0% found this document useful (0 votes)
17 views16 pages

Bekasi Students' Physics Problem Solving

This document summarizes a study that examined the influence of struggle power and critical thinking ability on physics problem solving skills among high school students in Bekasi City, Indonesia. The study used a survey method with correlational technique involving 65 randomly sampled students. Results showed that struggle power and critical thinking ability together significantly influence physics problem solving skills. Struggle power alone also significantly influences physics problem solving skills, as does critical thinking ability. The study aims to help improve teaching methods and student learning outcomes in physics.

Uploaded by

imam daulay
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
17 views16 pages

Bekasi Students' Physics Problem Solving

This document summarizes a study that examined the influence of struggle power and critical thinking ability on physics problem solving skills among high school students in Bekasi City, Indonesia. The study used a survey method with correlational technique involving 65 randomly sampled students. Results showed that struggle power and critical thinking ability together significantly influence physics problem solving skills. Struggle power alone also significantly influences physics problem solving skills, as does critical thinking ability. The study aims to help improve teaching methods and student learning outcomes in physics.

Uploaded by

imam daulay
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 16

Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA

Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17


p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

Pengaruh Daya Juang dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
(Survei Pada Sman di Kota Bekasi)

Teguh Bambang Setyo Wibowo

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

Abstract : The objectives of this research are follows to know : 1 The influence of
strunggle power and the ability of critical thinking simultaneously to physic
problem solving at students of SMAN in Bekasi Kota 2 The influence of strunggle
power to the ability of physic problem solving at students of SMAN Kota Bekasi. 3
The influence of critical thinking ability to physic problem solving at students at
SMAN in Kota Bekasi. The method which is used in this research is survey and
carrelational tecnic. The population of this research is all student of IPA X
graders at SMAN Kota Bekasi that is SMAN 9 which consisrs of 216 , X IPA
students SMAN 13 Kota Bekasi which consists of 180 students of X IPA, and
SMAN 21 Bekasi which consist of 216 students of X IP, so the total population is
612 students. The sample in this research is 65 students which are taken from
random sampling. The tecnis of the data collecting are by using quisionaire and
rubric of assessment. The tecnic of data analysis is by using of SPSS assistance
22. The research result : 1 There is the significant influence the struggle power
and the ability of critical thinking simultaneously to physics problem solving at
students of SMAN in Kota Bekasi.This is proven with the score 0,000 < 0,05 and F
hitung = 69,622. 2 There is the significcint influence of the struggle power to physic
problem solving ability of students of SMAN in Kota Bekasi. This is proven by score sig
= 0,008 < 0,05 and t hitung = 2,736. 3. There is significant influence of critical thinking
abilty to physics problem solving at students of SMAN in Kota Bekasi. This is proven by
score sig = 0,000 < 0,05 and t hitung = 6,342.

Keywords: struggle power, the ability of critical thinking,and the ability of


physics problem

Abstrak: Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: Untuk mengetahui: 1.


Pengaruh Daya Juang dan kemampuan berpikir kritis secara bersama-sama terhadap
pemecahan masalah Fisika siswa SMAN di Kota Bekasi.2. Pengaruh Pengaruh Daya
Juang terhadap kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa SMAN di Kota Bekasi. 3.
Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan pemecahan masalah Fisika
siswa SMAN di Kota Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
dengan teknik korelasional.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
IPA di SMAN Kota Bekasi yaitu SMAN 9 memiliki jumlah siswa di kelas X IPA yaitu
216 siswa, SMAN 13 Kota Bekasi memiliki jumlah siswa di kelas X IPA yaitu 180 siswa,
dan SMAN 21 Bekasi memiliki jumlah siswa di kelas X IPA yaitu 216 siswa sehingga
ukuran populasi adalah 612 siswa. Sampel di dalam penelitian ini dengan jumlah 65

1
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

siswa yang diambil dengan menggunakan random sampling. Teknik pengumpulan data
dengan angket dan rubrik penilaian. Teknik analisis data menggunakan bantuan SPSS 22.
Hasil penelitian: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan Daya Juang dan Kemampuan
berpikir kritis secara Bersama-sama terhadap Kemampuan pemecahan masalah Fisika
Siswa SMAN di Kota Bekasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig = 0,000 < 0,05 dan F
hitung = 69,622. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan Daya Juang terhadap Kemampuan
pemecahan masalah Fisika Siswa SMAN di Kota Bekasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai
sig = 0,008 < 0,05 dan t hitung = 2,736. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan
Kemampuan berpikir kritis terhadap Kemampuan pemecahan masalah Fisika Siswa
SMAN di Kota Bekasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai nilai sig = 0,000 < 0,05 dan t
hitung = 6,342.
A. Kata kunci: Daya Juang, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan
pemecahan masalah Fisika.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan alat untuk membangun generasi suatu bangsa agar
menjadi generasi yang cerdas secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendidikan merupakan jembatan bagi suatu Negara untuk membangun bangsanya
agar menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera. Pendidikan merupakan sebuah
sistem yang memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun suatu
peradaban. Pendidikan adalah kegiatan yang berisi proses pembelajaran yang
mengarahkan para siswa agar memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Salah satu aspek pendidikan yaitu proses pembelajaran pada suatu mata
pelajaran tertentu dan salah satunya adalah proses pembelajaran mata pelajaran
Fisika. Proses pembelajaran suatu mata pelajaran harus mengembangkan
kreatifitas siswa dalam menyelesaikan masalah belajarnya sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam belajar. Di samping itu, dalam
proses pembelajaran harus dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal Fisika.
Proses pembelajaran Fisika harus dapat meningkatkan hasil belajar Fisika
pada siswa sehingga siswa akan memiliki nilai yang baik pada aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Guru Fisika harus dapat menggunakan berbagai macam
model pembelajaran berbasis pada keaktifan siswa dalam belajar. Model
pembelajaran merupakan factor eksternal dari salah satu aspek yang dapat
meningkatkan hasil belajar Fisika. Di samping itu, pemecahan masalah Fisika
juga merupakan bagian dari hasil belajar Fisika yang harus dapat ditingkatkan
oleh guru melalui faktor internal dan eksternal.
Salah satu faktor internal yang dapat meningkatkan pemecahan masalah Fisika
yaitu daya juang dan kemampuan berpikir kritis. Kedua factor tersebut merupakan
aspek penting dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika.
Daya juang adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan dan
upaya bergerak ke depan secara maksimal dan mengatasi segala kesulitan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan tipe quiter yaitu seseorang yang mudah

2
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

menyerah, camper yaitu seseorang yang mudah puas, dan climber yaitu seseorang
yang terus berusaha sampai titik puncak.
Siswa yang memiliki daya juang yang tinggi atau climber akan terus berusaha
untuk mendapatkan nilai pemecahan masalah Fisika yang tinggi karena siswa
tidak akan mudah menyerah untuk terus belajar. Tetapi, permasalahanya adalah
masih banyak siswa yang mudah menyerah dalam mengerjakan soal-soal Fisika.
Siswa tidak memiliki daya juang yang tinggi sehingga siswa malas untuk
mengerjakan soal-soal Fisika.
Daya juang berarti kemampuan mempertahankan atau mencapai sesuatu yg
dilakukan dengan gigih. Bagi para siswa yang sudah memiliki nilai pemecahan
masalah Fisika yang baik maka mereka akan selalu berusaha untuk
mempertahankan bahkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
Fisika.
Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kemampuan seseorang dalam
menganalisis ide atau gagasan secara logis, reflektif, sistematis dan produktif
untuk membantu membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa
yang diyakini atau akan dilakukan sehingga berhasil dalam memecahkan suatu
masalah yang dihadapi. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan
selalu bertanya kepada guru ketika siswa tersebut belum memahami materi yang
sedang dipelajari. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan mampu
mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dirinya dalam belajar Fisika sehingga
siswa akan mampu meningkatkan kekurangannya dalam belajar Fisika.
Sedangkan, bagi siswa yang tidak memiliki kemampuan berpikir kritis maka
siswa tersebut akan pasif dalam belajar sehingga siswa tersebut tidak akan mampu
menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan pemecahan masalah Fisika.
Masalah pembelajaran Fisika yang sering terjadi adalah siswa menganggap
bahwa mata pelajaran Fisika adalah sulit karena siswa harus menghitung sehingga
siswa akan mudah menyerah untuk mengerjakan soal-soal Fisika. Guru juga
masih banyak yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam
mengajar mata pelajaran Fisika. Siswa masih belum mengetahui rumus-rumus
dasar Fisika. Siswa tidak diberikan latihan-latihan yang menuntut kemampuan
tingkat tinggi. Siswa masih belum berani bertanya dan maju ke depan untuk
mengerjakan soal sehingga rasa percaya diri siswa tidak meningkat. Daya juang
siswa yang rendah, serta siswa belum memiliki kemampuan berpikir kritis yang
baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Daya Juang dan kemampuan berpikir kritis terhadap
kemampuan pemecahan masalah Fisika”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan kepada siswa kelas X di SMA Negeri 21 Kota


Bekasi dan SMA Negeri 9 Kota Bekasi dan SMA Negeri 13 Kota Bekasi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September s.d. November 2019. Penelitian

3
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

ini merupakan penelitian survei korelasional dengan analisis statistik regresi linier
berganda. Adapun konstelasi masalah penelitian digambarkan sebagai berikut:

2
Daya Juang (X1)
Kemampuan
Pemecahan Fisika (Y)
Kemampuan Berfikir 3
Kritis (X2)
1
Gambar 1. Konstelasi masalah penelitian
Keterangan:
X1 : Daya Juang
X2 : Kemampuan Berfikir Kritis
Y : Kemampuan Pemecahan Fisika

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA di SMAN
Kota Bekasi yaitu SMAN 9 memiliki jumlah siswa di kelas X IPA yaitu 216
siswa, SMAN 13 Kota Bekasi memiliki jumlah siswa di kelas X IPA yaitu 180
siswa, dan SMAN 21 Bekasi memiliki jumlah siswa di kelas X IPA yaitu 216
siswa sehingga ukuran populasi adalah 612 siswa. Peneliti menentukan sampel di
dalam penelitian ini dengan jumlah 65 siswa yang diambil dengan menggunakan
random sampling.
Pada penelitian ini ada tiga jenis data yang dikumpulkan, dimana ketiga
sumber data tersebut didasarkan kepada tiga variabel penelitian, yaitu (1) data
pemecahan fisika (2) data daya juang. (3) data kemampuan berfikir kritis.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data persepsi atas daya
juang dan kemampuan berfikir kritis dengan menggunakan koesioner, sedangkan
data pemecahan fisika diambil dari uraian. Instrumen penelitian divalidasi secara
empiris, dimana instrument diujicobakan ke 40 orang siswa yang tidak masuk
dalam sampel penelitian.
Teknik analisis terhadap data hasil penelitian yang dalam hal ini berupa nilai
pemecahan fisika yang diperoleh dari hasil tes uraian, serta perolehan total skor
atas koesioner persepsi atas daya juang dan kemampuan berfikir kritis dilakukan
secara deskriptif dan inferensial. Secara deskriptif data hasil penelitian dianalisis
untuk skor mean, median, dan modus, dengan tujuan untuk mendeskripsikan
perolehan ukuran pemusatan data dari siswa sebagai sampel penelitian. Secara
iferensial, data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji-F dan uji-t, dengan
terlebih dahulu diuji untuk persyaratan analisisnya yaitu, uji normalitas, uji
nomalitas residual, uji linieritas, uji multikolineritas, dan uji heteroskedastisitas.
Perhitungan data hasil penelitian secara keseluruhan dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS.

4
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulis dengan menggunakan bantuan program SPSS 22 menghasilkan


deskripsi data yang dapat dilihat pada tabel 4.1. yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Deskripsi Data Penelitian
Statistics

X1 X2 Y
N Valid 65 65 65
Missing 0 0 0
Mean 66.60 65.34 59.69
Median 70.00 73.00 60.00
Mode 76 50a 72
Std. Deviation 20.665 21.522 19.613
Variance 427.056 463.196 384.654
Range 75 73 72
Minimum 24 25 28
Maximum 99 98 100
Sum 4329 4247 3880
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

1. Analisis Data Kemampuan pemecahan masalah Fisika

Data Kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa mempunyai rata-


rata 59,69, median 60,00 , modus 72, standar deviasi 19,613, varians
384,654, rentang 72, nilai terendah 28 ,dan nilai tertinggi 100.
Deskripsi data-data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. di
atas,sedangkan grafik histogram dari data tersebut dapat dilihat pada
gambar.4.1. di bawah ini.

57

Gambar.4.1. Grafik Histogram Data Kemampuan pemecahan masalah


Fisika Siswa
2. Analisis Data Daya Juang

5
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

Data Daya Juang mempunyai rata-rata 66,60, median 70,00, modus


76, standar deviasi 20,665, varians 427,056 ,rentang 75, nilai terendah
24,dan nilai tertinggi 99.
Deskripsi data-data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. di
atas,sedangkan grafik histogram dari data tersebut dapat dilihat pada
gambar.4.2. di bawah ini.

Gambar.4.2. Grafik Histogram Data Daya Juang.

3. Analisis Data Kemampuan berpikir kritis

Data Kemampuan berpikir kritis mempunyai rata-rata 65,34, median


73,00, modus 50, standar deviasi 21,522, varians 463,196, rentang 73, nilai
terendah 25,dan nilai tertinggi 98.
Deskripsi data-data tersebut dapat dilihat pada tabel.4.1. di
atas,sedangkan grafik histogram dari data tersebut dapat dilihat pada
gambar.4.3. di bawah ini.

Gambar.4.3. Grafik Histogram Data Kemampuan berpikir kritis


A. Pengujian Persyaratan Analisis

6
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

1. Pengujian Normalitas Data


Pengujian normalitas data masing-masing sampel diuji melalui
hipotesis berikut.
HO : data pada sampel tersebut berdistribusi normal.
H1 : data pada sampel tersebut tidak berdistribusi normal.
Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program
aplikasi SPSS.16. Menurut ketentuan yang ada pada program
tersebut,maka criteria dari uji normalitas data adalah”p value(sig) >
0,05,maka Ho diterima”, yang berarti data pada sampel tersebut
berdistribusi normal. Nilai p value (sig) adalah bilangan yang tertera
pada kolom sig dalam tabel hasil/output perhitungan pengujian
normalitas oleh program SPSS. Dalam hal ini digunakan metode
kolmogorov-Smirnov. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel.4.2.
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig pada
metode kolmogorov-Smirnov untuk semua sampel lebih besar dari
0,05,sehingga Ho diterima,dengan kata lain bahwa data dari semua
sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.

Tabel.4.2
Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 Y
N 65 65 65
Normal Parametersa Mean 66.60 65.34 59.69
Std. Deviation 20.665 21.522 19.613
Most Extreme Differences Absolute .119 .166 .089
Positive .078 .108 .080
Negative -.119 -.166 -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .961 1.335 .715
Asymp. Sig. (2-tailed) .314 .057 .686
a. Test distribution is Normal.

2. Pengujian Linieritas Garis Regresi

Pengujian linieritas dalam penelitian ini digunakan hipotesis


berikut.
HO: garis regresi hubungan antara variabel X dan variabel Y
linier.
H1: garis regresi hubungan antara variabel X dan variabel Ytidak
linier.
Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program
aplikasi SPSS 16. Menurut ketentuan yang ada pada program tersebut

7
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

maka kriteria pengujian linieritas adalah “jika Sig> 0,05 (Sig baris
Deviaton from Linierity ) atau Sig pada linierity < 0,05 maka HO
diterima”,yang berarti bahwa garis regresi tersebut linier. Nilai Sig
adalah bilangan yang tertera pada kolom Sig baris Deviaton from
Linieritydan Linierity dalam tabel ANOVA hasil perhitungan pengujian
linieritas garis regresi oleh program SPSS.
a. Linieritas Garis Regresi Pengaruh Variabel X1 terhadap
Variabel Y.
Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi hubungan
antara variabel X1 dengan variabel Y bisa dilihat pada tabel.4.3..

Tabel.4.3. Hasil Perhitungan Linieritas Garis Regresi


Pengaruh X1 terhadap Y.

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y * X1 Between (Combined) 17506.379 38 460.694 1.684 .083
Groups
Linearity 12113.979 1 12113.979 44.290 .000
Deviation from
5392.401 37 145.741 .533 .961
Linearity
Within Groups 7111.467 26 273.518
Total 24617.846 64

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig baris
Deviation from linierity adalah 0,961 lebih besar dari 0,05,sehingga
Ho diterima,dengan kata lain bahwa garis regresi pengaruh variabel
X1 terhadap variabel Y tersebut adalah linier.
b. Linieritas Garis Regresi Pengaruh Variabel X2 terhadap
Variabel Y.
Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi hubungan
antara variabel X2 dengan variabel Y bisa dilihat pada tabel.4.4.
Tabel.4.4. Hasil Perhitungan Linieritas Garis Regresi
Pengaruh X2 terhadap Y
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y * X2 Between (Combined) 21788.513 44 495.193 3.500 .002
Groups
Linearity 16117.827 1 16117.827 113.934 .000
Deviation from
5670.686 43 131.876 .932 .591
Linearity
Within Groups 2829.333 20 141.467
Total 24617.846 64

8
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig baris Deviation from
linierity adalah 0,591 lebih besar dari 0,05,sehingga Ho diterima,dengan kata lain
bahwa garis regresi pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y tersebut adalah
linier.
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan seperti ketentuan yang tertulis pada
akhir bab III. Hasil perhitungan dan pengujian bisa dilihat pada tabel.
4.5,4.6, dan 4.7.berikut.
Tabel 4.5.
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Pengaruh Variabel X1, dan X2,
terhadap Y
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .832a .692 .682 11.060
a. Predictors: (Constant), X2, X1

Tabel.4.6.
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pengujian Signifikasi Koefisien
Regresi Pengaruh Variabel X1, dan X2 terhadap Varibel Y

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 17033.505 2 8516.752 69.622 .000a
Residual 7584.341 62 122.328
Total 24617.846 64
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Tabel.4.7.
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persamaan Garis Regresi Pengaruh
Variabel X1,dan X2 terhadap Varibel Y
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.666 4.906 1.155 .253
X1 .255 .093 .268 2.736 .008
X2 .567 .089 .622 6.342 .000
a. Dependent Variable: Y

9
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

1. Pengaruh Secara Bersama-sama Daya Juang terhadap dan


Kemampuan berpikir kritis terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika
Hipotesis pengaruh ini adalah:
H0 =β1=β2 =0
H1 = β1 ≠ 0 β2≠ 0
Artinya:
H0 =β1=β2 =0= Tidak Terdapat Pengaruh Secara Bersama-
sama Daya Juang dan Kemampuan berpikir
kritis terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika
H1 = β1 ≠ 0 β2≠ 0 = Terdapat Pengaruh Secara Bersama-
sama Daya Juang dan Kemampuan berpikir
kritis terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika
Dari tabel 4.5. di atas terlihat bahwa menunjukan bahwa
hubungan antara Daya Juang dan Kemampuan berpikir kritis dengan
Kemampuan pemecahan masalah Fisika adalah sangat kuat yang
ditunjukan dengan nilai 0,832. Sedangkan koefisien determinasinya
sebesar 69,2 %. Ini artinya variabel Daya Juang dan Kemampuan
berpikir kritis menjelaskan variabel Kemampuan pemecahan masalah
Fisika sebesar 69,2 % dan selebihnya yaitu sebesar 30,8 % oleh faktor
lain.
Sedangkan untuk pengujian analisis regresi diperoleh hasil
perhitungan yang terlihat pada tabel.4.6. dan tabel.4.7. Dari tabel 4.7.
diperoleh persamaan garis regresi yang mempresentasikan pengaruh
variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y,yaitu = 5,666 + 0,255 X1 +
0,567 X2.
Sedangkan pengujian signifikasi garis regresi tersebut adalah
dengan memperhatikan hasil perhitungan yang ada pada tabel.4.6.
Menurut ketentuan yang ada,kriteria signifikasi regresi tersebut
adalah”jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak” atau “jika F hitung > F tabel
maka Ho ditolak”,yang berarti bahwa terdapat pengaruh secara
bersama-sama Daya Juang dan Kemampuan berpikir kritis terhadap
Kemampuan pemecahan masalah Fisika
Nilai Sig adalah bilangan yang tertera pada kolom F dalam tabel
4.6.Sedangkan nilai F tabel adalah nilai tabel distribusi F untuk taraf
nyata 5% dengan derajat pembilang (k) =2 dan derajat penyebut (n-k-
1) = 62, di mana n adalah banyaknya sampel,dan k adalah banyaknya
variabel bebas maka didapat F tabel sebesar 3,15.
Dari tabel.4.6. terlihat bahwa nilai sig = 0,000 < 0,05 dan F hitung =
69,622. Maka Ho ditolak yang berarti terdapat Pengaruh Secara
Bersama-sama Daya Juang dan Kemampuan berpikir kritis terhadap
Kemampuan pemecahan masalah Fisika .
2. Pengaruh Daya Juang Terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika

10
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

Hipotesis pengaruh ini adalah:


H0 : βa = 0
H1 : β1 ≠ 0
Artinya:
H0 : βa = 0 = Tidak Terdapat Pengaruh Daya Juang Terhadap
Kemampuan pemecahan masalah Fisika
H1 : β1 ≠ 0 = Terdapat Pengaruh Daya Juang Terhadap
Kemampuan pemecahan masalah Fisika
Untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah dengan
memperhatikan nilai/bilangan yang tertera pada kolom t atau kolom
Sig untuk baris Variabel X1 pada tabel.4.7. Menurut ketentuan yang
ada,kriteria signifikasi regresi tersebut adalah “jika t hitung> t tabel
maka Ho ditolak”atau “jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak”. Yang berarti
bahwa Terdapat Pengaruh Daya Juang Terhadap Kemampuan
pemecahan masalah Fisika Nilai Sig adalah bilangan yang tertera pada
kolom Sig untuk baris Variabel X1 dalam tabel.4.7. Nilai t hitung
adalah bilangan yang tertera pada kolom t untuk variabel X1 dalam
tabel.4.7. Sedangkan nilai t tabel adalah nilai tabel distribusi t untuk
taraf nyata 5% dengan derajat kepercayaan (df= n-2) = 63 di mana n
adalah banyaknya sampel maka didapat t tabel sebesar 1,66940.
Dari tabel.4.7. terlihat bahwa nilai Sig = 0,008 < 0,05 dan t hitung =
2,736 maka Ho ditolak yang berarti Terdapat Pengaruh Daya Juang
Terhadap Kemampuan pemecahan masalah Fisika .
3. Pengaruh Kemampuan berpikir kritis Terhadap Kemampuan
pemecahan masalah Fisika
Hipotesis pengaruh ini adalah:
H0 = β2 = 0
H1 = β2 ≠0
Artinya:
H0 = β2 = 0 = Tidak Terdapat Pengaruh Kemampuan berpikir
kritis Terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika
H1 = β2 ≠0 = Terdapat Pengaruh Kemampuan berpikir kritis
Terhadap Kemampuan pemecahan masalah
Fisika
Untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah dengan
memperhatikan nilai/bilangan yang tertera pada kolom t atau kolom
Sig untuk baris Variabel X2 pada tabel.4.7. Menurut ketentuan yang
ada, kriteria signifikasi regresi tersebut adalah “jika t hitung > t tabel maka
Ho ditolak”atau “jika Sig<0,05 maka Ho ditolak”. Yang berarti bahwa
Terdapat pengaruh Kemampuan berpikir kritis Terhadap Kemampuan
pemecahan masalah Fisika
Nilai Sig adalah bilangan yang tertera pada kolom Sig untuk baris
Variabel X2 dalam tabel.4.7. Nilai t hitung adalah bilangan yang tertera
pada kolom t untuk variabel X2 dalam tabel.4.7. Sedangkan nilai t tabel
adalah nilai tabel distribusi t untuk taraf nyata 5% dengan derajat

11
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

kepercayaan (df= n-2) = 63 di mana n adalah banyaknya sampel


sehingga besarnya t tabel yaitu 1,66940
Dari tabel.4.7. terlihat bahwa nilai Sig = 0,000 < 0,05 dan t hitung =
6,342 maka Ho ditolak yang berarti Terdapat Pengaruh Kemampuan
berpikir kritis Terhadap Kemampuan pemecahan masalah Fisika .
C. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Pengaruh Secara Bersama-sama Daya Juang Dan Kemampuan


berpikir kritisTerhadap Kemampuan pemecahan masalah Fisika.
Hubungan antara Daya Juang dan Kemampuan berpikir kritis
dengan Kemampuan pemecahan masalah Fisika adalah sangat kuat
yang ditunjukan dengan nilai 0,832. Sedangkan koefisien
determinasinya sebesar 69,2 %. Ini artinya variabel Daya Juang dan
Kemampuan berpikir kritis menjelaskan variabel Kemampuan
pemecahan masalah Fisika sebesar 69,2 % dan selebihnya yaitu
sebesar 30,8 % oleh faktor lain. Sedangkan untuk pengujian analisis
regresi diperoleh persamaan garis regresi yang mempresentasikan
pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y,yaitu = 5,666 +
0,255 X1 + 0,567 X2. Artinya setiap kenaikan satu unit variabel daya
juang akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika
sebesar 0,255 dan setiap kenaikan satu unit variabel kemampuan
berpikir kritis akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
Fisika sebesar 0,567. Apabila tidak ada variabel daya juang dan
kemampuan berpikir kritis maka variabel kemampuan pemecahan
masalah Fisika tetap sebesar 5,666.

Sedangkan pengujian signifikasi garis regresi tersebut adalah


dengan memperhatikan hasil perhitungan yang ada pada tabel.4.6.
Menurut ketentuan yang ada,kriteria signifikasi regresi tersebut
adalah”jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak” atau “jika F hitung > F tabel
maka Ho ditolak”,yang berarti bahwa terdapat pengaruh secara
bersama-sama Daya Juang dan Kemampuan berpikir kritis terhadap
Kemampuan pemecahan masalah Fisika .
Nilai sig = 0,000 < 0,05 dan F hitung = 69,622 dan t tabel
sebesar 3,15. Maka Ho ditolak yang berarti terdapat Pengaruh Secara
Bersama-sama Daya Juang dan Kemampuan berpikir kritis terhadap
Kemampuan pemecahan masalah Fisika .
Menurut Krulik dan Rudnick, sebagaimana dikutip oleh
Carson (2007: 21-22), ada lima tahap dalam memecahkan masalah
yaitu sebagai berikut. 1. Membaca (read) Aktifitas yang dilakukan
siswa pada tahap ini adalah mencatat kata kunci, bertanya kepada
siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah, atau menyatakan
kembal masalah ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami. 2.
Mengeksplorasi (explore) Proses ini meliputi pencarian pola untuk
menentukan konsep atau prinsip dari masalah. Pada tahap ini siswa
mengidentifikasi masalah yang diberikan, menyajikan masalah ke

12
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

dalam cara yang mudah dipahami. Pertanyaan yang digunakan pada


tahap ini adalah, “seperti apa masalah tersebut”? 3. Memilih suatu
strategi (select a strategy) Pada tahap ini, pesera didik menarik
kesimpulan atau membuat hipotesis mengenai bagaimana cara
menyelesaikan masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah
diperoleh pada dua tahap pertama. 4. Menyelesaikan masalah (solve
the problem) Pada tahap ini semua keterampilan matematika seperti
menghitung dilakukan untuk menemukan suatu jawaban. 5. Meninjau
kembali dan mendiskusikan (review and extend) Pada tahap ini, siswa
mengecek kembali jawabannya dan melihat variasi dari cara
memecahkan masalah.
Stoltz (2000: 9) adversity quotient sebagai kecerdasan
seseorang dalam menghadapi rintangan atau kesulitan secara teratur.
Adversity quotient membantu individu memperkuat kemampuan dan
ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari seraya tetap
berpegang teguh pada prinsip dan impian tanpa memperdulikan apa
yang sedang terjadi.
Kemampuan berpikir kritis bukan berarti mengumpulkan
informasi saja terkadang seseorang yang mempunyai daya ingat yang
baik dan mengetahui banyak akan informasi belum tentu baik dalam
berpikir kritis. Hal ini dikarenakan seseorang yang berpikir kritis
seharusnya mempunyai kemampuan dalam membuat atau menarik
kesimpulan dari segala informasi yang ia ketahui, ia pun dapat
mengetahui bagaimana menggunakan informasi yang ia punya untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan, dan mencari sumber informasi
yang relevan untuk membantunya menyelesaikan sebuah
permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori dapat dijelaskan bahwa
Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama Daya Juang
dan Kemampuan berpikir kritis terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika Siswa SMAN di Kota Bekasi.
2. Pengaruh Daya Juang Terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika .
Nilai t tabel adalah nilai tabel distribusi t untuk taraf nyata 5%
dengan derajat kepercayaan (df= n-2) = 63 di mana n adalah
banyaknya sampel maka didapat t tabel sebesar 1,66940. Nilai Sig =
0,008 < 0,05 dan t hitung = 2,736 maka Ho ditolak yang berarti
Terdapat Pengaruh Daya Juang Terhadap Kemampuan pemecahan
masalah Fisika.
Faktor-faktor pembentuk adversity quotient menurut Stoltz (2000:
92) adalah sebagai berikut :
a. Daya saing Seligman (Stoltz, 2000: 93) berpendapat bahwa
adversity quotient yang rendah dikarenakan tidak adanya daya saing
ketika menghadapi kesulitan, sehingga kehilangan kemampuan untuk
menciptakan peluang dalam kesulitan yang dihadapi.

13
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

b. Produktivitas Penelitian yang dilakukan di sejumlah perusahaan


menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kinerja karyawan
dengan respon yang diberikan terhadap kesulitan. Artinya respon
konstruktif yang diberikan seseorang terhadap kesulitan akan
membantu meningkatkan kinerja lebih baik, dan sebaliknya respon
yang destruktif mempunyai kinerja yang rendah.
c. Motivasi Penelitian yang dilakukan oleh Stoltz (2000: 94)
menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat
mampu menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya seseorang
dengan motivasi yang kuat akan berupaya menyelesaikan kesulitan
dengan menggunakan segenap kemampuan.
d. Mengambil resiko Penelitian yang dilakukan oleh Satterfield
dan Seligman (Stoltz, 2000: 94) menunjukkan bahwa seseorang yang
mempunyai adversity quotient tinggi lebih berani mengambil resiko
dari tindakan yang dilakukan. Hal itu dikarenakan seseorang dengan
adversity quotient tinggi merespon kesulitan secara lebih konstruktif.
e. Perbaikan Seseorang dengan adversity quotient yang tinggi
senantiasa berupaya mengatasi kesulitan dengan langkah konkrit, yaitu
dengan melakukan perbaikan dalam berbagai aspek agar kesulitan
tersebut tidak menjangkau bidang-bidang yang lain.
f. Ketekunan Seligman menemukan bahwa seseorang yang
merespon kesulitan dengan baik akan senantiasa bertahan.
g. Belajar Menurut Carol Dweck (Stoltz, 2000: 95) membuktikan
bahwa anak- anak yang merespon secara optimis akan banyak belajar
dan lebih berprestasi dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki
pola pesimistis.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori dapat dijelaskan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan Daya Juang terhadap Kemampuan
pemecahan masalah Fisika Siswa SMAN di Kota Bekasi.
3. Pengaruh Kemampuan berpikir kritis Terhadap Kemampuan
pemecahan masalah Fisika .
Nilai t tabel adalah nilai tabel distribusi t untuk taraf nyata 5%
dengan derajat kepercayaan (df= n-2) = 63 di mana n adalah
banyaknya sampel sehingga besarnya t tabel yaitu 1,66940
Nilai Sig = 0,000 < 0,05 dan t hitung = 6,342 maka Ho ditolak
yang berarti Terdapat Pengaruh Kemampuan berpikir kritis Terhadap
Kemampuan pemecahan masalah Fisika.
Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam
proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah
satunya adalah berpikir kritis. Menurut Ennis (Maftukhin, 2013:22)
“berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau
dilakukan.”.
Berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, Facione (1990)
merumuskan beberapa karakteristik berpikir kritis melalui kemampuan
kognitif dan disposisi afektif. Kemampuan kognitif terdiri dari

14
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

kemampuan utama kognitif dan subkemampuan kognitif. Kemampuan


utama kognitif terdiri dari: 1) interpretasi (melakukan katagorisasi,
menjelaskan arti), 2) analisis (meneliti ide-ide, mengidentifikasi dan
menganalisis argumen), 3) evaluasi (menilai pendapat), 4)
pengambilan kesimpulan (mencari bukti dan alternatif, membuat
kesimpulan), 5) menjelaskan (menyatakan hasil, membenarkan
prosedur, dan menyajikan argumen), dan 6) pengaturan diri
(pemeriksaan diri dan koreksi diri).
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang berfikir kritis
seperti pengertian yang diberikan oleh Ennis (2002), berpikir kritis
adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Dengan kata lain, pengambilan keputusan diambil setelah
dilakukan refleksi dan evaluasi pada apa yang dipercayai. Sejalan
dengan itu Fachrurazi (2011: 81) mengemukakan bahwa berpikir kritis
adalah proses sistematis yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka
sendiri. Sementara itu Kusumaningsih (2011: 19) mengemukakan
bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir secara tepat, terarah,
beralasan, dan reflektif dalam pengambilan keputusan yang dapat
dipercaya.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori dapat dijelaskan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan Kemampuan berpikir kritis
terhadap Kemampuan pemecahan masalah Fisika Siswa SMAN di
Kota Bekasi.
DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman.1996. Interaksi dan motivasi belajar mengajar.Jakarta: PT.Raja


Grafindo Persada.
Abdurahman, Maman, Muhidin, Sambas Ali & Somantri, Ating. (2011). Dasar-
Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia.
Akbar Hawadi, Reni. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode
Non Tes Jakarta: PT Gramedia.
Arikunto, S. (2006 :130). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Cabrera, G.A. (1992). A Framework for Evaluating the Teaching of Critical
Thinking. Dalam R.N Cassel (ed). Education. 113 (1). 59-63.
Carson, J. (2007). A problem with problem solving: Teaching thingking without
teaching knowledge. The Mathematics Educator Journal, 17 (2), 7-14
Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
Gramedia. Cet. XII, 1983.
Facione, P. A. (1990). Critical thinking: A Statement Of Expert Consensus for
Purposes of Educational Assessment And Instruction. Millbrae, CA: The
California Academic Press.
Frankel, Jack R dan Norman E. Wallen. (1993). How to design and Evaluate
Research in Education. 2nd edition. New York: McGraw hill Inc.

15
Alfarisi: Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 4, No. 1, April 2021, pp. 1-17
p-ISSN: 2615-7756
e-ISSN: 2615-7748

Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS “.


Semarang : UNDIP.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating
Mastery and Authentic Learning. California: Corwin, A Sage Company.
Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2002.
Herlambang, Susatyo, 2013, Pengantar Manajemen (cara mudah memahami ilmu
manajemen), Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Jacobsen, David A., Eggen, Paul, and Kauchak, Donald. (2009). Methods for
Teaching, Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa
TKSMA (Edisi ke-8). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jensen, Eric. 2011. Pemelajaran Berbasis-Otak. Paradigma Pengajaran Baru.
Jakarta: PT Indeks
Kerlinger. 2006. Asas–Asas Penelitian Behaviour. Edisi 3, Cetakan 7.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Lindawati, S.D. Fatmariyanti & A. Maftukhin. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Kreativitas
Siswa MAN 1 Kebumen. Radiasi, 3 (1) : 42-45.
Margono,S. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rienaka Cipta.
Maryam, R. S. (2013). Pedoman Pencegahan Jatuh Bagi Lansia di Rumah.
Jakarta: Poltekkes Kemenkes.
Mundilarto. (2010). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta : P2IS UNY
Nashori. (2007). Adversity Quotient: Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta:PT
Grasindo.
Nasution. 2011. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta. 1985, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakatra
Polya, George. (1973). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method
(Second Edition). New Jersey: Princeton University Press.
Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. 2013. Organizational Behavior Edition
15. New Jersey: Pearson Education
Ruseffendi. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid Guru
dan SPG seri 5. Bandung: Tarsito.
Saad, N.S and Ghani, A.S. 2008. Teaching Mathematics in Secondary School:
Theories and Practices. Perak : Universiti Sultan Idris
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan:
Sarah Genis B) Jakarta: Erlangga.
Sapriya. 2014. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:PT. Grafindo
Stoltz, PG. (2000). Adversity Quotoient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang
(diterjemahkan oleh T Hermaya). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta
Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: JICA
Wijaya, Cece. 2010. Pendidikan Remidial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

16

You might also like