0% found this document useful (0 votes)
33 views12 pages

Pengaruh Takaran Bahan Organik Terhadap Pertumbuha

This study examined the effects of organic material doses on the growth and yield of cauliflower under two different irrigation systems during the dry season in lowland areas. The experiment found that there were significant interactions between irrigation systems and organic matter doses on some growth parameters. While irrigation systems did not affect cauliflower growth and yield, organic material doses did have effects. The highest dose of cow manure (15 t/ha) produced the best growth and highest curd yield.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
33 views12 pages

Pengaruh Takaran Bahan Organik Terhadap Pertumbuha

This study examined the effects of organic material doses on the growth and yield of cauliflower under two different irrigation systems during the dry season in lowland areas. The experiment found that there were significant interactions between irrigation systems and organic matter doses on some growth parameters. While irrigation systems did not affect cauliflower growth and yield, organic material doses did have effects. The highest dose of cow manure (15 t/ha) produced the best growth and highest curd yield.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

1|P as palum:Jurnal Ilmiah P ertanian, Volume 10 No.

2 S eptember 2022
ISSN : 2088-5113 (Printed)
ISSN : 2598-0327 (electric)

PASPALUM : Jurnal Ilmiah Pertanian


Vol. 10 No. 2, Bulan September Tahun 2022
DOI: http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v10i2.

Pengaruh Takaran Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil


Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. botrytis sub var. cauliflora
DC) Pada Dua Sistim Pengairan Yang Berbeda Di Dataran Rendah
Netti Nurlenawati1, Rommy Andhika Laksono2
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Buana Perjuangan
2
Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat
[email protected]

(Received: 08-26-2022; Reviewed: 09-15-2022 Published: 09-30-2022)

ABSTRACT
The study was aimed to determine and analyze the effects of organic material on the cauliflower (Brassica
oleracea L. var . botrytis sub var. cauliflora DC ) in different irrigation systems during dry season in the
lowlands. This experiment was conducted in paddy fields in the village of Sukapura, Rawamerta Karawang
from May to August 2021. The experimental design was Split Plot Design. As the main plot was the irrigation
system (A), consisted of two levels: (1) a1 = furrow irrigation, and (2) a2 = sprinkler irrigation (manual). The
split plot was the dose of organic material (B), consisted of 4 levels: (1) b0 = no organic material (cow manure
0 t ha-1), (2) b1 = cow manure 5 t ha-1, (3) b2 = cow manure 10 t ha-1, and (4) b3 = cow manure 15 t ha-1. Each
treatment was repeated four times. The results showed that there were significant interaction between irrigation
systems and the dose of organic matter on the number of leaves at 14 days after planting (dap), stem diameter at
28 days after planting, height curd and weight curd. There were not any effects from irrigation systems on the
growth and yield of cauliflower. There were effects from the dose of organic material on growth and yield of
cauliflower. The dose of cow manure at 15 t ha-1 gave the highest growth and yield of curd with leaves weight
936.13 g, total yield of 18.34 kg per plot equivalent to 30.57 t ha-1 and marketable yield per plot is 16.81 kg
equivalent to 28.02 t ha-1.
Keywords: organic matter, irrigation systems, cauliflower

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bahan organik terhadap tanaman kembang
kol (Brassica oleracea L. var. botrytis sub var. cauliflora DC ) pada sistem irigasi yang berbeda pada musim
kemarau di dataran rendah. Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan di desa Sukapura, Rawamerta
Karawang pada bulan Mei sampai Agustus 2021. Rancangan percobaan adalah Rancangan Petak Terpisah.
Sebagai petak utama adalah sistem irigasi (A), terdiri dari dua tingkatan: (1) a1 = irigasi alur, dan (2) a2 = irigasi
sprinkler (manual). Petak terpisah adalah dosis bahan organik (B), terdiri dari 4 taraf: (1) b0 = tidak ada bahan
organik (kotoran sapi 0 t ha-1), (2) b1 = kotoran sapi 5 t ha-1, ( 3) b2 = kotoran sapi 10 t ha-1, dan (4) b3 =
kotoran sapi 15 t ha-1. Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang nyata antara sistem irigasi dan dosis bahan organik terhadap jumlah daun pada 14 hari setelah
tanam (hst), diameter batang pada 28 hari setelah tanam, tinggi dadih dan berat dadih. Tidak ada pengaruh
sistem irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil kembang kol. Ada pengaruh dosis bahan organik terhadap
pertumbuhan dan hasil kembang kol. Dosis pupuk kandang sapi pada 15 t ha-1 memberikan pertumbuhan dan
hasil dadih tertinggi dengan berat daun 936,13 g, total hasil 18,34 kg per plot setara dengan 30,57 t ha-1 dan
hasil yang dapat dipasarkan per plot adalah 16,81 kg setara dengan 28,02 t ha-1.
Kata kunci: bahan organik, sistem irigasi, kembang kol
238 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

PENDAHULUAN Salah satu cara untuk meningkatkan


ketersediaan air bagi tanaman sayuran adalah
Kubis bunga termasuk tanaman sayuran dengan pemberian bahan organik. Menurut
penghasil bunga yang kebutuhan airnya cukup Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) bahan
tinggi. Di dataran rendah terutama pada atau pupuk organik dapat berperan sebagai
musim kemarau tidak adanya curah hujan “pengikat” butiran primer menjadi butir
antara lain merupakan faktor cekaman yang sekunder tanah dalam pembentukan agregat
penting. Sayuran yang ditanam di dataran yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya
rendah termasuk tanaman dengan persyaratan pada porositas, penyimpanan dan penyediaan
air tanah yang tinggi. Defisiensi air air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Umumnya
merupakan stressor pembatas bagi tanaman, keadaan tanah di dataran rendah khususnya
menurunkan aktivitas enzim dan mengurangi daerah Karawang memiliki kandungan bahan
kecepatan pertumbuhan. Menurut Blaha et al. organik yang rendah (kurang dari 2%), hal ini
dalam Koudela dkk (2011) kekurangan air menyebabkan rendahnya kesuburan tanah
sering disebabkan oleh kondisi iklim dan yang akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil
karakteristik cuaca. Berdasarkan hal itu maka tanaman. Berdasarkan hasil penelitian
air merupakan faktor pembatas bagi tanaman Nurlenawati, dkk. (2012) di lahan sawah
kubis bunga. Karawang pada musim kemarau, pemberian
Hasil penelitian Nurlenawati dan Asmanur kompos media jamur merang dapat
Jannah (2014) menunjukkan bahwa tanaman meningkatkan hasil tanaman kubis bunga.
kubis bunga yang mendapat perlakuan Penyerapan air oleh akar tergantung juga
penyiraman dengan intensitas pemberian air pada ketersediaan air tanah. Pada keadaan
12 jam pada 60% kapasitas lapang dapat suhu yang tinggi di siang hari evapotranspirasi
memberikan pertumbuhan dan hasil yang sama menjadi tinggi, hal ini menyebabkan
dengan taraf 80% maupun 100% kapasitas ketersediaan air tanah menjadi rendah pada
lapang. Sedangkan pada intensitas 24 jam, sistem pemberian air manual (dengan cara
taraf pemberian air 80% dan 60% menurunkan penyiraman). Sebaliknya pada sistem irigasi
pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga. alur, walaupun evapotranspirasi tinggi tetapi
Pada budidaya sayuran secara air tanah tetap tersedia karena terjadi rembesan
konvensional di dataran rendah terdapat dua pada guludan sehingga akar dapat menyerap
sistim pemberian air yang dilakukan oleh air. Bahan organik memiliki kemampuan
petani. Sistim yang pertama adalah sistim menahan air (water holding capacity) yang
manual yaitu penyiraman dengan tinggi, sehingga pada keadaan suhu yang
menggunakan emrat sebanyak dua kali dalam tinggi, serta penguapan tinggipun ketersediaan
sehari yaitu pagi dan sore hari. Sistim ini air tanah akan lebih tinggi dibandingkan tanpa
menyerupai sistim pemberian air secara curah. bahan organik karena air diikat oleh bahan
Cara ini memerlukan tenaga kerja yang cukup organik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
banyak, tetapi penggunaan air lebih efisien. bahwa pengaruh bahan organik akan lebih
Cara lain adalah menggunakan irigasi alur, tampak pada sistem pemberian air dengan
yaitu parit dangkal antar barisan tanaman penyiraman dibandingkan sistem irigasi alur.
dimana air irigasi dialirkan. Sayuran ditanam Penelitian tentang bahan organik telah
pada bedengan tunggal atau dua baris tanaman dilakukan oleh Rahayu, dkk. (2011) bahwa
pada setiap bedengan. Hal ini dapat dalam keadaan kekurangan air pemberian
mengurangi tenaga kerja untuk penyiraman bahan organik berupa pupuk kandang sapi
serta ketersediaan air sepanjang hari lebih memberikan pengaruh yang tidak nyata
konstan, tetapi kebutuhan air lebih banyak terhadap hasil tanaman kubis bunga,
karena air harus selalu ada dalam parit. sedangkan penelitian lainnya pada kubis bunga
yang dilakukan oleh Nurlenawati, dkk. (2012)
239 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

pemberian bahan organik berupa kompos (penyiraman), a2 = sistim irigasi alur. Anak
limbah media jamur merang dengan dosis petak adalah takaran bahan organik (B), terdiri
yang berbeda pada sistem penyiraman dari 4 taraf : b0 = tanpa pupuk kandang sapi,
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan b1 = pupuk kandang sapi 5 t ha-1, b2 = pupuk
hasil tanaman kubis bunga. Pemberian kandang sapi 10 t ha-1, b2 = pupuk kandang
kompos limbah media jamur merang dengan sapi 15 t ha-1. Pelaksanan percobaan
dosis 15 ton ha-1 memberikan pertumbuhan merupakan langkah-langkah yang dilakukan
dan hasil tertinggi dibandingkan dengan dosis pada percobaan ini meliputi: pengolahan
5 ton ha-1 maupun 10 ton ha-1. Sedangkan tanah, penyemaian benih, pembuatan lubang
penelitian Muharam, dkk. (2012) pada sistem tanam dan pemberian bahan organik,
irigasi alur jenis dan dosis pupuk kandang penanaman dan penyulaman, pemberian pupuk
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan an organik, pengairan, pengendalian
hasil tanaman kubis bunga. Mengingat organisme pengganggu tanaman serta
kebutuhan bahan organik setiap satuan luas pemanenan.
tanah cukup tinggi, maka diperlukan sumber Lahan percobaan dibagi menjadi menjadi 4
bahan organik yang tersedia di daerah blok sesuai dengan banyaknya ulangan, jarak
pertanian tersebut agar biaya transportasi tidak antara blok 70 cm. Tiap blok dibagi menjadi 2
terlalu tinggi. Salah satu sumber bahan organik petak utama dengan jarak antara petak 50 cm.
adalah pupuk kandang, antara lain pupuk Tiap petak utama dibagi menjadi 4 anak petak
kandang sapi. , jarak antara anak petak 30 cm. Petak
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka percobaan berukuran 3 m x 2 m, antar petak
sangat diperlukan adanya suatu penelitian dibuat saluran drainase sedalam 30 cm dan
yang dapat mengungkap pengaruh bahan lebar 30 cm. Pada perlakuan irigasi alur, tiap
organik yang bersumber dari pupuk kandang petak dibagi menjadi 5 bedengan tunggal.
sapi pada sistim pengairan yang berbeda. Tinggi bedengan sekitar 30 cm dengan lebar
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bedengan 30 cm, sedangkan lebar alur untuk
dan mengkaji pengaruh bahan organik pengairan 30 cm, kedalaman alur 20 cm dan
terhadap tanaman kubis bunga (Brassica ukuran panjang alur adalah 2 meter.
oleracea L. Var. botrytis sub var. cauliflora Pupuk yang diberikan yaitu 200 kg ha -1
DC) pada sistim pengairan yang berbeda. ZA dan 400 kg ha-1- NPK. Pemupukan tidak
dilakukan sekaligus namun secara bertahap
METODE dengan 3 kali. Pemupukan pertama berupa
NPK diberikan 7 hst, dilakukan dengan cara
Percobaan ini dilaksanakan di lahan sawah
ditugal sejajar barisan tanaman dengan jarak
di Desa Sukapura Kecamatan Rawamerta
sekitar 10 cm dari tanaman. Pupuk kedua
Karawang. Percobaan dilaksanakan setelah
diberikan 18 hst terdiri atas ZA 100 kg ha-1,
panen padi kedua yaitu pada bulan Mei sampai
Pupuk III diberikan 25 hst terdiri atas ZA 100
dengan Agustus 2021. Metode penelitian
kg ha-1. Cara pemberian pupuk ZA sama
menggunakan eksperimen dengan rancangan
dengan pemberian pupuk NPK.
lingkungan RAK pola Split Plot Design.
Pada sistim irigasi curah penyiraman
Sebagai petak utama (Main Plot) adalah sistim
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 6.30
pengairan, sedangkan anak petak (Split plot)
pagi dan pukul 17.00 sore hari. Penyiraman
adalah takaran bahan organik. Masing-masing
menggunakan emrat. Volume penyiraman 0,5
diulang sebanyak 4 kali.
L per tanaman setiap kali penyiraman.
Adapun faktor – faktor yang menjadi
Penyiraman dilakukan sampai dengan panen
perlakuan adalah sebagai berikut : Petak utama
Pemberian air pada sistim irigasi alur sampai
adalah sistim pengairan (A) terdiri dari 2
dengan 21 hst sama dengan sistim irigasi
taraf: a1 = sistim irigasi curah manual
curah. Setelah tanaman berumur 22 hari
240 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

sampai dengan panen pada sistim irigasi alur pada komponen pertumbuhan dan komponen
tidak dilakukan penyiraman., tetapi air selalu hasil dilakukan terhadap 5 tanaman sampel per
tersedia dalam parit (alur) dengan ketinggian petak.
air dipertahankan 20 cm. Pengaruh perlakuan dianalisis dengan sidik
Pengendalian hama tanaman dilakukan ragam dan apabila uji F taraf 5% signifikan,
secara mekanik dan kimiawi. Selama maka untuk mengetahui perlakuan yang paling
percobaan berlangsung tanaman kembang kol baik dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
terserang hama ulat daun (Plutella xylostella) Duncan pada taraf nyata 5%. Untuk
dan ulat krop kembang kol (Crocidolomia mengetahui korelasi antar variabel digunakan
binatalis Zeller). Pada saat pertumbuhan analisis korelasi Product Moment Pearson
vegetatif pengendalian hama dilakukan secara pada taraf nyata 5%.
kimiawi yaitu dengan menggunakan
insektisida. Insektisida yang digunakan yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
Decis 280 ml/ha konsentrasi 0,7 ml/liter dan
Tridamex dengan konsentrasi 0,75 ml/liter. 1 Kondisi Pertumbuhan Tanaman
Sedangkan saat pertumbuhan reproduktif Tanaman kubis bunga kultivar PM
pengendalian dengan cara mekanik yaitu 126 F1 merupakan tanaman kubis bunga
dengan cara membuang hama tanaman secara hibrida impor yang relatif sudah banyak
langsung dengan tangan. Pengendalian gulma dibudidayakan di dataran rendah, namun
dilakukan secara mekanik yaitu disiang hasilnya masih jauh dari potensi hasil yang
dengan tangan. Penyiangan dilakukan pada tertulis di deskkripsi. Apabila dilihat per
umur 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 hst. tanaman, pengaruh sistim irigasi secara alur
Variabel yang diamati meliputi tinggi lebih baik dibandingkan dengan sistim irigasi
tanaman, jumlah daun, diameter batang, curah, namun pada hasil per petak pengaruh
diameter massa bunga, tinggi massa bunga, sistim irigasi curah lebih baik daripada irigasi
bobot massa bunga dengan daun per tanaman, alur hal ini disebabkan pada umumnya jumlah
bobot massa bunga tanpa daun per tanaman, tanaman yang berbunga lebih banyak pada
hasil per petak berupa berat total massa bunga irigasi curah dibanding pada sistim irigasi alur
dengan daun per petak dan berat massa bunga (Tabel 1).
yang layak dipasarkan per petak. Pengamatan

Tabel 1 . Jumlah tanaman yang tumbuh per petak dan jumlah tanaman berbunga
Jumlah tanaman yang tumbuh per petak Jumlah tanaman yang berbunga per petak
(tanaman) (tanaman)
Takaran bahan organik Takaran bahan organik
Sistim irigasi -1
0 t ha 5 t ha-1 10 t ha-1 15 t ha-1 Rerata 0 t ha-1 5 t ha-1 10 t ha-1 15 t ha-1 Rerata
a1 = irigasi alur 21,75 22,75 24,25 24,50 23,06 12,50 16,50 18,25 22,75 17,50
a2 = irigasi curah 21,75 23,25 24,75 24,75 23,63 14,00 19,50 22,50 24,25 20,06
Rata-rata 21,75 23,00 24,50 24,63 23,34 13,25 18.00 20,38 23,50 18,78
Sumber: data penelitian (2021)

Tabel 2. Kondisi visual dan deskripsi tanaman tanaman kubis bunga PM 126 F 1
Ukuran pada Rata-rata tinggi Rata-rata bobot bunga Rata-rata hasil bunga layak
setiap variabel respons tanaman (cm) tanpa daun (g) dipasarkan per hektar (ton)
Tertinggi 46,1 584,6 35,1
Rata-rata 40,4 357,6 11,7
Terendah 32,0 200,0 5,1
Deskripsi 51,1 1000,0 18,0-25,0
Sumber: Data hasil pengamatan (2021), East West (2013)
241 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

Tabel 3. Pengaruh mandiri sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap tinggi tanaman kubis
bunga (cm) umur 14, 21, 28, 35, 42 dan 49 hst
Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst
Sistim pengairan
a1: Irigasi Alur 15,59 a 21,02 a 28,63 a 34,21 a 39,40 a 41,00 a
a a a a b
a2: Irigasi Curah 14,95 20,83 22,99 31,49 36,54 39,90 a

KK(a) (%) 14,80 20,81 14,14 11,21 6,47 4,86


Takaran bahan organik
(ton ha-1)
b0 : 0 13,68 d 18,45 c 23,33 c 30,04 c 34,49 d 37,00 c
c b b b c
b1 : 5 14,83 20,90 26,88 31,71 37,36 40,39 b
b2 : 10 15,80 b 21,73 ab 28,77 ab 34,24 a 39,34 b 41,33 ab
a a a a a
b3 : 15 16,78 22,63 30,28 35,41 40,69 42,49 a
KK(b) (%) 6,07 7,19 8,24 3,75 3,05 3,68
Keterangan: Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah kolom tidak
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Tabel 4. Pengaruh interaksi sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap jumlah daun per
tanaman umur 14 hst
Rata-rata jumlah daun per tanaman umur 14 hst (helai)
Takaran bahan organik
-1 -1
Sistim pengairan b 0 = 0 t ha b 1 = 5 t ha b2 = 10 t ha-1 b3 = 15 t ha-1
a1= irigasi alur 6,00 a 7,05 a 7,10 a 7,15 a
B A A A
a b b
a2= irigasi curah 5,90 6,20 6,50 6,80 b
B B A A

KK(a)= 10,16 (%) KK(b)= 3,22 (%)


Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. Huruf besar berrlaku horizontal
dan huruf kecil berlaku vertikal.

Tabel 5. Pengaruh mandiri sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap jumlah daun tanaman
kubis bunga (cm) umur 21, 28, 35, 42 dan 49 hst
Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun per Tanaman (helai)
21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst
Sistim pengairan
a1: Irigasi Alur 9,61 a 12,76 a 17,28 a 22,21 a 25,23 a
a2: Irigasi Curah 8,71 a 11,96 a 15,80 a 21,05 a 24,96 a

KK(a) (%) 10,56 7,01 14,40 13,15 12,08


Takaran bahan organik (ton
ha-1)
b0 : 0 7,93 c 11,13 c 14,48 c 19,15 c 23,03 c
b b b b
b1 : 5 9,18 12,08 15,93 20,90 24,98 b
ab b a a
b2 : 10 9,55 12,75 17,33 22,80 25,53 ab
a a a a
b3 : 15 10,00 13,50 18,43 23,68 26,85 a
KK(b) (%) 7,11 5,30 7,56 6,62 5,48
Keterangan: Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah kolom tidak
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
242 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

Tinggi tanaman dan bobot bunga yang tinggi tanaman dengan hasil analisis pengaruh
dihasilkan pada percobaan ini (Tabel 2) mandiri masing-masing faktor disajikan pada
kurang maksimal jika dibandingkankan Tabel 3 .
dengan karakter-karakter yang sama seperti Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa
tertuang di dalam deskripsi. Hal ini sampai dengan umur 49 hst tinggi tanaman
disebabkan saat umur tanaman 34 hst kubis bunga berbeda tidak nyata pada setiap
(menjelang berbunga) sampai dengan panen sistim irigasi. Sedangkan takaran bahan
suhu udara selalu tinggi yaitu kisaran 36,4oC organik menunjukkan pengaruh yang nyata
– 37,4oC, sedangkankan kubis bunga terhadap tinggi tanaman kubis bunga mulai
memerlukan suhu udara yang lebih rendah umur 14 hst sampai dengan 49 hst. Dari Tabel
pada saat menjelang pembungaan. Menurut 3 tersebut tampak bahwa semakin
Rahman et al (2007) diperoleh hasil bahwa bertambahnya pemberian bahan organik,
pada musim panas pertumbuhan tanaman semakin bertambah pula tinggi tanamannya.
kubis bunga semakin meningkat seiring Pemberian bahan organik 15 ton ha -1
dengan meningkatnya suhu udara sampai memberikan tinggi tanaman tertinggi.
dengan 24 oC, kemudian menurun dengan
meningkatnya suhu. Inisiasi massa bunga Jumlah Daun per Tanaman
(bunga) akan semakin meningkat dengan Hasil analisis ragam menunjukkan
meningkatnya suhu udara sampai dengan 18 terdapat pengaruh interaksi antara sistim
o
C, kemudian menurun dengan meningkatnya irigasi dan takaran bahan organik terhadap
suhu. jumlah daun per tanaman kubis bunga pada
Pemberian bahan organik dapat umur 14 hst dengan hasil Uji Jarak Berganda
mempercepat waktu berbunga, pengaruhnya Duncan disajikan pada Tabel 4.
lebih tampak pada sistim irigasi curah, hal ini Pemberian bahan organik berpengaruh
disebabkan pada irigasi curah pemberian lebih baik terhadap jumlah daun per tanaman
bahan organik meningkatkan ketersediaan air. umur 14 hst pada sistim irigasi alur, dibanding
Hal ini disebabkan peran bahan organik pada sistim irigasi curah. Pada irigasi alur
mampu mengikat air. pemberian bahan organik dengan dosis 15 t ha-
1
Keterlambatan dan ketidakserempakan memberikan jumlah daun terbanyak berbeda
waktu berbunga menyebabkan lambatnya nyata dengan b0, demikian juga pada sistim
umur panen serta masa panen yang panjang. irigasi curah takaran bahan organik 15 t ha-1
Dalam deskripsi tertulis bahwa umur panen memberikan jumlah daun per tanaman
kubis bunga kultivar PM 126 F1 berkisar terbanyak pada umur 14 hst berbeda nyata
antara 45 - 55 hari setelah pindah tanam, dengan b0 dan b1. Tidak terdapat pengaruh
sedangkan pada penelitian ini panen dilakukan mandiri sistim irigasi terhadap variabel jumlah
pada saat 51 sampai dengan 74 hari setelah daun mulai dari 14 sampai dengan 49 hst.
pindah tanam. Menurut Rukmana (1994) Pengaruh mandiri takaran bahan organik
kubis bunga yang ditanam di dataran rendah terhadap variabel jumlah daun ditunjukkan
akan mengalami sedikit penundaan dalam pada umur 21 sampai dengan 49 hst. Hasil Uji
pembentukan bunga dan umur panen yang Jarak Berganda Duncan pada variabel ini
lebih panjang. tertuang pada Tabel 5. Tabel 5 tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi takaran
2 Hasil Pengamatan Utama bahan organik akan semakin banyak jumlah
Tinggi Tanaman daun per tanaman kubis bunga. Takaran
Hasil analisis ragam menunjukkan tidak bahan organik 15 t ha-1 memberikan jumlah
terdapat pengaruh interaksi antara sistim daun terbanyak dibanding denganperlakuan
irigasi dan takaran bahan organik terhadap tiga takaran bahan organik yang lainnya.
243 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

Tabel 6. Pengaruh mandiri sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap diameter batang kubis
bunga (mm) umur 14, 21, 35, 42 dan 49 hst
Perlakuan Rata-rata Diameter Batang (mm)
14 hst 21 hst 35 hst 42 hst 49 hst
Sistim pengairan
a1: Irigasi Alur 4,15 a 5,40 a 9,53 a 11,80 a 15,00 a
a a a a
a2: Irigasi Curah 3,91 4,89 8,46 10,96 13,56 a
KK(a) (%) 16,55 28,34 22,42 23,12 19,38
Takaran bahan organik (ton
ha-1)
b0 : 0 3,75 c 4,45 c 7,76 c 9,80 c 12,53 c
b c b b
b1 : 5 4,01 4,80 8,53 10,92 13,38 c
ab a b a ab
b2 : 10 4,11 4,25 5,25 9,60 11,90 14,90 b
b3 : 15 6,07 a 10,10 a 12,90 a 16,33 a
KK(b) (%) 3,84 7,75 6,89 8,77 8,67
Keterangan: Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah kolom tidak
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Tabel 7. Pengaruh interaksi sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap diameter batang kubis
bunga (mm) umur 28 hst
Rata-rata diameter batang (mm)
Takaran bahan organik
-1
Sistim pengairan b 0 : 0 t ha b 1 : 5 t ha-1 b2 : 10 t ha-1 b3 : 15 t ha-1
a1= irigasi alur 6,75 a 7,00 a 7,65 a 7,90 a
B B A A
b a a
a2= irigasi curah 5,25 5,90 7,35 7,80 a
C B A A

KK(a) = 24,43 % KK(b) = 3,84 %


Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Huruf besar berrlaku horizontal dan huruf kecil
berlaku vertikal.

Tabel 8 11. Pengaruh mandiri sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap diameter massa
bunga tanaman kubis bunga
Perlakuan Diameter massa bunga Hasil massa bunga layak dipasarkan
(cm) per petak (kg) per hektar (ton)
Sistim pengairan
a1= irigasi alur 11,41 a 11,24 a 18,73
a
a2= irigasi curah 11,34 12,25 a 20,42
KK(a) % 20,13 38,18
Takaran bahan organik
b0 = 0 t ha-1 9,86 c 6,00 d 10,00
-1 c
b1 = 5 t ha 10,73 9,91 c 16,52
-1 b b
b2 = 10 t ha 11,89 14,25 23,75
b3 = 15 t ha-1 13,03 a 16,81 a 28,02
KK(b) % 7,56 16,65
Keterangan: Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah kolom tidak
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
244 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

Tabel 9. Pengaruh interaksi sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap tinggi massa bunga
tanaman kubis bunga
Rata-rata tinggi massa bunga (cm)
Takaran bahan organik (t ha-1)
-1
Sistim pengairan b0 = 0 t ha b1 = 5 t ha-1 b2 = 10 t ha-1 b3 = 15 t ha-1
a1= irigasi alur 5,23 a 5,90 a 6,90 a 8,25 a
D C B A
a a b
a2= irigasi curah 5,40 5,78 6,00 6,65 b
C BC B A

KK(a) = 15,36 % KK(b) = 5,00 %


Bobot bunga tanpa daun (g)
Takaran bahan organik (t ha-1)
Sistim pengairan b0 = 0 t ha-1 b1 = 5 t ha-1 b2 = 10 t ha-1 b3 = 15 t ha-1
a1= irigasi alur 205,78 a 297,15 a 488,73 a 544,75 a
D C B A
a a a
a2= irigasi curah 285,38 308,73 363,95 406,43 b
C BC AB A

KK(a)= 26,20(%) KK(b)= 14,54 (%)

Tabel 10. Pengaruh mandiri sistim irigasi dan takaran bahan organik terhadap bobot bunga dengan
daun tanaman kubis bunga dan Rata-rata berat total massa bunga
Perlakuan Bobot bunga dengan daun Rata-rata berat total massa bunga
(g) per petak (kg) per hektar (ton)
Sistim pengairan
a1= irigasi alur 767,69 a 12,28 a 20,47
a
a2= irigasi curah 725,56 13,50 a 22,50
KK(a) % 20,24 38,46
Takaran bahan organik
b0 = 0 t ha-1 549,63 d 7,00 d 11,67
-1 c
b1 = 5 t ha 687,50 10,92 c 18,20
-1 b b
b2 = 10 t ha 813,25 15,39 25,65
b3 = 15 t ha-1 936,13 a 18,34 a 30,57
KK(b) % 11,08 15,86
Keterangan: Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah kolom tidak
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
245 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

Diameter Batang dosis yang berbeda menyebabkan diameter


Hasil analisis ragam menunjukkan massa bunga yang berbeda pula. Pada Tabel 8
terdapat pengaruh interaksi antara sistim di bawah ini tampak bahwa pemberian bahan
irigasi dan takaran bahan organik terhadap organik dengan dosis 15 t ha-1 memberikan
diameter batang umur 28 hst. Tidak terdapat diameter bunga terbesar (13,03 cm) berbeda
pengaruh mandiri sistim irigasi terhadap nyata dengan diameter massa bunga pada
diameter batang pada semua umur tanaman. takaran bahan organik yang lainnya
Sedangkan pengaruh mandiri takaran bahan
organik tampak pada umur 14, 21, 35, 42 dan Tinggi massa bunga
49 hst. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pada sistim irigasi alur maupun irigasi
untuk pengaruh mandiri diperlihatkan pada curah pemberian bahan organik sebesar 15 t
Tabel 6, sedangkan pengaruh interaksi terdapat ha-1 memberikan tinggi massa bunga tertinggi.
pada Tabel 7. Walaupun demikian pemberian bahan organik
Pada Tabel 6 tampak pada setiap umur yang tinggi lebih meningkatkan tinggi bunga
tanaman sistim irigasi alur memiliki diameter pada sistim irigasi alur dibanding pada sistim
batang yang lebih besar berbeda tidak nyata irigasi curah, data tersaji pada Tabel 9.
dengan sistim irigasi curah. Sedangkan
takaran bahan organik sebesar 15 t ha -1 mampu Bobot bunga dengan daun
memberikan diameter batang terbesar pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pada
setiap umur tanaman. Namun pada umur 14, sistim irigasi alur dan sistim irigasi curah
35 dan 42 hst perbedaannya tidak nyata memberikan bobot bunga dengan daun yang
dengan diameter batang pada perlakuan b 2 berbeda tidak nyata. Sedangkan pemberian
(takaran bahan organik 10 t ha-1). bahan organik sebesar 15 t ha-1 memberikan
Tabel 7 menunjukkan bahwa baik pada bobot bunga dengan daun tertinggi berbeda
sistim irigasi alur maupun sistim irigasi curah nyata dengan perlakuan takaran bahan organik
pemberian bahan organik sebesar 15 t ha-1 lainnya.
memberikan diameter batang terbesar berbeda
nyata dengan perlakuan b0 dan b1. Sistim Bobot bunga tanpa daun
irigasi alur dapat meningkatkan diameter Pada Tabel 9 di bawah ini tampak bahwa
batang tanaman kubis bunga umur 28 hst pada pada sistim irigasi alur takaran bahan organik
saat tidak dilakukan pemberian bahan organik. 15 t ha-1 memberikan bobot bunga tertinggi
berbeda nyata dengan bobot bunga pada
3 Komponen Hasil takaran bahan organik lainnya. Demikian juga
Hasil analisis ragam menunjukkan pada sistim irigasi curah takaran bahan organik
terdapat pengaruh interaksi sistim irigasi dan 15 t ha-1 memberikan bobot bunga tertinggi
takaran bahan organik terhadap tinggi massa berbeda nyata dengan bobot bunga tanpa daun
bunga dan bobot bunga tanpa daun. Tidak pada perlakuan b0 dan b1.
terdapat pengaruh mandiri sistim irigasi Pada tabel yang sama juga dapat diperoleh
terhadap seluruh komponen pertumbuhan. bahwa takaran bahan organik 15 t ha-1 pada
Terdapat pengaruh mandiri dari takaran bahan irigasi alur dapat meningkatkan bobot bunga
organik terhadap diameter massa bunga serta tanpa daun dari 406, 43 g pada irigasi curah
bobot bunga dengan daun menjadi 544,75 g pada irigasi alur.

Diameter massa bunga Berat total massa bunga per petak


Sistim irigasi alur memberikan diameter Hasil analisis ragam menunjukkan tidak
massa bunga yang lebih besar dibanding sistim terdapat pengaruh interaksi antara sistim
irigasi curah tetapi berbeda tidak nyata. irigasi dan takaran bahan organik terhadap
Sedangkan pemberian bahan organik dengan berat total massa bunga per petak. Tidak
246 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

terdapat pengaruh mandiri dari sistim irigasi dibandingkan irigasi alur. Sebaliknya saat
terhadap berat total masa bunga per petak. pertumbuhan reproduktif, perlakuan tanpa
Terdapat pengaruh mandiri takaran bahan bahan organik pada irigasi curah memberikan
organik terhadap berat total massa bunga per komponen hasil (tinggi massa bunga dan bobot
petak. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan massa bunga tanpa daun) lebih tinggi
terdapat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10 dibandingkan irigasi alur. Pemberian bahan
menunjukkan bahwa pemberian bahan organik organik pada kedua sistim pengairan tersebut
dengan takaran 15 t ha-1 memberikan berat menyebabkan peningkatan tinggi massa bunga
total massa bunga tertinggi, berbeda nyata dan bobot bunga tanpa daun secara nyata. Hal
dengan perlakuan takaran bahan organik ini menyebabkan pemberian bahan organik
lainnya lebih tampak pengaruhnya pada irigasi alur.
Pada masa pertumbuhan vegetatif, baik
Berat massa bunga layak dipasarkan per pada irigasi alur maupun irigasi curah
petak dilakukan penyiraman sampai dengan umur 21
Hasil analisis ragam menunjukkan tidak hst karena akar belum dapat menjangkau air
terdapat pengaruh interaksi antara sistim yang terdapat sepanjang alur. Dengan adanya
irigasi dan takaran bahan organik terhadap penyiraman maka ketersediaan air menjadi
berat massa bunga yang layak dipasarkan per sama baik alur maupun curah, sedangkan suhu
petak. Tidak terdapat pengaruh nyata sistim di sekitar tanaman berbeda, baik suhu udara
irigasi terhadap berat massa bunga yang layak maupun suhu tanah. Irigasi alur yang
dipasarkan per petak. Terdapat pengaruh dikelilingi air akan memiliki suhu udara dan
nyata takaran bahan organik terhadap berat suhu tanah yang lebih rendah dibandingkan
massa bunga yang layak dipasarkan per petak. irigasi curah. Hal ini menyokong
Hasil Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh pertumbuhan yang lebih baik bagi tanaman
mandiri dari masing-masing perlakuan kubis bunga. Keadaan ini juga menyebabkan
terdapat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 di atas saat berbunga 50% pada sistim irigasi alur
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi lebih cepat dibandingkan irigasi curah.
takaran bahan organik maka semakin tinggi Tanah yang digunakan untuk percobaan
berat massa bunga yang layak dipasarkan per ini adalah tanah bertekstur liat yang tidak
petak. Takaran bahan organik sebesar 15 t ha-1 mudah ditembus air. Tanpa penyiraman dan
memberikan berat massa bunga yang layak tanpa bahan organik pada irigasi alur membuat
dipasarkan tertinggi berbeda nyata dengan akar tanaman sulit menyerap air, padahal
perlakuan lainnya. menjelang inisiasi bunga, tanaman kubis
Pengaruh interaksi antara sistim pengairan bunga membutuhkan air yang lebih banyak
dan takaran bahan organik terjadi pada jumlah dibandingkan saat pertumbuhan vegetatif
daun umur 14 hst, diameter batang umur 28 (Nurlenawati dan Jannah, 2014). Hal ini
hst, tinggi massa bunga serta bobot bunga menyebabkan tinggi massa bunga dan bobot
tanpa daun per tanaman. Secara umum saat bunga tanpa daun dengan perlakuan tanpa
pertumbuhan vegetatif (jumlah daun umur 14 bahan organik pada sistim irigasi curah lebih
hst dan diameter batang 28 hst) perlakuan tinggi daripada irigasi alur. Selain itu pada
tanpa bahan organik pada sistim irigasi alur umumnya jumlah tanaman berbunga pada
memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi irigasi curah lebih banyak dibandingkan irigasi
dibandingkan dengan sistim irigasi curah. alur. Pemberian bahan organik pada irigasi
Selanjutnya pemberian bahan organik dapat alur mempermudah penyerapan air oleh akar
meningkatkan pertumbuhan baik pada irigasi tanaman, serta mampu mengikat air yang
alur maupun irigasi curah. Hal ini menembus tanah karena perannya dalam
menyebabkan pemberian bahan organik lebih meningkatkan kapasitas menahan air
tampak pengaruhnya pada irigasi curah (Soepardi, 1984). Pemberian bahan organik
247 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

pada irigasi curah berperan dalam mengikat menguap menjadi bentuk lain seperti protein,
air, sehingga memperkecil evaporasi. Oleh meningkatkan daya memegang air tanah, serta
karena itu pemberian bahan organik pada sebagai sumber energi flora dan fauna tanah.
irigasi alur lebih tampak pengaruhnya terhadap Menurut Elisa (2004) kuncup bunga
kedua komponen hasil tersebut dibandingkan terbentuk setelah tanaman mencapai
pada irigasi curah. Menurut Hanafiah (2007) keseimbangan karbon/protein. Hal ini
peran air tanah yang menguntungkan bagi berhubungan dengan kemampuan tanaman
tanaman antara lain sebagai pelarut pupuk, untuk melakukan asimilasi, akumulasi
sebagai stabilisator suhu tanah, sebagai pelarut makanan, dan alokasi atau distribusi hasil
dan pemicu reaksi kimia penyediaan unsur asimilasi karena karbon sebagian besar
hara tidak tersedia menjadi tersedia, sebagai diperoleh dari mobilisasi cadangan makanan
pelarut dan pembawa ion-ion hara dari dan hasil fotosintesis. Mengingat air berperan
rhizosfer ke dalam akar kemudian ke daun dalam fotosintesis dan distribusi hasil
serta sebagai sarana transportasi dan asimilasi, maka semakin tinggi ketersedian air,
pendistribusi nutrisi jadi dari daun ke seluruh semakin cepat waktu berbunga tercapai. Oleh
bagian tanaman. Berdasarkan hal itu pada karena itu waktu berbunga 50% yang tercepat
kondisi air yang mecukupi maka penyerapan pada percobaan ini dicapai oleh tanaman kubis
unsur hara oleh tanaman semakin tinggi. bunga yang diberi bahan organik takaran 15 t
Selain berperan dalam penyerapan unsur hara, ha-1, demikian juga seluruh komponen hasil
menurut Jumin (1992) fungsi air bagi tanaman dan hasil.
adalah (a) sebagai unsur penting dari Doorrenbos dan Kassam (1979)
protoplasma, terutama pada jaringan menyatakan bahwa ketersediaan air diperlukan
meristematik, (b) sebagai pelarut dalam proses untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk
fotosintesis dan proses hidrolitik, seperti pertumbuhan tanaman, di antaranya untuk
perubahan pati menjadi gula, (c) bagian yang peningkatan luas daun. Defisit air dalam
esensial dalam menstabilkan turgor sel jangka waktu yang pendek hanya berpengaruh
tanaman, (d) pengatur suhu bagi tanaman, pada kapasitas pertukaran gas dan efisiensi
karena air mempunyai kemampuan menyerap fotosintesis, sedangkankan untuk jangka
panas yang baik, (e) transport bagi garam- panjang mengakibatkan menurunnya efisiensi
garam, gas dan material lainnya dalam tubuh pembentukan bahan kering (Munchow et al.
tanaman. Berdasarkan hal itu makan semakin dalam Agung dan Rahayu, 2004).
tersedia air bagi tanaman semakin tinggi Selanjutnya kekurangan air mengakibatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman tersebut. berkurangnya laju fotosintesis karena dehidrasi
Secara mandiri pemberian bahan organik protoplasma akan menurunkan kapasitas
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, fotosintesis (Thomas dan Lasminingsih dalam
komponen hasil dan hasil tanaman kubis Agung dan Rahayu, 2004). Menurut Gardner
bunga. Semakin tinggi takaran bahan organik dkk (1991) air yang cukup akan mendukung
yang diberikan semakin baik pertumbuhan dan peningkatan luas daun sehingga berhubungan
hasil tanaman. Takaran bahan organik 15 t ha- dengan tingkat produksi tanaman. Rendahnya
1
memberikan pertumbuha dan hasil tertinggi jumlah air akan menyebabkan terbatasnya
pada tanaman kubis bunga. Menurut Hartatik perkembangan akar, sehingga mengganggu
dan Widowati (2006) peran pupuk kandang penyerapan unsur hara oleh akar tanaman
sapi yang telah dikomposkan bagi tanah adalah (Santosa dalam Agung dan Rahayu, 2004).
memperbaiki kondisi tanah (fisik, kimia dan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Agung
biologi), meningkatkan pelepasan hara-hara dan Rahayu (2004) bahwa kekurangan air akan
yang berkualitas lebih tinggi dari kompos menyebabkan serapan hara nitrogen menjadi
(release) secara perlahan-lahan dalam waktu tidak efisien serta akan menurunkan
tertentu, menstabilkan N yang mudah pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
248 | P a s p a l u m : J u r n a l I l m i a h P e r t a n i a n , V o l u m e 1 0 N o . 2 S e p t e m b e r 2 0 2 2

Jumlah daun yang banyak akan pembenah Tanah. Departemen Pertanian,


meningkatkan kemampuan fotosintesis Jakarta
sehingga akan menghasilkan fotosintat yang Elisa. 2004. Pembungaan. http://www.elisa
ugm.ac.id. Diakses tanggal 28 Juni 2014.
tinggi. Hasil fotosintesis sebagian digunakan
Hartatik, W. dan L.R., Widowati, 2006.
untuk pertumbuhan dan sebagian disimpan Pupuk kandang dalam R.D.M.
sebagai cadangan makanan pada batang. Jadi Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R.
pada jumlah daun yang tinggi dan diameter Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik
batang yang besar akan tersimpan cadangan (Ed.), Pupuk organik dan pupuk hayati.
makanan yang banyak yang akhirnya akan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
menghasilkan bobot massa bunga tanpa daun Pertanian: Bogor.
Koudela M., Hnilička F., Svozilová L.,
yang tinggi.
Martinková J., 2011. Cauliflower qualities
in two irrigation levels with the using of
KESIMPULAN hydrophilic agent. Hort. Sci., (Prague), 38:
Terdapat pengaruh interaksi sistim 81–85.
pengairan dan takaran bahan organik terhadap Mawardi, M. 2011. Asas irigasi dan
jumlah daun umur 14 hst; diameter batang konservasi air. Bursa Ilmu. Yogyakarta.
Muharam, N. Nurlenawati dan E. Yuliana.
umur 28 hst; tinggi massa bunga dan bobot
2012. Pengaruh jenis dan dosis pupuk
bunga tanpa daun tanaman kubis bunga. Tidak kandang terhadap pertumbuhan dan hasil
terdapat pengaruh mandiri sistim pengairan tanaman kembang kol pada sistem irigasi
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis alur. Laporan Penelitian Fakultas
bunga. Terdapat pengaruh mandiri takaran Pertanian Unsika (Tidak Dipublikasikan).
bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil Nurlenawati, N dan A, Jannah. 2013.
tanaman kubis bunga Respons dan hasil tanaman kubis bunga
(Brassica oleracea L. var botrytis sub. Var
Pada sistim irigasi alur maupun sistim irigasi
cauliflora DC) dari pengaruh taraf dan
curah, takaran bahan organik 15 t ha-1 interval pemberian air. Laporan
memberikan pertumbuhan dan hasil tertinggi Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas
berbeda nyata dengan takaran bahan organik Singaperbangsa Karawang
lainnya. Takaran bahan organik 15 t ha-1 (Tidakdipublikasikan).
memberikan berat total massa bunga per petak Nurlenawati, N., S. S., Purnomo dan E.,
Fitriyah. 2012. Pengaruh jarak tanam
tertinggi (18,34 kg) setara dengan 30,57 kg ha-
1 dan dosis kompos limbah media jamur
, serta berat massa bunga yang layak merang terhadap pertumbuhan dan hasil
dipasarkan tertinggi (16,81 kg) setara dengan tanaman kubis bunga (Brassica oleracea
28, 02 t ha-1. L.Var. botrytis sub var. cauliflora DC)
dengan teknologi mulsa di dataran rendah
DAFTAR PUSTAKA pada musim kemarau. Solusi, 11(26):1-
15.
Agung T.D.H. dan A.Y. Rahayu. 2004. Rahman, H. U., P. Hadley and S. Pearson.
Analisis efisiensi serapan N, pertumbuhan, 2007. Relationship between temperature
dan hasil beberapa kultivar kedelai unggul and cauliflower (Brassica oleracea L. var.
baru dengan cekaman kekeringan dan botrytis) growth and development after
pemberian pupuk hayati. Agrosains, 6(2): curd initiation. Plant Growth Regul,
70-74. 52:61–72
Cahyono. 2011. Budidaya kubis bunga. Rahayu, Y.S., N. Nurlenawati, E. Fitriyah, A.
Penebar Swadaya. Jakarta. Ramana 2012. Respon pertumbuhan dan
Departemen Pertanian. 2011. Peraturan hasil tanaman kubis bunga ((Brassica
Menteri Pertanian Nomor: oleracea. L Var botrytis sub var.
70/Permentan/SR.140/10/2011 Tentang cauliflora DC) terhadap dosis nitrogen dan
Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan pupuk kandang sapi di dataran rendah
pada musim kemarau. Solusi, 11(26):77-
88

You might also like