Resume An.
K Dengan Diagnosa Medis
Dyspepsia di ruangan UGD
Di susun oleh :
Prami rahmiadi
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA KESEHATAN
2021
A. Konsep Penyakit Dispepsia
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan
sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali
menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016).
Dispepsia adalah suatu gejala yang ditandai dengan nyeri ulu hati, rasa mual dan
kembung. Gejala ini bisa berhubungan/ tidak ada hubungan dengan makanan (Nugroho Taufan,
2011).
Dispepsia adalah bentuk tidak enak, episodik atau persistem yang berkaitan dengan
abdomen (Inayah Iin, 2004).
Jadi Dispepsia adalah rasa tidak enak pada ulu hati yang berhubungan atau tidak ada
hubungan dengan makanan yang menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme dan
menyerang usia produktif.
B. Klasifikasi Dispepsia
Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia Organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
Sindrom dyspepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak (ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer, gastroesophageal refluxdisease,
hyperacidity.
2. Dispepsia Non Organik (DNU), atau dyspepsia fungsional, atau Dispepsia Non Ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan
endoskopi (Ida, 2016).
C. Etiologi Dispepsia
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik (struktual) dan
fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan disaluran cerna
atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan
penyakit yang bersifat fungsionaldapatdipicukarena faktor psikologis dan factor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017). Dispepsia dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang
bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran
cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat
fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-obatan dan
jenis makanan tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah:
1. Bakteri Helicobacter pylori.
Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir sendiri adalah untuk
melindungi kerusakan dinding lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi yang
diakibatkan bakteri helicobacter menyebakan peradangan pada dinding lambung.
2. .Merokok
Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu orang yang
merokok lebih sensitive terhadap dispepsia maupun ulser.
3. Stres
Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan
merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan.
Asam yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung.
4. Efek samping obat-obatan tertentu
Konsumsi obat penghilang rasa nyeri seperti obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) misalnya aspirin, ibuproven yang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit
gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis.
5. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu Minum-minuman yang mengandung alkohol dan
kafein seperti kopi dapat meningkatkan produksi asam lambung berlebihan hingga
akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung.
6. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
7. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum-minuman yang mengandung
alkohol dan cafein seperti kopi dan mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan
produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan
kemampuan fungsi dinding lambung.
D. Gejala Klinis
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,
mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat keyang, kembung
setalah makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan
dada atau regurgitas asam lambung ke mulut. Gejala dispepsia akut dan kronis
berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih,
mual, berlangsung lama dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi
(Purnamasari, 2017). Dispepsia Perubahan pada kesehatan ansietas dispepsia fungsional,
dispepsia organic, respon mukosa lambung, perangsangan saraf simpatis, kopi, alcohol,
stress, nyeri, kontak dengan mukosa gaster, vasodilatasi mukosa gaster, mual,
peningkatan produksi Hcl dilambung, muntah, 18 kekurangan volume cairan,
pengelupasan, nyeri epigastrik berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung, defisit
pengetahuan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik,
pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu: Pemeriksaan
laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan
darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika
tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja
kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia ulkus
sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat
diperiksa tumormarker (dugaan karsinoma kolon), dan (dugaan karsinoma pankreas).
Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami kesulitan
menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau
memburuk bila penderita makan. Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh
jaringan dari lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa
mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H. pylori, urea
breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi (Ida, 2016).
F. Penatalaksanaan Dispepsia
Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan pasien dengan
gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien, hipnoterapi, terapi relaksasi,
manajemen nyeri dan terapi perilaku. Farmakologis Pengobatan dyspepsia mengenal
beberapa obat, yaitu: Antasida, Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus,
karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk 20
golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental,
pemasagan Naso Gastrik Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia, 2018).
G. Komplikasi Dispepsia
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain, pendarahan,
kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus (Purnamasari, 2017).
A. Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Nama : An.k
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Tempat, tanggal lahir/usia : kendari, 12 agustus 2019
d. Alamat : Btn kendari indah
e. Pendidikan :-
f. Agama : Islam
g. Tanggal masuk : 26 agustus 2021 jam 07 : 00
h. Tanggal pengkajian : 26 agustus 2021
i. Diagnosa medis : Dyspepsia
j. Rencana terapi :-
2. Identitas keluarga/wali
Ayah
a. Nama : Tn. A
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Usia : 42 tahun
d. pendidikan : S1
e. pekerjaan/sumber penghasilan : 2-3 juta
f. Agama : Islam
g. Alamat :Btn kendari indah
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada ulu
hati/lambung
b. Keluhan utama saat pengkajian : klien mengeluh muntah-muntah
c. Riwayat keluhan utama : klien mengeluh nyeri, dirasakan
seperti terbakar pada area lambung
skla 6 dan dirasakan terus
menerus. Klien nampak melindungi area
nyeri serta klien juga
nampak meringis
d. Riwayat kesehatan sekarang : Klien Mengalami nyeri pada bagian
Lambung,klien nampak pucat, klien
Mengeluh mual,klien nampak gelisah.
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita : -
f. Kebiasaan : Minum kopi
g. Riwayat alergi : alergi makanan (udang, kepiting dan
cumi-cumi)
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 100x/menit
Suhu : 36,6oC
Pernafasan : 20x/menit
Berat badan :-
Tinggi badan :-
5. Pemeriksaan persistem
a. Inspeksi : warna fases kuning, gigi lengkap,lidah tidak kotor,
mukosa
Kemerahan pucat.
b. Palpasi : nyeri daerah lambung,pembengkakan pada perut,dilarasi lambung
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : bising usus 10x/menit
B. Klasifikasi data
NO Data subjektif Data objektif
1. - klien megeluh nyeri pada ulu hati/lambung -klien nampak melindungi area nyeri
- klien mengeluh nyeri dirasakan seperti terbakar -klien nampak pucat
Pada area lambung skala 6 dan dirasakan secara -klien nampak meringis
terus menerus. -klien nampak gelisah
-klien mengeluh muntah muntah TTV
-klien mengalami nyeri pada bagian lambung DN : 100x/menit
-klien mengeluh mual S : 36,6oC
P : 20X/menit
C. Analisa data
NO Data Etiologi Masalah
1. DS perangsangan saraf Nyeri akut(D.0077)
-klien megeluh nyeri pada ulu simpatik
hati/lambung
- klien mengeluh nyeri dirasakan
seperti terbakar
Pada area lambung skala 6 dan
dirasakan secara terus menerus. peningkatan produksi hcl
-klien mengeluh muntah muntah di lambung
-klien mengalami nyeri pada
bagian lambung
-klien mengeluh mual
hcl kontak dengan
DO mukosa
-klien nampak melindungi area
nyeri
-klien nampak pucat
-klien nampak meringis Nyeri
-klien nampak gelisah
TTV
DN : 100X/Menit
S : 36,6oC
P : 20x/menit
D. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
E. Rencana asuhan keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1.08238)
agen pencedera selama 1 x 8 jam diharapkan Tindakan
fisiologis tingkat nyeri(L.08066) Obs.
menurun dengan kriteria hasil -identifikasi
-Keluhan nyeri lokasi,karakteristik,durasi
(1:meningkat)(2:cukup frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
meningkat)(3:sedang)(4:cukup -identifikasi skala nyeri
menurun)(5:menurun)
Terapeutik
-berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS,hipnosis,akupresur,terapi
musik,biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi,teknik imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/dingin,terapi bermain)
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
Edukasi
-jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
-jelaskan strategi nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu
F.Implementasi & evaluasi
No Diagnosa Tanggal/jam implementasi Tanggal/ Evaluasi
jam
1. Nyeri 26/08/2021 -mengidentifikasi 26/08/2021 S:Klien mengatakan nyeri
akut b/d 08.00 lokasi,karakteristik,durasi 09.00 menurun
agen frekuensi,kualitas,intensitas nyeri O:Klien nampak tidak
pencedera -mengidentifikasi skala nyeri pucat
fisiologis A:masalah teratasi
-memberikan teknik P:implementasi dihentikan
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
(mis.TENS,hipnosis,akupresur,terapi
musik,biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi,teknik imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/dingin,terapi bermain)
-mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
-menjelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
-menjelaskan strategi nyeri
-kolaborasikan pemberian
analgetik,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. 2016. Nursing
Interventions Classification. Edisi Keenam. Indonesia.
Dinoyo DS. 2013. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Ida M. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Jakarta: Pustaka Baru Press.
Inayah Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2016. Nursing Outcomes
Classification. Edisi Kelima. Indonesia.
Nugroho Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purnamasari K. 2011. Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC.
Wong LD, Kasprisin CA, Hess CS. 2012. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.
Edisi 4. Jakarta : EGC
....... 2018. Buku Register Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.