0% found this document useful (0 votes)
21 views8 pages

Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Pemupukan Terhadap P

This document summarizes a study on the effect of soil tillage and fertilization on earthworm population and biomass in corn crops over 5 seasons. The study found that minimum tillage resulted in higher earthworm populations and biomass compared to intensive tillage. Higher soil moisture and organic carbon content under minimum tillage benefited earthworms. Fertilization did not significantly affect earthworms. The study concluded that conservation tillage practices like minimum tillage can improve soil health by supporting earthworm populations.

Uploaded by

Tri rosma winda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
21 views8 pages

Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Pemupukan Terhadap P

This document summarizes a study on the effect of soil tillage and fertilization on earthworm population and biomass in corn crops over 5 seasons. The study found that minimum tillage resulted in higher earthworm populations and biomass compared to intensive tillage. Higher soil moisture and organic carbon content under minimum tillage benefited earthworms. Fertilization did not significantly affect earthworms. The study concluded that conservation tillage practices like minimum tillage can improve soil health by supporting earthworm populations.

Uploaded by

Tri rosma winda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

Jurnal Agrotek Tropika, Agustus 2023, Vol 11, No. 3, pp.

461 - 468
DOI : http://dx.doi.org/10.23960/jat.v11i3.7519
Pratiwi et al. : Pengaruh
ISSN: 2337-4993 (Print), Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap Cacing Tanah
2620-3138 (Online) 461

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAP


POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA TANAMAN
JAGUNG (Zea mays) MUSIM KE-5

THE EFFECT OF SOIL TREATMENT AND FERTILIZATION ON


POPULATION AND BIOMASS OF EARTHWORM
IN CORN (Zea mays L) SEASON 5

Thesya Pratiwi, Sri Yusnaini*, Jamalam Lumbanraja, dan Dermiyati


Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia
1

*Email : [email protected]

* Corresponding Author, Diterima: 22 Feb. 2023, Direvisi: 6 Apr. 2023, Disetujui: 11 Jun. 2023

ABSTRACT

Soil tillage carried out by farmers currently p ay less attention to sustainability, so that a lot of land is
degraded. Excessive tillage can cause soil structure destruction and organic matter content decreasing. For
this reason, it is necessary to improve the land by implementing a conservation soil management system
including minimum tillage (OTM) and no tillage (TOT). This study aims to 1) study the effect of the application
of tillage system on the population and biomass of earthworms, 2) study the effect of fertilization on the
population and biomass of earthworms 3) study the effect of the interaction between the tillage system and
application of fertilization on the population and biomass of earthworms. The treatment applied consisted of
2 factors, namely the tillage system (T) and fertilization (P). The tillage system consists of minimum tillage
(T0) and intensive tillage (T1). While the application of fertilizer consists of no fertilizer (P0), with fertilizer
(P1). Treatment the research was carried out from December to April 2020 at the Integrated Field Laboratory
of the Faculty of Agriculture, University of Lampung. The results showed that tillage had a significant effect on
the population and biomass of earthworms at observations of 40 days after planting (DAP) and 90 DAP at a
depth of 0-10 cm. The results showed that tillage had a significant effect on the total biomass of earthworms at
40 DAP and 90 DAP. There was a positive correlation between soil water content and earthworm population
at 40 DAP observations and earthworm biomass at 40 DAP and 90 DAP observations. While C-organic was
significantly correlated with the population and biomass of earthworms at 40 DAP observations.
Keywords : Biomass, corn, earthworms, fertilization, tillage system

ABSTRAK

Kegiatan pengolahan tanah yang dilakukan petani saat ini kurang memperhatikan keberlanjutannya, sehingga
banyak lahan yang terdegradasi. Pengolahan tanah secara berlebih dapat menyebabkan struktur tanah berubah
dan kandungan bahan organik menurun. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan lahan dengan menerapkan sistem
pengolahan tanah konservasi diantaranya olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT). Penelitian ini
bertujuan untuk 1) mempelajari pengaruh penerapan sistem olah tanah terhadap populasi dan biomassa cacing
tanah, 2) mempelajari pengaruh pemupukan terhadap populasi dan bimassa cacing tanah 3) mempelajari pengaruh
interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi pemupukan terhadap populasi dan biomassa cacing tanah. Perlakuan
yang diterapkan terdiri dari 2 faktor yaitu sistem olah tanah (T) dan pemupukan (P). Sistem olah tanah terdiri dari
olah tanah minimum (T0) dan olah tanah intensif (T1). Sedangkan aplikasi pupuk terdiri dari tanpa pupuk (P0),
dengan pupuk (P1).Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan April 2020 di Laboratorium Lapang
Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah tanah berpengaruh
nyata terhadap populasi dan biomassa cacing tanah pada pengamatan 40 hari setelah tanam (HST) dan 90 HST di
kedalaman 0-10 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah tanah berpengaruh nyata terhadap total biomassa
cacing tanah pada 40 HST dan 90 HST. Terdapat korelasi positif antara kadar air tanah dengan populasi cacing
tanah pada pengamatan 40 HST dan biomassa cacing tanah pada pengamatan 40 HST dan 90 HST. Sedangkan C-
organik berkorelasi nyata dengan populasi dan biomassa cacing tanah pada pengamatan 40 HST.
Kata kunci : Biomassa, cacing tanah, jagung, pemupukan, sistem olah tanah
462 Jurnal Agrotek Tropika 11(3): 461 - 468, 2023

1. PENDAHULUAN Analisis cacing tanah dan contoh tanah dilakukan


di Laboratorium Biologi Tanah, Fakultas
Praktik budidaya yang dilakukan petani saat Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini
ini kurang memperhatikan keberlanjutannya, menggunakan Rancangan Acak Kelompok
sehingga banyak lahan yang terdegradasi. (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor.
Pengolahan tanah secara berlebih dapat Faktor pertama sistem olah tanah minimum dan
menyebabkan struktur tanah berubah dan olah tanah intensif dan pemupukan. Pemupukan
kandungan bahan organik menurun (Burhannudin terdiri dari tanpa pupuk (P0) dan dengan pupuk (P1).
et al, 2014). Untuk itu perlu dilakukan perbaikan Dosis pupuk yang digunakan pada penelitian ini
lahan dengan menerapkan sistem pengolahan tanah adalah (NPK 400 kg ha-1+ Urea 200 kg ha-1 + pupuk
konservasi diantaranya olah tanah minimum (OTM) kandang 5 Mg ha-1 ).
dan tanpa olah tanah (TOT). Data yang diperoleh, dianalisis dengan sidik
Menurut Utomo (2012), pengolahan tanah ragam pada taraf 5% yang sebelumnya
terdiri dari dua sistem, yaitu olah tanah konvensional homogenitas ragamnya diuji dengan uji Bartlett dan
dan olah tanah konservasi. Olah tanah konvensional aditivitasnya dengan uji tukey. Rata-rata nilai tengah
dikenal dengan istilah olah tanah intensif (OTI). diuji dengan BNT pada taraf 5%. Kemudian uji
Pada olah tanah intensif, tanah diolah beberapa kali korelasi dilakukan antara suhu tanah, kadar air
baik menggunakan alat tradisional seperti cangkul tanah, C-organik tanah, dan pH tanah dengan
maupun dengan bajak singkal, kemudian permukaan populasi dan biomassa cacing tanah.
tanah dibersihkan dari rerumputan dan mulsa, serta
lapisan olah tanah dibuat menjadi gembur. Sistem 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
olah tanah konservasi salah satunya dikenal dengan
istilah olah tanah minimum (OTM). Pada olah tanah 3.1 Pengaruh Olah Tanah dan Aplikasi
minimum tanah diolah seperlunya saja, pengendalian Pemupukan terhadap Populasi Cacing
gulma dilakukan secara manual (dibesik) serta sisa- Tanah.
sisa tanaman sebelumnya dikembalikan ke lahan
sebagai mulsa. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa olah
Selain pengolahan tanah, peningkatan produksi tanah berpengaruh nyata terhadap populasi cacing
jagung dapat didukung oleh penerapan pemupukan tanah pada pengamatan 40 HST dan 90 HST di
yang tepat. Pemupukan merupakan salah satu kedalaman 0-10 cm (Tabel 1). Hasil uji BNT 5%
kegiatan penting dalam budidaya tanaman jagung menunjukkan bahwa populasi cacing tanah pada
untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal, pengamatan 40 HST dan 90 HST lebih tinggi pada
karna pemupukan merupakan salah satu cara untuk lahan dengan perlakuan olah tanah minimum
menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah, dibandingkan perlakuan olah tanah intensif
sehingga mampu menciptakan pertumbuhan (Tabel 2). Tingginya populasi cacing tanah pada
tanaman yang baik (Nurlita, 2021). olah tanah minimum disebabkan gulma dan serasah
Berkaitan dengan masalah di atas, untuk tanaman dikembalikan di petak percobaan. Mulsa
menilai kesehatan tanah akibat sistem olah tanah yang dikembalikan dapat meningkatkan kadar air,
dan pemupukan jangka panjang, perlu dilakukan suhu dan menjaga kelembaban tanah sehingga
pengamatan tanah secara biologi. Cacing tanah dapat mendukung perkembangan cacing tanah Hal
merupakan organisme tanah yang dapat dijadikan ini sesuai dengan penelitian Brown et al. (2002)
indikator kesuburan tanah. Cacing tanah merupakan yang menyimpulkan bahwa populasi cacing tanah
makro organisme tanah yang mampu pada perlakuan olah tanah minimum 5 kali lebih
mempengaruhi sifat fisika tanah yaitu dengan tinggi dibandingkan pada olah tanah intensif.
adanya lubang jalan yang dibuat oleh cacing tanah Dinamika populasi cacing tanah selama
sehingga dapat memperbaiki aerasi dan drainase pertanaman jagung ditampilkan pada Gambar 1.
(Hanafiah et al., 2005) Pengamatan sebelum olah tanah populasi cacing
tanah masih rendah, pada pengamatan 40 HST
2. BAHAN DAN METODE populasi cacing tanah meningkat dan pada
pengamatan 90 HST cenderung menurun. Begitu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember pula rata-rata populasi cacing tanah lebih tinggi di
sampai dengan April 2020 di Laboratorium Lapang kedalaman 0-10 cm diikuti dengan kedalaman 10-
Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 20 cm dan 20-30 cm.
Pratiwi et al. : Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap Cacing Tanah 463

Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Ragam Pengaruh Olah Tanah dan Pemupukan terhadap Populasi
Cacing Tanah pada Pengamatan sebelum Olah Tanah, 40 HST dan 90 HST di kedalaman 0-10
cm, 10-20 cm dan 20-30 cm
Rata-Rata Populasi Cacing Tanah (ekor m-2)
Perlakuan SOT 40 HST 90 HST
0-10 cm 0-10 cm 10-20 cm 20 - 30 cm 0-10 cm 10 - 20 cm 20 - 30 cm
ekor m-2
T0P0 52,0 332,0 60,0 32,0 184,0 32,0 16,0
T0P1 28,0 352,0 64,0 12,0 244,0 20,0 4,0
T1P0 36,0 172,0 48,0 24,0 152,0 36,0 20,0
T1P1 40,0 228,0 68,0 16,0 108,0 48,0 32,0
Sumber
F Hitung dan Signifikasi
Keragaman
T 0,05 tn 13,96** 0,07tn 6,26* 2,63tn
P 1,33 tn 1,00tn 0,12tn 0,06tn 0,32tn
TxP 2,60 tn 0,224tn 0,24tn 2,39tn 1,48tn
Keterangan: HST = hari setelah tanam; SOT = Sebelum Olah Tanah; T0 = olah tanah minimum; T1= olah tanah
intensif; P0 = tanpa aplikasi pemupukan; P1 = aplikasi pemupukan; T = olah tanah; P = aplikasi
pemupukan; T x P = interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi pemupukan; tn= tidak berpengaruh
nyata pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata pada taraf 5%; **=sangat berpengaruh nyata pada taraf
1%; kolom yang kosong menandakan data tidak di uji lanjut dikarnakan data tersebut tidak homogen.

Tabel 2. Pengaruh Olah Tanah terhadap Populasi Cacing Tanah di kedalaman 0–10 Cm pada Pertanaman
Jagung 40 HST dan 90 HST.

Populasi cacing tanah (ekor m-2)


Perlakuan
40 HST 90 HST
T0 (Olah Tanah Minimum) 324 a 214 a
T1 (Olah Tanah Intensif) 200 b 130 b
BNT 5% 85,96 75,95
Keterangan: Kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Gambar 1. Populasi Cacing Tanah pada Pengamatan Sebelum Olah Tanah, 40 HST dan 90 HST kedalaman
0-10 cm, 10-20 cm, dan 20-30 cm (SOT = Sebelum Olah Tanah; T0 = Olah Tanah Minimum; T1=
Olah Tanah Intensif; P0 = Tanpa Pemupukan; P1 = Aplikasi Pemupukan
464 Jurnal Agrotek Tropika 11(3): 461 - 468, 2023

3.2. Pengaruh Olah Tanah dan Aplikasi penerapan olah tanah minimum memberikan
Pemupukan terhadap Biomassa Cacing pengaruh signifikan karena dapat meningkatkan
Tanah kelimpahan cacing tanah sampai 252%, biomassa
mikroba 70%, dan kandungan C-organik tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan olah tanah sebesar 13,0%, apabila dibandingkan dengan sistem
berpengaruh nyata terhadap biomassa cacing olah tanah konvensional.
tanah pada pengamatan 40 HST dan 90 HST di Dinamika biomassa cacing tanah selama
kedalaman lapisan 0-10 cm (Tabel 3). Hasil uji pertanaman jagung dapat dilihat pada Gambar 2.
BNT 5% menunjukkan bahwa biomassa cacing Pada pengamatan sebelum olah tanah biomassa
tanah di kedalaman 0-10 cm pada 40 HST dan 90 cacing tanah masih rendah, pada pengamatan 40
HST lebih tinggi pada lahan dengan perlakuan olah HST biomassa cacing tanah meningkat dan pada
tanah minimum dibandingkan olah tanah intensif pengamatan 90 HST meningkat pada kedalaman
(Tabel 4). Olah tanah konservasi yang di antaranya 0-10 cm. Rata-rata biomassa cacing tanah lebih
adalah olah tanah minimum dengan pemulsaan tinggi pada kedalaman 0-10 cm. Pada pengamatan
dapat mempertahankan kesuburan tanah. Dalam 40 HST ada penambahan pupuk dan bahan organik
sistem ini, penggemburan tanah dapat terjadi secara sehingga mengalami kenaikan. Pengamatan 90 HST
alami karena aktivitas penetrasi akar, biomassa cacing tanah meningkat pada kedalaman
mikroorganisme, cacing tanah, dan biota tanah 0-10 cm karena pada kedalaman tersebut di dapatkan
lainnya. Sehingga gangguan terhadap tanah dapat cacing tanah dewasa sehingga meningkatkan
diminimalkan. Utomo (2012) melaporkan bahwa biomassa cacing tanah.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Ragam Pengaruh Olah Tanah dan Pemupukan Terhadap Biomassa Cacing
Tanah pada Pengamatan 40 HST dan 90 HST di kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm

Rata-Rata Biomassa Cacing Tanah (g m-2)


Perlakuan SOT 40 HST 90 HST
0-10 cm 0-10 cm 10-20 cm 20 - 30 cm 0-10 cm 10 - 20 cm 20 - 30 cm
............................g m-2..............................
T0P0 0,28 20,35 0,08 0,20 20,44 0.20 0.10
T0P1 0,08 21,40 0,12 0,04 27,11 0.14 0.32
T1P0 0,08 10,75 0,04 0,16 16,89 0.10 0.24
T1P1 0,16 14,25 0,12 0,16 12,00 0.34 0.24
Sumber
F Hitung dan Signifikasi
Keragaman
T 12,73** 6,26*
P 0,94tn 0,06tn
TxP 0,27tn 2,39tn
Keterangan: HST = hari setelah tanam; SOT = Sebelum Olah Tanah; T0 = olah tanah minimum; T1= olah tanah
intensif; P0 = tanpa aplikasi pemupukan; P1 = aplikasi pemupukan; T = olah tanah; P = aplikasi
pemupukan; T x P = interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi pemupukan; tn= tidak berpengaruh
nyata pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata pada taraf 5%; **=sangat berpengaruh nyata pada taraf
1%; %; kolom yang kosong menandakan data tidak di uji lanjut dikarnakan data tersebut tidak homogen.

Tabel 4. Pengaruh Sistem Olah Tanah terhadap Biomassa Cacing Tanah di kedalaman 0–10 cm pada
Pertanaman Jagung (Zea mays L) 40 HST dan 90 HST
Biomassa cacing tanah (g m-2)
Perlakuan
40 HST 90 HST
T0 (Olah Tanah Minimum) 20,75 a 23,37 a
T1 (Olah Tanah Intensif) 12,50 b 14,00 b
BNT 5% 5,31 8,43
Keterangan: Kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Pratiwi et al. : Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap Cacing Tanah 465

Gambar 2. Biomassa Cacing Tanah pada Pengamatan Sebelum Olah Tanah, 40 HST dan 90 HST kedalaman
0-10 cm, 10-20 cm, dan 20-30 cm (SOT = sebelum olah tanah; T0 = Olah Tanah Minimum; T1=
Olah Tanah Intensif; P0 = Tanpa Pemupukan; P1 = Aplikasi Pemupukan

Tabel 5. Pengaruh Olah Tanah dan Pemupukan 3.3. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi
terhadap Kadar Air Tanah dan Suhu pemupukan terhadap Sifat Fisik dan Kimia
Tanah pada Pertanaman Jagung 40 HST Tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan
Perlakuan 40 HST olah tanah berpengaruh nyata terhadap kadar air
Kadar Air Tanah (%) tanah pada pengamatan 40 HST dan terhadap suhu
T0 (Olah Tanah 38,29 a tanah pada pengamatan 90 HST (Tabel 5). Hasil
Minimum) uji BNT 5% (Tabel 6) menunjukkan bahwa olah
T1 (Olah Tanah 34,53 b tanah minimum memiliki kadar air yang tinggi
Intensif) dibandingkan olah tanah intensif pada pengamtan 40
BNT 5% 2,01 HST, Sedangkan olah tanah intensif memiliki suhu
Keterangan: Nilai tengah yang diikuti huruf yang sama lebih tinggi dibandingkan olah tanah minimum (Tabel
tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda
nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%; T0 = 7). Meningkatnya kadar air tanah pada olah tanah
olah tanah minimum; T1= olah tanah intensif. minimum yaitu cara pengolahan tanah yang dilakukan
seperlunya saja disekitar pada lubang tanam dan
permukaan tanah diberikan mulsa berupa sisa
tanaman musim sebelumnya (Chandra et al., 2018).
Tabel 6. Pengaruh Olah Tanah dan Pemupukan Tingginya kadar air tanah pada perlaukan olah tanah
terhadap Suhu Tanah pada Pertanaman minimum akan berpengaruh terhadap populasi cacing
Jagung 90 HST. tanah. Cacing tanah sangat sensitif dengan kadar air
Perlakuan 90 HST tanah, karena kadar air tanah mempengaruhi
Suhu Tanah (°C) kelembaban tanah yang sangat dibutuhkan oleh cacing
tanah untuk menjaga kulitnya agar dapat berfungsi
T0 (Olah Tanah 30.56 b
Minimum) normal untuk berespirasi (Gamasiska et al., 2017).
T1 (Olah Tanah 31,56 a
Intensif) 3.4. Korelasi antara Suhu Tanah, Kadar Air
BNT 5% 0,85 Tanah, C-Organik Tanah, dan pH Tanah
Keterangan: Nilai tengah yang diikuti huruf yang sama dengan populasi dan biomassa cacing tanah
tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda
nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%; T0 = Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kadar
olah tanah minimum; T1= olah tanah intensif. air tanah berkorelasi positif nyata dengan populasi
466 Jurnal Agrotek Tropika 11(3): 461 - 468, 2023

Tabel 7. Ringkasan Hasil Analisis Ragam Pengaruh Olah Tanah dan Aplikasi Pemupukan terhadap Sifat
Fisik dan Kimia Tanah pada Pengamatan sebelum Olah Tanah, 40 HST dan 90 HST
Rata-rata
Kadar Air (%) Suhu (oC) pH C- Organik (%)
Perlakuan 40 90 40 90 40 90 40 90
SOT SOT SOT SOT
HST HST HST HST HST HST HST HST
T0P0 13.82 37.11 34.03 35.31 26.13 30.69 6.22 6.15 6.04 1,74 1,84 1,84
T0P1 12.08 39.49 37.97 36.13 26.88 30.44 6.41 6.08 5.89 1,66 1,77 1,64
T1P0 11.71 34.11 31.33 36.75 26.69 31.56 6.24 6.12 5.89 1,83 1,71 1,57
T1P1 11.87 34.96 30.75 36.13 26.69 31.56 6.29 5.98 6.07 1,59 1,64 1,51
Sumber
F Hitung dan Signifikasi
Keragaman
T 0,53tn 17,90* 4,39tn 1,18tn 0,42tn 7,11* 0,80tn 0,10tn 0,01tn 0,00tn 3,15tn 2,42tn
P 0,25tn 3,30tn 0,50tn 0,02tn 1,66tn 0,11tn 4,77tn 0,31tn 0,01tn 3,26tn 0,79tn 0,98tn
TxP 0,35tn 0,75tn 0,91tn 1,18tn 1,66tn 0,11tn 1,45tn 0,03tn 1,57tn 0,85tn 0,00tn 0,29tn
Keterangan: HST = hari setelah tanam; T1 = olah tanah minimum; T2= olah tanah intensif; P0 = tanpa aplikasi
pemupukan; P1 = aplikasi pemupukan; T = sistem olah tanah; P = aplikasi pemupukan; T x P = interaksi
antara sistem olah tanah dan aplikasi pemupukan; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%; * =
berpengaruh nyata pada taraf 5%.

Tabel 8. Hasil Uji Korelasi antara Variabel Pendukung dengan Populasi Cacing Tanah (Ekor m-2) dan
Biomassa Cacing Tanah (g m-2) pada Pertanaman Jagung (Zea mays)
Koefisien Korelasi (r)
Variabel
Populasi Cacing (ekor m-2) Biomassa Cacing (g m-2)
Pendukung
SOT 40 HST 90 HST SOT 40 HST 90 HST
Kadar air (%) 0,44 tn 0,56* 0,36tn 0,30 tn 0,64* 0,52*
tn tn tn tn tn
Suhu (°C) -0,40 -0,12 -0,41 -0,34 -0,04 -0,50tn
C-organik (%) 0,16tn 0,61* 0,12 tn 0,07 tn 0,53* 0,08 tn
tn tn tn tn tn
pH tanah 0,08 0,10 0,04 0,15 0,08 0,06tn
Keterangn : SOT = sebelum olah tanah; HST = hari setelah tanam; = tidak nyata pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata pada taraf 5%.
tn

Gambar 3 dan 4. Identifikasi berdasarkan klitelium (alat reproduksi) dan prostomium (alat mulut) tipe
Epilobous

Gambar 5 dan 6. Identifikasi berdasarkan setae (bulu halus) yaitu pola Lumbrisin dan Letak klitelium
(alat reproduksi)
Pratiwi et al. : Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap Cacing Tanah 467

Gambar 7. Identifikasi berdasarkan prostomium (alat mulut) tipe prolobous dan setae (bulu halus)
yaitu pola perisetin

cacing tanah pada pengamatan 40 HST biomassa 4. KESIMPULAN


cacing tanah pada pengamatan 40 HST dan 90 HST
(Tabel 8). Sedangkan C-organik berkorelasi positif Populasi dan biomassa cacing tanah lebih tinggi
nyata dengan populasi dan biomassa cacing tanah pada lahan olah tanah minimum dibandingkan olah
pada pengamatan 40 HST. Hal ini menunjukkan bahwa tanah intensif di kedalaman 0-10 cm. Perlakuan
kadar air dan C-organik nyata mempengaruhi populasi pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap
dan biomassa cacing tanah. Menurut Batubara populasi dan biomassa cacing tanah. Tidak terdapat
(2013), cacing tanah menyukai bahan organik sisa interaksi yang nyata antara sistem olah tanah (T)
tanaman seperti serasah yang mudah terdekomposisi dan pemupukan (P) terhadap pengamatan populasi
(terurai) karena lebih mudah dicerna tubuhnya. dan biomassa cacing tanah. Terdapat korelasi positif
Kandungan C-organik berkorelasi positif antara kadar air tanah dengan populasi cacing tanah
menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan C- pada pengamatan 40 HST dan biomassa cacing
organik tanah yang terkandung maka semakin tinggi tanah pada pengamatan 40 dan 90 HST. C-organik
populasi dan biomassa cacing tanah (Arofi, 2020). berkorelasi nyata terhadap populasi dan biomassa
Suin (1997) menyatakan bahwa bahan organik cacing tanah pada pengamatan 40 HST. Terdapat 2
tanah adalah sumber makanan utama untuk genus cacing tanah yang didapat dari hasil identifikasi,
makrofauna tanah, sehingga kandungan bahan yaitu famili Megascolecidae genus Pheretima dan
organik tanah dapat mempengaruhi keberadaan famili Lumbricidae genus Eiseniella.
makrofauna tanah. Kenaikan biomassa cacing
tanah disebabkan melimpahnya sumber makanan 5. DAFTAR PUSTAKA
untuk cacing tanah karena bahan organik pada
media mempengaruhi kehidupan cacing tanah Arofi, A. K., S. Yusnaini, K. Hendarto, & M.A.S.
(Mayasari et al. 2019) Arif. 2020. Pengaruh Pupuk Hayati dan
Bahan Organik terhadap Populasi dan
3.5 Identifikasi Cacing Tanah Biomassa Cacing Tanah pada Pertanaman
Bawang Merah (Allium ascolanicum L) di
Terdapat dua genus yang diperoleh pada Kecamatan Merbau Maratam Kabupaten
penelitian ini yaitu yang pertama memiliki ciri-ciri Lampung Selatan. J. Agrotek Tropika. 8
klitelum (alat reproduksi) terletak berada di depan (2): 271-280.
segmen 15 (Gambar 3), bentuk prostomium (alat Batubara, M. A., A. Niswati, S. Yusnaini, &
mulut) tipe Epilobous (Gambar 4), dan setae (bulu M.A.S. Arif. 2013. Pengaruh Sistem Olah
halus) berpola Lumbrisin (Gambar 5). Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas terhadap
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan Populasi dan Biomassa Cacing Tanah pada
terdapat 2 genus cacing tanah yang didapat dari Pertanaman Tebu (Saccharum Offi-
hasil identifikasi, yaitu famili Megascolecidae cinarum L.) Tahun Ke-2. J. Agrotek
genus Pheretima dan famili Lumbricidae genus Tropika.1 (1): 107 – 112.
Eiseniella. Hasil penelitian musim ke-3 dan ke-4 Brown, G. G., N. P. Benito, A. Pasini., K. D. Sautter,
hasil identifikasi yaitu Megascolecidae genus M. F. Guimaraes, & E. Tores. 2002. No-
Pheretima. Tillage Greatly Increases Earthworm
468 Jurnal Agrotek Tropika 11(3): 461 - 468, 2023

Population In Parana State, Brazil. 7 Th Pertanian Universitas Lampung. Agrotek


International Symposium on Earthworm Tropika. 5 (3):169-174.
Ecology. Cardiff. Wales.764-771 Hlm. Hanafiah, K. A., A Napoleon, & N. Ghoffar. 2005.
Burhanudin, I.S. Banuwa, & I. Zulkarnain. 2014. Ekologi dan Mikrobiologi Tanah.
Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Herbisisida Rajawali Press. Jakarta.
terhadap Kehilangan Unsur Hara dan Bahan Nurlita N, S. Yusnaini, Kushendarto, & M. A.S.
Organik akibat Erosi di Laboratorium Lapang Arif. 2021. Pengaruh Pupuk Organik dan
Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Pupuk Hayati terhadap Populasi dan
Lampung. Jurnal Teknik Pertanian Biomassa Cacing Tanah pada Pertanaman
Lampung. 3 (3): 275-282. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) di
Chandra, D., I.S. Banuwa, N.A. Afrianti, & Afandi. Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong
2018. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Tataan. J Agrotek Tropika. 9 (2): 239-249.
Pemberian Hebrisida terhadap Kehilangan Mayasari, A.T., A.A.I. Kesumadewi, & N.L.
Unsur Hara dan Bahan Organik Akibat Erosi Kartini. 2019. Populasi, Biomassa dan Jenis
pada Pertanaman Jagung Musim Tanam Cacing Tanah pada Lahan Sayuran Organik
Ketiga di Laboratorium Lapangan Terpadu dan Konvensional di Bedugul. Agrotop. 9
Universitas Lampung. J. Agrotek Tropika. (1): 13-22.
6 (1): 56-65. Suin, N. M. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Cetakan
Gamasiska, F., S. Yusnaini, A. Niswati, & IV. Bumi Aksara dan Pusat Antar Universitas
Dermiyati. 2017. Populasi dan Biomassa Ilmu Hayati ITB. Jakarta.
Cacing Tanah pada Berbagai Vegetasi di Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah: Teknologi
Setiap Kemiringan Lereng Serta Pengelolaan Pertanian Lahan Kering.
Korelasinya Terhadap Kesuburan Tanah di Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Bandar Lampung.

You might also like