0% found this document useful (0 votes)
106 views9 pages

Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani Plasma Anggota Kkpa (Kredit Koperasi Primer Kepada Anggota) Di Pt.

This document summarizes a study analyzing the income of oil palm smallholder farmers who are members of a credit cooperative partnership with PT. Sari Aditya Loka 1 in Merangin Regency, Jambi Province, Indonesia. The study found that PT. Sari Aditya Loka 1 implements a KKPA (Credit Cooperative Primary to Members) system where farmers are guided by the company through Village Cooperative Units. The average income received by plasma farmers from 2014-2015 was Rp. 1,545,255.26 per farmer per year. The document recommends the company improve transportation and infrastructure to expedite palm oil processing and provide training to cooperative staff and farmers.

Uploaded by

Silviony Futri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
106 views9 pages

Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani Plasma Anggota Kkpa (Kredit Koperasi Primer Kepada Anggota) Di Pt.

This document summarizes a study analyzing the income of oil palm smallholder farmers who are members of a credit cooperative partnership with PT. Sari Aditya Loka 1 in Merangin Regency, Jambi Province, Indonesia. The study found that PT. Sari Aditya Loka 1 implements a KKPA (Credit Cooperative Primary to Members) system where farmers are guided by the company through Village Cooperative Units. The average income received by plasma farmers from 2014-2015 was Rp. 1,545,255.26 per farmer per year. The document recommends the company improve transportation and infrastructure to expedite palm oil processing and provide training to cooperative staff and farmers.

Uploaded by

Silviony Futri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

DOI 10.22437/jiseb.v21i2.8605

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT PETANI PLASMA


ANGGOTA KKPA (KREDIT KOPERASI PRIMER KEPADA ANGGOTA) DI PT.
SARI ADITYA LOKA 1 KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

Analysis Of Coconut Farming Income Of Farmers Plasma Members Kkpa (Credit Primary
Cooperation To Members) In Pt. Sari Aditya Loka 1, Merangin District, Jambi Province

Agustina Siregar1), Yusma Damayanti1), Elwamendri1)


1
Universitas Jambi, Jambi, Indonesia
email: [email protected]

ABSTRACT

The main goals of this research are 1) to know the application of the partnership
pattern on Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) by PT. Sari Aditya Loka 1 for Plasma
farmers in Merangin regency in Jambi Province, 2) to analyze the income from KKPA
scheme plasma farmers in PT. Sari Aditya Loka 1 Merangin regency in Jambi Province. It
has been held for 5 months from January to June 2015. The primary data such as the financial
data and also technical field as well in PT. Sari Aditya Loka 1were taken by doing some
interviews with respondents. The secondary data wascollected from related institutions such
as Centre of Jambi Provincial Statistics (BPS), Jambi Plantation Department.The results of
this research showed that the system of partnerships which applied by PT. Sari Aditya Loka
1 is KKPA system in which farmers are guided directly by the company through
Cooperation’s Village Unit (KUD). Theincome received by plasma farmers in PT. Sari
Aditya Loka 1 from 2014 to 2015 is Rp. 1.545.255,26/ Farmer / year.This was advised to the
Company to improve the transportation and infrastructure facilities in order to expedite the
oil palm process, especially in the transport of fresh fruit bunches (TBS), and also giving
some trainings and guidiances to KUD staffs and farmer groups members which is hoped in
partnership about the way of oil palm cultivation to the farmer group members so farmers
could be active and independent in planting oil palm. Eventhough the age of old age group
plantation income is already old, but it is still economicals.

Keywords: Partnership, Income, Plasma

ABSTRAK

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 33


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kemitraan Kredit Koperasi


Primer Kepada Anggota (KKPA) dan menganalisis pendapatan usahatani kelapa sawit petani
plasma anggota KKPA di PT. Sari Aditya Loka 1.Penelitian ini telah dilaksanakan selama 5
bulan mulai bulan Januari sampai Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan pola kemitraan Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) oleh PT. Sari Aditya
Loka 1 pada petani plasma anggota KKPA di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, untuk
menganalisis pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma anggota KKPA di PT. Sari
Aditya Loka 1 Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.Metode penelitian yang digunakan
adalah survey. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dan data
keuangan serta teknis lapangan PT. Sari Aditya Loka 1. Sedangkan data sekunder
dikumpulkan dari instansi-instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Dinas
Perkebunan Kota Jambi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kemitraan yang
dilakukan oleh PT. Sari Aditya Loka 1 adalah sistem KKPA dimana perusahaan inti dan
petani dalam wadah koperasi untuk meningkatkan pendapatan para anggota melalui kredit
jangka panjang dari bank. Pendapatan yang diterima oleh petani plasma anggota KKPA PT.
Sari Aditya Loka 1 sebesar Rp. 1.545.255,26/petani/ha/bulan.Disarankan kepada Perusahaan
agar melakukan pelatihan dan pembinaan pengurus KUD dan pengurus kelompok tani sangat
diharapkan dalam kemitraan dan diharapkan adanya transparansi data pemotongan rutin dari
pihak KUD terhadap petani plasma anggota KKPA agar petani mengetahui besaran hasil
yang mereka terima setiap bulannya.

Kata kunci : Kemitraan, Pendapatan, Petani Plasma anggota KKPA

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian di era reformasi menempatkan petani sebagai subjek dalam


rangka mencapai tujuan nasional. Tujuan pembangunan pertanian adalah memberdayakan
petani menuju suatu masyarakat tani yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan.
Pembangunan pertanian dapat dicapai melalui pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Pembangunan pertanian yang berkelanjutan ditandai adanya kelangsungan produksi yang
memberikan keuntungan, peningkatan produksi pertanian dan adanya kebebasan bagi petani
untuk menentukan pilihan terbaik dalam berusaha tani (Kurniawan, 2004).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan. Kelapa sawit bukanlah
tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1911. Istilah kelapa
mungkin dimaksud sebagai istilah umum untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan
sawit sudah ada sejak lama. Beberapa tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang
menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang
ditanam di Kebun Raya Bogor. Dalam Bahasa Jawa Kawi “sawit” artinya siedhakep, kalung.
Nama lain dalam bahasa jawa adalah kelapa sewu dan dalam bahasa sunda sering disebut
sebagai salak minyak atau kelapa ciung. (Sipayung dan Lubis, 1987).

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 34


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit telah dilakukan untuk perbaikan


kesejahteraan petani kelapa sawit yaitu melalui kegiatan kemitraan. Kemitraan adalah suatu
strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan
(Ernawati, 2011). Kemitraan dalam perkebunan kelapa sawit dikenal dalam beberapa pola
yakni; Pola Kemitraan Perusahaan Inti Rakyat (PIR), Pola Kredit Koperasi Primer Kepada
Anggota (KKPA) dan Pola Program Revitalisasi Perkebunan (PRP). Pola kemitraan adalah
suatu bentuk kerja sama pembangunan dan pengembangan perkebunan dengan
menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membimbing perkebunan rakyat
disekitarnya sebagai plasma melalui lembaga koperasi dalam suatu sistem kerjasama yang
saling menguntungkan, saling mengisi, utuh dan berkesinambungan. Sistem yang dilakukan
dalam masing-masing pola memiliki berbagai macam bentuk misalnya; sistem hibah, sistem
bagi hasil (Profit share) dan sistem kredit (Sunarko, 2009).
PT. Sari Aditya Loka 1 merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Merangin. Perusahaan ini memiliki pabrik
pengolahan tandan buah segar (TBS) yang beroperasi selama 24 jam dengan pengolahan
CPO sebanyak 70 ton/jam. Perusahaan ini juga memiliki kebun inti yang dikelola secara
langsung oleh perusahaan serta kebun plasma yang dibina secara langsung oleh perusahaan
melalui koperasi unit desa. PT. Sari Aditya Loka 1 merupakan perusahaan yang menjaga
lingkungan sekitar dan hal ini dibuktikan dengan adanya sertifikat ISPO (Indonesian
Sustainable Palm Oil) yang diberikan oleh pemerintah atas dedikasinya dalam menjaga
keberlangsungan lingkungan.
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
pokok permasalahan penelitian ini adalah : (1) bagaimanakah gambaran penerapan kemitraan
Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) oleh PT. Sari Aditya Loka 1 pada petani plasma
di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi? ; dan (2) berapa tingkat pendapatan usahatani kelapa
sawit kelompok usia tua petani plasma di PT. Sari Aditya Loka 1 Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui penerapan pola kemitraan
Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) oleh PT. Sari Aditya Loka 1 pada petani plasma
di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi ; (2) untuk menganalisis pendapatan usahatani kelapa
sawit kelompok usia tua petani plasma di PT. Sari Aditya Loka 1 Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di PT. Sari Aditya Loka 1 yang terletak di Kabupaten


Merangin, Provinsi Jambi. Lokasi pengamatan intensif dilakukan pada ketiga Koperasi Unit
Desa (KUD) terhadap petani plasma.Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 35


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini memerlukan alat tulis dan kuesioner
untuk mengumpulkan data melalui survey. Data sekunder berupa data-data yang relevan
dengan penelitian dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kota Jambi, Badan
Pusat Statistik. Data sekunder dijadikan pedoman untuk mengumpulkan data primer berupa
struktur biaya dan penerimaan usahatani kelapa sawit petani plasma anggota KKPA. Data
tersebut diperoleh melalui wawancara dengan responden petani plasma dan pengurus-
pengurus Koperasi Unit Desa (KUD). Sampel responden petani ditetapkan secara purposive
berdasarkan petani plasma aggota KKPA dengan jumlah responden petani adalah 15% dari
populasi petani plasma PT. Sari Aditya Loka 1 sedangkan responden pengurus Koperasi Unit
Desa ditetapkan sesuai ketiga KUD yang merupakan lokasi penelitian.
Struktur biaya usahatani diketahui melalui pengumpulam data jenis, volume dan
harga input. kelapa sawit untuk menentukan total penerimaan usahatani kelapa sawit.
Pendapatan petani adalah selisih total penerimaan dengan total biaya usahatani. Harga yang
digunakan dalam analisis adalah harga yang berlaku pada saat penelitian berlangsung dan
diasumsikan tetap

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Usahatani Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit yang diusahakan petani didaerah penelitian adalah varietas
Tenera dari hasil persilangan Dura dan Psifera. Fisiografi wilayah dilokasi penelitian
berdasarkan keadaan landform digolongkan kedalam 3 grup yaitu Kubah Gambut (Dome),
Tektonik dan Alluvial. Grup kubah gambut terdiri dari landform rawa belakang.Status
kepemilikan lahan usahatani kelapa sawit didaerah penelitian sudah menjadi hak milik
sendiri. Pembukaan lahan yang dilakukan pada tahun 1987/1988 pada program pemerintah
untuk masyarakat transmigrasi dimana setiap keluarga mendapatkan pembagian lahan dari
pemerintah seluas 2,25 ha dimana 2 ha digunakan untuk perkebunan kelapa sawit dan 0,25
ha lagi digunakan untuk rumah dan pekarangan. Kemudian perusahaan PT. Sari Aditya Loka
1 mengelola kebun masyarakat secara serempak (melakukan penanaman secara serentak)
dengan catatan bahwa hasil yang didapat oleh petani mengalami pembagian hasil hingga
pembayaran (kredit) mereka lunas. Sekarang usia tanaman dilokasi penelitian adalah 24
tahun dan sudah seluruh kebun petani plasma lunas dengan artian tidak ada lagi pembagian
hasil antara perusahaan dan petani hanya saja petani plasma PT. Sari Aditya Loka 1 tetap
bekerjasama dengan perusahaan PT. Sari Aditya Loka 1 dan dibina secara lagsung oleh
Koperasi Unit Desa (KUD) masing-masing daerah.

Identitas Responden
Berdasarkan hasil wawancara, maka diperoleh gambaran identitas terhadap 43 petani
plasma responden dari 3 KUD sebagai perwakilan yaitu KUD Desa Bungo Antoi, KUD
Pematang Kabau, dan KUD Gading Jaya. Identitas seseorang merupakan cerminan status
sosial orang yang bersangkutan dimana mereka hidup bermasyarakat. Identitas responden
dalam penelitian ini meliputi : nama, umur, pendidikan, luas lahan usahatani, jumlah anggota
keluarga,lama berusahatani, dan status kepemilikan.

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 36


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

Umur Responden
Umur mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai segi kehidupan petani dalam hal
menjalankan kegiatan usahataninya. Tingkat umur dapat mempengaruhi terhadap
kemampuan fisikpetani dalam bekerja dan kemampuan dalam berfikir. Menurut Hernanto
(1995), bahwa ada kecenderungan petani yang semakin tua, pertimbangan dan pengambilan
keputusan lebih lama dibandingkan yang muda. Sebaliknya petani yang berusia lebih muda
memiliki kemampuan bekerja yang lebih produktif dan lebih respon terhadap introduksi
tekonologi baru.Umur petani sampel daerah penelitian baervariasi dengan batas umur
terendah 25 tahun dan batas umur tertinggi 71 tahun (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di daerah penelitian tahun 2015

Tabel 1 memperlihatkan bahwa di daerah penelitian sebanyak 43 petani sampel petani


plasma komoditi kelapa sawit banyak berada pada rentang usia 60-64 tahun yang berjumlah
10 orang atau 23,25 persen dari keseluruhan petani sampel, sedangkan jumlah petani paling
sedikit berada pada rentang usia 71-75 tahun yaitu 4 orang atau sebesar 9,33 persen dari
keseluruhan petani sampel. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani didaerah
penelitian tergolong tidak produktif lagi.
Pendidikan Responden
Pendidikan merupakan proses menyampaikan ilmu, pengetahuan, keterampilan
maupun sikap seseorang yang dilaksanakan secara terencana sehingga diperoleh perubahan-
perubahan dalam meningkatkan taraf hidup. Tingkat pendidikan petani sangat berhubungan
dengan perilaku dan pola pikir petani dalam mengembangkan usahataninya. Hernanto (1995)
mengatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir, menerima dan
mencoba hal baru. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, mereka agak
sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Dalam penelitian ini, tingkat
pendidikan petani diukur berdasarkan pendidikan formal yang pernah dilalui petani

Penerapan Kemitraan Pada PT. Sari Aditya Loka 1


Sistem baru terjadi pada pola kemitraan KKPA yang bertujuan untuk meningkatkan
daya guna lahan petani peserta dalam usaha meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
para anggota melalui kredit jangka panjang dari bank dan dibentuklah Koperasi Unit Desa
(KUD) selaku pemegang kredit petani namun perusahaan selaku pembina petani maupun
KUD. Sistem pencucuran dana yang diberikan kepada petani melalui Bank BNI memiliki
kriteria dimana KUD yang akan dipinjamkan oleh dana oleh Bank BNI harus dianalisa
mengenai sistem kerja KUD tersebut, jika KUD tersebut dinyatakan aktif dan layak maka
Bank BNI akan memberikan pinjaman kepada petani plasma di KUD tersebut sebagai
peminjaman kredit.
Sistem kemitraan KKPA di PT. Sari Aditya Loka 1 dimulai pada tahun 2004. Sistem
yang berjalan adalah petani dibina secara langsung oleh perusahaan melalui KUD. Setelah
adanya peminjaman dana oleh koperasi kepada petani, dimulailah sistem pemotongan
dengan bagi hasil pola 70 %:30 % dimana 70 % diserahkan kepada petani dan 30 %
diserahkan kepada koperasi untuk pembayaran cicilan kredit. Hasil yang diterima murni

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 37


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

adalah hasil penjualan produksi TBS petani plasma anggota KKPA kepada PT. Sari Aditya
Loka 1.
Sesuai peraturan yang berlaku yang tertera pada SPK (Surat Peranjian Kemitraan),
pola kemitraan KKPA mengharuskan kebun petani plasma dikelola oleh perusahaan, namun
yang terjadi di PT. Sari Aditya Loka 1 bahwa anggota KUD selaku petani plasma anggota
KKPA meminta secara lansung kepada ketua KUD dan perusahaan agar memberikan kebun
petani dikelola oleh petani sendiri. Maka pola KKPA yang diterapkan oleh PT. Sari Aditya
Loka 1 merupakan pola kemitraan KKPA yang tidak murni.
Pola kemitraan sekarang yang diterapkan di perusahaan lainnya di Provinsi Jambi
berbeda dengan pola kemitraan yang diterapkan PT. Sari Aditya Loka 1. PT. Sari Aditya
Loka 1 adalah perusahaan yang telah ada sejak program transmigrasi. Pola kemitraan pada
saat transmigrasi sangat berbeda dengan pola kemitraan sekarang. Pada saat transmigrasi,
pola kemitraan yang terjadi memiliki prioritas dari pusat yaitu untuk pemerataan pendapatan.
Maka kemitraan yang terjadi antara petani plasma dengan PT. Sari Aditya Loka 1 sangat
memfokuskan untuk kesejahteraan petani. Perjanjian yang terjadi antara petani dengan
perusahaan dalam bentuk SPK (Surat Perjanjian Kemitraan) tidak ada tertulis namun tersirat
dengan jelas, disamping itu data yang menunjang mengenai perjanjian antara perusahaan dan
petani tidak tersedia di perusahaan.

Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman jangka panjang dan pada umumnya
tanaman kelapa sawit yang tumbuh dengan baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah
serta siap dipanen pada umur sekitar 3,5 tahun. Umur tanaman di lokasi penelitian mayoritas
berumur 24 tahun dikarenakan lahan masyarakat dilokasi penelitian mengalami pembukaan
awal pada tahun 1987 dan akan direncanakan pada tahun 2016 diadakan Replanting bagi
kebun-kebun plasma PT. Sari Aditya Loka 1.
Produksi kelapa sawit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produksi fisik
berupa Tandan Buah Sawit (TBS) dalam bentuk ton atau kilogram yang diperoleh petani dari
hasil panen kelapa sawitnya. TBS yang dipanen adalah TBS yang telah matang sesuai dengan
kriteria tingkat kematangan buah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit di daerah penelitian
dipanen sebanyak 2 kali hingga 3 kali dalam sebulan. Pada penelitian ini, jumlah produksi
tanaman kelapa sawit petani diambil dalam satuan Kg/ha/bulan. Untuk mengetahui distribusi
produksi usahatani kelapa sawit petani plasma dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Dari
grafik dibawah menunjukkan bahwa produksi tertinggi didaerah penelitian berada pada
12.100 Kg/ha/bulan dengan rata-rata produksi 3.086,05Kg/ha/bulan.

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 38


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil produksi
dengan harga jual produksi. Harga jual produksi di daerah penelitian sering mengalami
fluktuasi pada waktu- waktu tertentu.Harga jual TBS sebesar Rp. 1.694 per kg (dengan
asumsi harga konstan pada saat penelitian) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Wijayanti (2012) mengenai analisis pendapatan usahatani kelapa sawit di Desa Makmur Jaya
Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur menyimpulkan bahwa penerimaan usahatani
kelapa sawit di desa makmur adalah sebesar Rp 56.956.448,72/responden. Ternyata dari
ketiga penelitian diatas, penerimaan yang dilakukan oleh ketiga peneliti tidak jauh berbeda.

Biaya-Biaya Usahatani Kelapa Sawit


Biaya usahatani kelapa sawit diartikan sebagai besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
petani sampel di daerah penelitian dalam mengelola tanaman-tanaman kelapa sawit miliknya,
meliputi: biaya tenaga kerja, biaya pupuk, biaya obat-obatan dan biaya koperasi. Biaya
usahatani digolongkan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Total Biaya Usahatani Kelapa Sawit Petani Plasma


Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kelapa sawit
atau total biaya adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap (Soekartawi, 2002).
Secara keseluruhan biaya usahatani kelapa sawit yang harus dikeluarkan oleh petani plasma
menjadi biaya total dalam perawatan kebun kelapa sawit.

Tabel 1. Komponen rata-rata biaya produksi usahatani kelapa sawit petani plasma di PT. Sari
aditya loka 1, tahun 2015

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Noris (2015) mengenai analisis


pendapatan usahatani kentang di kecamatan jangkat kabupaten merangin menyimpulkan
bahwa biaya total pembiayaan secara ekonomi diperhitungkan sebesar Rp. 39.739.504 per
hektar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2012) mengenai analisis
pendapatan usahatani kelapa sawit di Desa Makmur Jaya Kecamatan Kongbeng Kabupaten
Kutai Timur menyimpulkan bahwa biaya total pembiayaan secara ekonomi diperhitungkan
rata-rata Rp 4.126.082,93 responden/responden. Hal ini sangat berbanding jauh dengan total
biaya pada tabel diatas dikarenakan biaya yang dikeluarkan oleh petani responden di daerah
penelitian lebih kecil karena petani responden berasumsi bahwa tanaman usia tua sudah tidak

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 39


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

perlu di rawat secara rutin disamping keterbatasan modal juga petani responden di daerah
penelitian akan segera melakukan Replanting.

Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani Plasma


Keberhasilan dari usahatani dapat dilihat dari pendapatan usahatani yang diperoleh
petani. Pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma adalah penerimaan dari KUD
dikurangi dengan biaya-biaya produksi yang dikorbankan/diperhitungkan di tingkat petani
plasma, atau dengan kata lain pendapatan bersih petani adalah penerimaan dari tingkat KUD
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikorbankan petani dan tidak ditanggung dalam biaya-
biaya yang telah dispekati kemitraan. Biaya-biaya yang dikorbankan petani meliputi; biaya
penyusutan alat, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya obat-obatan (Tabel 2).

Tabel 2. Pendapatan usahatani kelapa sawit petani peserta kemitraan di daerah penelitian
2015

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa total penerimaan petani plasma PT. Sari
Aditya Loka 1 sebesar Rp. 5.227.763/petani/bulan sehingga pendapatan bersih pada tingkat
petani adalah sebesar Rp. 1.545.255,26/petani/ha/bulan.Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Hermansyah (2011) mengenai analisis pendapatan usahatani kelapa sawit
pasca umur ekonomis (27 Tahun) pada perkebunan sawit inti rakyat di kecamatan luhak nan
duo kabupaten pasaman barat menyimpulkan bahwa total pendapatan yang diterima oleh
petani inti sawit adalah sebesar Rp. 33. 409.319,27/petani/ha. Ternyata dari kedua
perbandingan pendapatan diatas tidak jauh beda bahwasanya tanaman kelapa sawit kelompok
usia tua maupun pasca ekonomis (27 Tahun) masih ekonomis.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penerapan kemitraan yang dilakukan oleh PT. Sari Aditya Loka petani dibina secara
langsung oleh perusahaan melalui KUD dalam mengelola, memanajemen kebun petani
plasma anggota KKPA. Sistem pemotongan bagi hasil tidak diterapkan lagi di PT. Sari
Aditya Loka 1 dikarenakan semua kebun petani plasma anggota KKPA telah lunas dan
sekarang seluruh kebun petani plasma anggota KKPA telah dikelola oleh petani sendiri
namun hasil TBS yang
diperoleh tetap dijual keperusahaan sehingga kemitraan tetap terjadi dengan baik.
2. Pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma yang diperhitungkan ditingkat petani

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 40


ISSN : 1412 - 8241 e-ISSN : 2621 - 1246

adalah sebesar Rp. 69.691.902,04/petani/tahun

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Pasca Umur Ekonomis (27
Tahun) pada Perkebunan Sawit Inti Rakyat di Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten
Pasaman Barat. Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Hernanto, Fadholi. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Indonesian Palm Oil Statistics. 2013. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2012. Badan Pusat
Statistik.
Jakarta.
Lubis, Adlin. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Medan
Melanita, Yustina. 2015. Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Produksi
Kopi Robusta di Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin. Fakultas Pertanian.
Universitas Jambi.
Siburian, Altur Manaek. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Rakyat
(Swadaya Murni) dan Faktor yang Mempengaruhinya di Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Penelitian Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
Sipayung dan Lubis. 1987. Sejarah Kelapa Sawit Indonesia. Nuhamedika. Yogyakarta
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Tamba, Rio S. 2015.Kajian Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani Peserta Kemitraan
Revitalisasi
pada PT. Brahma Bina Bakti di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman: Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama
Widya. Bandung

JISEB Vol. 21 No. 2 Agustus 2018 Hal: 33 – 42 I 41

Common questions

Powered by AI

Transparency in the KKPA model at PT. Sari Aditya Loka 1 is crucial for maintaining trust and effectiveness. Transparent data on routine deductions and income distribution enables farmers to understand their financial standing and earnings accurately, fostering trust between the farmers, cooperatives, and the company. This clarity is essential in preventing disputes and enhancing cooperative management efficacy, ensuring that all stakeholders receive a fair share and understand the model's benefits and responsibilities .

The KKPA partnership model at PT. Sari Aditya Loka 1 integrates economic objectives with social welfare goals by facilitating access to financial resources through cooperatives and bank loans, which directly enhance the farmers' economic capacity. Meanwhile, the model ensures that farmers are provided with technical guidance and management support, which aid in improving their productivity and income stability. Additionally, the model promotes transparency and education, contributing to the social welfare of farm communities by enhancing decision-making capability and financial literacy among farmers .

Post-transmigration, the partnership model at PT. Sari Aditya Loka 1 shifted from a government-prioritized model focused on income distribution to a more commercially-driven model. Initially, the partnership aimed to support farmers' welfare by prioritizing equitable income distribution. However, the current model places more emphasis on productivity and economic growth like profit-sharing schemes and cooperative credit models, which offer financial support yet require farmers to be more independently involved in managing their economic activities, shifting some focus away from direct welfare support .

The financial structure of the KKPA model, which includes long-term credit facilitated through cooperatives, significantly influences farmers' decision-making processes. The availability of credit and the structured profit-sharing agreement offer farmers the certainty and security needed to make substantial agricultural investments. However, the obligation to meet loan repayments can create financial pressure, making farmers cautious in decision-making regarding additional investments, heavily weighing on risk assessments and prioritization of resource allocation .

The level of education among farmers significantly influences their ability and speed in adopting new innovations. Farmers with higher education levels tend to be more open and capable of integrating new techniques and practices into their operations, enhancing efficiency and productivity. In the KKPA model at PT. Sari Aditya Loka 1, providing education and training to improve farmers' knowledge and skills plays a crucial role in the success of the partnership, allowing farmers to maximize the benefits from new agricultural methods and technologies .

PT. Sari Aditya Loka 1 has demonstrated a commitment to environmental sustainability, evidenced by its certification under the Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) standards. The company operates its fresh fruit bunch (TBS) processing plant 24/7, ensuring that production efficiency is maximized while adhering to environmental guidelines. This commitment indicates a balance between operational demands and environmental stewardship, crucial for sustainability in palm oil production .

The effectiveness of agricultural partnership models like the KKPA is significantly influenced by the socio-economic context of smallholder farmers. Many farmers have limited education, which affects their ability to adopt new agricultural innovations and management practices. The KKPA model helps bridge these gaps by offering training and stable income through structured partnerships with larger companies. However, socio-economic factors such as access to education and resources can impact the implementation and success of such partnerships, affecting how well farmers can leverage the opportunities provided .

The production cycle of oil palm plants, which begins yielding after approximately 3.5 years and continues for decades, aligns with long-term financial planning for farmers at PT. Sari Aditya Loka 1. This cycle allows for sustainable and predictable income over extended periods, critical for planning long-term investments and financial security. The regular yield and stable demand for palm oil products provide a steady cash flow, which underpins farmers' economic stability and enhances their ability to plan future investments or undertake replanting initiatives .

Oil palm cultivation at PT. Sari Aditya Loka 1 includes practices like planting Tenera varieties, using structured harvesting schedules (twice to thrice per month), and maintaining specific planting and management guidelines to ensure maximum yield. These practices are crucial for optimizing the growth and fruit production of oil palm trees. Maintaining consistent and efficient agricultural practices directly impacts productivity, with the area achieving average yields of 3.086 Kg/ha/month, maximizing economic returns for farmers .

The KKPA partnership system implemented by PT. Sari Aditya Loka 1 involves a cooperative model where farmers are part of a Desa Unit Cooperative (KUD) that acts as a credit intermediary with banks. The company provides technical guidance to these cooperatives, ensuring that farmers receive the necessary support to manage their oil palm plantations. Farmers' income is augmented by long-term bank loans, simplifying access to capital. The system uses profit-sharing where 70% of the profits go to the farmers and 30% to the cooperative for loan repayment. This system is designed to increase the farmers' income and overall welfare .

You might also like