tahun silam sampai saat ini adalah cukong-cukong yang memonopoli
       dan memanfaatkan KILB para masyarakat perbatasan yang dikumpulkan untuk
       berbelanja di Malaysia Timur dan kembali di dagangkan kembali oleh cukong di
       pasar perbatasan dengan harga yang cukup tinggi, serta para cukong juga
       memanfaatkan situasi pandemi covid ini bekerjasama dengan petugas PLBN
       untuk menaikan tarif PCR. Sehingga perdangangan lintas batas sangat tidak
       efektif karena terhambat oleh para cukong yang menjadikan persaingan usaha
       tidak sehat, kedua terbatasnya KILB yang diatur oleh border trade agreement
       (BTA 1970). Maka seharusnya pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
       perlu membuat kebijakan yang berpihak pada masyarakat perbatasan serta
       menindak tegas para cukong agar tidak memonopoli pasar perbatasan di
       kawasan Entikong.
           Maka, penulis meyarankan agar pemerintah pusat maupun daerah harus
       peduli dengan keberadaan PLBN Entikong agar dapat bermanfaat bagi
       masyarakat perbatasan serta juga bermanfaat bagi pendapatan baik pemda
       maupun pendapatan negara melalui pajak, serta memang perlu dilakukan
       pertemuan bilateral khusus antara Indonesia Malaysia untuk membicarakan KILB
       yang tergolong kecil pada saat ini sehingga perlu adanya revisi pada border
       trade agreement (BTA 1970). 
Bibliografi
Buku:
     Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori.
           Yogyakarta : Graha Ilmu. Anggoro,
     Kusnanto. 2005. Reformasi Sektor Keamanan, Kewenangan Negara, dan
           Partisipasi Publik. Jakarta: Propatria Institute
     Anisiewicz, Renata dan Palmowski, Tadeusz. 2014. Small Border Traffic and
           Cross-border Tourism
     Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung. Tarigan, R. 2005.
           Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta.
Artikel Jurnal:
     Basuki, J (2005), dalam Majalah Interaktif IWI, Vol 2, Kompetensi Widyaiswara.
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation
Peraturan / Undang-undang:
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
         Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Tanjungpura Legal Review | Template for Article Preparation