0% found this document useful (0 votes)
23 views14 pages

Draft Materi Konfercab Komisi

DRAFT MATERI KONFERCAB KOMISI

Uploaded by

farahdiba
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
23 views14 pages

Draft Materi Konfercab Komisi

DRAFT MATERI KONFERCAB KOMISI

Uploaded by

farahdiba
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 14

DRAF MATERI KOMISI ORGANISASI

tentang
POLA DASAR PENGEMBANGAN ORGANISASI
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA
KABUPATEN CILACAP
TAHUN 2021-2023

BAB I PENDAHULUAN
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah organisasi pelajar yang berada di
bawah naungan jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU). Dalam sisi ini, IPPNU merupakan tempat
berhimpun, wadah berkomunikasi, aktualisasi dan kaderisasi pelajar NU. Sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari generasi muda Indonesia, IPPNU senantiasa berpedoman pada
nilai-nilai serta garis perjuangan Nahdlatul Ulama dalam menegakkan Islam ahlusunnah wal
jamaah. Dalam konteks kebangsaan, IPPNU memiliki komitmen terhadap nilai-nilai
Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara di sisi lain,
IPPNU merupakan bagian integral dari generasi muda terpelajar Indonesia yang
menitikberatkan bidang garapannya pada pembinaan dan pembinaan pelajar (siswa dan
santri) dan remaja pada umumnya.
Dengan posisi strategis itulah IPPNU mengemban mandat sejarah yang tidak ringan. Di satu
sisi sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama, IPNU bertugas melakukan kaderisasi NU
pada segmen pelajar, santri dan remaja. Pada saat yang sama, sebagai organisasi pelajar,
IPPNUjuga dituntut memainkan peran sebagai organ gerakan pelajar yang menjadi bagian tak
terpisahkan dari konstelasi gerakan pelajar di tanah air.
Sebagai badan otonom NU, maka IPPNU harus mengacu pada ketentuan-ketentuan
organisatoris NU. Dalam pasal 10 ayat 1 Anggaran Dasar NU dinyatakan ”Untuk
melaksanakan tujuan dan usaha… Nahdlatul Ulama membuat perangkat organisasi yang
meliputi lembaga, Lajnah dan Badan Otonom yang merupakan bagian dari kesatuan
organisatoris jamiyyah Nahdlatul Ulama”.
Badan otonom adalah perangakat organisaisi Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan
kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan
beranggotakan perseorangan (pasal 18 ayat 1 Anggaran Rumah Tangga NU). Dalam hal ini
Ikatan Palajar Nahdlatul Ulama, disingkat IPNU, adalah badan otonom yang berfungsi
membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada segmen pelajar laki-laki. (Pasal 18
ayat 6 poin f ART NU). Sedangkan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulam, disingkat , adalah
badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada
segmen pelajar perempuan. (Pasal 18 ayat 6 poin g ART NU).
Untuk melakukan fungsi dan mencapai tujuan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Dasar dan Peraturan Rumah Tangga, IPPNUharus merumuskan kebijakan, program dan
kegiatan dengan senantiasa memperhatikan dinamika internal maupun eksternal organisasi.
Selain itu, kepentingan dan keterkaitan IPPNUdengan banyak pihak (stakeholders) juga
menjadi bagian penting yang harus diperhatikan.
Dalam posisi dan tuntutan strategis di atas, maka IPPNUmerumuskan visinya, yaitu
“Terbentuknya pelajar-pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak
mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya
syari’at Islam menurut faham ahlussunah wal jamaah yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945”. Sementara itu bervisi untuk “Membangun kader yang
berkualitas, mandiri, barakhlaq mulia, dan bersikap demokratis dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Sedangkan misi juga meliputi beberapa hal yaitu : 1) Membangun mental sprutualitas
anggota dengan berlandaskan nilai Islam ahlussunah wal jamaah untuk berhidmat pada
agama, nusa dan bangsa; 2) Meningkatkan pemberdayaan warga melalui pengkaderan
pendidikan, pelatihan motivasi berprestasi dan memperkuat posisi tawar sehingga tumbuh
kader yang berkualiatas, mandiri dan responsife dalam menghadapi tantangan global; dan 3)
Memantapkan eksistensi dan partisipasinya sebagai organisasi remaja putri NU dengan basic
keilmuan dan ketrampilan dalam merespon perubahan sosial-budaya.
Mandat sejarah IPPNUdi atas merupakan mandat yang tidak ringan. Mandat tersebut
menuntut adanya sekian konsekuensi dan prasyarat. Agar IPPNU dapat memainkan peran
strategis tersebut secara optimal, maka prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah adanya
kelembagaan organisasi yang kuat. Kuatnya kelembagaan organisasi ini setidaknya
diindikasikan dengan 3 (tiga) hal . Pertama, adanya sistem keorganisasian yang ideal dan
diterapkan secara konsisten. Kedua, berjalannya seluruh perangkat organisasi (departemen,
lembaga dan badan) sebagai motor penggerak program. Ketiga, aktif dan berkembangnya
organisasi di semua tingkatan serta adanya regenerasi yang sehat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Sebagai bentuk konkrit dari mandat untuk memperkuat kelembagaan dan
keorganisasian, maka IPPNUdan memandang perlu untuk mendirikan dan megembangkan
organisasi di tingkatan basis melalui pembentukan komisariat di sekolah dan pesantren.
Sebenarnya, keberadaan IPPNUdan di sekolah dan di pesantren sudah ada sejak masa- masa
awal berdirinya organisasi IPPNU.Dulu, di setiap sekolah, madrasah dan pondok pesantren di
lingkungan NU terbentuk dan berkembang komisariat IPPNU. Pada saat itu IPPNU menjadi
kelompok gerakan remaja yang penuh inisiatif dengan beraneka kegiatan yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan remaja. Maka tidak mengherankan apabila pada saat itu,
pengurus IPPNU adalah pelajar.

BAB II KONDISI UMUM

Kondisi IPPNU di KABUPATEN CILACAP secara umum dapat dipotret dengan


mencermati beberapa gambaran berikut:
Pasal 1.
Keberadaan Organisasi
penataan organisasi melalui forum Pelantikan dan Rapat Kerja Pengurus yang dilaksanakan
di Cilacap (2021). IPPNU Cilacap menetapkan Tata Kerja Pengurus dan Program Kerja yang
mengacu pada amanat Konfercab ke XIV. Tata Kerja dan Program tersebut sesuai dengan
fungsi dan kewenangan masing-masing kepengurusan, baik harian, departemen, lembaga
maupun badan. Sehingga diharapkan perjalanan organisasi bisa tertata dengan baik dan rapi
seuai dengan amanah Peraturan Organisasi (tahun 2021).
Namun demikian, ditengah upaya konsolidasi organisasi dan penataan kelembagaan, PC
IPPNU Cilacap dihadapkan pada satu dinamika klasik. Walaupun begitu tidak
mengakibatkan roda organisasi PC IPPNU Cilacap terpecah belah. Dengan berbekal
semangat dan kesolidan tim kerja yang baik dan kondisi organisasi IPPNU Cilacap tetap
mampu menjadi barometer Ide dan Gagasan dalam menata dan merumuskan kembali
Keberadaan Organisasi, Kelembagaan dan Kaderisasi di tubuh IPPNU.

Pasal 2.
Kondisi Kelembagaan
Secara formal-kuantitatif, kelembagaan Pimpinan Anak Cabang IPPNU Cilacap terkelompok
dalam 7 Zona, terdiri dari :
Zona 1 :
Zona 2 :
Zona 3 :
Zona 4 :
Zona 5 :
Dari jumlah tersebut, seluruhnya merupakan anak cabang-anak cabang yang eksis dan patut
di apresiasi bahwa sebagian besar dari jumlah tersebut menunjukkan dinamika organisasi
yang cukup menggembirakan.

Pasal 3.
Kordinator Daerah
Dengan latar belakang tersebut, perlu dirumuskan strategi pengembangan organisasi yang
mampu mendorong optimalisasi fungsi dan peran Pimpinan Cabang. Rumusan tersebut juga
harus relevan dengan konteks desentralisasi dan otonomi daerah yang juga meliputi otonomi
pendidikan dan kewenangan pengambilan kebijakan pendidikan di tingkat kabupaten/kota.
Karena sektor pendidikan adalah domain utama keberadaan IPPNU, maka rumusan strategi
pengembangan organisasi tersebut juga harus mempertimbangkan kebijakan otonomi
pendidikan sebagai salah satu faktor yang akan mempengaruhi optimalisasi peran dan fungsi
yang akan dijalankan oleh Pimpinan Cabang.
Berdasar hal terebut diatas sangat perlu memaksimalkan Koalisi supaya konteks pembinaan
dengan mekanisme desentralisasi di Tubuh IPPNUbisa berjalan dengan baik. Berpedoman
pada Peraturan Organisasi bahwa zona dijabat oleh para Wakil Ketua PC IPPNUCilacap
yang bertugas melakukan koordinasi pendampingan dan monitoring secara intensif terhadap
Pimpnan Anak Cabang yang menjadi daerah dampinganya. Sesuai dengan pembagian zona di
PC IPPNUCilacap maka setiap korcam zona di pilih oleh Pimpinan Anak Cabang
IPPNUCilacap di zona tersebut.
pelatihan-pelatihan formal IPPNU. Bahkan dalam beberapa kasus, proses kaderisasi yang
berlangsung cenderung dijalankan sebagai formalitas dan mengabaikan petunjuk pelaksanaan
(juklak) pengkaderan yang ada. Sebagai akibatnya out put kader yang dihasilkan seringkali
jauh dari standar kompetensi dan kapasitas yang diharapkan. Selain itu, kontinuitas jenjang
kaderisasi juga menjadi problem tersendiri yang sampai sekarang belum ditemukan
formula yang solutif yang bisa menjawabnya. Tidak jarang peserta sebuah pelatihan direkrut
tanpa memperhatikan ketentuan tercantum di juklak pengkaderan. Akibatnya forum pelatihan
berjalan “apa adanya” sekadar untuk memenuhi formalitas dan ketentuan administrasi yang
ada.
Merespon fenomena ironis ini, pada kepengurusan IPPNUCilacap masa bakti 2018-2020
telah berusaha untuk membuat serta mensosialisasikan bagaimana standar kaderisasi yang
baik prosesnya dan sesuai dengan pedoman kaderisasi. Selain itu, proses kaderisasi agar lebih
berdampak diakar anak cabang, IPPNUCilacap juga melakukan kontrol melalui pertanyaan-
pertannyaan baik dari anak cabang yang masih belum paham mengenai pelaksanaan
kaderisasi.
Namun, selaini itu, IPPNUCilacap mengakui masih minimnya koordinasi dan lemahnya
administrasi pelatihan yang ada saat ini menjadikan potensi kader IPPNUCilacap tidak
terdeteksi dan tidak terdistribusi dengan baik. Padahal di era kekinian, mobilitas seorang
kader dari satu daerah kedaerah lainnya sering kali berlangsung dalam tempo yang cukup
singkat sebagai konsekuensi dari perpindahan jenjang pendidikan maupun pekerjaan yang
dijalani. Untuk itu, perlu dirumuskan sebuah pola koordinasi dan pengembangan potensi
kader pasca-pelatihan guna mencegah terjadinya pemutusan hubungan dan aktivitas
organisasi. Ketersediaan tehnologi saat ini sangat mungkin dapat dimanfaatkan untuk
menjaring, merawat dan mendistribusikan kader dengan lebih baik, sehingga siklus proses
pengkaderan tidak mengalami stagnasi.

Pasal 4. Kondisi Kepengurusan


Kesibukan pengurus secara pribadi berpengaruh serius pada rutinitas pendampingan dan
pelayanan pada tingkatan dibawahnya, lebih jauh dari itu jarak antara kantor dan rumah asal
pengurus juga mengakibatkan terhalanginya komunikasi pengurus secara kointinu, hal ini
menyebabkan realisasi program kerja yang telah dirumuskan tidak berjalan dengan maksimal.
Keaktifan pengurus Harian, Departeman, Badan dan Lembaga secara makro juga belum
menunjukkan komitmenya dalam rangka susksesi program kerja hasil Rakerwil. Kondisi ini
menuntut beberapa pengurus rangkap tugas dalam rangka susksesi program kerja yang telah
di rumuskan dalam RAKERCAB. Sementara itu, konfigurasi kepengurusan khususnya di
tingkat cabang ke atas oleh berbagai pihak dinilai belum mencerminkan nuansa organisasi
pelajar. Khitthah baru berjalan tiga belas tahun, tetapi kedepan perlu dirumuskan formula
yang mengatur tentang keberadaan pelajar dalam komposisi kepengurusan sebagai bagian
dari komitmen dan penataan kelembagaan IPPNUCilacap.
Lain dari pada itu, keterwakilan tiap daerah dalam komposisi kepengurusan disetiap
momentum pergantian kepemimpinan merupakan hal yang mengedepankan semangat
keikhlasan dan pengabdian, dalam hal ini IPPNUCilacap mempunyai karakter yang khas.
Pola rekrutmen pengurus salah satunya dilakukan dengan model rekomendasi pimpinan
disuatu tingkatan kepada seorang kader yang memiliki spesifikasi dan spesialisai tertentu
untuk menduduki jabatan tertentu ditingkatan pimpinan diatasnya. Model ini akan sangat
ideal bila terdapat yang direkomendasi dengan mempertimbangkan sisi ketersediaan waktu
pengabdian dan kesesuaian jabatan. Akan tetapi dalam berbagai kasus, banyak dijumpai
pengurus yang tidak dapat aktif dalam menjalankan amanat organisasi oleh karena
beberapa sebab yang salah satunya dipicu oleh tidak adanya agreement yang jelas. Kondisi
ini langsung atau tidak langsung berdampak pada pelaksanaan program dan aktivitas
organisasi yang cenderung menurun seiring dengan berkurangnya personel yang aktif.
Pasal 5. Pengembangan Program
Arti penting Pengembangan program ini adalah sebagai tolak ukur pelaksanaan dari hasil
perumusan perencanaan dan menjadi alat ukur terhadap pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan organisasi untuk satu kepengurusan. Untuk itu pelaksanaan dari konsep
program kerja ini dilakukan dengan pendekatan strategi planing yang hasilnya bagian dari
sumbangsih kepengurusan dan bagian dari pola pembinaan ke cabang serta penguatan
organisasi. Tahap penyusunan program kerja melalui strategi planing ini diketahui memiliki
tingkat efektifitas, fungsionalitas serta akurisitas yang tinggi didalam menganalisa kebutuhan
organisasi dalam kaitanya dengan kelompok sasaran yang akan dilayani. Hasil dari kajian
tersebut merupakan alat untuk melihat keberhasilan suatu kepengurusan dalam menyusun
program kerja selama satu periode dengan melihat potensi dan masalah yang terjadi sehingga
harapanya program tersebut sesuai dengan target sasaran.
Lain dari pada itu sinkronisasi program yang terpadu dan berkesinambungan antar berbagai
jenjang kepengurusan organisasi merupakan ciri dari organisasi yang memiliki kekuatan
sistem dan jaringan. Semangat otonomi daerah seharusnya dijadikan sebagai motivator
terciptanya iklim kompetisi yang dinamis bagi keberhasilan suatu program di tiap daerah.
Situasi ini bukan tidak mungkin terjadi dalam IPPNUCilacap. Sebagai ilustrasi, untuk
menjalankan fungsi sebagai penanggung jawab kebijakan dalam pengendalian organisasi dan
pelaksaan keputusan-keputusan Kongres, Pimpinan Pusat merancang program-program yang
menyentuh dan memenuhi kebutuhan Pimpinan cabang. Sebagai koordinator Pimpinan Anak
Cabang didaerahnya dan sebagai pelaksana Pimpinan Wilayah untuk bersangkutan,
Pimpinan Cabang juga harus menyentuh dan memenuhi kebutuhan Pimpinan Anak Cabang
dan begitu seterusnya.
Namun demikian, realisisasi program yang berjalan selama ini cenderung jauh dari idealitas
tersebut. Yang dominan selama ini adalah program masing-masing jenjang kepungurusan
berjalan sendiri-sendiri dan tidak tidak pernah ada bangunan sinergi yang disiapkan secara
sistematis dan berkelanjutan. Kondisi yang sama juga terjadi antara satu periode dengan
periode berikutnya pada satu jenjang kepengurusan yang sama yang seharusnya tidak perlu
terjadi. Sehingga program-program yang dikembangkan untuk jangka panjang tidak memiliki
parameter yang jelas dalam mengukur tingkat keberhasilannya dan memunculkan
kecenderungan terjebak pada rutinitas program atau kegiatan yang berkutat pada formalitas
administrasi dan organisasi

Pasal 6. Pendanaan Kegiatan


Masalah klasik yang masih menjadi kendala adalah belum adanya sumberdana yang tetap
untuk pembiayaan program dan aktifitas organisasi. Ditengah krisis multi dimensi yang
mempengaruhi tingkat kedermawanan masyarakat dan maraknya berbagai kegiatan disektor
politik yang membutuhkan alokasi anggaran yang cukup besar, kesulitan yang dialami
organisasi kekaderan semacam IPPNUCilacap cenderung meningkat. Sedangkan alokasi
anggaran baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk pembiayaan kegiatan yang
relevan dengan program organisasi dan kaderisasi yang dijalankan IPPNU Cilacap mengarah
pada trend menurun. Sementara itu, upaya untuk membuka akses dana yang saat ini
dilakukan belum dapat diandalkan untuk pembiayaan pengembangan program IPPNUCilacap
kedepan. Karenanya, perlu diikhtiarkan langkah-langkah menuju kemandirian organisasi
yang dapat meringankan beban organisasi dalam merealisasikan program-program jangka
panjang.
BAB III
ARAH PENGEMBANGAN ORGANISASI DI KABUPATEN CILACAP

Arah pengembangan Organisasi merupakan kondisi umum IPPNU Cilacap yang diharapkan
dapat dicapai dalam kurun waktu satu periode, 2018-2020. Merujuk pada rumusan PDPO
IPNU 2015-2018, dan (PD) peraturan rumah tanga (PRT) IPPNU dan Hasil KONGRES di
Cirebon tahun 2018 maka arah pengembangan organisasi yang tercantum dalam rumusan ini
adalah terjemahan PDPO kedalam perencanaan program yang dapat dijadikan fondasi bagi
pengembangan IPPNUmenuju terealisasinya Visi IPPNU. Secara umum, arah pengembangan
organisasi tesebut meliputi :
PASAL 7. Pengembangan Organisasi
Pengembangan Organisasi ini diarahkan untuk menegaskan identitas IPPNUCilacap sebagai
organisasi kekaderan yang berorientasi keterpelajaran (baca: Intelektualitas) dan
mengembangkan manajemen yang rapi, efektif dan efisien serta mampu mendorong
terciptanya sinergi antara berbagai elemen dan jenjang kepengurusan dalam memenuhi tugas
pelayanan kepada anggota dan masyarakat.
Kategorisasi Anak Cabang :
Pengkategorian ini dimaksudkan untuk memotret kualifikasi dan potensi Anak Cabang
IPPNUyang ada di Cilacap, yang dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
Anak Cabang Baik / Berhasil (A) dengan ciri :
Kegiatan operasional organisasi dilaksanakan secara rutin dan optimal 2)Memiliki perangkat
Administrasi secara maksimal (sesuai POA IPPNU)
Memiliki data base (potensi organisasi maupun data anggota) secara autentik baik
secara manual maupun digital
Proses kaderisasi berjalan secara sistemik, terukur dan maksimal
Proses Periodeisasi berjalan secara rutin dan maksimal
Memiliki Aset / Potensi organisasi yang mampu dikembangkan untuk kegiatan organisasi
Hasilnya (1-6) sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan didalam program.

Anak Cabang Sedang / Cukup Berhasil (B) dengan ciri :


Kegiatan operasional organisasi dilaksanakan kurang secara rutin
Memiliki perangkat Administrasi kurang secara maksimal (sesuai POA IPPNU)
Memiliki data base (potensi organisasi maupun data anggota) secara autentik baik secara
manual maupun digital
Proses kaderisasi berjalan kurang secara sistemik, terukur dan maksimal
Proses Periodeisasi berjalan secara rutin dan tapi belum maksimal
Kurang Aset / Potensi organisasi yang mampu dikembangkan untuk kegiatan organisasi
Hasilnya (1-6) kurang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan didalam program.

Anak Cabang Cukup / Belum Berhasil (C) dengan ciri :


Kegiatan operasional organisasi dilaksanakan tidak secara rutin
Memiliki perangkat Administrasi tidak secara maksimal (sesuai POA IPPNU)
Tidak memiliki data base (potensi organisasi maupun data anggota) secara autentik baik
secara manual maupun digital
Proses kaderisasi tidak berjalan secara sistemik, terukur dan maksimal
Proses Periodeisasi tidak berjalan secara rutin
Tidak memiliki Aset / Potensi organisasi yang mampu dikembangkan untuk kegiatan
organisasi
Hasilnya (1-6) kurang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan didalam program. Namun
demikian ada hal yang harus dipenuhi Anak cabang dalam rangka penguatan
kelembagaan kedalam dan keluar, beberapa aspek tersebut diterjemahkan dalam rangka
melihat kemampuan diri sendiri Anak cabang dalam upaya pembenahan dan pembuatan
sekala perioritas pembinaan kearah lebih baik. Bebarapa aspek tersebut antara lain :
Administrasi: meliputi upaya dalam aspek pengelolaan administrasi organisasi yang dapat
berupa pembukuan, pengarsipan, dan data base.
Organisasi meliputi upaya penguatan dan penataan kelembagaan yang dapat berupa
penguatan secara internal maupun eksternal
Kaderisasi: meliputi upaya pelaksanaan jenjang kaderisasi formal yang sesuai pedoman
pengkaderan nasional, manajemen perawatan kader, dan pengembangan potensi kader
melalui diversifikasi model pengkaderan informal.
DATABASE: meliputi jumlah anggota, jumlah potensi organisasi dan kader serta data
statistik organisasi.
Inovasi: meliputi upaya dalam mencapai percepatan pencapaian target strategis organisasi
melalui model pendekatan yang bersifat terobosan.

Pasal 8. Pengembangan Sistem Pengkaderan.


Pengembangan sistem pengkaderan diarahkan untuk mendorong peningkatan kualitas
intelektual kader dan pengembangan sistem pendidikan kritis yang dapat mendorong
lahirnya kesadaran kritis menuju lahirnya kader-kader yang memiliki integritas, kompetensi
dan kecakapan dalam menghadapi dan menjawab berbagai problematika yang dihadapi
anggota, organisasi dan masyarakat pada umumnya.

Pasal 9. Pengembangan Peran dan Fungsi Organisasi.


Pengembangan peran dan fungsi organisasi diarahkan untuk mendorong peningkatan
kapasitas organisasi dalam pembangunan, terutama sektor pendidikan dan pengembangan
sumberdaya manusia, sebagai wujud komitmen dan tanggung jawab sosial IPPNUCilacap
dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan menuju terciptanya sistem pendidikan di
Jawa Timur yang demokratis, berkeadilan, dan berkeadaban.

Pasal 10. Pola Pengembangan CBP dan KPP


Pola Umum Pembinaan
Pola umum pembinaan dalam Corp Brigade Pembangunan (CBP) dan KPP diatur dan
disusun sesuai dengan pola pembinaan mental yang dapat memberikan motivasi kepada
anggota yang disusun berdasarkan pada:
Menambah keimanan, ketakwaan dan pengamalan,
Meningkatkan pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan ketajaman pemikiran anggotanya.
Menumbuhkan jiwa kepemimpinan rasa tanggung jawab, disiplin, setia kawan, solidaritas
sosial dan kepedulian terhadap masyarakat.
Memupuk rasa ukhuwah dan mampu menghargai orang lain serta mempertebal rasa percaya
diri.
Menciptakan rasa persatuan dan kesatuan umat manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan dan kekayaan alam lainnya.
Meningkatkan kepekaan terhadap kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
Pedoman Kegiatan
Pedoman kegiatan Lembaga Corp Brigade Pembangunan (L-CBP) adalah menerapkan
prinsip- prinsip pendidikan dan latihan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi,
keadaan, kepentingan dan perkembangan anggotanya dengan masyarakat sekitarnya dengan
semboyan: "Belajar, Berjuang, Bertaqwa, dan Mengabdi".

Landasan Kegiatan
Dalam setiap melakukan kegiatan harus berlandaskan dan mengandung unsur-unsur
keilmuan/pendidikan, ketakwaan, perjuangan yang mengabdi untuk kepentingan anggota
masyarakat, juga organisasi Semua hal tersebut bersumber pada :
Aqidah Islam Ahlusunnah wal Jamaah yang berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Undang-undang Dasar 1945.

Program Strategis
Seiring munculnya bencana alam yang terus menerus terjadi diseluruh pelosok negeri,
khususnya yang ada di Cilacap. Maka Dewan Koordinasi Cabang Corp Brigade
Pembangunan Cilacap harus Membuat Road MAP Penanggulangan Bencana berupa :
Membentuk Tim Reaksi Bencana
Membuat Juklak Pelatihan Khusus terkait Penanggulangan Bencana
Merancang Pelatihan SAR, Pelatihan Managemen Bencana dan Penanggulangan Bencana
yang dilaksankan di setiap zona di Kab. Cilacap
Memastikan setiap Anak Cabang mempunyai Kader CBP dan KPP
Merancang Pelatihan Formal yang dilaksanakan di setiap zona di Kab. Cilacap

BAB IV PERMASALAHAN UMUM

Permasalah Umum adalah masalah-masalah yang secara umum dihadapi organisasi dalam
kaitannya dengan realisasi Pengembangan IPPNUCilacap. Diantara beberapa permasalahan
utama yang dihadapi organisasi adalah sebagai berikut:
Stategi penataan organisasi dan implementasi program seiring dengan perubahan- perubahan
mendasar setelah IPPNUCilacap kembali ke “khittoh” nya belum terealisasikan dengan
maksimal khususnya di tingkat PAC/sekolah/madrasah umum. Sehingga berakibat pada
berbagai jenjang kepengurusan masih menjalankan roda organisasi dengan paradigma dan
tradisi lama dan masing-masing cenderung menjalankan program dan aktivitas yang tidak
terangkum dalam sebuah kerangka yang sistemik dan integral;
Pola pembagian wilayah koordinasi dan pembagian yang diterapkan untuk mensiasati
luasnya jangkauan Cabang yang ada di Cilacap masih belum menunjukkan perkembangan
yang signifikan. Keterbatasan sumberdaya dan lemahnya sistem komunikasi masih menjadi
kendala utama;
Masih besarnya kecenderungan untuk pengembangan kegiatan yang bersifat sporadis tidak
terukur dan hanya berorientasi struktural mengakibatkan rendahnya mutu dan relevansi
kegiatan IPPNUCilacap dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi kader
dan kecenderungan pengembangan kegiatan yang bersifat spordis, tidak terukur dan
berorientasi struktural mengakibatkan rendahnya mutu dan relevansi kegiatan IPPNUCilacap
dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihapai kader dan masyarakat;
Masih rendahnya tingkat aktivitas pengurus sebagai akibat dari tidak adanya agreement yang
jelas antara yang memberi rekomendasi dengan kader yang direkomendasikan kaitannya
dengan sisi kesediaan, ketersediaan waktu pengabdiaan dan spesifikasi yang dimiliki.
Sehingga beberapa program dijalankan dengan sumberdaya seadanya.
Lemahnya jaringan komunikasi, informasi dan edukasi kader mengakibatkan proses
pembelajaran seumur hidup (long life education) yang menjadi filosofi dasar berdirinya
IPPNUCilacap tidak bisa dijalankan secara optimal, sehingga tidak jarang ada kader
IPPNUCilacap yang kemudian justru bergabung dalam kelompok-kelompok secara ideologis
berbeda, bahkan bertentangan, dengan ideologi yang dianut oleh Nahdlatul Ulama;
Belum adanya data yang akurat tentang besaran potensi kader yang tersebar di Cilacap
Sehingga jaringan yang dimili tidak termanfaatkan secara maksimal;
Belum adanya political wiil dari pemerintah untuk menjadikan sektor pendidikan sebagai
prioritas program pembangunan menjadikan posisi dan peran IPPNUCilacap yang memilih
sektor pendidikan sebagai salah satu ranah perjuangannya tidak bisa memberikan sumbangsih
secara optimal dalam memajukan sektor pendidikan dalam arti luas;
Belum adanya sistem penggalian dana yang dapat menjamin ketersediaan sumberdana yang
pasti dan cukup untuk melaksanakan program menyebabkan sekitar separoh energi setiap
kepengurusan dihabiskan untuk mencari sumber pembiayaan kegiatan dan organisasi.
Akibatnya, pengembangan program dan aktivitas tidak dapat berjalan optimal karena sisa
energi yang ada hampir tidak cukup untuk menciptakan program-program kreatif dan
inovatif.

BAB V
DASAR PELAKSANAAN

Sebagai upaya menerjemahkan PDPRT hasil kongres Cirebon 2018 dan POPA IPNU Hasil
konbes dan rakernas Lampung (2019) ke dalam langkah-langkah yang lebih operasional,
sistematis dan komprehensif, maka disusunlah Pola Pengembangan Organisasi IPNU tahun
2018-2020 yang merujuk kepada :
Landasan Ideal : a. Khittah Nahdlatul Ulama 1926
b. Prinsip Perjuangan IPPNU
Landasan Konstitusional : a. Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga IPNU-IPPNU
b. Pedoman Organisasi dan Administrasi (POA) IPPNU
Landasan Operasional: a. Rencana Strategis PCNU Cilacap
b. PDPRT IPNU-IPPNU 2018
c. POPA Hasil Konbes IPNU (2019) IPPNU (2015) dan Rakernas IPNU di Lampung (2019)

BAB VI
POLA PENGEMBANGAN IPPNUDI CILACAP

Pasal 11. Struktur Organisasi


Merujuk Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) IPPNUhasil Kongres
dan Bab III pasal 11 PRT IPPNU perangkat organisasi IPPNUterdiri dari Departemen dan
Badan/Lembaga, dan ditetapkan sebagai berikut:
Departemen
Untuk mewujudkan kesatuan pola dan integrasi program, maka diperlukan kesamaan
Departemen di tingkat Pimpinan Cabang. Sedangkan untuk tingkat Pimpinan Anak Cabang
dan/atau Pimpinan Ranting dapat disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Adapun untuk
tingkat Pimpinan Cabang sedikitnya dibutuhkan 5 (lima) Departemen dan Pimpinan Anak
Cabang sedikitnya dibutuhkan 3 (tiga) Departemen, yaitu:
Departemen Organisasi
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan
operasionalisasi program yang berkaitan dengan pengembangan organisasi dan keanggotaan
serta memiliki hak dan wewenang mengusulkan kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan program bidang organisasi.
Departemen Kaderisasi
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan
operasionalisasi program yang berkaitan dengan pengembangan system pengkaderan, baik
kader pimpinan dan/atau kader fungsional, serta memiliki hak dan wewenang mengusulkan
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan program bidang kaderisasi.
Departemen Jaringan Sekolah dan Pesantren
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan
operasionalisasi program yang berkaitan dengan Sekolah dan Pesantren, dengan cara
melakukan pelayanan kepada Pelajar Sekolah dan Santri di Pesantren, serta memiliki hak dan
kewenangan mengusulkan kegiatan berkaitan dengan pengembangan program bidang
Jaringan Pesantren Sekolah.
Departemen Bidang Dakwah
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan
operasionalisasi program yang berkaitan dengan fungsi kehumasan dan pengabdian
masyarakat, dengan cara melakukan pelayanan kepada anggota dan masyarakat, serta
memiliki hak dan kewenangan mengusulkan kegiatan berkaitan dengan pengembangan
program bidang da’wah.
Departemen Bidang Olahraga Seni dan Budaya
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan
operasionalisasi program yang berkaitan dengan pengembangan potensi kader yang
disesuaikan dengan Bidang Olahraga Seni dan Budaya, serta memiliki hak dan kewenangan
mengusulkan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan program di bidang minat dan
bakat.
Lembaga
Untuk mewujudkan kesatuan pola dan integrasi program, maka diperlukan kesamaan
lembaga ditingkat pimpinan wilayah dan pimpinan cabang. Adapun status lembaga bersifat
semi otonom (PRT Pasal 8 ayat 4) dan masing-masing Lembaga memiliki struktur yang
meliputi : 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga)
orang anggota. Adapun untuk tingkat wilayah dan Pimpinan Cabang sedikitnya dibutuhkan 3
(Tiga) lembaga, yaitu:
CBP dan KPP
Anti Narkoba
LEKAS
Lembaga Pers dan Penerbitan
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan program
khusus dibidang Pers dan Penerbitan. Dalam operasionalisasi kegiatannya, peran dan fungsi
lembaga ini berkaitan dengan media massa dan media cetak. Lembaga ini memili hak dan
kewenangan untuk
Lembaga Konseling
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban menampung dan
menyelesaikan permasalahan di kalangan pelajar dan santri, terutama di sektor-sektor yang
berkaitan dan/atau berpengaruh terhadap kehidupan anggota organisasi. Dalam
operasionalisasi kegiatannya, peran dan fungsi lembaga ini berkaitan lembaga pemerintahan
yang bersinergi dalam menanggulangi pelajar di kalangan anak cabang se kab. Cilacap.
Lembaga Komunikasi Perguruan Tinggi (LKPT)
Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan program
khusus pembentuukan dan pengawalan Komisariat di Perguruan Tinggi. Dalam
operasionalisasi kegiatannya, peran dan fungsi lembaga ini berkaitan dengan semua
departemen. Lembaga ini memili hak dan kewenangan untuk mensosialisasikan segala
informasi yang berkaitan dengan perkembangan kelembagaan program-program PP, PW, PC
IPNU se Propinsi Jawa Timur, serta bersama departemen terkait melaksanakan kegiatan
dengan pengembangan program organisasi di perguruan tinggi

Badan
Untuk melaksanakan program IPPNUCilacap yang memerlukan penanganan khusus, maka
perlu dibentuk Badan Pelaksana di tingkat Pimpinan Cabang dan Anak canbang. Adapun
status Badan bersifat semi otonom (PRT Pasal 9 ayat 4) dan masing-masing badan memiliki
struktur yang meliputi : 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan sebanyak –
banyaknya 5 (Lima) orang anggota. Dua Badan yang dipandang mendesak untuk dibentuk
adalah sebagai berikut:
SRC
SCC

Pasal 12. Tata kerja Pengurus


Untuk efektivitas dan efisiensi kerja pengurus IPPNUCilacap disemua tingkatan, maka tata
kerja pengurus ditetapkan berdasarkan dua pendekatan yaitu:
Pendekatan Struktural adalah pembagian tugas dan wewenang pengurus harian
IPPNUditetapkan secara struktural dengan membidangi satu atau beberapa departemen
bergantung pada jumlah wakil ketua di masing-masing kepengurusan.
Pendekatan Fungsional adalah pembagian tugas dan wewenang pengurus harian
IPPNUditetapkan berdasarkan fungsi dan kapasitasnya dalam menjalankan operasionalisasi
program.

Pasal 13. Pola Perekrutan Pengurus


Dalam upaya memenuhi kebutuhan kader pengurus Pimpinan IPPNUdi semua tingkatan,
maka ditetapkan dua pendekatan dalam perekrutan pengurus, yaitu :
Kader Struktural
Adalah Kader IPNU yang memiliki jenjang pelatihan kader dan/atau jenjang pengalaman
kepemimpinan di IPNU mulai tingkat bawah serta memiliki kemauan dan kemampuan
mengabdikan dirinya sebagai pengurus;
Kader Fungsional
Adalah Kader NU terutama pelajar yang belum memiliki jenjang pelatihan kader dan/atau
jenjang pengalaman kepemimpinan di IPPNUmulai tingkat bawah tetapi memiliki kemauan
dan kemampuan mengabdikan dirinya sebagai pengurus. Selanjutnya, pola rekrutmen
kepengurusan di tingkat PC dan PAC ditempuh melalui mekanisme sebagai berikut :
Memberikan kuota 30 % dari total jumlah pengurus kepada pelajar murni (kader yang masih
menjalani kegiatan studi)
Membuat agreement tentang kesediaan, ketersediaan waktu pengabdian dan spesifikasi yang
dimiliki calon pengurus.

Pasal 14. Strategi Pengembangan Sistem Pengkaderan


Seiring dengan semangat Kongres XVIII di Boyolali (2015), dan Kongres IPPNU di Cirebon
(2018) maka perlu dirumuskan sebuah strategi pengembangan sistem pengkaderan guna
menghindari bias disorientasi yang berlangsung sebelumnya. Karena itu, sistem pengkaderan
IPPNUke depan harus dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membuat pola sertifikasi terstandar dan terpadu dengan memanfaatkan dukungan tehnologi
yang tersedia
Mengembangkan kurikulum pendidikan kader yang berorientasi pada tumbuhnya kesadaran
kritis di lingkungan kader IPPNU;
Menfasilitasi terjadinya proses pembelajaran berkelanjutan yang mampu mengoptimalkan
aktualisasi potensi anggota melalui pengembangan forum-forum pembelajaran alternatif;
Melakukan diversifikasi model pengkaderan informal di luar jenjang pelatihan kader
pimpinan yang sudah berjalan selama ini;
Merumuskan pola pembinaan kader dari masa berproses hingga pada akhir pengabdian di
organisasi (purna kader), sehingga dapat memfasilitasi terjalinnya komunikasi antar
kader/generasi;
Mengembangkan pola rekrutmen kader yang mampu menjamin terpenuhinya kebutuhan dan
terjadinya peningkatan intelektualitas kader di berbagai jenjang kepengurusan;

Pasal 15. Strategi Pengembangan Program


Untuk menjaga kesinambungan program dan efektifitas serta efisiensi dalam pelaksanaannya,
maka strategi pengembangan program IPPNUdilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
Perumusan rencana induk (master plan) yang menjadi pemandu arah dan tujuan yang hendak
dicapai dalam jangka panjang. Karena singkatnya masa jabatan kepengurusan IPPNUdi
tingkat cabang, maka proses perumusan tidak dipilih berdasarkan masa jabatan kepengurusan
tetapi dengan mempertimbangkan berbagai perubahan yang berlangsung di lingkungan luar
IPPNU.
Program disusun berdasarkan skala prioritas dan ketersediaan sumberdaya yang ditentukan
oleh masing-masing kepengurusan, baik di tingkat wilayah maupun tingkat cabang, dengan
tetap memperhatikan kesinambungan program dengan periode sebelumnya.
Perumusan program dimaksud pada poin (b) dilaksanakan berdasarkan analisis kebutuhan
anggota dan organisasi, efektifitas dan efisiensi implementasinya, serta dengan mengacu
kepada integrasi program Pimpinan Cabang, Pimpinan Cabang dengan Pimpinan Anak
Cabang, Pimpinan Anak Cabang dengan Pimpinan Ranting/Komisariat.
Mekanisme penjabaran program hasil Konperensi/Rapat Anggota dilaksanakan melalui
Orientasi dan Rapat Kerja Pimpinan sesuai dengan tingkatan masing-masing untuk kwartal
Sedangkan untuk kwartal II dan seterusnya ditetapkan melalui Rapat Kerja. Kecuali di
tingkat Ranting/Komisariat cukup dilaksanakan melalui Rapat Pimpinan
Ranting/Komisariat.
Pengembangan program dapat dilaksanakan dengan menjalin kemitraan antara IPPNUdengan
instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan lain, lembaga swadaya masyarakat, maupun
lembaga donor yang mempunyai kesamaan visi dan concern dengan tetap menjaga otonomi
dan independensi organisasi.
Dalam implementasi program, diperlukan desentralisasi dan kerjasama program antara
satu tingkat kepengurusan dengan kepengurusan di bawahnya, seperti antara Pimpinan
Cabang, Pimpinan Cabang dengan Pimpinan Anak Cabang, dan seterusnya. Karena itu, perlu
dipertimbangkan upaya untuk menghidupkan fungsi koordinator daerah (koorda) mengingat
evaluasi atas sentralisasi kegiatan di tingkat regional pada era otonomi daerah menunjukkan
rendahnya tingkat efektifitas dan efisiensi sebuah kegiatan/program.

Pasasl 16. Sistem Penggalian dan Pengelolaan Dana


Pada dasarnya, keuangan organisasi dapat diperoleh dari empat sumber utama : dana simultan
dari instansi pemerintah maupun swasta (termasuk kerjasama dengan lembaga donor),
donasi dari alumni dan simpatisan, partisipasi anggota serta usaha yang halal dan sah. Terkait
dengan pengelolaan dana, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Perlunya strategi penggalian dana (iuran anggota) yang dapat menumbuhkan partisipasi
anggota dan berbagai pihak yang memiliki kepedulian yang sama dengan IPPNUuntuk
pembiayaan kegiatan organisasi.
Perlunya membuat usaha yang sah dan halal dalam rangka mengokohkan organisasi yang
berdikari dan menumbuhkembangkan pada anggota untuk berani berwirausaha dalam rangka
pemenuhan diri sendiri dan organisasi.
Perlunya manajemen pengelolaan dana yang transparan dan akuntabel serta dapat diakses
oleh pihak donatur, alumni maupun anggota.
Pimpinan IPPNUdi setiap tingkatan perlu membudayakan penyampaian laporan keuangan
secara rutin kepada setiap donatur dan pihak yang berkepentingan.
Perlu adanya usaha yang jelas secara hirarki mulai dari pusat sampai daerah untuk membuat
wadah perjuangan yang bisa menghidupi organisasi dengan harapan dapat menampung kader
dengan spesialisasi khusus dalam rangka mengembangkan keilmuan dan pengabdian (Misal
Koperasi Pelajar)

BAB VII PENUTUP

Hal-hal yang belum diatur dalam Pola Pengembangan Organisasi ini diamanatkan kepada
Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Cabang Cilacap masa khidmat 2021-2023 untuk
menetapkannya. Hal-hal yang berkaitan dengan penyempurnaan PPOA sehubungan
terjadinya perubahan struktur dan tata kerja pengurus juga diamanatkan kepada PC
IPPNUNgajuk masa khidmat 2021- 2023 untuk menyempurnakannya sesuai dengan hasil
Kongres IPNU dan IPPNU di Cirebon.

You might also like