Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Alhamdulillahirabbil’aalamiin wabihi nasta’inu ala umuriddunya waddiin wa ‘alaa
aalihi wasahbihi ajmain ammaa ba’du.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat allah SWT
yang mana telah memberikan nikmat kepada kita semua, terutama nikmat kesehatan
yang dimana atas kesehatan itu kita bisa menghadiri perkuliahan pada saat ini.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjunan kita,
yakni nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kepada keluarganya,para sahabatnya, para
tabi’in dan sampai kepada kita serta kepada ummat akhir zaman.Aamiin
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit materi tentang sikap
santun dan lemah lembut mengalahkan kekerasan.
Kita tentu sudah memahami bahwa yang dimaksud pemimpin adalah orang
yang menjadi kepala atau yang terdepan. Kemudian orang tersebut bertindak sebagai
pengarah bagi yang dipimpin atau pengikutnya.Lebih dari itu, ejawantah pemimpin
adalah agen perubahan, yaitu seseorang yang bertindak mempengaruhi orang lain
lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi dirinya dalam arah yang baik.
Kepemimpinan terjadi ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi atau
kompetensi orang lain dalam kelompoknya tersebut.Hadirin, dalam hal ini saya akan
memberikan pandangan terkait 2 hal penting dalam kepemimpinan atau pemimpin.
Pertama adalah: Ketika mendapat kesempatan untuk mejadi pemimpin, jadilah
pemimpin yang adil, bijaksana dan amanah.Kedua: Kita diberikan kesempatan untuk
memilih pemimpin, maka pilihlah yang terbaik dengan kriteria adil, bijaksana dan
amanah.
Menjadi pemimpin yang adil adalah sebuah keharusan dan memilih pemimpin
terbaik adalah juga keharusan.Adapun seorang pemimpin yang bersikap adil adalah
mereka yang dapat bertindak dengan berlaku adil dan menerapkan kesetaraan dan
kesempatan yang sama bagi semua orang yang dipimpin.
Adil berarti tidak pilih kasih, tidak mementingkan ego sektoral dan tidak
bertindak karena keberpihakan tertentu.Kemudian, pemimpin yang bijsaksana dan
amanah ialah mereka pemimpin yang menggunakan akal dan jiwa. Yang dengan hati
nurani membuat keputusan yang baik untuk bersama.Hadirin sekalian kita sudah
benyak melihat bahwa ketidakadilan hanya akan mengakibatkan terjadinya kerusakan,
dimana orang yang salah diberi amanah, sedangkan orang yang benar dituduh sebagai
pembuat onar.
tercipta karena kebijakan atau hasil usaha perjuangan adalah bernilai ibadah dan
pahala agung, perintisnya dapat imbalan mulia dunia akherat, rasul bersabda:
(( اَّلِذيَن َيْعِدُلوَن في ُح ْكِمِهْم وَأْهِلْيِهم َوَما:إَّن الُمْقِسِطيَن ِع ْنَد اللِه َعَلى َمَناِبَر ِمْن ُنوٍر
))َوُلْوا. رواه مسلم.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-orang yang berlaku adil
berada di sisi Allah di atas mimbar (panggung) yang terbuat dari cahaya, yaitu
orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam
melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka.”
Ketidakadilan akan semakin mempercepat terjadinya kericuhan, kegaduhan bahkan
kehancuran jika dilakukan oleh seorang pemimpin atau penguasa, sementara tidak ada
satu pihak pun yang memberikan perimbangan pendapat.
Bagaimana adil, telah dinasehatkan oleh Buya Hamka kepada bangsa ini. “Adil ialah
menimbang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar,
mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim di atasnya.”
Maka dari itu hadirin, tanamkan keadilan pada diri kita. Jadilah pemimpin yang adil,
dan pilihlah pemimpin yang adil.
Itulah pidato singkat saya, semoga dapat menjadi nasehat bagi kita bersama. Pesan
terakhir saya adalah: ا أَُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا ُكوُنوا َقَّواِميَن ِباْلِقْس ِط ُش َهَداَء ِلَّلِه َوَلْو َعَلٰى
َأْنُفِس ُكْم َأِو اْلَواِلَدْيِن َواَأْلْقَرِبيَن ۚ ۚ ِإْن َيُكْن َغِنًّيا َأْو َفِقيًر ا َفالَّلُه َأْوَلٰى ِبِهَما
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi kerana Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa
dan kaum kerabatmu” pesan ini saya kutip dari Alquran surah an nisa ayat 135.
Hadirin, cukup sekian dan saya akhiri wasalamaualaikum warahmatulahi
wabarakatuh.
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Alhamdulillahirabbil’aalamiin wabihi nasta’inu ala umuriddunya waddiin wa ‘alaa
aalihi wasahbihi ajmain ammaa ba’du.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat allah SWT
yang mana telah memberikan nikmat kepada kita semua, terutama nikmat kesehatan
yang dimana atas kesehatan itu kita bisa menghadiri perkuliahan pada saat ini.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjunan kita,
yakni nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kepada keluarganya,para sahabatnya, para
tabi’in dan sampai kepada kita serta kepada ummat akhir zaman.
Aamiin.
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit materi tentang sikap santun
dan lemah lembut mengalahkan kekerasan.
Hati manusia akan condong kepada orang yang bersikap lemah-lembut
kepadanya. Oleh karena itulah, di antara kewajiban da’i atau mubaligh adalah
memilih kalimat yang lembut dan tidak kasar, agar dakwah sampai kepada manusia.
Jangan sampai manusia lari dari agama, padahal dakwah belum sampai kepada
mereka. Oleh karenanya, banyak bimbingan dari Allah dan RasulNya agar da’i
bersikap lembut ketika berdakwah, sehingga dakwah akan sampai kepada mad’u
(obyek dakwah) dengan baik. Firman Allah Ta’ala:
َفِبَما َر ْح َمٍة ِّمَن اللِه ِلنَت َلُهْم َوَلْو ُكنَت َفًّظا َغِليَظ اْلَقْلِب َالنَفُّضوا ِمْن َح ْوِلَك
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imron (3): 159)
َكاَن َر ُس وُل الَّلِه َصَّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم ِإَذا َبَعَث َأَحًدا ِمْن َأْصَح اِبِه ِفي َبْعِض َأْمِرِه َقاَل
َبِّش ُر وا َواَل ُتَنِّفُر وا َوَيِّس ُر وا َواَل ُتَعِّس ُر وا
Kebiasaan Rasulullah jika mengutus seseorang dari para sahabatnya di dalam
sebagian keperluan beliau, beliau bersabda: “Sampaikan berita gembira dan
janganlah membuat (orang) lari (menjauhi agama), mudahkanlah dan janganlah
membuat susah!” (HR. Muslim no. 1732)
Dalam hadits ini Rasulullah tidaklah mencukupkan dengan perintah
“memudahkan dan menyampaikan kabar gembira” tetapi beliau juga melarang
“membuat susah dan membuat lari”, ini menuntut terus-menerusnya memudahkan dan
menyampaikan kabar gembira pada seluruh keadaan.
Kemudian, di antara kalimat penuh hikmah dalam masalah ini adalah perkataan
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah t : “Maka wajib ada tiga (hal dalam amar ma’ruf dan
nahi mungkar): ilmu, lemah-lembut, dan sabar. Ilmu sebelum memerintah dan
melarang, lemah-lembut bersamaan dengannya, dan sabar setelahnya. Walaupun
ketika hal itu wajib menyertai dalam seluruh keadaan itu”.
Imam Al-Alusi mengatakan: “melainkan dengan cara yang paling baik”, yaitu
dengan perangai yang paling baik, seperti membalas kekasaran dengan kelembutan,
kemarahan dengan kesabaran, kerusuhan dengan ketulusan, dan emosi dengan
santun”. (Tafsir Ruhul Ma’ani 21/2)
Sekian materi dari saya semoga ada manfaatnya umumnya bagi hadirin semua dan
khususnya bagi saya sendiri. Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Alhamdulillahirabbil’aalamiin wabihi nasta’inu ala umuriddunya waddiin wa
‘alaa aalihi wasahbihi ajmain ammaa ba’du.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat allah SWT
yang mana telah memberikan nikmat kepada kita semua, terutama nikmat kesehatan
yang dimana atas kesehatan itu kita bisa menghadiri perkuliahan pada saat ini.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjunan kita,
yakni nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kepada keluarganya,para sahabatnya, para
tabi’in dan sampai kepada kita serta kepada ummat akhir zaman.
Aamiin.
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit materi tentang sikap santun
dan lemah lembut mengalahkan kekerasan.
Dalam pergaulan sehari-hari, kita sering mendengar cerita dari rekan ataupun
sahabat tentang diri mereka dan juga orang lain. Sadar atau tidak, sebenarnya cerita-
cerita tersebut menjadi amanah buat kita. Karena dipandang sebagai amanah, itu
menjadi rahasia yang harus dijaga.
Setiap cerita yang sampai kepada kita pada dasarnya semua adalah amanah. Tak
hirau apakah itu benar atau salah. Keduanya harus dirahasiakan, dalam arti tidak
memberitahukan kepada orang yang tidak berhak untuk mengetahuinya.
Apalagi, jika cerita itu menyangkut hal negatif. Jika cerita itu benar, berarti itu
merupakan suatu aib. Tentu, ia akan merasa malu manakala orang lain
mengetahuinya. Maka dari itu, kita diperintahkan untuk tidak menyebarluaskan aib
saudara kita. Rasulullah bersabda:
من ستر عورة أخيه المسلم ستر الله عورته يوم القيامة
''Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di
dunia dan di akhirat kelak.'' (HR Ibnu Majah).
Adapun jika cerita itu tidak benar, berarti itu adalah kebohongan.
Membicarakan tentangnya sama saja kita telah menyebarkan berita dusta. Dan, ini
adalah bentuk pengkhianatan yang paling besar. Karena, kalau pun benar adanya, ia
disebut berkhianat sebab ia menceritakan apa yang seharusnya tidak diceritakan.
Apalagi kalau tidak benar adanya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
َك ُب َر ْت ِخ َيا َن ًة َأ ْن ُت َح ِّد َث َأ َخا َك َح ِدي ًثا ُه َو َل َك ِب ِه ُم َص ِّد ٌق َو َأ ْن َت َل ُه ِب ِه َكا ِذ ٌب
''Khianat terbesar adalah ketika engkau membicarakan saudaramu perkara yang
bagimu itu menganggap dirimu jujur, padahal baginya dirimu adalah pembohong.''
(HR Bukhari).
Oleh karenanya, untuk menghindari terbuka pintu-pintu dosa dari kesalahan-
kesalahan yang diperbuat lidah, lebih baik memilih diam daripada harus terjebak pada
dusta. Inilah cara menjaga rahasia tersebut. Dan, orang yang tidak bisa menjaga
rahasia, hakikatnya telah terhimpun tiga tanda kemunafikan dalam dirinya. Rasulullah
SAW bersabda:
َأ
آَيُة اْلُمَناِفِق َثاَل ٌث ِإَذا َحَّدَث َكَذَب َوِإَذا َوَعَد ْخ َلَف َوِإَذا اْؤُتِمَن َخاَن
''Tanda orang munafik ada tiga; Jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkari,
dan jika dipercaya ia khianat.'' (HR Bukhari).