Pelayanan Fiskus, Pelayanan Perpajakan Dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kabupaten Semarang
Pelayanan Fiskus, Pelayanan Perpajakan Dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kabupaten Semarang
Andi Wijayanto1,*
1
Departemen Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
*Email: [email protected]
Abstract This study was conducted to analyze the performance of the service of tax authorities, Taxation
Services and Tax Compliance of taxpayers and the influence tax authorities Services and Taxation Services
to the personal taxpayer compliance in Semarang District. The study using a survey research approach. The
population in this study were all individual taxpayers in the district of Semarang. Sampling method using
judgment sampling with a sample of 100 taxpayers. Methods of data collection using questionnaires,
interviews, and documentation. Data analysis using multiple linear regression analysis. The study concluded
that: (a) variable of tax authorities service had no significant effect on the variable Taxpayer Compliance;
(b) Taxation Services has positive and significant effect on Taxpayer Compliance; (c) variable service of tax
authorities and Taxation Services simultaneously have significant effect on Taxpayer Compliance. The
research suggestions: (a) taxation socialization should be increased so that all taxpayers know that they have
choices and ease to report SPT; (b) Tax Officer must more Proactive and communicative to the taxpayers;
(c) rewards and punishments apply to the taxpayer in accordance with the legislation in force; (d) variable
service of tax authorities and Taxation Service has simultaneously contributed influences on taxpayer
compliance is relatively small at only 16.7 percent. It is therefore recommended for future studies to examine
several other factors, such as the understanding of the self-assessment system, education level, income level,
tax penalties, or because of attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control.
Abstraksi Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kinerja Pelayanan Fiskus, Pelayanan
Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak serta pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pelayanan Perpajakan Wajib
Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kabupaten Semarang. Penelitian menggunakan
pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WP Orang Pribadi (OP) di Kabupaten
Semarang. Metode penarikan sampel dilakukan dengan teknik judgement Sampling dengan jumlah sampel
100 WP. Metode pengumpulan data menggunakan Kuesioner, Wawancara, dan Dokumentasi. Analisis
menggunakan analisis regresi linier berganda. Penelitian menyimpulkan bahwa: (a) Pelayanan Fiskus tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel Kepatuhan WP; (b) Pelayanan Perpajakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel Kepatuhan WP; (c) Variabel Pelayanan Fiskus dan Pelayanan Perpajakan secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan WP. Saran-saran penelitian: (a) Sosialisasi media
penyampaian SPT dan penyuluhan perpajakan harus ditingkatkan agar semua WP mengetahui bahwa mereka
memiliki pilihan-pilihan dan kemudahan dalam menyampaikan SPT; (b) Petugas Pajak harus Lebih Proaktif
dan Komunikatif kepada para WP; (c) menerapkan reward dan punishment kepada WP sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; (d) Variabel Pelayanan Fiskus dan Pelayanan Perpajakan
secara simultan memiliki kontribusi pengaruh terhadap kepatuhan WP yang terbilang kecil yaitu hanya 16,7
persen. Oleh karena itu bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti beberapa faktor lain, misalnya
adalah pemahaman terhadap sistem self assessment, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, sanksi
perpajakan, atau karena faktor sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang dipersepsikan.
118 |
Pelayanan Fiskus, Pelayanan Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak ...| 119
negara. Berdasarkan fungsi ini maka pajak penerimaan negara dari sektor pajak
memiliki kontribusi yang besar bagi APBN menghadapi beberapa kendala. Salah satu
dan APBD. Fungsi regulerend berarti pajak kendala utama yang banyak dihadapi adalah
merupakan instrumen untuk mengatur rendahnya tingkat kepatuhan WP untuk
berbagai aspek, misalnya mengatur tingkat membayar pajak. Menurut catatan Ditjen
pertumbuhan ekonomi melalui insentif pajak, Pajak, pada tahun 2012 baru sekitar 25 juta
atau bahkan sebaliknya untuk menghambat WP orang pribadi yang sudah membayar
pertumbuhan pelaku dan bidang ekonomi pajak dari sekitar 60 juta WP orang pribadi
tertentu. Fungsi mengatur ini menurut yang seharusnya membayar pajak. Sedangkan
Mardiasmo (2008) berarti pajak berfungsi untuk WP badan usaha, baru sekitar 520 ribu
sebagai alat untuk mengatur atau yang menyerahkan SPT (Surat
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam Pemberitahuan). Jumlah tersebut adalah 10,4
bidang sosial dan ekonomi. Sedangkan fungsi persen dari sekitar 5 juta badan usaha yang
sosial pajak adalah untuk menanggulangi seharusnya mampu membayar pajak (Petrus
ketimpangan sosial, misalnya penerapan pajak dalam www.jpnn.com).
progresif bagi masyarakat dengan
memberlakukan tarif pajak yang berbeda Di Jawa Tengah sendiri tingkat
untuk tingkat penghasilan yang berbeda. kepatuhan WP masih tergolong cukup rendah.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah
Mengingat pentingnya sektor pajak I pada bulan Maret 2013 melaporkan bahwa
dalam pembangunan nasional, maka tingkat kepatuhan WP di DJP Jawa Tengah I
pemerintah Republik Indonesia dari tahun ke pada tahun 2012 hanya sebesar 60 persen
tahun terus berupaya untuk meningkatkan (Sukarno, bisnis-jateng.com, 22 Maret 2013).
penerimaan negara dari sektor pajak. Salah Bahkan pada periode Januari – Maret 2013
satu kebijakan penting yang pernah dilakukan tingkat kepatuhan penyampaian Surat
dalam bidang perpajakan adalah reformasi Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
perpajakan (tax reform) pada tahun 1983. Penghasilan (PPh) WP orang pribadi maupun
Berdasarkan reformasi perpajakan tersebut, badan di wilayah Ditjen Pajak Jateng I baru
sistem pemungutan pajak di Indonesia mencapai 52% saja, yaitu 412.987 dari
mengalami perubahan dimana mulai saat itu 801.695 WP (Sukarno, bisnis-jateng.com, 8
diterapkan self assessment system. Pada April 2013). Dijelaskan bahwa menurunnya
sistem ini, WP diberi tanggung jawab dan tingkat kepatuhan WP di Jawa Tengah salah
kepercayaan untuk menghitung, membayar satu faktor penyebabnya adalah diakibatkan
serta melaporkan sendiri pajak terutang penambahan jumlah WP pribadi yang cukup
kepada negara. Pajak yang disetor oleh WP signifikan hingga ratusan ribu orang, namun
dianggap benar sampai pemerintah dapat tidak semuanya mengerti mekanisme
membuktikannya salah (Sultoni, 2013). pelaporan SPT-nya sehingga tingkat
Reformasi perpajakan berikutnya dilakukan kepatuhan turun.
pada tahun 1994 dan 2000 (Kahono, 2003).
Berbagai upaya dilakukan pemerintah,
Namun penerapan sistem ini bukannya dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
tanpa kelemahan. Kelemahan utama dari untuk meningkatkan kepatuhan WP. Ditjen
sistem ini adalah bahwa pemungutan pajak Pajak telah melakukan berbagai kebijakan di
tidak akan efektif bila WP tidak memiliki tahun 2012 untuk mencapai tujuan tersebut,
kesadaran untuk menghitung, membayar serta antara lain adalah melaksanakan sensus pajak
melaporkan sendiri pajak terutangnya kepada nasional tahap kedua, registrasi ulang
negara serta kurangnya pengawasan dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), pengembangan
aparat pajak. Maka dari itu, isu tentang teknologi informasi untuk mendukung
kepatuhan WP menjadi faktor penting bagi pelayanan dan memberikan kemudahan
efektifitas peningkatan pendapatan negara dari kepada WP, harmonisasi peraturan
sektor pajak. perpajakan, peningkatan jumlah jam
(kuantitas) maupun kualitas pelayanan dan
Namun upaya untuk meningkatkan Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) di tahun 2013 (Petrus dalam
120 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, September 2018
sosial, mempengaruhi kepatuhan pajak hanya terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
pada saat seseorang mengidentifikasi dirinya Pratama di Kabupaten Semarang. Adapun
pada kelompok sehingga sebagai KPP untuk wilayah Kabupaten Semarang
konsekuensinya menginternalisasi norma adalah di KPP Pratama Salatiga yang
tersebut sebagai etika mereka sendiri. beralamat di Jalan Diponegoro No. 163
Salatiga 50174. Wilayah layanan KPP
Berdasarkan kajian teori dan penelitian Pratama Salatiga di Kabupaten Semarang
terdahulu, maka dirumuskan hipotesis meliputi 17 kecamatan yang terdiri dari 239
penelitian sebagai berikut: desa/kelurahan. Metode penarikan sampel
dilakukan dengan teknik judgement Sampling.
H1 : Pelayanan Fiskus Pajak berpengaruh Kriteria sampel adalah sebagai berikut: (a)
terhadap kepatuhan WP Orang Pribadi di Menjadi WP sedikitnya sejak tahun 2011
Kabupaten Semarang. (minimal sejak dua tahun terakhir
penyampaian SPT Tahunan) atau lebih lama;
H2 : Pelayanan Perpajakan WP (b) Menyampaikan Surat Pemberitahuan
berpengaruh terhadap kepatuhan WP Tahunan (SPT) pajak penghasilan sedikitnya
Orang Pribadi di Kabupaten Semarang. dua kali.Sedangkan ukuran besarnya sampel
ditentukan dengan rumus Slovin pada
probabilitas 10 persen yaitu sebanyak 100
H3 : Pelayanan Fiskus dan Pelayanan
Perpajakan WP secara simultan orang responden. Skala pengukuran
menggunakan skala sikap Likert. Metode
berpengaruh terhadap kepatuhan WP
pengumpulan data yang digunakan dalam
Orang Pribadi di Kab. Semarang.
penelitian ini adalah Kuesioner, Wawancara,
dan Dokumentasi. Analisis data dilakukan
Rumusan hipotesis tersebut di atas dapat
dengan Analisis Regresi Linier.
digambarkan dalam bentuk model hipotesis
sebagai berikut:
Hasil
berarti lebih besar dibandingkan alpha sebesar simultan memiliki pengaruh yang signifikan
0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terhadap variabel terikat (Kepatuhan WP).
variabel Pelayanan Fiskus (X1) tidak Pembuktian hipotesis juga dapat dilakukan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dengan membandingkan nilai probabilitas F
Kepatuhan WP. (sig. F) dengan nilai alpha (0,10). Nilai sig. F
dari hasil perhitungan ditemukan sebesar
Variabel Pelayanan Perpajakan (X2) 0,000. Nilai ini berarti lebih kecil
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap dibandingkan nilai alpha (0,10), sehingga
variabel Kepatuhan WP. Pengujian dengan dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel
menggunakan nilai signifikansi membuktikan bebas secara simultan memiliki pengaruh
kesimpulan yang sama di mana nilai yang signifikan terhadap variabel terikat.
signifikansi t adalah sebesar 0,042 yang
berarti lebih kecil dibandingkan alpha sebesar Pembahasan
0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Pelayanan Perpajakan (X2) Penerimaan pajak sebagai salah satu
berpengaruh signifikan terhadap variabel sumber pembiayaan pembangunan terus
Kepatuhan WP. digenjot oleh pemerintah. Berbagai kebijakan
dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan WP
Berdasarkan hasil analisis data dengan dalam membayar pajak dan menyampaikan
menggunakan regresi linear berganda Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak.
terhadap variabel-variabel bebas yang Penelitian ini berusaha menemukan bukti
meliputi Pelayanan Fiskus (X1) dan adanya pengaruh antara pelayanan fiskus dan
Pelayanan Perpajakan (X2) terhadap variabel pelayanan perpajakan terhadap tingkat
terikat (Kepatuhan WP) diperoleh nilai F hitung kepatuhan WP.
sebesar 9,754. Nilai F hitung tersebut lebih besar
dibandingkan dengan nilai F tabel sebesar Hasil analisis membuktikan bahwa
2,3581 atau berada dalam daerah penolakan pelayanan fiskus tidak memiliki pengaruh
Ho. Dengan demikian Ha diterima, sehingga yang signifikan terhadap kepatuhan WP. Hasil
dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel ini cukup mengejutkan karena beberapa
bebas yang meliputi Pelayanan Fiskus (X1) penelitian terdahulu membuktikan sebaliknya.
dan Pelayanan Perpajakan (X2) secara Misalnya hasil, penelitian Jatmiko (2006)
yang menyimpulkan bahwa pelayanan fiskus KPP Pratama masih menjadi pilihan pertama
secara parsial memiliki pengaruh positif dan dalam menyampaikan SPT dan layanan
signifikan terhadap kepatuhan WP. perpajakan lainnya sebagaimana ditunjukkan
pada tabel sebagai berikut:
Sebaliknya, variabel pelayanan
perpajakan terbukti berpengaruh positif dan Tabel 6.Tempat Menyampaikan SPT
signifikan terhadap kepatuhan WP. Hal ini
berarti bahwa semakin baik pelayanan yang No. Tempat Menyampaikan Freku- Persen-
diberikan maka akan semakin tinggi tingkat SPT ensi tase
kepatuhan WP. Temuan terhadap kedua 1 Kantor Pelayanan Pajak
75 66,4
variabel bebas ini menunjukkan bahwa para (KPP)
WP yang diteliti melihat pelayanan 2 Melalui perusahaan jasa
8 7,1
perpajakan sebagai hal yang lebih penting. ekspedisi/kurir
3 Melalui pos dengan bukti
Para WP juga melihat bahwa pelayanan 6 5,3
pengiriman
perpajakan di Indonesia masih banyak 4 Secara elektronik atau e-
diwarnai dengan berbagai masalah. Hal ini 4 3,5
Filling
dibuktikan dengan beberapa kritik, saran- 5 Mobil Pajak 1 ,9
saran dan harapan para WP di Kabupaten 6 Lainnya 19 16,8
Semarang yang dirangkum dan disajikan pada Total 113 100,0
Tabel 5. Sumber: Analisis Data, diolah (2013)
Dari hasil identifikasi terhadap kritik, Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
saran, masukan atau harapan WP terhadap bahwa KPP masih menjadi pilihan terbanyak
bidang perpajakan di Kabupaten Semarang untuk menyampaikan SPT dan layanan
menunjukkan bahwa WP lebih menginginkan perpajakan di Kabupaten Semarang yaitu
perbaikan dalam bidang pelayanan perpajakan dimanfaatkan oleh sebanyak 66,4 persen
dibanding pelayanan fiskus. Hal ini didukung responden. Sedangkan lokasi atau media
oleh skor penilaian responden terhadap layanan yang tidak dimanfaatkan sama sekali
pelayanan perpajakan yang rata-ratanya hanya oleh responden adalah pojok pajak dan drop
3,33 atau lebih rendah dibandingkan dengan box yang ada di mall atau pusat perbelanjaan.
rata-rata skor variabel pelayanan fiskus
sebesar 3,58. Selain itu bagi yang bekerja di sektor
formal, mendatangi lokasi KPP kadangkala
Berdasarkan data, harapan responden juga memakan waktu yang cukup lama hingga
paling banyak adalah agar pemerintah (dalam kesulitan untuk mendapatkan ijin dari tempat
hal ini Direktorat Jenderal Pajak) dapat bekerja. Sebenarnya Ditjen Pajak telah
meningkatkan kualitas pelayanan (24,1 menyediakan beberapa sarana untuk
persen). Di sisi lain, sebanyak 11,1 persen WP penyampaian SPT, namun tidak semua WP
juga mengharapkan pemerintah dapat mengetahui melalui media apa saja SPT dapat
menyederhanakan prosedur perpajakan yang disampaikan. Oleh karena itu, sosialisasi
mereka nilai masih sulit dan membingungkan. media penyampaian SPT dan penyuluhan
Kantor Pelayanan Perpajakan juga dinilai perpajakan harus ditingkatkan lagi agar semua
kurang banyak oleh 9,3 persen WP. Dampak WP mengetahui bahwa mereka memiliki
dari hal ini khususnya dirasakan oleh para WP pilihan-pilihan dan kemudahan dalam
yang menyampaikan SPT tidak dikoordinir menyampaikan SPT (disarankan oleh 9,3
oleh tempat mereka bekerja, misalnya para persen responden).
WP yang pekerjaaannya adalah berwirausaha.
Lokasi pelayanan juga dirasakan terlalu jauh Harapan lainnya adalah petugas Pajak
bagi masyarakat Kabupaten Semarang karena Lebih Proaktif dan Komunikatif kepada para
pelayanan perpajakannya berada di KPP WP (disarankan oleh sebanyak 9,3 persen
Pratama Salatiga. Hal ini kadangkala responden). Keluhan utama yang sering
menimbulkan adanya rasa malas untuk dilontarkan oleh para WP adalah bahwa WP
mendatangi tempat pelayanan pajak. Apalagi sering kesulitan untuk dapat menghubungi
128 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, September 2018
petugas pajak. Sebaliknya petugas pajak juga mengharapkan kepada pemerintah untuk
kurang melakukan komunikasi dengan WP memberantas korupsi pajak dan adanya mafia
yang masih memiliki permasalahan pajak. Kondisi ini juga berkaitan dengan
perpajakan. Hal inilah yang menyebabkan persepsi responden terhadap pemanfaatan
beberapa WP kadangkala lupa untuk pajak selama ini yang dianggap banyak
menyampaikan SPT meskipun jauh hari penyelewengan. Sebanyak 5,6 persen
sebelumnya sudah pernah mendapat surat responden mengharapkan pajak dapat
pemberitahuan dari Kantor Pajak. Hal ini dimanfaatkan dengan tepat dan tidak
dibuktikan dengan data mengenai beberapa diselewengkan.
alasan mereka menunggak pajak sebagaimana
ditunjukkan pada tabel berikut ini: Hasil analisis data juga membuktikan
bahwa secara bersama-sama variabel
Tabel 7. Alasan WP Menunggak Pajak pelayanan fiskus dan pelayanan perpajakan
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
Alasan Juml Persen WP. Namun demikian, kontribusi kedua
ah tase variabel bebas tersebut terhadap kepatuhan
Lupa 1 25% WP terbilang kecil yaitu hanya 16,7 persen.
Malas membuat & Sedangkan sebesar 83,3 persen, kepatuhan
menyampaikan SPT 1 25% WP dipengaruhi oleh faktor lain. Beberapa
Tidak pernah kena sanksi 1 25% faktor lainnya tersebut misalnya adalah
Dikecualikan dari kewajiban pemahaman terhadap sistem self assessment,
menyampikan SPT 1 25% tingkat pendidikan, tingkat penghasilan,
Total 4 100% sanksi perpajakan (Rustiyaningsih, 2011) atau
Sumber: Analisis Data, diolah (2013) karena faktor sikap, norma subyektif, dan
kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
(Bradley dalam Mustikasari, 2007).
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat
dilihat beberapa alasan mengapa para WP
pernah menunggak pajak, diantaranya adalah Tabel 8. Alasan Memiliki NPWP
karena lupa, malas membuat &
menyampaikan SPT, Tidak pernah kena Frekue Persent
Alasan Memiliki NPWP nsi ase
sanksi, dan dikecualikan dari kewajiban
menyampikan SPT. Lupa menjadi salah satu Terpaksa karena peraturan 29 20,28
alasan mengapa WP menunggak pajak. Oleh Untuk pendukung
karena itu, diharapkan oleh WP kepada para pekerjaan/usaha 34 23,78
Ingin memperoleh fasilitas
petugas pajak untuk bisa lebih proaktif kepada
bebas fiskal 3 2,10
para WP khususnya jika ditengarai Sarana dalam administrasi
permasalahan baik sengaja maupun karena perpajakan 18 12,59
alasan lupa. Responden yang menunggak Menjaga ketertiban
pajak juga mengemukakan bahwa selama ini pembayaran pajak 22 15,38
mereka tidak pernah kena sanksi meskipun Menghindari sanksi
menunggak pajak. Oleh karena itu penting perpajakan 18 12,59
bagi Pitjen Pajak untuk memberi peringatan Menghindari pemotongan
sanksi kepada WP yang menunggak dan PPh yang tinggi 2 1,40
menerapkan sanksi jika memang tunggakan Mempermudah mendapat
kredit bank 13 9,09
pajak terjadi tanpa alasan yang dibenarkan
Tanda Identitas WP dalam
oleh undang-undang. perpajakannya 4 2,80
Total 143 100
Berbagai kasus yang terjadi di bidang
Sumber: Analisis Data, diolah (2013)
perpajakan yang melibatkan petugas pajak
juga menjadi perhatian yang besar bagi para
WP. Sektor pajak dilihat sebagai sektor yang Rendahnya kontribusi variabel pelayanan
menjadi sarang korupsi dan mafia perpajakan. fiskus dan pelayanan perpajakan dalam
Sebanyak 7,5 persen responden penelitian ini juga disebabkan karena
Pelayanan Fiskus, Pelayanan Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak ...| 129
kepatuhan WP dalam membayar pajak dan dilihat bahwa para WP yang menyampaikan
menyampaikan SPT semata-mata bukan SPT tepat waktupun juga menggunakan
karena kesadaran yang tinggi untuk membayar adanya peraturan dan sanksi sebagai alasan.
pajak atau pelayanan perpajakan dan fiskus Sebanyak 39,82 persen WP yang
yang sudah baik, namun juga karena beberapa menyampaikan SPT tepat waktu beralasan
alasan lainnya. Sebagai contoh, beberapa karena berusaha mematuhi peraturan,
alasan responden memiliki NPWP sedangkan sebanyak 38,05 persen WP yang
ditunjukkan pada Tabel 8. menyampaikan SPT tepat waktu beralasan
untuk menghindari sanksi perpajakan. Jika
Dari berbagai alasan WP memiliki pada sisi lain alasan menunggak pajak adalah
NPWP, beberapa alasan terbanyak karena selama ini mereka tidak pernah kena
diantaranya adalah untuk mendukung sanksi, maka penting kiranya bagi pemerintah
pekerjaan atau usaha (23,78 persen), terpaksa untuk menerapkan reward dan punishment
karena peraturan (20,8 persen), dan kepada WP sesuai dengan peraturan
menghindari sanksi perpajakan (12,59 perundang-undangan.
persen). Proporsi ketiga alasan ini adalah
sebesar 56,64 persen. Artinya lebih dari Kesimpulan dan Saran
separuh WP memandang kewajiban di bidang
perpajakan adalah sebagai beban. WP Berdasarkan pada hasil penelitian, maka
memiliki NPWP bukan karena kesadaran dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
sebagai warga negara untuk memberikan berikut: (a) Pelayanan Fiskus secara parsial
kontribusi dalam pembangunan, melainkan tidak berpengaruh signifikan terhadap
karena paksaan peraturan dan adanya sanksi Kepatuhan WP. Pajib pajak melihat pelayanan
yang menyertainya. Dalam hal ini faktor perpajakan sebagai hal yang lebih penting
sanksi perpajakan sebagaimana yang untuk diperbaiki. Adanya peraturan dan sanksi
dikemukakan Rustiyaningsih (2011) perpajakan lebih menonjol perannya dalam
memainkan peranan yang kuat dalam mendorong WP untuk mematuhi kewajiban
meningkatkan kepatuhan WP. perpajakan; (b) Pelayanan Perpajakan secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan
Demikian pula jika dilihat alasan-alasan terhadap variabel Kepatuhan WP; (c)
WP yang berusaha menyampaikan SPT tepat Pelayanan Fiskus dan Pelayanan Perpajakan
pada waktunya sebagian besar adalah karena secara simultan berpengaruh signifikan
adanya peraturan dan sanksi perpajakan terhadap Kepatuhan WP. Kontribusi kedua
sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut variabel bebas tersebut terhadap kepatuhan
ini: WP terbilang kecil yaitu hanya 16,7 persen.
Sedangkan sebesar 83,3 persen, kepatuhan
Tabel 9. Alasan Menyampaikan SPT Tepat WP dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya
Waktu adalah pemahaman terhadap sistem self
assessment, tingkat pendidikan, tingkat
Frekue Persent penghasilan, sanksi perpajakan, atau karena
Alasan Spt Tepat Waktu nsi ase faktor sikap, norma subyektif, dan kontrol
Menghindari sanksi keperilakuan yang dipersepsikan.
perpajakan 43 38,05
Berusaha mematuhi peraturan 45 39,82 Berdasarkan pada kesimpulan, maka
Supaya tidak lupa di dapat diajukan saran-saran sebagai berikut: (a)
kemudian hari 8 7,08 Sosialisasi media penyampaian SPT dan
Mendukung tertib penyuluhan perpajakan harus ditingkatkan
administrasi perpajakan 16 14,16
lagi agar semua WP mengetahui bahwa
Alasan lainnya 1 0,88 mereka memiliki pilihan-pilihan dan
Total 113 100 kemudahan dalam menyampaikan SPT; (b)
Sumber: Analisis Data, diolah (2013) Petugas Pajak harus Lebih Proaktif dan
Komunikatif kepada para WP. Keluhan utama
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat yang sering dilontarkan oleh para WP adalah
130 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, September 2018
bahwa WP sering kesulitan untuk dapat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
menghubungi petugas pajak. Sebaliknya Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan
petugas pajak juga kurang melakukan Bangunan (Studi Empiris di Wilayah KP.
komunikasi dengan WP yang masih memiliki PBB Semarang). Tesis. Semarang:
permasalahan perpajakan. Hal inilah yang Universitas Diponegoro.
menyebabkan beberapa WP kadangkala lupa
untuk menyampaikan SPT meskipun jauh hari Kesit, Bambang. 2009. Hukum Pajak.
sebelumnya sudah pernah mendapat surat Yogyakarta: Program Studi Akuntansi
pemberitahuan dari Kantor Pajak; (c) Para WP FE UII.
baik yang menyampaikan SPT tepat waktu
maupun yang menunggak pajak atau tidak Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Edisi Revisi
menyampaikan SPT menggunakan adanya 2008. Yogyakarta: Penerbit Andi.
peraturan dan sanksi sebagai alasan. Oleh
karena itu penting kiranya bagi pemerintah Mustikasari, Elia. 2007. Kajian empiris
untuk menerapkan reward dan punishment tentang kepatuhan wajib pajak badan di
kepada WP sesuai dengan peraturan Perusahaan industri pengolahan di
perundang-undangan yang berlaku; (d) surabaya. Simposium nasional Akuntansi
Pelayanan Fiskus dan Pelayanan Perpajakan X. Makassar: Unhas.
secara simultan memiliki kontribusi pengaruh
terhadap kepatuhan WP yang terbilang kecil. Nasution, M.N. 2001. Total Quality
Oleh karena itu bagi penelitian selanjutnya
Management. Jakarta: Ghalia Indonesia.
disarankan untuk meneliti beberapa faktor
lain, misalnya adalah pemahaman terhadap
Patmawati, Yulia. 2009. Pengaruh Kualitas
sistem self assessment, tingkat pendidikan,
Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan
tingkat penghasilan, sanksi perpajakan, atau
Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi
karena faktor sikap, norma subyektif, dan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.
Bandung Cibeunying.
http://elib.unikom.ac.id/,Unikom Digital
Daftar Referensi Library. Diunduh pada 7 Mei 2013.
Bramasto, Ari. 2012. Pengaruh Kepatuhan Petrus, Kismantoro. 2012. Tingkat Kepatuhan
WP Dan Kualitas Informasi Akuntansi Wajib Pajak Masih
Keuangan Terhadap Efektivitas Sistem Rendah.http://www.jpnn.com/index.php?
Self Assessment. Majalah Ilmiah mib=berita.detail&id=152248. Sabtu, 29
UNIKOM Vol. 10, No. 2, Juli 2012. Desember 2012.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-faktor yang
Sikap WP Pada Pelaksanaan Sanksi Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak.
Denda, Pelayanan Fiskus Dan Widya Warta, Nomor 02, Tahun XXXV,
Kesadaran Perpajakan Terhadap Juli 2011.
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris
Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di
Sukarno, Puput Ady. 2013. WAJIB PAJAK:
Kota Semarang). Semarang: Undip. 150 Orang Pembayar Pajak Tertinggi
Dapat Penghargaan.http://www.bisnis-
Jotopurnomo, Cindy & Yenni Mangoting. jateng.com/, 22 Maret 2013.
2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi
Sukarno, Puput Ady. 2013. WAJIB PAJAK:
Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak
DJP Jateng I Gencarkan Tingkat
Berada terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib
Orang Pribadi di Surabaya. Tax &
Pajak.http://www.bisnis-jateng.com/, 25
Accounting Review, Vol.1, No.1, 2013.
Maret 2013.
Kahono, Sulud. 2003. Pengaruh Sikap Wajib
Sukarno, Puput Ady. 2013. PAJAK JATENG:
Pelayanan Fiskus, Pelayanan Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak ...| 131