0% found this document useful (0 votes)
13 views22 pages

Post Truth

Membahas pendidikan politim untuk pemilih netizen.

Uploaded by

muhamadnurlin
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
13 views22 pages

Post Truth

Membahas pendidikan politim untuk pemilih netizen.

Uploaded by

muhamadnurlin
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 22

Demokrasi dan Politik

Di Era Pasca Kebenaran

Nurlin
Direktur Pusat Studi Sejarah dan Kebudayaan (PUSTAKA)
Pengertian
§ Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana kekuasaan atau
keputusan politik dipegang oleh rakyat atau warga negara secara langsung
atau melalui wakil-wakil yang mereka pilih. Prinsip utama demokrasi adalah
kedaulatan rakyat, di mana keputusan politik didasarkan pada kehendak
mayoritas atau konsensus yang dihasilkan dari proses partisipasi politik yang
bebas dan adil.

§ Aristoteles menyatakan politik adalah sebuah asosiasi tempat manusia


bergabung yang bertujuan untuk menciptakan kebaikan. Bagi Aristoteles,
asosiasi yang paling tinggi dan bersifat inklusif itu adalah polis (kota) atau
asosiasi politis. Artinya, polis adalah tempat terbaik bagi manusia yang
memungkinkan seorang individu untuk mencapai tujuan terbaiknya. Hal ini
didasarkan pada satu fakta bahwa manusia adalah mahluk sosial, yang hanya
bisa berfungsi optimal jika manusia hidup dalam sebuah asosiasi atau
kebersamaan dengan manusia lainnya.
Apa itu Era Post-Truth atau
Pasca Kebenaran?
Post-Truth: merupakan sebuah kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik
dibanding emosi dan keyakinan personal.

(Oxford Dictionary of English)


Komedian Stephen Colbert
mempopulerkan istilah yang
berhubungan dengan post-truth

Truthiness
(sesuatu yang seolah-olah benar, meski
tidak benar sama sekali)
Era Post-Truth (pasca kebenaran) adalah suatu kondisi politik atau iklim
sosial politik dimana dalam menentukan kebenaran obyektifitas dan
rasionalitas membiarkan emosi dan hasrat mengikuti keyakinan pribadi
meskipun fakta berbicara lain à fakta diabaikan.

Banalisasi Kebohongan
(Kebenaran alternatif)
Pada era Pasca Kebenaran yang penting adalah medium
penyampaian pesan dibanding isi pesan.

Dramatisasi Pesan
Berbohong itu menarik karena si pembohong menggunakan
Logika dan harapan yang dibohongi (Hannah Arendt)
Mengapa disebut Post-Truth
atau Pasca Kebenaran?
Karena semua kriteria kebenaran (kriteria kebenaran
korespondensi, koherensi, pragmatisme, dll) macam2 truth
(deskriptif, ontologis, eksistensialis) diabaikan dan menjadikan
keyakinan serta emosi pribadi sebagai dasar untuk menentukan
kebenaran

Hasilnya : § Sesuatu itu benar karena saya yakin hal itu benar
meskipun fakta berkata lain,
§ Semua upaya klarifikasi atas fakta menjadi sia-sia à tidak
dipercaya.
§ Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran semu à
kebohongan yang diyakini sbg kebenaran à kebenaran
dilampaui (post-truth), hoax, fake news, hate speech.

Post-Truth Fact-Cheking
Perbedaan Post-Truth dengan
Kebohongan pada umumnya?
§ Post-Truth berkembang pada masyarakat informasi yang tidak puas atau
kecewa terhadap pemerintahan à masyarakat cenderung mencari
kebenaran alternatif.

§ Fakta menjadi nomor dua dan tidak difasifikasi à metode Karl Popper.

§ Diintesifkannya prasangka negatif à informasi dipakai untuk mengaduk-


aduk emosi.

§ Post-Truth menjadi senjata untuk merekayasa pesan, menyentuh emosi,


sehingga membungkam pikiran kritis.

§ Post-truth menekankan instrumen persuasi massa, merekayasa agar orang


bingung dalam menafsirkan realitas.
Sensor saat ini tidak lagi dilakukan dengan memotong informasi, tetapi dengan
menumpahkan semua informasi hingga kita bingung informasi mana yang benar.
Media Sosial Di Era post-truth
Masalah Media Sosial
u Persoalan Fake News, Hate Speech dan Hoax merupakan masalah utama di
Facebook maupun media sosial lainnya.

u Persoalan Filter Bubble à Sebuah algoritma yang diciptakan untuk


mempermudah pengguna media sosial menemukan berita-berita yang
disenanginya à Bias Konfirmasi à Personalisasi berita

Orang-orang semakin sullit untuk menerima klarifikasi berita


Yang berbeda dari keyakinannya.
Fenomena Matinya Kepakaran
u "Matinya Kepakaran" sama sekali tidak merujuk pada menurunnya kualitas para pakar di berbagai
bidang keilmuan yg mandiri. "Matinya Kepakaran" merujuk pada hilangnya batas antara pakar dan
awam, antara tahu dan tidak tahu. Berbekal sebaran informasi dri berbagai bidang yg cukup
mudah diperoleh dengan internet, orang-orang yg sebenarnya tidak tahu tiba-tiba merasa tahu
dan memberikan komentar melawan orang-orang yg ahli.
u Pengalaman seorang ahli bergelut dengan sebuah topik selama bertahun-tahun tiba-tiba
diinterupsi dengan penuh keyakinan oleh orang yg tahu sesuatu hanya lewat googling.
u Tidak tahu itu hal biasa dalam dunia modern yg pondasinya dibangun oleh pembagian kerja dan
profesi. Orang-orang terbagi dalam berbagai keahlian dan profesi, dokter, pengacara, saintis,
antropolog, dsb. Seorang pengacara misalnya dianggap wajar jika tidak tahu cara menjahit luka,
demikian juga sebaliknya, adalah wajar jika seorang dokter tidak tahu soal filsafat hukum, misalnya.
u Matinya Kepakaran merujuk pada situasi dimana orang tidak lagi memerhatikan batas-batas
profesi dan keahlian itu. Orang-orang lebih asyik memberikan komentar walau sebenarnya hanya
berbekal pengetahuan yg sedikit. Di sini ketidak tahuan diucapkan sebagai pengetahuan dengan
penuh rasa percaya diri (ngawur).
Thanks!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, and includes icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik

You might also like