0% found this document useful (0 votes)
29 views12 pages

Kabupaten Sleman: Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Dinas Pendidikan

This document summarizes a research article from the journal Populika about the implementation of minimum service standards (SPM) for basic education in the Sleman Regency Education Office in Indonesia. The research found that some SPM indicators, such as classroom size and laboratory equipment availability, had not been fully fulfilled. To improve SPM achievement, the researchers recommend sanctions for schools exceeding class size limits, allocating funds prioritizing SPM fulfillment, supporting teacher training, and optimizing school supervisor performance. The full article provides background on Indonesia's education policies and SPM framework, details the research methodology used, and analyzes challenges to fully implementing education quality and access standards.

Uploaded by

Andi Sahabi Arch
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
29 views12 pages

Kabupaten Sleman: Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Dinas Pendidikan

This document summarizes a research article from the journal Populika about the implementation of minimum service standards (SPM) for basic education in the Sleman Regency Education Office in Indonesia. The research found that some SPM indicators, such as classroom size and laboratory equipment availability, had not been fully fulfilled. To improve SPM achievement, the researchers recommend sanctions for schools exceeding class size limits, allocating funds prioritizing SPM fulfillment, supporting teacher training, and optimizing school supervisor performance. The full article provides background on Indonesia's education policies and SPM framework, details the research methodology used, and analyzes challenges to fully implementing education quality and access standards.

Uploaded by

Andi Sahabi Arch
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

Jurnal Populika

Volume 7, Nomer 1, Januari 2019

Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Dinas Pendidikan


Kabupaten Sleman

Oktaria Vitri, Retno Kusumawiranti, Suwarjo


Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Widya Mataram
[email protected]

Abstract
The aim of this research is to find out and examine the implementation of basic minimum service
standard (SPM) policies in the Sleman District Education Office. The type of research is qualitative
descriptive research. Data collection techniques used are observation, interviews, and
documentation. Analysis of the data with qualitative analysis. The implementation of policies related
to the fulfillment of the Basic Education SPM which is the authority of the Sleman Regency
Government has not yet reached 100%. In the indicator of basic education quality services from the
side of access distance has been fulfilled while the indicators of study groups (rombel) have not been
fulfilled. In the indicators of basic education quality services in terms of laboratory availability has
not been fulfilled while the availability of teacher rooms already meets SPM standards. In basic
education quality services in terms of teacher education qualifications, principals and supervisors
have been fulfilled, but in terms of teacher qualifications the educator certified has not been fulfilled.
Whereas the indicators for the realization of visits by supervisors to educational units are carried out
once every month and each visit is carried out for 3 hours to carry out supervision and guidance not
fulfilled. Therefore, in order to fulfill SPM Dikdas, it is best to: give sanctions to schools whose
number of classes exceeds SPM, allocate funds with the SPM fulfillment priority scale, provide
(support to teachers of PPG trainers) and optimize school supervisor performance.

Key words: Implementation of policies, minimum service standards, basic education

Pendahuluan tahun dan pemberian akses yang lebih besar


Masalah pendidikan merupakan salah kepada kelompok masyarakat yang selama ini
satu agenda besar pemerintah baik pusat kurang dapat menjangkau layanan pendidikan
maupun daerah. Kebijakan pembangunan dasar. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
pendidikan diprioritaskan pada peningkatan tentang Sistem Pendidikan Nasional
akses masyarakat terhadap pendidikan dasar mengamanatkan bahwa setiap warga negara
yang lebih berkualitas melalui peningkatan yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti
pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat

22
Jurnal Populika, Volume 7, Nomer 1, Januari 2019

undang-undang tersebut maka pemerintah melaksanakan ketertiban dunia yang


wajib memberikan layanan pendidikan bagi berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dan keadilan sosial. Model Standar Pelayanan
dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta satuan Minimal ini, menjadi hal yang perlu
pendidikan yang sederajat). Salah satu langkah diperhatikan mengingat aspek-aspek yang
yang diambil oleh pemerintah pusat untuk diujikan dapat dijadikan pedoman yang sangat
meningkatkan mutu dan pelayanan terhadap penting bagi penyelenggaraan pendidikan.
pendidikan adalah menetapkan indikator- Sehingga apabila dari Standar Pelayanan
indikator standar pelayanan pendidikan kepada Minimal sudah bisa berjalan beriringan dengan
pemerintah kabupaten/kota. managemendan inovasi pendidikan yang
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah lainnya. Maka tak dipungkiri keterkaitan satu
Nomor 38 Tahun 2007, urusan pendidikan dengan yang lain menjadi patut untuk diteliti.
merupakan salah satu pelayanan wajib yang Agar bisa menjadi salah satu fondasi terhadap
harus diselenggarakan oleh pemerintah pengembangan model program pendidikan
kabupaten/kota. Lebih lanjut Undang-Undang formal yang selanjutnya bisa lebih baik dan
Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa menunjang bagi terselenggaranya program
penyelenggaraan pelayanan wajib yang pendidikan formal yang efektif dan efisien
didesentralisasikan perlu diatur dalam Standar serta memiliki mutu yang bersaing dengan
Pelayanan Minimal (SPM). Sesuai dengan pendidikan formal lainya.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005, Permendikbud Nomor 23 Tahun
SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan 2013 (beserta lampirannya) memuat
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan penjelasan secara rinci mengenai pengertian,
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap metoda pengukuran indikator, analisis
warga negara secara minimal, terutama yang kebutuhan biaya pemenuhan SPM, dan
berkaitan dengan pelayanan dasar. langkah-langkah untuk menuangkannya ke
Standar Pelayanan Minimal disusun dalam dokumen perencanaan daerah.
sebagai alat pemerintah dan pemerintahan Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud
daerah (Pemda) untuk menjamin akses dan tersebut terdapat 27 indikator SPM Dikdas.
mutu pelayanan dasar kepada masyarakat Dari 27 indikator layanan tersebut 14 indikator
secara merata dan sebagai patokan pelayanan menjadi kewenangan kabupaten/kota dalam
minimal yang wajib dilakukan oleh hal ini adalah Dinas Pendidikan selaku
pemerintah kabupaten/kota dalam pemangku kepentingan dan 13 indikator
penyelenggaraan pendidikan sehingga dengan menjadi kewenangan Satuan Pendidikan Dasar
adanya standar pelayanan minimal diharapkan (SD, SMP, MI& MTs). Dalam hal ini
tercapainya tujuan pendidikan nasional seperti penelitian akan difokuskan pada 14 indikator
yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut yaitu kewenangan pemerintah daerah dalam

23
Oktaria Vitri, Retno Kusumawiranti, Suwarjo, Implementasi Kebijakan Standar …

hal ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten secara sederhana menggambarkan tingkat
Sleman selaku pemangku kepentingan karena pencapaian tujuan kebijakan, yaitu apakah
dari 14 indikator tersebut ada 5 indikator yang hasil-hasil kebijakan (policy outcomes) yang
belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal diperoleh melalui serangkaian proses
(SPM) berdasarkan sensus SPM tahun 2017. implementasi tersebut secara nyata mampu
Berdasarkan hasil sensus capaian SPM Dikdas mewujudkan tujuan kebijakan yang telah
tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa masih ditetapkan (policy goal). Derajat kinerja
terdapat indikator-indikator SPM Dikdas yang implementasi kebijakan dengan demikian
belum mencapai 100%. Dari 14 indikator SPM menggambarkan berbagai variasi
Dikdas yang menjadi kewenangan pemerintah perbandingan terbaik antara policy outcomes
Kabupaten Sleman terdapat 4 indikator yang dengan policy goals. Semakin tinggi policy
telah mencapai 100%, 5 indikator yang outcomes maka semakin tinggi pula kinerja
mencapai 93% keatas dan 5 indikator yang implementasi kebijakan yang berhasil diraih
masih berkisar 76-87 %. oleh suatu kebijakan (Purwanto dan
Berdasarkan prasurvey peneliti Sulistyastuti, 2012:66-67). Merujuk pada
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman pendapat Ripley (1985:34) dalam Purwanto
sampai dengan saat ini masih terjadi dan Sulistyastuti (2012 : 68-69), implementasi
kesenjangan mutu pelayanan pendidikan dasar dapat dilihat dari 2 (dua) perspektif
antar kabupaten/kota, antar sekolah dengan sebagaimana ia jelaskan:
sekolah dan antar sekolah dengan madrasah. ”Implementation studies have two
Misalnya banyak sekolah yang jumlah setiap major foci: “complience” and
rombongan belajar setiap kelasnya lebih dari “what’s happening?”.
32 siswa untuk jenjang SD/MI dan lebih dari Perspektif pertama (complience
36 siswa untuk SMP/MTs. Dari sesi sarana perspective) memahami keberhasilan
dan prasara beberapa sekolah juga belum implementasi dalam arti sempit yaitu
memenuhi SPM karena beberapa peralatan sebagai kepatuhan para implementer dalam
laboratorium, meja kursi siswa sudah banyak melaksanakan kebijakan yang tertuang
yang rusak. Untuk tenaga pendidik sampai dalam dokumen kebijakan. Melalui cara
dengan saat ini masih banyak tenaga pendidik pandang yang demikian studi implementasi
yang belum mempunyai sertifikat pendidik. yang menggunakan perspektif ini juga ingin
mengetahui kepatuhan para bawahan dalam
Tinjauan pustaka menjalankan perintah yang diberikan oleh
atasan sebagai upaya menjalankan perintah
1. Implementasi Kebijakan
suatu kebijakan.
Proses implementasi menjadi bagian
Dari perspektif kepatuhan tersebut
yang penting untuk mengetahui kinerja
boleh dikatakan sangat kental dipengaruhi oleh
implementasi. Kinerja implementasi kebijakan
pandangan yang melihat keberhasilan

24
Jurnal Populika, Volume 7, Nomer 1, Januari 2019

implementasi ditentukan oleh persoalan diwujudkan dalam suatu kebijakan (Purwanto


pengelolaan urusan administrasi dan dan Sulistyastuti, 2012:20).
manajemen. “Keberhasilan implementasi Gordon (1986) dalam Keban
secara mudah dapat dilihat melalui (2015:76-77) berpendapat bahwa
serangkaian checklist tentang apa yang harus implementasi berkenaan dengan berbagai
dilakukan oleh para implementer dalam kegiatan yang diarahkan pada realisasi
melakukan delivery berbagai policy output program. Dalam hal ini, administrator
kepada kelompok sasaran” (Purwanto dan mengatur cara untuk mengorganisir,
Sulistyatuti, 2012:69). Policyoutput menginterpretasikan dan menerapkan
merupakan instrumen kebijakan untuk dapat kebijakan yang telah diseleksi. Implementasi
mewujudkantujuan-tujuan kebijakan yang kebijakan dibutuhkan untuk melihat kepatuhan
telah ditetapkan. kelompok sasaran kebijakan. Dilihat dari
Pada perspektif kedua berusaha perspektif perilaku, kepatuhan kelompok
untuk memahami implementasi secara lebih sasaran merupakan faktor penting yang
luas. Ripley (1985:134) dalam Purwanto dan menentukan keberhasilan implementasi
Sulistyastuti (2012: 69-70) mengukur kebijakan. Pemikiran ini sejalan dengan
keberhasilan implementasi melalui pertanyaan pandangan Ripley dan Franklin (1986:12)
“What is it achieving? And Why or What’s dalam Akib (2010:3) bahwa untuk mendukung
happening? and why?”. Ukuran keberhasilan keberhasilan implementasi kebijakan perlu
implementasi tidak hanya dilihat dari segi didasarkan pada tiga aspek, yaitu: 1) tingkat
kepatuhan para implementer dalam mengikuti kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di
SOP namun demikian juga diukur dari atasnya atau tingkatan birokrasi, sebagaimana
keberhasilan mereka dalam merealisasikan diatur dalam undang-undang, 2) adanya
tujuan-tujuan kebijakan yang wujud nyatanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah;
berupa munculnya dampak kebijakan. serta 3) pelaksanaan dan dampak (manfaat)
Pencapaian tujuan kebijakan sangat yang dikehendaki dari semua program terarah.
dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti
ketepatan instrumen kebijakan, kecukupan 2. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan

keluaran kebijakan, kualitas keluaran Dasar

kebijakan, dan lain-lain.


Menurut Peraturan Menteri
Menurut Pressman dan Wildavsky,
Pendidikan Nasional Republik Indonesia
implementasi dimaknai dengan beberapa kata
Nomor 15 Tahun 2010, Standar Pelayanan
kunci yaitu untuk menjalankan kebijakan,
Minimal Pendidikan Dasar atau SPM
untuk memenuhi janji-janji sebagaimana
Pendidikan adalah tolok ukur kinerja
dinyatakan dalam dokumen kebijakan, untuk
pelayanan pendidikan dasar melalui jalur
menghasilkan output dalam tujuan kebijakan,
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh
dan untuk menyelesaikan misi yang harus

25
Oktaria Vitri, Retno Kusumawiranti, Suwarjo, Implementasi Kebijakan Standar …

kabupaten/kota. Sesuai dengan Peraturan pada ayat (2) menyebutkan bahwa pendidikan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, urusan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
pendidikan merupakan salah satu pelayanan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
wajib yang harus diselenggarakan oleh yang sederajat serta sekolah menengah
pemerintah kabupaten/kota. Oleh karena itu, pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah
Penyelenggaraan Standar Pelayanan (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan Dasar adalah kewenangan
kabupaten/kota. SPM pendidikan ini Metode penelitian

merupakan acuan dalam perencanaan program


Dalam penelitian ini, peneliti
dan penganggaran pencapaian target baik
menggunakan metode penelitian kualitatif.
tingkat satuan pendidikan maupun tingkat
Metode kualitatif berusaha memahami dan
kabupaten/kota Penerapan. SPM Pendidikan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi
ini bertujuan untuk menjamin akses dan mutu
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
bagi masyarakat untuk mendapatkan
menurut persepektif peneliti sendiri. Penelitian
pelayanan dasar dari pemerintah
ini digolongkan dalam penelitian deskriptif.
kabupaten/kota sesuai dengan ukuran-ukuran
Format penelitian deskriptif bertujuan untuk
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
menggambarkan, meringkaskan berbagai
Sesuai dengan Peraturan Menteri
kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek
Indonesia Nomor 23 Tahun 2013, dalam
penelitian itu (Bungin, 2013 : 48). Teknik
penyelenggaraan SPM Pendidikan terdapat
pengumpulan datanya dengan cara observasi,
berbagai indikator yang terbagi menjadi 2
wawancara dan dokumentasi. Adapun
kelompok indikator yaitu penyelenggaraan
informan yang ditunjuk dalam penelitian ini
pendidikan dasar oleh kabupaten/kota dan
antara lain: Sekretaris Dinas Pendidikan
penyelenggaraan pendidikan dasar oleh satuan
Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pembinaan
pendidikan. Sesuai dengan sasaran dalam
SD Dinas Pendidikan, Kepala Subagian
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Perencanaan dan Evaluasi Dinas Pendidikan
Nasional Tahun 2010-2014 Bidang Sosial
Kabupaten Sleman, Kepala Seksi Kesiswaan
Budaya dan Kehidupan Beragama, SPM
SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman,
Pendidikan Dasar harus telah tercapai 100
Pengawas Madya jenjang SD dan SMP, dan 2
persen. Oleh karena itu seluruh sekolah SD
Kepala Sekolah SD dan SMP.
hingga SMP di Indonesia harus telah
memenuhi kualifikasi dalam SPM. Pembahasan
Dalam Undang-undang No.20 Tahun
2003 pasal 17 ayat (1) bahwa pendidikan dasar Sebagaimana tertuang dalam
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi peraturan perundang-undangan bahwa
jenjang pendidikan menengah. Sedangkan kewenangan bidang pendidikan telah

26
Jurnal Populika, Volume 7, Nomer 1, Januari 2019

diserahkan atau didesentralisasikan pada A. Pelayanan mutu pendidikan dasar


daerah, maka pemerintah pusat mewajibkan dari sisi akses jarak jangkau dan
daerah untuk menyelenggarakan layanan rombongan belajar (rombel).
pendidikan sesuai dengan standar pelayanan Berdasarkan Dokumen roadmap
minimal. Standar pelayanan minimal SPM Dikdas 2017 Pemerintah Kabupaten
pendidikan dasar di Kabupaten Sleman intens Sleman telah berhasil memberikan layanan
diimplementasikan pada tahun 2014, setelah pendidikan dasar di wilayahnya secara
pemerintah Kabupaten Sleman mendapatkan maksimal. Pemerintah telah membangun
pendampingan dalam penerapan standar satuan pendidikan baik itu SD/MI maupun
pelayanan minimal pendidikan dasar dari SMP/MTs secara merata ke seluruh daerah
pemerinatah pusat. Kabupaten Sleman. Hal ini berarti masyarakat
Terdapat 27 indikator standar dapat memperoleh layanan pendidikan dasar
pelayanan minimal pendidikan dasar yang secara efisien dan efektif karena jarak tempuh
harus dipenuhi oleh seluruh satuan pendidikan, dari rumah tinggal ke satuan pendidikan tidak
namun untuk pemenuhannya terbagi atas 2 lebih dari 3 km untuk jenjang SD/MI dan 6
kelompok tanggungjawab pemenuhan. Untuk km untuk jenjang SMP/MTs. Pemenuhan
indikator 1 sampai dengan 14, pemenuhannya standar ini disebabkan karena Pemerintah
menjadi tanggungjawab pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam Penerimaan Peserta
yang didanai dengan dana APBD (Anggaran Didik Baru (PPDB) telah mengeluarkan
Pendapatan dan Belanja Daerah), DAU (Dana kebijakan zonasi bagi satuan pendidikan baik
Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi itu jenjang SD/MI maupun SMP/MTs. Untuk
Khusus), PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan jenjang SD/MI pembagian zonasi berdasarkan
lain-lain. Sedangkan untuk indikator 15 padukuhan wilayah sekitar, sedangkan untuk
sampai dengan indikator 27 pemenuhannya jenjang SMP/MTs berdasarkan zona wilayah
menjadi tanggungjawab sekolah yang didanai kecamatan yang terbagi menjadi 4 zonasi yaitu
dengan dana BOS, dana Komite Sekolah, atau Zona Barat, Zona Tengah, Zona Utara dan
sumber pendanaan lainya. Dalam kurun waktu Zona Timur.
Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018, Dari hasil sensus 2018 dari jumlah
capaian SPM di Kabupaten Sleman telah sekolah yang yang melebihi rombongan
mengalami peningkatan, namun belum bisa belajar (rombel) sebagian besar sekolah swasta
memenuhi secara keseluruhan. Dari hasil yang berbasis sekolah yayasan. Hal ini
monitoring dan pendataan sensus 2018 dan disebabkan karena untuk sekolah swasta
Dokumen Roadmap Tahun 2017 terkait terutama sekolah yayasan kebijakan dari
dengan pemenuhan SPM Dikdas disampaikan Pemerintah Kabupaten Sleman terutama Dinas
bahwa: Pendidikan memperbolehkan sekolah yayasan
tersebut boleh memungut biaya pendidikan
dari siswa didiknya dan tidak ada regulasi

27
Oktaria Vitri, Retno Kusumawiranti, Suwarjo, Implementasi Kebijakan Standar …

yang mengatur jumlah besaran biayanya. Jadi mencapai SPM 18 sekolah yang belum
sebagian sekolah swasta berusaha mencari memiliki ruang laboratorium IPA yang
siswa didik sebesar-besarnya sebagai sumber dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36
dana dalam operasional sekolah tentunya peserta didik. Dari 18 sekolah tersebut adalah
disesuaikan dengan output/keluaran mutu terdiri dari sekolah baru dan sekolah yayasan.
sekolah tersebut. Untuk sekolah negeri semuanya sudah
Berdasarkan data jumlah satuan memenuhi SPM. Berdasarkan DPA (Dokumen
pendidikan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pelaksanaan Anggaran) yang di sampaikan
Sleman diketahui juga bahwa di wilayah Kepala Seksi Sarana dan Prasaran SMP terkait
Kabupaten Sleman jumlah satuan pendidikan dengan pelayanan mutu pendidikan dasar dari
jenjang SMP/MTs di tahun 2018 mengalami sisi ketersediaan laboratorium jenjang SMP
perubahan yaitu dari jumlah 110 menjadi 113 Dinas Pendikan telah mengalokasikan dana
sekolah. Hal ini juga merupakan salah satu dalam pemenuhan SPM yaitu sebesar 28 paket
alternatif kebijakan dalam pemenuhan SPM untuk laboratorium komputer dari DAK dan
karena sebelumnya di tahun 2017 ada 16 1 paket untuk laboratorium IPA serta
sekolah jenjang SMP/MTs yang rombongan pengadaan komputer PC Server sebesar 25
belajarnya melebihi dari 36 orang. paket. Selain itu Dinas Pendidikan juga
B. Tercapai tidaknya pelayanan mutu mengalokasikan dana untuk pengadaan
pendidikan dasar dari sisi ketersediaan peralatan pendidikan untuk jenjang SD dan
laboratorium dan ruang guru. SMP.
Pemenuhan SPM Dikdas di setiap Dari hasil sensus 2018 capaian Sub
SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru I.P 4.3 sudah mencapai 100 %, artinya dari
yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk jumlah SMP/MTs sejumlah 113 semuanya
setiap orang guru, kepala sekolah dan staf sudah memiliki ruang kepala
kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs sekolah/madrasah yang terpisah dengan ruang
tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah guru dan dilengkapi dengan meja
dari ruang guru. Pada sub indikator pelayanan kursi.Sedangkan untuk SD/MI masih belum
ini, jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang mencapai target yang diwajibkan. Dari hasil
laboratorium IPA yang dilengkapi dengan sensus Tahun 2018 diketahui bahwa capaian
meja dan kursi untuk 36 peserta didik sebesar Sub 4.1 sebesar 88,95% meningkat dari tahun
83,78% beserta jumlah SMP/MTs yang lalu yang hanya 84,41% masih terdapat 56
memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk sekolah yang belum memiliki ruang guru,
demonstrasi dan eksperimen peserta didik di meja, serta kursi pendidik dan tenaga
Kabupaten Sleman sampai saat ini bisa kependidikan. Dari jumlah SD/MI di
dikatakan masih rendah. Jumlah SMP/MTs di Kabupaten Sleman 507 sekolah yang sudah
Kabupaten Sleman yang telah mencapai SPM memenuhi SPM Dikdas untuk Sub I.P 4.1 ini
untuk sub ini 95 sekolah dan yang belum sebesar 451 sekolah.

28
Jurnal Populika, Volume 7, Nomer 1, Januari 2019

memiliki sertifikat pendidik ≥ 35%. Jadi hanya


87 SMP/MTs yang sudah memiliki guru
C. Tercapai tidaknya pelayanan mutu dengan kualifikasi S1 atau DIV dan telah
pendidikan dasar dari sisi kualifikasi memiliki sertifikat pendidik ≥ 35%.
pendidikan guru, kepala sekolah dan Terkait dengan layanan indikator ini
pengawas. Pemerintah Kabupaten Sleman di tahun 2017
Berdasarkan sensus 2018 diketahui Dinas Pendidikan telah melakukan PPG
bahwa dari 507 satuan pendidik semua (Pendidikan Profesi Guru) sebanyak 341 guru
gurunya sebagian besar sudah memenuhi dan yang lolos dan siap terima SK 198 guru.
kualifikasi akademik S1 ataupun DIV dan Kemudian di tahun 2018, Dinas Pendidikan
hanya 16 satuan pendidik yang jumlah SD/MI juga bekerja sama dengan Kementerian
memiliki 2 orang guru yang telah memiliki Pendidikan dan Kebudayaan RI telah
sertifikat pendidik.Sedangkan untuk jenjang menyiapkan kuota sebesar 280 peserta PPG.
SMP/MTs masih ditemukan 26 satuan Bagi yang tidak lolos PPG akan diadakan tes
pendidik dari 113 SMP/MTs di Kabupaten Ujian Tes Nasional PPG 2018 (UTN).
Sleman yang belum memiliki guru dengan Berikut ini kami sampaikan tabel
kualifikasi S1 atau DIV ≥ 70% dan telah data laporan kelulusan sertifikasi tahun 2017.

Tabel 1
Data Peserta PPG 2017
No Jenjang/Status Status Kelulusan sertifikasi Jumlah
Lulus Tidak Lulus
1 TK 61 56 117
Non PNS 59 56 115
PNS 2 0 2
2 SD 112 73 185
Non PNS 28 37 65
PNS 84 36 120
3 SMP 25 14 39
Non PNS 10 13 23
PNS 15 1 16
Jumlah Non PNS 97 106 203
PNS 101 37 138
Total 198 143 341
Sumber : Data Hasil Kelulusan PPG 2017

29
Oktaria Vitri, Retno Kusumawiranti, Suwarjo, Implementasi Kebijakan Standar …

Untuk Jumlah SMP/MTs yang yang kepala sekolahnya berkualifikasi


memiliki guru dengan kualifikasi akademik akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki
S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat sertifikat pendidik, yakni sekolah yayasan
pendidik, masing-masing 1 (satu) orang dan sekolah swasta. Begitu pula pada jenjang
untuk mapel Matematika, IPA, Bahasa SMP/MTs, jumlah kepala sekolah yang
Indonesia, Bahasa Inggris dan PKn di berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan
Kabupaten Sleman sampai saat ini belum telah memiliki sertifikat pendidik sebesar
mencapai target yang telah dicapai yaitu baru 96,90% yaitu dari 113 jumlah satuan
sebesar 90,27 % artinya baru 102 sekolah pendidikan yang ada di Kabupaten Sleman
yang telah memenuhi dan masih kurang 11 ada 3 satuan pendidikan yang belum
satuan pendidikan dari 113 satuan pendidikan memenuhi target SPM Dikdas, itupun terjadi
yang ada di wilayah Kabupaten Sleman. pada sekolah swasta sedangkan di sekolah
Berdasarkan sensus yang dilakukan di satuan negeri semua Kepala SMP/MTs nya sudah
pendidikan hal ini disebabkan oleh memenuhi kualifikasi S1 dan telah memiliki
banyaknya guru yang sudah purna tugas. sertifikat pendidik.

Jumlah Kepala SD/MI yang Jumlah pengawas sekolah/madrasah


berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV
telah bersertifikat pendidik hampir memenuhi dan telah bersertifikat pendidik baik itu
target yang di wajibkan yaiu mencapai 98,62 jenjang SD/MI maupun SMP/MTs sebesar
% artinya hanya kurang 7 satuan pendidikan 100%.

Tabel 2.
Data Rekapan Jumlah Pengawas Kabupaten Sleman

Jumah Berertifikat
Kualifikasi Pendidikan
Jenjang Status Pendidik
No
Kepngawas Kepegawaian Belum Sudah
S1 S2
Memiliki Memiliki
1 Jenjang SD PNS - 34 28 6
2 Jenjang
PNS - 10 4 6
SMP
Sumber: Dokumen Simpeg 2019

30
Jurnal Populika, Volume 7, Nomer 1, Januari 2019

D. Realisasi kunjungan pengawas ke satuan sekolah-sekolah swasta pada umumnya


pendidikan dilakukan satu kali setiap ketersediaan ruang guru dan
bulan dan setiap kunjungan dilakukan laboratorium masih belum maksimal,
selama 3 jam untuk melakukan supervisi hal ini terkait dengan adanya larangan
dan pembinaan. pungutan dari satuan pendidikan dan
keterbatasan anggaran dari pemerintah.
Kunjungan pengawas ke satuan 3. Pada capaian standar pelayananmutu
pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan pendidikan dasar dari sisi kualifikasi
setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk pendiikan guru, kepala sekolah dan
melakukan supervisi dan pembinaan. Dari pengawas, yang terkait dengan sisi
jumlah SD/ MI di Kabupaten Sleman capaian ini kualifikasi pendidikan guru berijasah
sebesar 90,53% dari 507 satuan pendidikan S1 sudah terpenuhi hampir 100%
yang memenuhi hanya 459 sekolah dan yang hanya beberapa guru yang belum
tidak memenuhi ada 48 satuan pendidik. Jumlah berijasah S1 karena baru
SMP/MTs di Kabupaten Sleman dari 100% menyelesaikan studinya. Sedangkan
menurun menjadi 97,35 % ada 3 sekolah dari untuk kepala sekolah dan pengawas
113 satuan pendidik jenjang SMP/MTs yang terkait dengan kualifikasi pendidikan
belum memenuhi indikator ini. sudah 100 % karena persyaratan untuk
Kesimpulan menjadi kepala sekolah dan pengawas
Berdasarkan pembahasan yang telah di haruslah bersertifikat pendidik dan
paparkan dapat disimpulkan sebagai berikut: berijasah SI linier dengan
1. Pada capaian standar pelayanan mutu ketugasnnya. Sedangkan dari sisi guru
terkait dengan akses jarak jangkau bisa yang bersertifikat pendidik belum
terpenuhi karena adanya kebijakan terpenuhi semua karena kuota
zonasi dalam Penerimaan Peserta pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru
Didik Baru (PPDB). Sedangkan pada (PPG) dibatasi oleh Pemerintah Pusat
indikator jumlah rombongan belajar dan yang sudah melaksanakan PPG
belum memenuhi standar karena masih banyak tidak lulus sehingga harus
ada sekolah yang jumlahnya melebihi mengulang Ujian Tulis Nasional
standar SPM. (UTN). Hal ini menyebabkan daftar
2. Pada capaian standar pelayanan mutu peserta yang bersertifikat pendidik
pendidikan dasar dari sisi ketersediaan tidak sesuai dengan harapan Dinas
laboratorium dan ruang guru ini belum Pendidikan.
sepenuhnya terpenuhi karena di

31
Oktaria Vitri, Retno Kusumawiranti, Suwarjo, Implementasi Kebijakan Standar …

4. Realisasi kunjungan pengawas ke pemenuhan SPM terutama terkait pada


satuan pendidikan dilakukan satu kali pembangunan laboratorium dan
setiap bulan dan setiap kunjungan perangkatnya, mebelair (meja, kursi,
dilakukan selama 3 jam untuk papan tulis) dan ruang belajar lain.
melakukan supervisi dan pembinaan, 3. Memberikan support/dukungan pada
terjadi penurunan target dari tahun guru-guru peserta PPG (Pendidikan
2017, terutama pengawas jenjang Profesi Guru) agar semuanya bisa lulus
sekolah dasar karena rasio jumlah sehingga kuota dari pemerintah pusat
pengawas dan sekolah binaannya tidak terpenuhi dan bertambahnya guru yang
sesuai. Sedangkan untuk jenjang SMP memiliki sertifikat pendidik sehingga
realisasi kunjungan pengawas sangat pemenuhan SPM dapat terpenuhi.
minim. Ditemukan sekolah 4. Mengoptimalkan kinerja pengawas
pelaksanaan kunjungannya tidak 3 jam meskipun jumlah pengawas tidak rasio
dalam kurun waktu satu bulan bahkan dengan sekolah binaannya untuk
ada sekolah yang tidak dikunjungi jenjang SD. Sedangkan untuk jenjang
selama 4 bulan berturut turut. SMP perlu dilakukan monitoring dari
pihak Subbagian Kepegawaian terkait
Saran ada beberapa sekolah yang tidak
pernah dikunjungi oleh pengawas.
Saran yang dapat diberikan peneliti
Daftar pustaka
agar supaya dapat lebih optimal dan
meningkatkan proses pemenuhan Standar Bafadal, Ibrahim., 2003. Manajemen
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Perlengkapan Sekolah (Teori dan
Kabupaten Sleman adalah: Aplikasinya).,Bumi Aksara, Jakarta.
1. Memberikan sanksi kepada sekolah- Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional.
sekolah yang kuota rombongan belajar (2012). Laporan akhir kajian kapasitas
peserta didik melebihi SPM Dikdas. daerah dalam pelaksanaan standar
Setiap rombongan belajar tidak boleh pelayanan minimal (spm). Jakarta:
melebihi 32 siswa untuk jenjang SD Direktorat Otonomi Daerah Deputi
dan 36 untuk jenjang SMP demi Bidang Pengembangan Regional dan
kenyamanan belajar peserta didik. Otonomi Daerah.
2. Mengalokasikan dana anggaran yang Moleong, Lexi J. 2006. Metodologi Penelitian
lebih optimal dengan skala prioritas Kualitatif. Bandung: PT Remaja
dalam pemenuhan SPM Dikdas. Jadi Rosdakarya.
penganggarannya terfokus pada

32
Jurnal Populika, Volume 7, Nomer 1, Januari 2019

Purwanto, E. Agus dan Sulistyastuti Ratih Peraturan Perundang-undangan :


Sulistyastuti. 2012. Implementasi  Undang-undang Nomor 20 Tahun
Kebijakan Publik. Konsep dan 2003 tentang Sistem Pendidikan
Aplikasinya Di Indonesia. Yogyakarta Nasional
: GavaMedia.
 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
Subarsono. 2009.Analisis Kebijakan
2005 Tentang Pedoman Penyusunan
Publik. Konsep,Teori dan
Dan Penerapan Standar Pelayanan
Aplikasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Minimal
Wahab, S. Abdul. 2016. Analisis Kebijakan,
Dari Formulasi Ke PenyusunanModel-  Peraturan Menteri Pendidikan
Model Implementasi Kebijakan Publik. Nasional Nomor 15 Tahun 2010
Cetakan Kelima. Jakarta : tentang Standar Pelayanan Minimal
BumiAksara. Pendidikan Dasar Di
Winarno, Budi. 2007. Teori dan Proses Kabupaten/Kotadan Peraturan Menteri
Kebijakan Publik (Edisi Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Revisi). Yogyakarta : Media Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Pressindo. Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010
Tentang Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota

33

You might also like