1
Nama : Muhammad Sidik
NPM : 2201020278
Mata Kuliah : Pengantar Kebijakan Publik
Dosen : Anjani S.AP M.AP
Kelas : Non Reguler BJM B
Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional oleh
BPJS Kesehatan di Kota Semarang
ABSTRACT
. The provision of health insurance to the people of Indonesia is a form of
government to carry out the purposes of the Indonesian nation, one of which is the
National Health Insurance policy as a form of good health care to the whole society in
Indonesia. For in Semarang itself is still encountered problems in its implementation
such as policies which are not effective and the problems of service received from the
participants JKN. This study aims to: (1) Explain Implementation The implementation
of the National Health Insurance Policy by BPJS in Semarang, (2) Describe the
constraints arising from the implementation of the National Health Insurance by BPJS
Semarang. The method used in this research is qualitative-descriptive method, with
the type of data used are primary data and secondary data uses data collection
techniques used were interviews and documentation. The results showed that the
implementation of the Implementation of the National Health Insurance by BPJS
(Social Security Agency) Health in Semarang has not been realized optimally. This
can be seen in still found many obstacles such as lack of awareness of the public
about the importance of social security; JKN participants do not understand tiered
referral systems and procedures JKN; and regulations that still continues to change.
Recommendations can be given is: the government should be able to give cut
bureaucracy tiered system because it is perceived complicate the public.
Keywords: Implementation, National Health Insurance, Semarang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor pendidikan, ekonomi, dan budaya ternyata bukan menjadi masalah besar bagi
masyarakat saat ini. Faktor sosial yang menyangkut kesejahteraan, dan kesehatan masyarakat
merupakan masalah yang jauh lebih penting untuk diperhatikan. Karena seperti kita ketahui
bahwa taraf kesejahteraan hidup sangat berdampak pada tingkat kesehatan dari masyarakat
itu sendiri. Bagi mereka yang memiliki hidup dengan taraf kesejahteraan baik, pola hidup serta
kesehatan mereka cenderung lebih terjaga, sedangkan bagi mereka yang hidup dengan taraf
kesejahteraan kurang, mereka biasanya kurang peduli atau bahkan tidak menjaga pola hidup
dan kesehatan mereka. Bila seseorang diserang oleh penyakit, apalagi harus dirawat di rumah
sakit dalam jangka waktu yang lama, pastinya membutuhkan biaya yang besar. Bagi
2
masyarakat golongan keatas tentu hal yang biasa saja, karena mereka mempunyai pendapatan
1
Eko Wahyu Basuki, Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Diponegoro, [email protected]
2
Dra. Sulistyowati, M.Si, Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Diponegoro
3
Nunik Retno Herawati, S.Sos, M.Si, Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Diponegoro
yang tinggi. Namun berbeda halnya dengan orang miskin atau berpenghasilan rata-rata, ini
menjadi masalah besar dalam hidupnya. Disinilah kewajiban negara untuk memberikan
pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan sosial.
Secara resmi Pemerintah telah memberlakukan BPJS tersebut pada tanggal 1 Januari
2014 berdasarkan pasal 60 ayat 1 UU nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS. BPJS ini yang
memberikan pelayanan sosial, terutama di bidang asuransi kesehatan. Mulai tahun 2014 ini,
tidak ada lagi PT. Askes (persero) selaku jasa asuransi yang mengurusi asuransi kesehatan dan
kemudian beralih kepada BPJS Kesehatan. Kedepannya BPJS Kesehatan ini berlaku untuk
seluruh wilayah Indonesia dan bisa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Sudah lebih dari satu tahun program JKN BPJS Kesehatan ini berjalan. Tetapi masih saja
banyak masalah yang terjadi di lapangan. Memang di periode tahun pertama 2014-2015
menjadi fase sosialiasi di masyarakat. Walaupun begitu, masih saja banyak permasalahan yang
terjadi di masyarakat. Mulai dari masalah pelayanan di rumah sakit, kepersetaan, serta iuran
atau premi setiap bulannya yang harus dibayarkan tidak sesuai dengan apa yang diterima oleh
peserta BPJS Kesehatan. Jika dilihat dari permasalahan yang ada, setiap kabupaten atau kota
memiliki permasalahan yang hampir sama terkait BPJS Kesehatan tersebut, yakni masalah
pelayanan dan kepersetaan (masa aktif). Disini penulis akan meneliti tiga aspek yang ada di
Kota Semarang, yakni pelayanan, kepersetaan, serta keuangan.
Program JKN yang diterapkan oleh pemerintah ini memang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam memberikan kemudahan pelayanan
publik terutama aspek kesehatan. Sesuai dengan tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum. Seharusnya dengan program JKN ini
pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat miskin.
Tetapi nyatanya sudah berjalan satu setengah tahun dan masih terdapat berbagai permasalahan
yang terjadi.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS
Kesehatan di Kota Semarang serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian
kebijakan tersebut.
C. Teori
C.1 Kebijakan Publik
Thomas R. Dye juga mendefinisikan kebijakan publik sebagai “Whatever governments
choose to do or not to do”. Maksudnya adalah apapun kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
baik secara eksplisit maupun implisit merupakan suatu kebijakan. Dyemengambil dua hal
penting dari interpretasi kebijakan tersebut yaitu kebijakan haruslah dilakukan oleh badan
pemerintah dan kebijakan tersebut memiliki pilihan antara dilakukan atau tidak dilakukan oleh
3
pemerintah. Berbeda halnya dengan Robert Eyestone, dia berpendapat bahwa secara luas
kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan suatu unit pemerintah dengan
lingkungannya.
Konsep yang diberikan oleh Robert Eyestone tersebut justru menimbulkan
ketidakpastian. Karena mengandung pengertian yang sangat luas dan apa yang dimaksud
4
dengan kebijakan publik itu mencakup banyak hal. Dengan konsep Robert Eyestone tersebut
yang mencakup pengertian sangat luas, membuat adanya batas dari kerangka kebijakan.
Kerangka kebijakan secara substantif memang segala aktivitas yang dilakukan oleh
pemerintah dalam memecahkan masalah sosial yang terjadi. Jadi suatu kebijakan publik
memang dibuat untuk memenuhi kepentingan publik dan dijauhkan dari kepentingan para
aktor pembuat kebijakan.
Jadi dari beberapa definisi di atas, kebijakan publik adalah suatu bentuk kegiatan yang
dipilih oleh pemerintah dalam suatu bidang kegiatan untuk melakukan atau tidak melakukan
dalam memecahkan masalah publik sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat guna
memenuhi tujuan dan kepentingan serta penyelenggaraan urusan-urusan publik. Dalam hal
ini kebijakan publik juga tidak terlepas dari kepentingan banyak aktor yang ada di dalamnya
sehingga kebijakan publik hendaknya diupayakan agar fokus memperjuangkan kepentingan
orang banyak.
C.2 Jaminan Kesehatan
Menurut UU No. 36 tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis . Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Negara dalam hal ini sebagai penyelenggara pemerintahan, wajib memperhatikan
kesejahteraan masyarakatnya, karena kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan Perpres No. 12 tahun 2013, jaminan
kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. Mengacu pada pengertian tersebut, jaminan kesehatan ini menjadi tanggung
jawab pemerintah sebagai penyedia layanan public atau pelayanan sosial kepada
masyarakatnya. Semua masyarakat yang telah membayar iuran tersebut berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang telah dirancang oleh pemerintah.
D. Metode Penelitian
D.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini yang akan digunakan oleh peneliti adalah tipe penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif ini mengkaji deskripsi-desripsi dalam hal
Implementasi Pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Oleh BPJS Kesehatan
Kota Semarang.
D.2 Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data-data yang
diperoleh melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada
informan dalam wawancara yang kemudian data yang diperoleh bisa dicatat atau direkam.
Data Sekunder adalah catatan mengenai kejadian atau peristiwa yang telah terjadi
berupatulisan dari buku, dokumen, internet dan sumber-sumber tulisan lain yang berkaitan
dengan penelitian.
D.3 Teknik Pengumpulan Data 5
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada responden sesuai dengan
garis besar pokok pertanyaan yang telah ditentukan oleh peneliti. Bentuk wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan diberikan kebebasan untuk memberi jawaban
atas pertanyaan.
2. Dokumen
Dokumen merupakan metode pengumpulan data dengan mengumpulkan catatan-catatan
penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
D.4 Analisis Interpretasi Data
Penelitian ini melakukan proses kegiatan analisis data:
1. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh dari sumber data primer maupun sekunder.
2. Reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi yaitu usaha membuat
rangkuman inti, proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap
didalamnya.
3. Penyajian data, setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah melakukan
penyajian data dalam bentuk deskriptif.
E. PEMBAHASAN
E.1 Implementasi Pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS
Kesehatan di Kota Semarang
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan kebijakan sosial yang bersifat nasional atau
diterapkan di seluruh Indonesia. Dikarenakan permasalahan untuk JKN hampir sama untuk
setiap daerah di Indonesia, penulis berfokus pada Kota Semarang. Kota Semarang sendiri
sebelum adanya JKN sudah terdapat jaminan kesehatan yang bernama Kartu Semarang
Sehat (KSS), ASKESKIN, dan JAMKESDA. Walaupun demikian masih banyak timbul
permassalahan yang terjadi di Kota Semarang.
1.1 Isi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan
Dalam konteks implementasi kebijakan, keberhasilan sebuah kebijakan menurut
Marille S Grindle (1980) dibagi menjadi dua bagian yaitu isi kebijakan dan lingkungan
kebijakan. Isi kebijakan terdiri dari: (1) Kepentingan kelompok sasaran, (2) Tipe Manfaat,
(3)Letak pengambilan keputusan, (4) Derajat Perubahan, (5) Pelaksana program, (6) Sumber
Daya.
1.1.1 Kepentingan Kelompok Sasaran
6
Jaminan Kesehatan Nasional memiliki sasaran untuk semua masyarakat Indonesia
tanpa memisahkan golongan apapun, karena mereka miliki misi pada tahun 2019 semua
masyarakat Indonesia sudah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Hal tersebutlah
yang menjadi kelompok sasaran dari Jaminan Kesehatan Nasional, jadi semua masyarakat
Indonesia yang menjadi kelmpok sasaran. Kepentingan masyarakat dari semua golongan
sebagai sasaran atau objek program jaminan kesehatan nasional dari Pemkot Semarang
adalah untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang baik di fasilitas-fasilitas kesehatan yang
telah ditetapkan dengan anggaran APBN dan bisa dijangkau oleh masyarakat golongan
bawah.
1.1.1 Manfaat Yang Dapat Diperoleh Dari Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
mutu kesehatan dan mampu dijangkau oleh semua golongan, terutama kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Pelayanan kesehatan menjadi aspek penting yang diperhatikan oleh
pemerintah selain pendidikan dan ekonomi. Masyarakat yang sudah terdaftar sebelumnya
sebagai peserta ASKES, ASKESKIN, JAMKESMAS, JAMKESDA secara otomatis
tersebut tidak lagi membayar iuran setiap bulannya karena sudah mendapatkan Penerima
Bantuan Iuran (PBI). Dana yang diperoleh BPJS Kesehatan untuk peserta PBI diambil dari
APBD Jawa Tengah. Akan tetapi, berbeda lagi dengan peserta yang melakukan pendaftaran
secara mandiri. Mereka dikenakan premi pembayaran setiap bulannya tergantung kelas yang
dipilihnya. Manfaat yang didapat dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta
JKN terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
1.1.2 Letak Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional
Untuk dapat diimplementasikan, kebijakan-kebijakan yang telah diambil dan dibuat
oleh berbagai instansi pemerintah, kemudian dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis dan
juga mempunyai kekuatan hukum. Dokumen tertulis yang lazim ini disebut dengan produk
hukum, dibuat berjenjang sesuai dengan hierarki pengambilan keputusan dalam kebijakan.
Kebijakan JKN sudah sesuai dengan koridor hukum yang berlaku. Dasar hukumnya adalah
UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Ketika awal pelaksanaan
JKN tahun 2014 ini memang memiliki banyak masalah yang terjadi di lapangan karena
masih terjadi kurangnya koordinasi. Akhirnya munculah Peraturan Menteri Kesehatan No.
28tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan JKN. Semua pelaksanaan sudah diatur dalam
Permenkes No. 28 tersebut. Dalam penerapan kebijakan JKN, ada tiga lembaga yang juga
berpengaruh didalamnya yaitu BPJS Kesehatan selaku lembaga yang ditugaskan untuk
menjalankan JKN, Kementrian Kesehatan Pusat serta Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
1.1.3 Derajat Perubahan Jaminan Kesehatan Nasional
7
Setiap kebijakan memiliki tujuan yang ingin dicapainya. Seperti halnya kebijakan
Jaminan Kesehatan Nasional, memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dan
juga meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. meningkatkan mutu
kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pada awalnya, pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh pemerintah baik itu pusat maupun kabupaten/kota masih jauh dari harapan
terutama bagi masyarakat golongan kebawah. Akan tetapi, pemerintah terus berusaha
untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang baik dengan memunculkan kebijakan-kebijakan
terkait jaminan kesehatan.
Puncaknya adalah ketika pada tanggal 1 Januari 2014 silam yaitu dengan di
terbitkannya Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan sebagai wujud
perbaikan system jaminan kesehatan yang ada di Indonesia. BPJS Kesehatan ini merupakan
bentuk transformasi dari PT. ASKES (Persero). Tentunya, kemunculan kebijakan Jaminan
Kesehatan Nasioanl ini merupakan awal perubahan untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Indonesia guna meningkatkan mutu kesehatan. Agar nantinya tidak ada lagi yang
merasa disulitkan ketika akan berobat kerumah sakit terutama bagi masyarakat miskin.
1.1.2 Karakteristik Pelaksana Kebijakan Jaminan Kesehaan Nasional
Karakteristik dari para pelaksana kebijakan adalah salah satu faktor yang mendorong
berhasil atau tidaknya suatu kebijakan. Dalam implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional oleh BPJS Kesehatan di Kota Semarang, karakteristik dari para pelaksana
kebijakanmemiliki watak dan komitmen yang seuai dengan harapan untuk mensukseskan
kebijakan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sosialisasi yang telah diberikan oleh
Dinas Kesehatan Kota Semarang dan juga BPJS Kesehatan Kota Semarang yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan di Kota
Semarang.
1.1.3 Sumber Daya Terhadap Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional
Perananan sumber daya bagi implementasi sebuah kebijakan memiliki peranan yang
sangat penting terutama sumber daya manusia dan sumber daya finansial atau anggaran.
Sebuah kebijakan pastilah dibutuhkan sumber daya untuk menjamin keberlangsungan
kebijakan terebut baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya anggaran. Sumber
dayamanusia sebagai implementasi suatu kebijakan, sehingga dapat berjalan secara efisisien
apabila sumber dayanya mencukupi dan dapat bekerja secara professional dan efektif
didalam menjalankan sebuah prigram sesuai dengan rumusan kebijakan yang telah
ditentukan. Adapun sumber daya finansial juga memiliki keududukan yang sangat penting
karena implementasi kebijakan tidak akan berjalan apabila secara finansial tidak mencukupi.
Akibatnya implementasi kebijakan akan berjalan lamban.
1.2 Pengaruh Lingkungan Kebijakan Terhadap Isi Kebijakan Jaminan 8
KesehatanNasional
Analisis pengaruh lingkungan terhadap keberhasilan implementasi kebijakan dapat
dilihat dari keterkaitan keadaan sosial ekonomi dan budaya serta responsifitas dari
masyarakat.
1.2.1 Kebijakan Operasional Jaminan Kesehatan Nasional
Suatu kebijakan yang dibuat, perlu diperhitungkan terlebih dahulu kekuatan atau
kekuasaan, kepentingan, dan juga aktor yang berperan didalamnya guna memperlancar
jalannya kebijakan tersebut. Dalam kebijakan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
di
Kota Semarang, kekuasaan dan kepentingan dari aktor tidak mempengaruhi
keberlangsungan jalannya kebijakan JKN di Kota Semarang. Hal itu dikarenakan semuanya
dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan dan diawasi oleh Kementrian Kesehatan yang
bertanggung jawab langsung dibawah presiden.
1.2.2 Karakteristik Lembaga
Karakteristik lembaga merupakan lingkungan dimana berpengaruhnya dari
pelaksanaankebijakan tersebut. Dalam konteks pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional di Kota Semarang, dua lembaga yang berperan penting dalam pelaksanaannya
adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang dan BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama
Semarang.
1.2.3 Tingkat Kepatuhan dan Respon Pelaksana
Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang diberikan oleh para narasumber, tidak
ditemukan adanya penolakan dari pihak internal BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama
Semarang ataupun Dinas Kesehatan Kota Semarang terhadap pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional di Kota Semarang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh cukup
tersedianya sumber-sumber dana dalam pelaksanaan JKN dan juga karena memang JKN ini
sumber dananya lebih besar berasal dari hasil premi masyarakat dan anggaran APBN secara
langsung yang turun untuk BPJS Kesehatan selaku lembaga penyelenggara JKN tersebut.
1.3 Hambatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Semarang
Dalam pelaksanaan JKN oleh BPJS Kesehatan di Kota Semarang, muncul beberapa
hambatan dan keluhan yang terjadi baik dari eksternal yang dialami oleh pemberi pelayanan
yang berasal dari luar organisasi itu sendiri maupun internal hambatan yang berasal dari
dalam organisasi itu sendiri.
1.3.1 Hambatan Eksternal
1. Kurangnya kesadaran dari masyarakat 9
Untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat memang tidak mudah. Banyak
masyarakat yang tidak mengerti pentingnya jaminan sosial. Banyak masyarakat yang tidak
memahami pentingnya berbadi dalam subsidi silang ini. Tidak hanya dari kaum menegah
kebawah yang merasa pembayaran masih mahal, namun datang juga dari kaum menengah
keatas dimana mereka malah menggunkan atau memilih golongan III yaitu dengan biaya
premi terendah, padahal mereka mampu untuk membayar dengan golongan I.
2. Kesadaran bagi peserta mandiri untuk membayar iuran
Banyak warga yang mendaftar JKN hanya untuk mendaptkan pengobatan gratis selama dia sakit,
setelah itu banyak warga yang tidak membayar lagi setelah merasa sakitnya sudah sembuh. Padahal
sudah dijelaskan jika warga tidak membayar iuran selama 6 bulan maka keanggotaannya akan
dicabut, dan berdasarkan peraturan baru dijelaskan bahwa keanggotaan baru setidaknya menunggu 7
hari sebelum mendapat jaminan. Seharusnyadapat dipahami oleh semua warga bahwa jaminan
kesehatan itu sangatlah penting
Kota Semarang, kekuasaan dan kepentingan dari aktor tidak mempengaruhi
keberlangsungan jalannya kebijakan JKN di Kota Semarang. Hal itu dikarenakan semuanya
dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan dan diawasi oleh Kementrian Kesehatan yang
bertanggung jawab langsung dibawah presiden.
1.3.2 Karakteristik Lembaga
Karakteristik lembaga merupakan lingkungan dimana berpengaruhnya dari
pelaksanaankebijakan tersebut. Dalam konteks pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional di Kota Semarang, dua lembaga yang berperan penting dalam pelaksanaannya
adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang dan BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama
Semarang.
1.3.3 Tingkat Kepatuhan dan Respon Pelaksana
Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang diberikan oleh para narasumber, tidak
ditemukan adanya penolakan dari pihak internal BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama
Semarang ataupun Dinas Kesehatan Kota Semarang terhadap pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional di Kota Semarang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh cukup
tersedianya sumber-sumber dana dalam pelaksanaan JKN dan juga karena memang JKN ini
sumber dananya lebih besar berasal dari hasil premi masyarakat dan anggaran APBN secara
langsung yang turun untuk BPJS Kesehatan selaku lembaga penyelenggara JKN tersebut.
1.4 Hambatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Semarang
Dalam pelaksanaan JKN oleh BPJS Kesehatan di Kota Semarang, muncul beberapa
hambatan dan keluhan yang terjadi baik dari eksternal yang dialami oleh pemberi pelayanan
yang berasal dari luar organisasi itu sendiri maupun internal hambatan yang berasal dari
dalam organisasi itu sendiri. 10
1.4.1 Hambatan Eksternal
3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat
Untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat memang tidak mudah. Banyak
masyarakat yang tidak mengerti pentingnya jaminan sosial. Banyak masyarakat yang tidak
memahami pentingnya berbadi dalam subsidi silang ini. Tidak hanya dari kaum menegah
kebawah yang merasa pembayaran masih mahal, namun datang juga dari kaum menengah
keatas dimana mereka malah menggunkan atau memilih golongan III yaitu dengan biaya
premi terendah, padahal mereka mampu untuk membayar dengan golongan I.
4. Kesadaran bagi peserta mandiri untuk membayar iuran
Banyak warga yang mendaftar JKN hanya untuk
mendaptkan pengobatan gratis selama dia sakit, setelah itu
banyak warga yang tidak membayar lagi setelah merasa
sakitnya sudah sembuh. Padahal sudah dijelaskan jika warga
tidak membayar iuran selama 6 bulan maka keanggotaannya
akan dicabut, dan berdasarkan peraturan baru dijelaskan
bahwa keanggotaan baru setidaknya menunggu 7 hari
sebelum mendapat jaminan. Seharusnyadapat dipahami
oleh semua warga bahwa jaminan kesehatan itu sangatlah
pentingPeserta JKN belum paham sistem rujukan berjenjang
dan prosedur pelayanan JKN
Hal ini terkait dengan sosialisasi yang dilakukan, mungkin kurang menyeluruh atau
bisa juga cenderung masyarakat yang acuh apabila ada petugas datang dan menjelaskan
mengenai Jaminan Kesehatan ini. Banyak masyarakat yang bingung mengenai dimana
tempat Fasilitas Kesehatannya, dimana dia harus berobat kalau dirujuk, dan sebagainya. Hal
ini diharapkan menjadi perhatian besar bagi penyelenggara dan juga pelaksana Jaminan
Kesehatan Nasional.
1.4.2 Hambatan internal
1. Regulasi yang masih terus mengalami perubahan
Pemerintah selalu berupaya memberikan pilihan kebijakan yang terbaik bagi
masyarakatnya, dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengikat inilah
kebijakan dapat ditegakkan dengan baik. Peraturan yang ada diupayakan untuk dibuat
semaksimal mungkin. Dalam pelaksanaannya, pemerintah merasa masih banyak hal hal
yangperlu diperbaiki dalam peraturannya, seperti misal mengenai perubahan kapitasi.
PENUTUP 11
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka penulis
menyajikankesimpulan ke dalam point-point yang relevan, antara lain:
1. Regulasi dalam penyelenggaraan jaminan sosial kesehatan, sangat menentukan sukses
tidaknya sistem jaminan sosial kesehatan untuk memperkokoh ketahanan nasional,
dengan memberikan perlindungan kesehatan dan menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat.
2. BPJS Kesehatan sebagai pelaksana kebijakan sudah berupaya maksimal untuk
memberikan sosialisasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk
jaminan kesehatan, namun memang butuh proses dan waktu untuk mewujudkan
keseluruhan warga negara terjamin dalam jaminan kesehatan nasional.
3. Kesadaran dari petugas juga perlu di tingkatkan mengingat adanya tambahan
pembiayaan dari pemerintah tentang jasa pelayanan sedikit banyak menjadi masalah
barudikalangan internal pemberi pelayanan.
4. Masih banyak keluhan-keluhan yang bermunculan di masyarakat terkait dengan
pelayanan kesehatan terutama dalam hal masalah rujukan. Birokrasi yang berbelit
membuat masyarakat enggan melakukan rujukan.
5. Pelayanan JKN oleh BPJS masih belum bisa diberikan general di seluruh Indonesia
6. Sulitnya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berbagi dalam subsidi silang dan
juga sulitnya untuk memberikan kesadaran bahwa jaminan itu penting maka diharapka
untuk membayar iuran setiap bulan.
7. Tenaga kesehatan yang berada baik di puskesmas maupun di rumah sakit masih harus
di evaluasi lagi oleh pihak implementor kebijakan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, maka
beberapa saran yang dapat penulis ajukan yang mungkin dapat bermanfaat dan berguna
sebagai bahan pertimbangan perbaikan Implementasi Pelaksanaan Kebijakan Jaminan
Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan di Kota Semarang diantaranya sebagai berikut:
1. Pemerintah harus memajaki lebih tinggi kalangan berpendapatan menengah ke atas
untuk memberikan subsidi silang kepada sesama warga negara yang kurang mampu.
Dengan kata lain, penghitungan iuran JKN akan lebih simpel karena masyarakat tidak
perlu lagi mendapati penghasilannya dipotong ganda oleh pajak plus iuran JKN. Tetapi,
cukup masyarakat membayar pajak saja, dengan masyarakat kelas menengah ke atas
membayar pajak lebih tinggi.
2. Ada koordinasi yang baik antara BPJS Kesehatan sebagai pelaksana dan juga dengan
FKTP serta Rumah Sakit. 12
3. Adanya penegakan regulasi yang tegas dari pemerintah. Sebaiknya tidak berubah ubah
dan setiap ada regulasi baru diharapkan langsung segera di sosialisasikan agar setiap
pemberi pelayanan kesehatan dapat mengetahui dan tidak terjadi miss understanding di
kalangan pemberi pelayanan.
4. Rumah Sakit memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien, jangan sampai
hanya karena sudah melebihi batas hari dari waktu yang ditentukan oleh BPJS maka
pelayanan untuk pasien ikut dibatasi.
Daftar
Pustaka
Abdul Wahab, Solihin. (2012). Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.
Agustino, Leo. (2006). Memahami Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Basrowi, Dr, M.Pd & Suwandi, Dr, M.Si. (2008). Memahami Penelitian
Kualitatif.
Jakarta: Rineka Cipta
Dunn, William N. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
GajahMada University Press
Hardiyansyah, Dr, M.Si. (2011). Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava
Media
Idiahono, Dwiyatno. (2009). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy.
Yogyakarta:Gava Media
Ismail. (2010). Menuju Pelayanan Prima, Konsep dan Strategi Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik. Malang: Program Sekolah Demokrasi.
Parson, Wayne. (2005). Public Policy: Pengantar Teori & Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Kencana
Ratminto, Atik Septi Winarsih. (2005). Manajemen Pelayanan: Pengembangan
Model Konseptual, Penerapan Citizen's Charter dan Standar Pelayanan
Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Subarsono. (2012). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Subarsono, AG, Dr, M.Si, MA. (2006). Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori,
dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono, Prof. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Winarno, Budi. (2007). Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi
Kasus). 13
Yogyakarta: Medpress
Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta:
Avyrous
Peraturan-peraturan
• Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009
• Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2011
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014
Referensi File :
1. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014
2. Semarang Dalam Angka Tahun 2014
3. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015
4. Semarang Dalam Angka Tahun 2016