HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, USIA KEHAMILAN DAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS LANDASAN ULIN
KOTA BANJARBARU
Oleh :
SITI KHALISAH
NIM P07131220038
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2023
HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, USIA KEHAMILAN DAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS LANDASAN ULIN
KOTA BANJARBARU
Proposal Skripsi guna memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh predikat
Sarjana Terapan Gizi
Oleh :
SITI KHALISAH
NIM P07131220038
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2023
2
3
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab utama
kematian ibu langsung adalah pendarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi
11%, dan penyebab idak langsung adalah anemia 51%. Anemia merupakan
komplikasi dalam kehamilan yang paling sering ditemukan (Nur Devina, 2020).
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah hemoglobin dalam darah
kurang dari normal. Anemia mempengaruhi 1,62 miliar orang di seluruh dunia.
Prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia berkisar rata-rata sebesar 42%.
Prevalensi anemia di negara berkembang adalah 43% dan negara maju adalah
9%. Anemia diperkirakan berkontribusi lebih dari 115.000 kematian ibu dan
591.000 kematian prenatal secara global per tahun (Ramadhananti, 2018).
Menurut WHO 2020 prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia
telah mengalami penurunan sebanyak 4,5% selama 19 tahun terakhir, dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2019, sedangkan di Indonesia pada tahun 2019
angka kejadian anemia pada ibu hamil meningkat 44,2% dari tahun 2015
sebesar 42,1%. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa di
Indonesia sebasar 48,9% ibu hamil mengalami anemia sehingga dapat
disimpulkan selama 5 tahun terakhir masalah anemia pada ibu hamil telah
meningkat sebesar 11,8%. Dari data tahun 2018, jumlah ibu hamil yang menga-
4
lami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6%, usia 25-34
tahun sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6%, dan usia 45-54 tahun
sebesar 24% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
prevalensi anemia pada ibu hamil di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2018
yakni sebesar 25,3%. Hal ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 yang
mencatat prevalensi anemia pada ibu hamil 10,9%. Berdasarkan Dinas
Kesehatan Kota Banjarbaru prevalensi anemia pada ibu hamil di Kota
Banjarbaru 22,06%. Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru tahun 2023, melaporkan
bahwa prevalensi kejadian anemia pada ibu hamil tertinggi berada di wilayah
kerja Puskesmas Landasan Ulin sebanyak 34,1%, Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil Di Puskesmas Landasan
Ulin masih lebih tinggi dari prevalensi di Kalimantan Selatan dan masih berada
di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
yaitu 28%. Sebanyak 74 dari 245 ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Landasan ulin mengalami anemia (Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2023).
Menurut data di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin tahun 2023
menunjukkan populasi seluruh ibu hamil yang 645 dengan kejadian anemia
sebanyak 98 atau 27%.
Anemia adalah salah satu masalah defisiensi nutrisi yang paling sering
melanda wanita hamil (Wahyuni, 2019). Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan III
atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5gr% pada trimester II. Anemia pada ibu
5
hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, pendaraha anterpartum,
pendarahan postpartum yang menyebabkan kematian ibu dan anak, serta
penyakit infeksi. Ibu hamil yang mengalami anemia 55,6% melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR). Menurut Padila et al., (2018) bayi preterm
umumnya memiliki pengetahuan yang sama. Rerata para ibu menyampaikan
bahwa berat badan bayi preterm adalah kurang normal dan kecil atau dibawah
2500 gram. Preterm ataupun BBLR seringkali sejalan dengan bayi prematur
yaitu kurang dari 2500 gram. Anemia pada ibu hamil sangat terkait mortalitas
dan morbiditas pada ibu dan bayi, karena wanita hamil rentan mengalami
anemia seriring meningkatnya kebutuhan zat besi dan nutrisi tubuh pada
kehamilan serta anemia akan menimbulkan kondisi dengan rasa lelah, lemas,
pusing dan pucat.
Pemerintah telah mengupayakan penanggulangan dan pencegahan
masalah anemia pada ibu hamil dengan melakukan pembagian Tablet Tambah
Darah (TTD) atau tablet zat besi (Fe) selama kehamilan. Program suplementasi
zat besi merupakan upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk
mencegah anemia dalam kehamilan yang diberikan dalam bentuk pil zat besi
ferro sulfat 200 mg setiap hari selama 90 hari pada trimester III kehamilan tetapi
angka anemia dalam kehamilan masih tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Triana et al., (2021) yang menyatakan bahwa pencegahan
dan pengobatan anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi tablet zat besi.
6
Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat dua kali dari
kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamul, volume darah
meningkat 50% sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin. Pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga
memerlukan banyak zat besi. Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi
biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam
keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga
dibutuhkan suplemen berupa tablet besi (Alza et al., 2017).
Asupan zat besi ibu hamil diperlukan sebagai tambahan cadangan zat
besi ibu, dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan saat bayi sampai berumur
46 bulan. Pada ibu yang melahirkan operasi sesar akan banyak kehilangan darah
sehingga cadangan zat besi yang diperlukan untuk proses peningkatan volume
darah serta mencukupi kebutuhan plasenta dan janin. Selama proses kehamilan
ibu, ibu yang berusia 16-49 tahun membutuhkan zat besi sebanyak 400 mcg dan
membutuhkan tambahan ± 200 mcg untuk trimester 1-3 (Kemenkes, 2019).
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari sumber kacang-
kacangan, sayuran hijau, daging sapi, hati sapi dan ikan (Darwati, 2016).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014)
menunjukkan ada hubungan antara asupan zat besi pada ibu hamil dengan
kejadian anemia dalam kehamilan di Puskesmas Ngampel Kabupaten Kendal.
Hasil korelasi yang diperoleh adalah nilai r = -0,172 berarti semakin rendah
asupan zat besi maka semakin tinggi terjadinya anemia. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sharon et al (2015) bahwa terdapat hubungan
7
yang signifikan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia dengan nilai p =
0,047. Penelitian yang dilakukan Asmalilah et al, mengatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin ibu
hamil dengan nilai p = 0,05.
Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurangnya
konsumsi bahan makanan sumber zat besi atau makanan yang dikonsumsi
sudah cukup namun memiliki bioavailabilitas besi yang rendah sehingga jumlah
zat besi yang diserap kurang dan makanan yang dimakan mengandung zat
menghambat absorbsi zat besi (Roosleyn, 2016).
Secara fisiologis, proses terjadinya anemia ini diawali sejak trimester I
kehamilan, dimana terjadi jumlah plasma yang meningkat yang jumlahnya tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah sel darah, yang puncaknya terjadi di usia
kehamilan 24-32. Pada kehamilan, volume sel darah merah meningkat 20%
sampai 30%, sedangkan volume plasma meningkat 45 sampai 55%.
Peningkatan volume yang tidak proporsional ini berakibat pada terjadinya
proses pengenceran darah atau yang disebut dengan hemodilusi. Hal ini
berakibat juga pada terjadinya penurunan kadar Hb ibu hamil sehingga terjadi
anemia dan penurunan hematokrit (Patel et al., 2018).
Usia kehamilan yang bertambah juga akan berakibat pada peningkatan
kebutuhan zat besi. Zat besi yang dibutuhkan pada trimester I sekitar 0,8
mg/hari, meningkat sekitar 7,5 mg/hari selama trimester III. Peningkatan
kebutuhan yang tidak diimbangi dengan intake zat besi yang memadai akan
berakibat pada terjadinya anemia pada trimester III (Breymann, 2013).
8
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dan Andyarini (2018)
berdasarkan hasil uji korelasi spearman diperoleh p-value sebesar 0,012 (<0,05)
dan corellation cefficient sebesar 0,270, sehingga Ho ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kintamani 1 Kecamatan
Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali, dengan kuat hubungan rendah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mendeteksi anemia dilakukan di
triwulan pertama umur kehamilan (< 3 bulan) dan di triwulan ke tiga umur
kehamilan (> 6 bulan). Pada pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Sahli, dilakukan minimal 2 kali selama
kehamilan yaitu trimester I dan III. Masa kehamilan terutama trimester III
merupakan masa kritis dimana kebutuhan akan zat gisi meningkat. Jika zat besi
dalam darah kurang maka kadar hemoglobin akan menurun yang
mengakibatkan gangguan dan pertumbuhan janin. Beberapa penelitian
menytakan bahwa kadar Hb ibu hamil trimester akhir dan tingginya angka
anemia pada trimester III dapat mempengaruhi berat badan lahir (Ariyani dan
Sarbini, 2016).
Selain asupan zat besi dan usia kehamilan, dukungan keluarga juga
mempengaruhi ibu hamil. Ibu yang pertama hamil membutuhkan dukungan dari
orang terdekat selama masa kehamilannya. Keluarga ada unit terkecil dari
msyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal
dibawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan dapat dikatakan
bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi
9
sangat berhubungan, sehingga keluarga berperan dalam menentukan cara
asuhan yang diperlukan apabila ada anggota keluarga yang sakit (Kristianingsih
dan Retno, 2015).
Maka peran suami serta keluarga dan semua pihak sangat membantu
keberhasilan ibu hamil agar terhindar dari anemia, sehingga dapat dikatakan
dukungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting bagi seorang
khususnya ibu hamil karena individu memerlukan keberadaan orang lain untuk
saling memberikan perhatian, membantu, mendukung dan menghadapi
permasalahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Helga et al (2022)
menunjukkan bahwa ibu dengan dukungan keluarga yang tidak mendapat
dukungan keluarga sebesar 54,5% persentasenya lebih besar dibanding
responden yang mendapat dukungan keluarga yang mendukung sebesar 25,5%
tentang kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi-square diperoleh p-value = 0,033 < 0,005 artinya ada
hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kejadian anemia pada
ibu hamil OR = 3,5 dengan 95% CI (confideninterval) = (1,2-10,0).
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Sari, H Yarmaliza Y dan
Zakiyuddin (2022) menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan kejadian anemia pada ibu hamil ditunjukkan dengan nilai p
value = 0,049 < 0,005. Berdasarkan penelitian ini dengan dukungan keluarga
yang mendukung sebesar (33,3%) dan dukung keluarga yang tidak mendukung
sebesar (59,5%).
10
Dukungan keluarga terlihat dari keterlibatannya dalam menjaga
kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang mendapat dukungan dan perhatian
keluarga cenderung lebih menerima dan mematuhi nasehat petugas kesehatan
dibandingkan yang tidak (Puspitasari dan Maelani, 2018). Selain itu, kerjasama
antara keluarga dan suami memberikan dukungan yang baik kepada ibu hamil
juga dapat mengurangi kekhawatiran ibu hamil terhadap proses persalinan yang
akan dialami ibu hamil.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang hubungan asupan zat besi, usia kehamilan dan dukungan keluarga
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Landasan
Ulin Kota Banjarbaru.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan
asupan zat besi, usia kehamilan dan dukungan kelaurga dengan kejadian anemia
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan asupan zat besi, usia kehamilan dan
dukungan keluarga dengan kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
11
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil (usia ibu, pendidikan dan
pekerjaan ibu) di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kota
Banjarbaru.
b. Mengidentifikasi asupan zat besi pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
c. Mengidentifikasi usia kehamilan pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
d. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
e. Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru
f. Menganalisis hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
g. Menganalisis hubungan usia kehamilan dengan kejadian anemia pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
h. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kota
Banjarbaru.
12
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan, menambah
pengetahuan, keterampilan, dan pengaaman dalam melakukan penelitian
sehingga penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar dalam usaha
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil,
agar kejadian anemia pada ibu hamil dapat dihindari.
2. Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas Landasan Ulin
tentang asupan zat besi, usia kehamilan dan dukungan keluarga pada ibu
hamil anemia, serta dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan upaya
promotif sehingga dapat mencegah terjadinya anemia.
3. Bagi Ibu hamil atau Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada ibu
hamil mengenai asupan zat besi, usia kehamilan dan dukungan keluarga
sehingga dapat mencegah terjadinya anemia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya
untuk lebih mengembangkan variabel yang berhubungan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil.
13
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1. Elsafitri Dwi Anggraeni, Deny Hubungan asupan zat besi - Variabel terikat (kejadian - Teknik pengambilan
Yudi F, Sukarno dengan kejadian anemia pada ibu anemia) sampel : Total sampling
hamil di Puskesmas Ngampel - Variabel bebas - Analisis data : Uji
Kabupaten Kendal (dukungan keluarga) Kendall Tau
- Populasi : Ibu hamil - Lokasi penelitian
- Desain penelitian : Cross
Sectional
2. Irul Hidayati, Esti Novy Hubungan jumlah paritas dan - Variabel terikat (kejadian - Teknik pengembilan
Andyarini umur kehamilan dengan kejadian anemia) sampel : simpel random
anemia pada ibu hamil - Variabel bebas (umur sampling
kehamilan) - Lokasi penelitian
- Populasi : Ibu hamil
- Desain penelitian : Cross
Sectional
- Analisis data : Uji Rank
Spearman
14
3. Yohana Kossay Hubungan dukungan keluarga - Variabel terikat (kejadian - Desain penelitian : Case
terhadap kejadian anemia ibu anemia) study
hamil di Puskesmas Keramat Jati - Variabel bebas - Teknik pengambilan
Jakarta Timur (dukungan keluaarga) sampel : Purposive
- Populasi : Ibu hamil sampling
- Analisis data : Uji chi-
square
- Lokasi penelitian