MANAJEMEN RANTAI PASOK ADAPTIF:
TEORI DAN PRAKTIK
Tim Penulis:
Dr. Hani Sirine, S.E., M.M.
Desain Cover:
Septian Maulana
Sumber Ilustrasi:
www.freepik.com
Tata Letak:
Handarini Rohana
Editor:
Neneng Sri Wahyuni
ISBN:
978-623-500-137-1
Cetakan Pertama:
Mei, 2024
Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang
by Penerbit Widina Media Utama
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
PENERBIT:
WIDINA MEDIA UTAMA
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Anggota IKAPI No. 360/JBA/2020
Website: www.penerbitwidina.com
Instagram: @penerbitwidina
Telepon (022) 87355370
KATA PENGANTAR
Supply Chain Management (SCM) telah berkembang menjadi salah satu
aspek kunci dalam operasi bisnis modern. Dalam era globalisasi dan teknologi
yang terus berkembang, pemahaman yang mendalam tentang bagaimana
mengelola aliran barang, layanan, informasi, dan keuangan dari pemasok
awal hingga konsumen akhir menjadi penting. Buku ini dirancang untuk
memberikan pandangan menyeluruh tentang berbagai elemen dalam SCM,
mulai dari konsep dasar hingga strategi yang lebih kompleks.
Dalam buku ini, akan dijelajahi berbagai topik penting dalam SCM,
termasuk strategi, pengadaan dan pembelian, pengukuran kinerja,
manajemen waktu pemenuhan (lead time), fenomena Bullwhip Effect, dan
manajemen risiko. Setiap bab menyajikan teori, prinsip, contoh nyata, dan
studi kasus untuk memberikan pandangan yang holistik tentang subjek yang
dibahas.
Pentingnya teknologi dalam mengubah lanskap SCM juga menjadi tema
utama dalam buku ini. Bagaimana teknologi canggih seperti Artificial
Intelligence, Internet of Things, dan Blockchain dapat diintegrasikan ke dalam
rantai pasokan akan dijelaskan dengan detail.
Buku ini ditujukan untuk berbagai pembaca, termasuk mahasiswa, dosen,
praktisi bisnis, dan siapa saja yang tertarik untuk memahami dan bekerja
dalam bidang SCM. Dengan pendekatan yang sistematis dan komprehensif,
buku ini berfungsi sebagai panduan yang berharga dalam memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip SCM dalam konteks nyata.
.
April 2024
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ························································································ iii
DAFTAR ISI ···································································································· iv
BAB 1 KONSEP DASAR SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ···································· 1
A. Mengapa Harus Mempelajari SCM ························································· 1
B. Kepentingan Utama SCM········································································ 3
C. Definisi ···································································································· 4
D. Sejarah singkat························································································ 5
E. Komponen Utama SCM ········································································· 7
F. Rangkuman Materi ················································································· 9
BAB 2 STRATEGI DALAM SCM ······································································ 11
A. Model Rantai Pasokan ·········································································· 11
B. Strategi Global dan Lokal ······································································ 15
C. Kemitraan dan Kolaborasi ···································································· 20
D. Studi Kasus I ·························································································· 23
E. Studi Kasus II ························································································· 25
F. Rangkuman Materi ··············································································· 26
BAB 3 PENGADAAN DAN PEMBELIAN ··························································· 29
A. Proses Pengadaan dalam Rantai Pasokan ············································ 29
B. Strategi Pembelian ··············································································· 33
C. Negosiasi dan Kontrak dengan Pemasok ·············································· 36
D. Etika dan Kepatuhan dalam Pengadaan ··············································· 39
E. Rangkuman Materi ··············································································· 41
BAB 4 PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN ········································· 43
A. Pengukuran Kinerja ·············································································· 43
B. Efisiensi Biaya ······················································································· 44
C. Waktu Siklus ························································································· 46
D. Kualitas Produk dan Layanan ································································ 47
E. Ketepatan Waktu Pengiriman ······························································ 49
F. Peningkatan dan Optimalisasi Kinerja ·················································· 50
G. Rangkuman Materi ··············································································· 52
iv
BAB 5 MANAJEMEN WAKTU PEMENUHAN (LEAD TIME)······························· 53
A. Apa itu Lead time? ················································································ 53
B. Strategi Pengurangan Lead time ·························································· 54
C. Teknologi dalam Manajemen Lead time ·············································· 56
D. Studi Kasus ···························································································· 58
E. Rangkuman Materi ··············································································· 59
F. Pertanyaan Studi Kasus ········································································ 60
BAB 6 FENOMENA BULLWHIP EFFECT ··························································· 61
A. Pengenalan Bullwhip Effect ·································································· 61
B. Strategi Mitigasi Bullwhip Effect ··························································· 62
C. Studi Kasus ···························································································· 64
D. Rangkuman Materi ··············································································· 66
BAB 7 MANAJEMEN RISIKO ·········································································· 69
A. Identifikasi dan Penilaian Risiko ··························································· 69
B. Rangkuman Materi ··············································································· 72
BAB 8 PENUTUP ··························································································· 75
A. Rekomendasi Pembelajaran ································································· 75
B. Rekomendasi Penelitian ······································································· 76
C. Penutup ································································································ 77
DAFTAR PUSTAKA ························································································ 79
GLOSARIUM ································································································· 81
PROFIL PENULIS ·························································································· 83
v
Kekayaan Adalah Saat Kita Merasa Cukup
Dengan Apa Yang Kita Miliki.
Kemiskinan Adalah Saat Kita Merasa
Kurang Dengan Apa Yang Kita Miliki.
vi
BAB
1
KONSEP DASAR SUPPLY
CHAIN MANAGEMENT
A. MENGAPA HARUS MEMPELAJARI SCM
Dalam era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat,
pemahaman yang mendalam tentang SCM menjadi krusial. Setiap item ini
menyoroti aspek penting dari SCM dan mengapa memahaminya adalah
krusial dalam konteks bisnis modern. Dari optimalisasi proses bisnis hingga
peningkatan kinerja, ketahanan terhadap risiko, dan keberlanjutan, SCM
menyediakan alat dan teknik yang diperlukan untuk bersaing dan berhasil
dalam ekonomi global yang saling terkait. Pemahaman yang mendalam
tentang prinsip-prinsip ini memungkinkan perusahaan untuk merespons
dengan cepat terhadap perubahan dalam pasar, mengelola sumber daya
dengan lebih efisien, dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan
pemasok dan pelanggan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
mempelajari SCM menjadi penting:
1. Optimalisasi Proses Bisnis:
SCM membantu dalam mengintegrasikan berbagai proses bisnis, mulai
dari pengadaan bahan baku hingga distribusi produk akhir. Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan lebih efisien dan efektif.
SCM memainkan peran penting dalam mengintegrasikan berbagai proses
bisnis, mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi produk akhir.
Dengan mengkoordinasikan aktivitas ini, perusahaan dapat mengurangi
pemborosan, meningkatkan efisiensi, dan memastikan bahwa sumber daya
digunakan dengan cara yang paling efektif. Hal ini mencakup penjadwalan
yang tepat, manajemen inventaris yang cerdas, dan penggunaan teknologi
canggih untuk melacak dan mengontrol aliran barang dan informasi.
2. Peningkatan Kinerja:
Melalui pengelolaan rantai pasokan yang efektif, perusahaan dapat
meningkatkan kinerja mereka dalam hal waktu pengiriman, kualitas produk,
dan pengendalian biaya. SCM memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan kinerja mereka dalam berbagai aspek. Ini termasuk
pengurangan waktu pengiriman melalui perencanaan rute yang lebih baik,
peningkatan kualitas produk melalui kontrol kualitas yang lebih ketat, dan
pengendalian biaya melalui negosiasi yang lebih baik dengan pemasok.
Dengan demikian, perusahaan dapat memenuhi atau bahkan melampaui
harapan pelanggan, sementara pada saat yang sama menjaga biaya tetap
terkendali.
3. Ketahanan terhadap Risiko:
Pemahaman tentang SCM memungkinkan perusahaan untuk
mengidentifikasi dan mengelola risiko yang mungkin muncul dalam rantai
pasokan, seperti gangguan pasokan atau fluktuasi harga. Dalam dunia bisnis
yang kompleks dan saling terkait, risiko adalah keniscayaan. SCM membantu
perusahaan mengidentifikasi potensi risiko dalam rantai pasokan, seperti
gangguan pasokan, fluktuasi harga, atau perubahan regulasi.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang sumber-sumber risiko ini,
perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengurangi dampaknya,
seperti diversifikasi pemasok atau pembuatan cadangan inventaris.
4. Keberlanjutan:
SCM yang baik memungkinkan perusahaan untuk mengoperasikan bisnis
mereka dengan cara yang lebih berkelanjutan, dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lingkungan dan sosial dalam pengambilan keputusan. SCM yang
efektif mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan sosial dalam
pengambilan keputusan. Ini mencakup pemilihan pemasok yang bertanggung
2 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
jawab, penggunaan bahan yang berkelanjutan, dan pengurangan limbah
melalui pengemasan yang lebih efisien.
B. KEPENTINGAN UTAMA SCM
Kepentingan utama dari SCM dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Koordinasi dan Kolaborasi:
SCM memfasilitasi koordinasi dan kolaborasi antara berbagai pihak dalam
rantai pasokan, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan pengecer.
Contoh: Sebuah perusahaan manufaktur mobil bekerja sama dengan
berbagai pemasok komponen. Melalui SCM, perusahaan tersebut dapat
mengkoordinasikan jadwal produksi dengan ketersediaan komponen dari
pemasok, memastikan bahwa tidak ada keterlambatan atau kekurangan stok.
Kolaborasi ini memungkinkan produksi yang lancar dan tepat waktu,
mengurangi biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
2. Keunggulan Kompetitif:
Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip SCM dengan sukses
seringkali menikmati keunggulan kompetitif dalam pasar. Hal ini dapat
mencakup peningkatan reputasi merek, loyalitas pelanggan, dan pangsa pasar.
Contoh: Sebuah perusahaan ritel online menggunakan SCM untuk
menawarkan pengiriman hari yang sama kepada pelanggannya. Dengan
mengintegrasikan informasi dari gudang, distributor, dan kurir, perusahaan
tersebut dapat memproses pesanan dengan cepat dan efisien. Hal ini
memberikan keunggulan kompetitif dalam pasar yang kompetitif, di mana
kecepatan pengiriman bisa menjadi faktor penentu dalam pilihan pelanggan.
3. Adaptasi terhadap Perubahan:
Dalam lingkungan bisnis yang dinamis, kemampuan untuk beradaptasi
dengan cepat terhadap perubahan adalah kunci. SCM memberikan kerangka
kerja untuk merespons perubahan dalam permintaan pasar, regulasi, dan
kondisi ekonomi. Contoh: Selama pandemi global, banyak perusahaan
mengalami gangguan dalam rantai pasokan mereka. Perusahaan yang
memiliki sistem SCM yang kuat dapat dengan cepat mengidentifikasi masalah
dan menemukan alternatif, seperti pemasok cadangan atau rute pengiriman
Konsep Dasar Supply Chain Management | 3
alternatif. Contohnya, perusahaan farmasi yang dapat beralih ke pemasok
bahan baku alternatif untuk terus memproduksi obat-obatan penting.
4. Penciptaan Nilai:
Melalui integrasi dan optimalisasi rantai pasokan, SCM membantu dalam
menciptakan nilai tambah bagi pelanggan, pemegang saham, dan pihak lain
yang berkepentingan. Contoh: Sebuah perusahaan makanan bekerja sama
dengan petani lokal untuk menyediakan produk organik segar. Melalui SCM,
perusahaan tersebut dapat melacak produk dari ladang hingga toko,
memastikan kualitas dan kesegaran. Hal ini menciptakan nilai tambah bagi
pelanggan yang mencari produk organik dan berkelanjutan, dan
memungkinkan perusahaan untuk membangun reputasi yang kuat dalam
niche pasar tersebut.
Dengan demikian, SCM bukan hanya tentang pengelolaan alur barang dan
jasa, tetapi juga tentang pengelolaan hubungan, informasi, dan sumber daya
keuangan. Pemahaman yang kuat tentang SCM adalah aset berharga bagi
individu dan organisasi yang berkeinginan untuk berhasil dalam ekonomi
global yang saling terkait. Dalam konteks yang semakin kompleks dan dinamis,
kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dengan sukses dapat
menjadi faktor penentu dalam kesuksesan jangka panjang perusahaan.
C. DEFINISI
Supply Chain Management (SCM) adalah konsep yang kompleks dan
berbagai ahli telah mendefinisikannya dalam cara yang berbeda.
1. Definisi dari Council of Supply Chain Management Professionals (CSCMP):
SCM adalah serangkaian aktivitas yang terkoordinasi yang terintegrasi
dengan fungsi bisnis lain untuk mencapai efisiensi operasional dan
memberikan nilai tambah kepada pelanggan.
2. Definisi dari Institute for Supply Management (ISM):
SCM melibatkan koordinasi dan kolaborasi dengan pemasok, perantara,
penyedia layanan pihak ketiga, dan pelanggan untuk memenuhi
permintaan produk dan layanan dengan cara yang efektif dan efisien.
4 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
3. Definisi dari Harvard Business Review (HBR):
SCM adalah integrasi dari aktivitas utama bisnis melalui peningkatan
aliran informasi yang menghasilkan nilai bagi konsumen dan pemangku
kepentingan lainnya.
4. Definisi dari Chopra dan Meindl:
SCM adalah koordinasi sistematis dan strategis dari fungsi bisnis
tradisional dan taktik lintas perusahaan dalam rantai pasokan untuk
meningkatkan kinerja jangka panjang dari perusahaan dan rantai pasokan
secara keseluruhan.
Berdasarkan empat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa SCM adalah
proses terintegrasi dan terkoordinasi yang melibatkan berbagai pihak dalam
rantai pasokan, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan.
Proses ini bertujuan untuk mencapai efisiensi operasional, meningkatkan
aliran informasi, memberikan nilai tambah kepada pelanggan, dan
meningkatkan kinerja jangka panjang dari perusahaan dan rantai pasokan
secara keseluruhan. Dengan demikian, SCM bukan hanya tentang
pengelolaan alur barang dan jasa, tetapi juga tentang pengelolaan hubungan,
informasi, dan sumber daya keuangan dalam ekosistem bisnis yang saling
terkait.
D. SEJARAH SINGKAT
Sejarah Supply Chain Management (SCM) dapat ditelusuri kembali
beberapa dekade, dengan perkembangan signifikan yang terjadi dalam setiap
periode. Berikut adalah tinjauan sejarah singkat dari SCM, dibagi per dekade,
dengan penekanan pada perusahaan yang dianggap sukses dalam
mengimplementasikannya, termasuk dengan bantuan teknologi informasi.
1. Dekade 1960-an:
Dalam dekade ini, fokus utama adalah pada perbaikan proses produksi
dan efisiensi. Konsep "Just-In-Time" (JIT) diperkenalkan di Jepang, terutama
oleh Toyota. Dengan pendekatan ini, inventaris dikurangi, dan produksi
disesuaikan dengan permintaan. Teknologi informasi masih dalam tahap awal,
tetapi penggunaan komputer dalam manajemen inventaris mulai diterapkan.
Konsep Dasar Supply Chain Management | 5
2. Dekade 1970-an:
Dekade ini menyaksikan munculnya konsep Material Requirements
Planning (MRP). IBM adalah salah satu perusahaan yang berhasil
mengimplementasikan sistem MRP, yang membantu dalam perencanaan
kebutuhan bahan baku berdasarkan permintaan produk akhir. Penggunaan
komputer dalam manajemen rantai pasokan menjadi lebih umum,
memungkinkan perusahaan untuk mengelola data dengan lebih efisien.
3. Dekade 1980-an:
Periode ini ditandai dengan pengembangan MRP menjadi Manufacturing
Resource Planning (MRP II), yang mengintegrasikan lebih banyak fungsi bisnis.
Dell adalah contoh perusahaan yang menggunakan teknologi informasi untuk
mengintegrasikan rantai pasokannya, memungkinkan penyesuaian produk
berdasarkan permintaan pelanggan. Hal ini mengarah pada peningkatan
efisiensi dan kepuasan pelanggan.
4. Dekade 1990-an:
Dekade ini adalah era transformasi bagi SCM, dengan fokus pada integrasi
seluruh rantai pasokan. Konsep SCM modern mulai terbentuk, dan Enterprise
Resource Planning (ERP) menjadi populer.
Perusahaan seperti Procter & Gamble (P&G) berhasil
mengimplementasikan ERP untuk mengintegrasikan rantai pasokan globalnya,
memungkinkan koordinasi yang lebih baik dengan pemasok dan distributor.
1. Dekade 2000-an:
Internet dan teknologi berbasis cloud mulai memainkan peran penting
dalam SCM. Amazon adalah contoh terkemuka dalam menggunakan
teknologi ini untuk mengoptimalkan rantai pasokannya, memungkinkan
pengiriman cepat dan efisien kepada pelanggan. Penggunaan analitik dan alat
prediktif juga mulai tumbuh, memberikan wawasan yang lebih mendalam
tentang tren dan pola permintaan.
6 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
2. Dekade 2010-an:
Big Data, Internet of Things (IoT), dan teknologi canggih lainnya mulai
mengubah cara SCM dioperasikan. Perusahaan seperti Unilever
menggunakan analitik canggih dan alat prediktif untuk memonitor dan
mengoptimalkan rantai pasokannya. Integrasi data real-time dari berbagai
sumber memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap
perubahan dalam permintaan dan kondisi pasar.
E. KOMPONEN UTAMA SCM
Supply Chain Management (SCM) adalah struktur yang kompleks yang
terdiri dari beberapa komponen utama. Setiap komponen ini memainkan
peran penting dalam mengkoordinasikan dan mengoptimalkan aliran barang,
layanan, informasi, dan dana dalam rantai pasokan. Berikut adalah
komponen-komponen utama dalam SCM:
1. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan adalah proses memperoleh bahan baku, barang, dan jasa
yang diperlukan untuk operasi bisnis. Ini mencakup pemilihan pemasok,
negosiasi harga, penandatanganan kontrak, dan manajemen kualitas.
2. Produksi (Manufacturing)
Komponen ini berkaitan dengan proses transformasi bahan baku menjadi
produk jadi. Ini mencakup perencanaan, penjadwalan, kontrol kualitas,
dan pengelolaan sumber daya manusia dan mesin.
3. Distribusi (Distribution)
Distribusi melibatkan pengangkutan produk jadi ke distributor, pengecer,
atau pelanggan akhir. Ini mencakup perencanaan rute, pengelolaan
gudang, pengemasan, dan pengiriman.
4. Gudang (Warehousing)
Gudang adalah tempat penyimpanan produk sebelum didistribusikan.
Manajemen gudang melibatkan pengaturan ruang, pengelolaan
inventaris, pengendalian suhu (jika diperlukan), dan keamanan.
5. Transportasi (Transportation)
Transportasi adalah proses fisik menggerakkan produk dari satu titik ke
titik lain dalam rantai pasokan. Ini mencakup pemilihan modal
transportasi, penjadwalan, pelacakan pengiriman, dan manajemen biaya.
Konsep Dasar Supply Chain Management | 7
6. Manajemen Inventaris (Inventory Management)
Manajemen inventaris berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian
stok barang dalam rantai pasokan. Ini mencakup peramalan permintaan,
pengaturan tingkat stok, dan pengelolaan inventaris yang berlebih atau
usang.
7. Manajemen Informasi (Information Management)
Manajemen informasi adalah tentang pengumpulan, analisis, dan
distribusi data dan informasi yang relevan dalam rantai pasokan.
Teknologi seperti sistem ERP dan analitik canggih memainkan peran kunci
dalam komponen ini.
8. Manajemen Hubungan Pelanggan (Customer Relationship Management -
CRM)
CRM melibatkan pengelolaan interaksi dan hubungan dengan pelanggan.
Ini mencakup pemahaman kebutuhan pelanggan, pelayanan pelanggan,
dan strategi retensi pelanggan.
9. Manajemen Risiko (Risk Management)
Manajemen risiko dalam SCM melibatkan identifikasi, penilaian, dan
mitigasi potensi risiko yang dapat mengganggu aliran rantai pasokan,
seperti gangguan pasokan, fluktuasi harga, atau perubahan regulasi.
10. Pengembalian Produk (Returns Management)
Pengembalian produk atau manajemen retur melibatkan proses
pengembalian produk yang rusak, cacat, atau tidak diinginkan, dan proses
yang terkait dengan penggantian atau pengembalian dana.
Setiap komponen ini saling terkait dan berfungsi bersama untuk
menciptakan rantai pasokan yang efisien dan efektif. Pemahaman dan
pengelolaan yang tepat dari setiap komponen ini adalah kunci untuk
mencapai operasi rantai pasokan yang sukses, yang pada gilirannya dapat
memberikan keunggulan kompetitif dan nilai tambah bagi pelanggan dan
pemangku kepentingan lainnya.
8 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
F. RANGKUMAN MATERI
Bab ini telah menyajikan pandangan menyeluruh tentang Supply Chain
Management (SCM), sebuah konsep yang penting dalam dunia bisnis modern.
Dimulai dengan eksplorasi berbagai definisi SCM, bab ini menggali ke dalam
inti dari apa yang membuat SCM menjadi penting, termasuk optimalisasi
proses bisnis, peningkatan kinerja, ketahanan terhadap risiko, dan
keberlanjutan.
Sejarah SCM juga ditinjau, menyoroti perkembangan kunci dari dekade ke
dekade. Dari pengenalan konsep "Just-In-Time" oleh Toyota pada tahun 1960-
an hingga penggunaan Big Data dan Internet of Things oleh perusahaan
seperti Unilever pada tahun 2010-an, sejarah SCM adalah cerita tentang
inovasi dan adaptasi.
Komponen utama dalam SCM juga dijelaskan, termasuk pengadaan,
produksi, distribusi, gudang, transportasi, manajemen inventaris, manajemen
informasi, manajemen hubungan pelanggan, manajemen risiko, dan
pengembalian produk. Setiap komponen ini saling terkait dan berfungsi
bersama untuk menciptakan rantai pasokan yang efisien dan efektif.
Secara keseluruhan, bab ini menawarkan pandangan yang komprehensif
tentang SCM, menyoroti peranannya dalam mengkoordinasikan dan
mengoptimalkan aliran barang, layanan, informasi, dan dana dalam rantai
pasokan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang prinsip dan teknologi
SCM yang tepat, perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif dan
kesuksesan jangka panjang. Bab ini berfungsi sebagai fondasi untuk
memahami bagaimana SCM dapat diterapkan dalam berbagai konteks
industri dan bisnis, dan bagaimana teknologi informasi telah menjadi
katalisator dalam evolusi dan pertumbuhan SCM.
Konsep Dasar Supply Chain Management | 9
10 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
BAB
2
STRATEGI DALAM SCM
A. MODEL RANTAI PASOKAN
Dalam konteks Supply Chain Management (SCM), pemilihan model rantai
pasokan yang tepat adalah kunci untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
operasional. Berikut adalah penjelasan tentang tiga jenis model rantai
pasokan yang berbeda, serta panduan tentang bagaimana cara memilihnya.
1. Model Rantai Pasokan Lean (Lean Supply Chain Model)
Dalam model rantai pasokan lean, fokus utama adalah pada penghilangan
pemborosan dan peningkatan efisiensi. Dengan pendekatan ini, inventaris
dikurangi, siklus waktu dipersingkat, dan proses yang tidak menambah nilai
dihilangkan. Model ini sering dihubungkan dengan prinsip "Just-In-Time" dan
telah berhasil diterapkan oleh perusahaan seperti Toyota. Pemilihan model
ini biasanya dilakukan ketika tujuan utama adalah mengurangi biaya dan
meningkatkan efisiensi, terutama dalam industri yang menghadapi
persaingan harga yang ketat. Tantangan yang dihadapi:
Risiko Kekurangan Stok:
Dengan fokus pada pengurangan inventaris, model ini dapat
menyebabkan risiko kekurangan stok jika terjadi gangguan dalam rantai
pasokan atau lonjakan permintaan yang tak terduga. Solusi untuk tantangan
ini dapat ditemukan dalam peramalan yang lebih akurat dan pemantauan
real-time inventaris. Dengan menggunakan teknologi analitik canggih,
fluktuasi dalam permintaan dapat diprediksi dengan lebih baik, dan inventaris
dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.
Ketergantungan pada Pemasok:
Koordinasi yang ketat dengan pemasok diperlukan, dan keterlambatan
atau masalah kualitas dari pemasok dapat mengganggu seluruh rantai
pasokan. Melalui pengembangan hubungan yang kuat dengan pemasok dan
implementasi perjanjian tingkat layanan yang jelas, ketergantungan ini dapat
dikelola. Diversifikasi sumber pasokan juga dapat mengurangi risiko.
Kesulitan dalam Menyesuaikan dengan Perubahan Pasar:
Model ini mungkin kurang fleksibel dalam merespons perubahan cepat
dalam permintaan atau preferensi konsumen. Implementasi pendekatan
hibrida yang menggabungkan prinsip lean dengan elemen responsif dapat
memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam merespons perubahan pasar.
2. Model Rantai Pasokan Responsif (Responsive Supply Chain Model)
Model rantai pasokan responsif dirancang untuk merespons dengan
cepat terhadap perubahan dalam permintaan dan kondisi pasar. Dalam
model ini, fleksibilitas dan kecepatan adalah kunci, memungkinkan
perusahaan untuk menyesuaikan produksi dan distribusi sesuai dengan
fluktuasi permintaan. Perusahaan seperti Zara telah menggunakan model ini
untuk merespons tren fashion yang berubah dengan cepat. Pemilihan model
ini biasanya sesuai untuk pasar yang dinamis dan tak terduga, di mana
kecepatan dan adaptasi adalah faktor-faktor kritis. Tantangan yang dihadapi:
Biaya Tinggi:
Menjaga fleksibilitas dan kecepatan respons dapat menimbulkan biaya
yang lebih tinggi dalam hal inventaris, tenaga kerja, dan transportasi.
Optimalisasi proses melalui otomatisasi dan penggunaan teknologi seperti
Artificial Intelligence (AI) dalam perencanaan dapat mengurangi biaya
operasional.
12 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Kompleksitas Manajemen:
Mengelola rantai pasokan yang responsif memerlukan koordinasi dan
komunikasi yang cermat antara berbagai pihak, yang dapat menjadi kompleks
dan memakan waktu. Solusi untuk kompleksitas ini dapat ditemukan dalam
integrasi sistem informasi di seluruh rantai pasokan, memungkinkan
komunikasi dan koordinasi yang lebih mulus antara pihak yang terlibat.
Risiko Over-Responsiveness:
Terlalu cepat merespons fluktuasi pasar yang kecil dapat menyebabkan
keputusan yang kurang tepat dan inefisiensi dalam jangka panjang.
Implementasi analitik prediktif yang canggih dapat membantu dalam
membuat keputusan yang lebih terukur dan tepat waktu, mengurangi risiko
respons yang berlebihan.
3. Model Rantai Pasokan Berkelanjutan (Sustainable Supply Chain Model)
Model rantai pasokan berkelanjutan menekankan pada tanggung jawab
sosial dan lingkungan dalam semua aspek rantai pasokan. Ini mencakup
pemilihan pemasok yang bertanggung jawab, penggunaan bahan yang
berkelanjutan, dan pengurangan jejak karbon. Perusahaan seperti Unilever
telah menerapkan model ini untuk mendukung tujuan keberlanjutan mereka.
Pemilihan model ini biasanya dilakukan ketika ada komitmen kuat terhadap
tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan sering dipandu oleh regulasi,
tekanan konsumen, atau nilai-nilai perusahaan. Tantangan yang dihadapi:
Biaya Implementasi:
Mengadopsi praktik berkelanjutan seringkali memerlukan investasi awal
yang signifikan dalam teknologi, pelatihan, dan sertifikasi. Subsidi pemerintah,
insentif pajak, atau kemitraan dengan organisasi non-pemerintah (NGO)
dapat membantu dalam mengatasi biaya awal dari implementasi
keberlanjutan.
Ketergantungan pada Pemasok Berkelanjutan:
Menemukan dan bekerja sama dengan pemasok yang mematuhi standar
keberlanjutan dapat menjadi tantangan, terutama dalam pasar global.
Pengembangan kriteria seleksi pemasok yang jelas dan audit reguler dapat
Strategi Dalam SCM | 13
memastikan bahwa pemasok mematuhi standar keberlanjutan yang
diinginkan.
Pengukuran dan Pelaporan:
Mengukur dampak keberlanjutan dan melaporkannya kepada pemangku
kepentingan dapat menjadi proses yang kompleks dan memerlukan alat dan
metrik yang tepat. Penggunaan alat pengukuran keberlanjutan yang standar
dan terakreditasi, serta transparansi dalam pelaporan, dapat memfasilitasi
proses pengukuran dan pelaporan.
Setiap model rantai pasokan menawarkan pendekatan yang berbeda
untuk mengelola aliran barang, layanan, dan informasi, dan masing-masing
memiliki tantangan unik yang harus diatasi. Pemahaman tentang tantangan
ini adalah penting dalam merancang dan mengimplementasikan strategi
rantai pasokan yang efektif. Dengan mengidentifikasi dan mengatasi
tantangan ini, perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan dari model
yang dipilih sambil memitigasi potensi risiko dan hambatan.
4. Cara Pemilihan Model Rantai Pasokan
Pemilihan model rantai pasokan yang tepat bergantung pada berbagai
faktor, termasuk sifat pasar, tujuan bisnis, strategi perusahaan, dan faktor
eksternal seperti regulasi dan tekanan sosial. Analisis mendalam tentang
kebutuhan bisnis, peluang, ancaman, dan sumber daya yang tersedia adalah
langkah awal dalam menentukan model yang paling sesuai. Konsultasi dengan
ahli rantai pasokan, penggunaan alat analitik, dan penilaian praktik terbaik
industri juga dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini.
Secara keseluruhan, pemahaman yang mendalam tentang berbagai
model rantai pasokan dan bagaimana cara memilihnya adalah kunci untuk
mengembangkan strategi SCM yang sukses. Dengan memilih model yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnis, perusahaan dapat
membangun rantai pasokan yang efisien, fleksibel, dan berkelanjutan, yang
pada gilirannya mendukung pertumbuhan dan keunggulan kompetitif jangka
panjang.
14 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
B. STRATEGI GLOBAL DAN LOKAL
Dalam konteks Supply Chain Management (SCM), strategi global dan lokal
mengacu pada pendekatan yang berbeda dalam merancang,
mengimplementasikan, dan mengelola rantai pasokan. Kedua strategi ini
memiliki karakteristik unik dan dapat diterapkan berdasarkan kebutuhan,
tujuan, dan lingkungan operasional perusahaan. Berikut adalah penjelasan
tentang strategi global dan lokal dalam SCM:
1. Strategi Global dalam SCM
Strategi global dalam SCM melibatkan pengelolaan rantai pasokan yang
terintegrasi di seluruh dunia. Ini sering diterapkan oleh perusahaan
multinasional yang beroperasi di berbagai negara dan wilayah. Karakteristik
dan pertimbangan utama dari strategi global termasuk:
Standardisasi:
Produk, proses, dan kebijakan sering distandarisasi di seluruh rantai
pasokan global untuk mencapai konsistensi dan efisiensi. Standardisasi dalam
strategi global SCM mengacu pada proses penyelarasan produk, proses, dan
kebijakan di seluruh rantai pasokan global. Ini mencakup standar kualitas,
spesifikasi produk, prosedur operasional, dan lain-lain. Untuk membuat SCM
lebih efektif dan efisien, perusahaan harus mengembangkan dan menerapkan
standar yang konsisten di seluruh operasi global. Ini termasuk pelatihan
karyawan, audit kualitas, dan koordinasi dengan pemasok dan distributor
untuk memastikan kepatuhan.
Contoh Riil: McDonald's adalah contoh perusahaan yang berhasil
menerapkan standardisasi dalam rantai pasokannya. Dari bahan baku hingga
proses memasak, McDonald's memastikan bahwa setiap produk yang
disajikan di seluruh dunia memenuhi standar kualitas yang sama. Hal ini
memungkinkan pengalaman konsumen yang konsisten di berbagai negara.
Ekonomi Skala:
Dengan mengoperasikan pada skala global, perusahaan dapat mencapai
ekonomi skala dalam pembelian, produksi, dan distribusi. Ekonomi skala
mengacu pada pengurangan biaya per unit yang dicapai melalui peningkatan
volume produksi, pembelian, atau distribusi. Perusahaan harus
merencanakan dan mengkoordinasikan produksi, pembelian, dan distribusi di
Strategi Dalam SCM | 15
berbagai pasar untuk mencapai ekonomi skala. Hal ini mungkin melibatkan
negosiasi harga massal dengan pemasok, konsolidasi fasilitas produksi, atau
penggunaan distribusi terpusat.
Contoh Riil: Walmart, sebagai salah satu pengecer terbesar di dunia,
memanfaatkan ekonomi skala dalam pembelian produk. Dengan volume
pembelian yang besar, Walmart dapat menegosiasikan harga yang lebih
rendah dengan pemasok, yang kemudian dapat diteruskan kepada konsumen
dalam bentuk harga yang lebih rendah.
Ketergantungan pada Pasar Global:
Strategi ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang regulasi,
budaya, dan dinamika pasar di berbagai negara. Strategi global memerlukan
pemahaman dan penyesuaian terhadap regulasi, budaya, dan dinamika pasar
di berbagai negara. Untuk mengelola ketergantungan ini, perusahaan harus
melakukan riset pasar yang mendalam, bekerja sama dengan mitra lokal, dan
mematuhi regulasi perdagangan internasional. Pemahaman tentang tarif,
perjanjian perdagangan, dan norma budaya lokal adalah penting.
Contoh Riil: Apple bergantung pada rantai pasokan global yang kompleks
untuk memproduksi produknya. Perusahaan ini harus memahami dan
mematuhi regulasi perdagangan, tarif, dan norma budaya di berbagai negara
tempat pemasok, produsen, dan konsumen berada.
Teknologi dan Integrasi Informasi:
Teknologi canggih diperlukan untuk mengintegrasikan operasi di berbagai
lokasi dan memastikan aliran informasi yang lancar. Integrasi informasi
melibatkan penggunaan teknologi untuk mengkoordinasikan aliran informasi
di seluruh rantai pasokan global. Perusahaan harus menginvestasikan dalam
sistem teknologi seperti Enterprise Resource Planning (ERP) yang
memungkinkan integrasi data real-time antara pemasok, produsen,
distributor, dan pelanggan. Ini membantu dalam pengambilan keputusan
yang tepat waktu dan koordinasi yang lebih baik.
Contoh Riil: Procter & Gamble (P&G) menggunakan sistem ERP canggih
untuk mengintegrasikan informasi di seluruh rantai pasokannya. Ini
memungkinkan P&G untuk melacak inventaris, permintaan, dan pengiriman
dalam waktu nyata, memastikan efisiensi dan responsivitas yang lebih besar.
16 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Risiko dan Kompleksitas:
Mengelola rantai pasokan global dapat menjadi kompleks dan
menimbulkan risiko tambahan, seperti fluktuasi mata uang dan perubahan
regulasi perdagangan. Mengelola rantai pasokan global menimbulkan risiko
dan kompleksitas tambahan, termasuk fluktuasi mata uang, perubahan
regulasi, dan gangguan pasokan.
Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan harus mengembangkan
strategi manajemen risiko yang komprehensif, termasuk diversifikasi sumber
pasokan, lindung nilai terhadap fluktuasi mata uang, dan pemantauan
regulasi yang berkelanjutan. Contoh Riil: Toyota menghadapi gangguan besar
dalam rantai pasokannya setelah gempa bumi dan tsunami di Jepang pada
tahun 2011. Perusahaan ini belajar dari pengalaman tersebut dan
menerapkan strategi diversifikasi sumber pasokan dan peningkatan visibilitas
rantai pasokan untuk mengurangi risiko gangguan serupa di masa depan.
Dalam merancang dan mengimplementasikan strategi global dalam SCM,
perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor yang unik untuk
operasi internasional.
2. Strategi Lokal dalam SCM
Strategi lokal dalam SCM, sebaliknya, berfokus pada pengoptimalan
rantai pasokan dalam pasar atau wilayah tertentu. Ini sering diterapkan oleh
perusahaan yang beroperasi dalam pasar domestik atau regional.
Karakteristik dan pertimbangan utama dari strategi lokal termasuk:
Penyesuaian dengan Pasar Lokal:
Produk, layanan, dan proses dapat disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan dan preferensi konsumen lokal. Penyesuaian dengan pasar lokal
mengacu pada adaptasi produk, layanan, dan proses bisnis untuk memenuhi
kebutuhan, preferensi, dan norma budaya lokal. Perusahaan harus
melakukan riset mendalam tentang pasar lokal, termasuk kebiasaan
konsumen, tren, dan regulasi. Kolaborasi dengan mitra lokal dan pemasok
dapat membantu dalam mengembangkan produk atau layanan yang sesuai
dengan pasar lokal, sehingga meningkatkan penerimaan dan kepuasan
pelanggan.
Strategi Dalam SCM | 17
Contoh Riil: KFC di Cina menyesuaikan menu dan rasa makanannya untuk
menyesuaikan dengan selera lokal. Misalnya, mereka menawarkan nasi
goreng dan sup jagung, yang sesuai dengan preferensi makanan lokal. Hal ini
membantu KFC mendapatkan penerimaan yang lebih besar di pasar Cina.
Ketanggapan yang Lebih Cepat:
Dengan fokus pada pasar lokal, perusahaan dapat merespons lebih cepat
terhadap perubahan dalam permintaan atau kondisi pasar.
Ketanggapan yang lebih cepat dalam strategi lokal mengacu pada
kemampuan perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap
perubahan dalam permintaan atau kondisi pasar lokal. Untuk mencapai
ketanggapan yang lebih cepat, perusahaan harus mengembangkan
infrastruktur rantai pasokan yang fleksibel dan terintegrasi dalam pasar lokal.
Ini mungkin melibatkan penggunaan teknologi untuk pemantauan real-time
dan analisis data, serta kolaborasi erat dengan pemasok dan distributor lokal.
Contoh Riil: Domino's Pizza di India menggunakan pengetahuan lokal
tentang lalu lintas dan pola pengiriman untuk menjamin pengiriman pizza
dalam waktu 30 menit. Dengan memahami dinamika lokal, mereka dapat
merespons dengan cepat terhadap pesanan dan memenuhi janji pengiriman
mereka.
Kolaborasi dengan Pemasok Lokal:
Bekerja sama dengan pemasok lokal dapat memfasilitasi komunikasi dan
koordinasi, serta mendukung ekonomi lokal. Kolaborasi dengan pemasok
lokal berarti bekerja sama dengan pemasok yang berbasis di pasar atau
wilayah yang sama di mana perusahaan beroperasi.
Perusahaan harus mengidentifikasi dan mengembangkan hubungan
dengan pemasok lokal yang dapat memenuhi standar kualitas dan keandalan.
Kolaborasi ini dapat mencakup perjanjian jangka panjang, berbagi informasi,
dan pengembangan bersama produk atau proses.
Contoh Riil: Starbucks di Jepang bekerja sama dengan petani teh lokal
untuk menyediakan teh hijau yang otentik dan berkualitas tinggi. Kolaborasi
ini tidak hanya mendukung industri teh lokal tetapi juga memungkinkan
Starbucks menawarkan produk yang sesuai dengan selera dan tradisi lokal.
18 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Risiko dan Biaya yang Lebih Rendah:
Strategi lokal sering kali menawarkan risiko dan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan operasi global, dengan regulasi dan dinamika pasar
yang lebih mudah dipahami. Strategi lokal sering kali menawarkan risiko dan
biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan operasi global, karena
perusahaan lebih akrab dengan regulasi, dinamika pasar, dan faktor lainnya
dalam pasar lokal. Untuk memanfaatkan keuntungan ini, perusahaan harus
terus memantau dan menilai faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi
operasi, termasuk perubahan regulasi, fluktuasi ekonomi, dan tren sosial.
Penggunaan data dan analitik lokal dapat membantu dalam pengambilan
keputusan yang tepat waktu dan efektif.
Contoh Riil: Unilever di Afrika Selatan berfokus pada pengadaan bahan
baku dari pemasok lokal untuk mengurangi biaya impor dan risiko fluktuasi
mata uang. Dengan memahami dan memanfaatkan sumber daya lokal,
Unilever dapat mengurangi biaya dan risiko yang terkait dengan rantai
pasokan global.
Pilihan antara strategi global dan lokal dalam SCM akan bergantung pada
berbagai faktor, termasuk ukuran perusahaan, sifat produk atau layanan,
struktur pasar, dan tujuan strategis. Strategi global mungkin lebih sesuai
untuk perusahaan besar yang beroperasi dalam banyak pasar, sementara
strategi lokal mungkin lebih efektif untuk perusahaan yang fokus pada pasar
domestik atau regional.
Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana perusahaan di berbagai
industri telah berhasil menerapkan strategi lokal dalam SCM. Dari
penyesuaian menu di KFC hingga kolaborasi dengan petani teh di Starbucks,
pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk lebih efektif dan efisien
dalam melayani pasar lokal. Setiap contoh menawarkan wawasan tentang
bagaimana strategi lokal dapat dirancang dan diimplementasikan dengan
sukses, serta bagaimana tantangan yang mungkin muncul dapat diatasi.
Strategi ini menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang pasar
lokal dan kemampuan untuk merespons dengan cepat dan fleksibel terhadap
kebutuhan dan peluang unik dalam lingkungan tersebut.
Strategi Dalam SCM | 19
C. KEMITRAAN DAN KOLABORASI
1. Strategi Global
Dalam konteks strategi global, "Kemitraan dan Kolaborasi" adalah elemen
penting yang memungkinkan perusahaan untuk mengelola dan
mengoptimalkan rantai pasokan yang kompleks dan tersebar di berbagai
negara dan wilayah. Berikut adalah penjelasan tentang aspek kemitraan dan
kolaborasi dalam strategi global:
1) Pentingnya Kemitraan dan Kolaborasi
Kemitraan dan kolaborasi memungkinkan perusahaan untuk bekerja
sama dengan berbagai pemangku kepentingan dalam rantai pasokan,
termasuk pemasok, distributor, mitra teknologi, dan bahkan pesaing
dalam beberapa kasus. Dalam lingkungan global, kemitraan ini menjadi
penting untuk mengatasi tantangan seperti perbedaan budaya, regulasi,
dan dinamika pasar.
2) Jenis Kemitraan dan Kolaborasi
• Kemitraan Strategis dengan Pemasok: Melibatkan hubungan jangka
panjang dengan pemasok kunci untuk memastikan kualitas, harga,
dan ketersediaan bahan baku.
• Kolaborasi Teknologi: Bekerja sama dengan perusahaan teknologi
untuk mengembangkan atau mengintegrasikan solusi yang
mendukung rantai pasokan global.
• Aliansi dengan Distributor dan Ritel: Mengembangkan hubungan
dengan distributor dan pengecer di berbagai pasar untuk
memfasilitasi distribusi dan penjualan.
3) Manfaat Kemitraan dan Kolaborasi
• Efisiensi dan Optimalisasi: Kemitraan dapat meningkatkan efisiensi
melalui koordinasi yang lebih baik, berbagi sumber daya, dan
negosiasi harga yang lebih baik.
• Inovasi dan Pertumbuhan: Kolaborasi dapat mendorong inovasi
melalui pertukaran pengetahuan dan pengembangan bersama
produk atau proses baru.
• Mitigasi Risiko: Kemitraan dengan pemasok dan distributor lokal
dapat membantu dalam memahami dan mengatasi risiko pasar lokal.
20 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
4) Tantangan dalam Kemitraan dan Kolaborasi
• Pengelolaan Hubungan: Mengelola hubungan antara berbagai pihak
dalam rantai pasokan global dapat menjadi kompleks dan
memerlukan komunikasi yang efektif.
• Pencocokan Budaya dan Tujuan: Menemukan dan menjaga
kemitraan yang sejalan dengan budaya dan tujuan perusahaan dapat
menjadi tantangan.
5) Contoh Riil
• Boeing dan Airbus: Kedua perusahaan ini sering berkolaborasi
dengan pemasok global untuk mengembangkan dan memproduksi
komponen pesawat.
• Unilever dan Pemasok Berkelanjutan: Unilever bekerja sama dengan
pemasok berkelanjutan di seluruh dunia untuk mendukung inisiatif
keberlanjutan mereka.
Kemitraan dan kolaborasi dalam strategi global adalah alat penting untuk
mencapai efisiensi, inovasi, dan pertumbuhan dalam rantai pasokan yang
kompleks dan global. Dengan bekerja sama dengan berbagai pemangku
kepentingan, perusahaan dapat memanfaatkan keahlian, sumber daya, dan
peluang lokal sambil menjaga visi dan tujuan global.
2. Strategi Lokal
Dalam konteks strategi lokal, "Kemitraan dan Kolaborasi" berfungsi
sebagai alat yang memungkinkan perusahaan untuk bekerja sama dengan
pemangku kepentingan dalam pasar atau wilayah tertentu. Ini membantu
dalam memahami dan memenuhi kebutuhan lokal dengan lebih efektif.
Berikut adalah penjelasan tentang aspek kemitraan dan kolaborasi dalam
strategi lokal:
1) Pentingnya Kemitraan dan Kolaborasi
Dalam strategi lokal, kemitraan dan kolaborasi membantu perusahaan
dalam berinteraksi dan berkolaborasi dengan pemasok, distributor, dan
mitra lainnya yang berbasis di pasar lokal. Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk lebih cepat merespons perubahan pasar dan lebih
efektif dalam memenuhi kebutuhan lokal.
Strategi Dalam SCM | 21
2) Jenis Kemitraan dan Kolaborasi
• Kolaborasi dengan Pemasok Lokal: Bekerja sama dengan pemasok
lokal untuk mendapatkan bahan baku atau produk yang sesuai
dengan standar dan preferensi lokal.
• Kemitraan dengan Penjual atau Ritel Lokal: Mengembangkan
hubungan dengan penjual atau ritel lokal untuk memahami dan
melayani pelanggan dalam pasar tertentu.
• Partisipasi dalam Inisiatif Komunitas: Berkolaborasi dengan
organisasi komunitas atau pemerintah lokal dalam proyek atau
inisiatif yang mendukung masyarakat setempat.
3) Manfaat Kemitraan dan Kolaborasi
• Pemahaman Pasar Lokal: Kolaborasi dengan mitra lokal memberikan
wawasan tentang kebiasaan, preferensi, dan kebutuhan konsumen
lokal.
• Respons yang Cepat: Kemitraan lokal memungkinkan perusahaan
untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan dalam
permintaan atau kondisi pasar.
• Dukungan Komunitas: Berpartisipasi dalam inisiatif lokal dapat
meningkatkan reputasi dan dukungan dari komunitas lokal.
4) Tantangan dalam Kemitraan dan Kolaborasi
• Seleksi dan Manajemen Mitra: Menemukan dan mengelola mitra
yang tepat yang sejalan dengan tujuan dan nilai perusahaan dapat
menjadi tantangan.
• Pencocokan Kualitas dan Standar: Memastikan bahwa produk dan
layanan dari pemasok lokal memenuhi standar kualitas perusahaan
mungkin memerlukan upaya tambahan.
5) Contoh Riil
• Coca-Cola dan Pemasok Air Lokal: Coca-Cola bekerja sama dengan
pemasok air lokal di beberapa pasar untuk memastikan kualitas dan
ketersediaan sumber daya yang penting ini.
• IKEA dan Artisan Lokal: IKEA berkolaborasi dengan pengrajin lokal di
beberapa negara untuk menciptakan produk yang mencerminkan
budaya dan kerajinan setempat.
22 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Kemitraan dan kolaborasi dalam strategi lokal adalah pendekatan yang
berfokus pada pengembangan dan pemeliharaan hubungan dengan
pemangku kepentingan dalam pasar atau wilayah tertentu. Ini membantu
perusahaan dalam memahami dan memenuhi kebutuhan lokal dengan lebih
efektif, sambil mendukung komunitas dan ekonomi lokal. Meskipun ada
tantangan dalam mengelola kemitraan ini, manfaat dalam hal pemahaman
pasar, responsivitas, dan dukungan komunitas menjadikannya strategi
penting dalam operasi lokal yang sukses.
D. STUDI KASUS I
Model Lean adalah pendekatan yang berfokus pada penghilangan
pemborosan dan peningkatan efisiensi melalui perbaikan berkelanjutan.
Dalam konteks strategi lokal untuk perusahaan manufaktur yang
memproduksi furnitur, penerapan model Lean dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pentingnya Kemitraan dan Kolaborasi Lokal
Perusahaan bekerja sama dengan pemasok kayu dan bahan baku lainnya
yang berbasis lokal. Kolaborasi ini memungkinkan perusahaan untuk
memahami ketersediaan dan kualitas bahan, serta untuk merespons
dengan cepat terhadap perubahan dalam permintaan atau kondisi pasar.
2. Jenis Kemitraan dan Kolaborasi Lokal
• Kolaborasi dengan Pemasok Kayu Lokal: Perusahaan berkolaborasi
dengan pemasok kayu lokal untuk mendapatkan kayu berkualitas
tinggi yang dipanen secara berkelanjutan.
• Kemitraan dengan Toko Ritel Lokal: Perusahaan bekerja sama
dengan toko furnitur lokal untuk mendistribusikan produk,
memahami preferensi pelanggan, dan menyesuaikan desain sesuai
kebutuhan pasar lokal.
3. Manfaat dari Model Lean dengan Strategi Lokal
• Pemahaman Pasar Lokal: Dengan bekerja sama dengan mitra lokal,
perusahaan dapat memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan
lokal, memungkinkan desain dan produksi furnitur yang lebih sesuai.
Strategi Dalam SCM | 23
• Respons yang Cepat: Kolaborasi dengan pemasok lokal
memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap
perubahan dalam permintaan, mengurangi waktu tunggu dan
inventaris yang berlebihan.
• Dukungan Komunitas: Dengan menggunakan bahan baku lokal dan
mendukung bisnis lokal, perusahaan dapat membangun reputasi
positif dalam komunitas.
4. Tantangan dalam Penerapan Model Lean Lokal
• Seleksi dan Manajemen Mitra: Menemukan pemasok dan distributor
yang tepat yang sejalan dengan nilai dan standar perusahaan
mungkin menantang.
• Pencocokan Kualitas dan Standar: Memastikan bahwa bahan baku
dari pemasok lokal memenuhi standar kualitas perusahaan mungkin
memerlukan upaya tambahan dalam inspeksi dan kontrol kualitas.
5. Contoh Penerapan
• Kolaborasi dengan Pemasok Kayu Berkelanjutan: Perusahaan
bekerja sama dengan pemasok kayu lokal yang berkomitmen
terhadap praktik berkelanjutan, memastikan ketersediaan kayu
berkualitas tinggi tanpa merusak lingkungan setempat.
• Desain yang Disesuaikan dengan Pasar Lokal: Perusahaan
berkolaborasi dengan toko furnitur lokal untuk mengembangkan
desain yang mencerminkan selera dan kebutuhan pelanggan lokal,
seperti furnitur yang cocok untuk ukuran rumah atau gaya hidup
setempat.
Penerapan model Lean dengan strategi lokal dalam perusahaan
manufaktur furnitur menciptakan pendekatan yang berfokus pada pasar dan
komunitas lokal. Dengan kolaborasi erat dengan pemasok dan distributor
lokal, perusahaan dapat mengurangi pemborosan, meningkatkan efisiensi,
dan menciptakan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar lokal.
24 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
E. STUDI KASUS II
Model Responsive dalam rantai pasokan berfokus pada kemampuan
untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan dalam permintaan atau
kondisi pasar. Dalam konteks strategi global untuk perusahaan pengolahan
ikan sardine yang berorientasi ekspor, dengan semua pemasok dan lokasi
pabrik berada di Indonesia, penerapan model Responsive dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pentingnya Kemitraan dan Kolaborasi Global
Meskipun pemasok dan pabrik berada di Indonesia, perusahaan
berorientasi ekspor dan harus bekerja sama dengan distributor, pengecer,
dan mitra lainnya di pasar global. Kolaborasi ini memungkinkan
perusahaan untuk memahami dinamika pasar global dan merespons
dengan cepat terhadap perubahan dalam permintaan.
2. Jenis Kemitraan dan Kolaborasi Global
• Kemitraan dengan Distributor Global: Perusahaan bekerja sama
dengan distributor di berbagai negara tujuan ekspor untuk
memahami permintaan dan preferensi pelanggan.
• Kolaborasi dengan Penjual Ritel Global: Perusahaan berkolaborasi
dengan penjual ritel di pasar global untuk memastikan distribusi yang
tepat waktu dan efisien.
• Integrasi Teknologi dengan Mitra Global: Perusahaan menggunakan
teknologi untuk mengintegrasikan informasi dan proses dengan mitra
global, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap perubahan
pasar.
3. Manfaat dari Model Responsive dengan Strategi Global
• Ketanggapan Pasar Global: Dengan kemitraan global, perusahaan
dapat merespons dengan cepat terhadap perubahan dalam
permintaan atau tren di pasar global, seperti permintaan meningkat
untuk produk organik atau berkelanjutan.
• Optimalisasi Inventaris: Kolaborasi dengan distributor global
memungkinkan perusahaan untuk mengelola inventaris dengan lebih
efisien, mengurangi biaya penyimpanan dan risiko produk usang.
Strategi Dalam SCM | 25
• Pengembangan Produk yang Disesuaikan: Pemahaman tentang
preferensi pasar global memungkinkan perusahaan untuk
mengembangkan produk yang sesuai dengan selera dan kebutuhan
pelanggan di berbagai negara.
4. Tantangan dalam Penerapan Model Responsive Global
• Kompleksitas Pengelolaan Hubungan: Mengelola hubungan dengan
berbagai mitra di pasar global dapat menjadi kompleks dan
memerlukan koordinasi yang cermat.
• Risiko dan Regulasi Ekspor: Perusahaan harus memahami dan
mematuhi regulasi ekspor dan standar kualitas di berbagai negara,
yang dapat menambah kompleksitas dan risiko.
5. Contoh Penerapan
• Kemitraan dengan Distributor Eropa: Perusahaan berkolaborasi
dengan distributor di Eropa untuk memahami preferensi pelanggan
dan menyesuaikan produk, seperti ikan sardine dalam saus tomat
organik.
• Integrasi Teknologi dengan Ritel AS: Perusahaan menggunakan
teknologi untuk berbagi informasi real-time dengan penjual ritel di AS,
memungkinkan penyesuaian cepat terhadap perubahan permintaan.
Penerapan model Responsive dengan strategi global dalam perusahaan
pengolahan ikan sardine yang berorientasi ekspor memungkinkan
perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap dinamika pasar global.
Meskipun semua pemasok dan pabrik berada di Indonesia, kemitraan dan
kolaborasi global memungkinkan perusahaan untuk memahami dan
memenuhi kebutuhan pelanggan di berbagai negara. Dengan fokus pada
ketanggapan, optimalisasi inventaris, dan pengembangan produk yang
disesuaikan, perusahaan dapat bersaing dengan efektif dalam pasar global,
sambil mengelola tantangan dan risiko yang terkait dengan operasi ekspor.
F. RANGKUMAN MATERI
Dalam bab ini, berbagai aspek strategi dalam Manajemen Rantai Pasokan
(SCM) telah dijelaskan, dengan fokus pada model Lean dan Responsive, serta
pendekatan global dan lokal.
26 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Pada awalnya, diberikan penjelasan tentang model Rantai Pasokan dan
bagaimana cara memilihnya. Tantangan dan solusi untuk setiap model juga
diuraikan. Selanjutnya, strategi global dan lokal dalam konteks SCM dibahas
secara mendalam. Dalam strategi global, penekanan diberikan pada
standardisasi, ekonomi skala, ketergantungan pada pasar global, teknologi,
dan manajemen risiko. Sementara dalam strategi lokal, fokusnya adalah pada
penyesuaian dengan pasar lokal, ketanggapan yang lebih cepat, kolaborasi
dengan pemasok lokal, dan pengurangan risiko dan biaya.
Kemitraan dan kolaborasi, baik dalam konteks global maupun lokal,
menjadi tema sentral dalam bab ini. Dalam strategi global, kemitraan dan
kolaborasi membantu dalam mengelola rantai pasokan yang kompleks dan
tersebar di berbagai negara. Di sisi lain, dalam strategi lokal, kemitraan dan
kolaborasi memungkinkan perusahaan untuk lebih efektif dalam melayani
pasar lokal.
Dua contoh aplikasi dari model Lean dan Responsive juga disajikan.
Contoh pertama menunjukkan bagaimana perusahaan manufaktur furnitur di
Indonesia dapat menerapkan model Lean dengan strategi lokal, dengan fokus
pada pengurangan pemborosan dan peningkatan efisiensi. Contoh kedua
menggambarkan bagaimana perusahaan pengolahan ikan sardine yang
berorientasi ekspor dapat menerapkan model Responsive dengan strategi
global, dengan fokus pada ketanggapan terhadap perubahan pasar global.
Secara keseluruhan, bab ini menyediakan pandangan yang komprehensif
tentang berbagai strategi dalam SCM, dengan penekanan pada bagaimana
strategi-strategi ini dapat diaplikasikan dalam konteks bisnis yang berbeda.
Melalui analisis yang mendalam dan contoh konkret, pembaca diberikan
pemahaman yang kuat tentang bagaimana strategi dalam SCM dapat
dirancang dan diimplementasikan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi
dalam operasi bisnis.
Strategi Dalam SCM | 27
28 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
BAB
3
PENGADAAN DAN PEMBELIAN
A. PROSES PENGADAAN DALAM RANTAI PASOKAN
Proses pengadaan adalah langkah-langkah yang diambil perusahaan
untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan untuk operasinya.
Berikut adalah lima item utama dalam proses pengadaan:
1. Identifikasi Kebutuhan
Proses pengadaan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang tepat
untuk barang atau jasa yang akan diperoleh. Hal ini melibatkan analisis
terhadap kebutuhan operasional, spesifikasi produk, kuantitas yang
diperlukan, dan waktu pengiriman. Identifikasi yang tepat membantu dalam
memastikan bahwa pembelian sesuai dengan kebutuhan bisnis.
Dalam model Lean, identifikasi kebutuhan dilakukan dengan cermat
untuk memastikan bahwa hanya barang dan jasa yang benar-benar
diperlukan yang diperoleh. Analisis mendalam tentang kebutuhan
operasional, spesifikasi produk, dan kuantitas yang diperlukan dilakukan.
Dengan demikian, pembelian yang berlebihan atau tidak perlu dihindari, dan
sumber daya dialokasikan dengan lebih efisien.
Dalam model Responsive, identifikasi kebutuhan dilakukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi dalam permintaan dan kondisi pasar. Analisis
yang dinamis dan responsif terhadap perubahan kebutuhan pelanggan dan
tren pasar dilakukan. Dengan demikian, perusahaan dapat merespons dengan
cepat terhadap perubahan dalam kebutuhan, memastikan bahwa pembelian
selalu sesuai dengan kondisi pasar yang berubah.
Dalam model Sustainable, identifikasi kebutuhan melampaui aspek
fungsional dan ekonomi untuk memasukkan pertimbangan lingkungan dan
sosial. Kebutuhan untuk produk yang ramah lingkungan, etis diproduksi, atau
bersumber lokal mungkin dipertimbangkan. Dengan demikian, keputusan
pembelian mencerminkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan.
2. Seleksi Pemasok
Setelah kebutuhan diidentifikasi, perusahaan perlu menilai dan memilih
pemasok yang tepat. Proses ini melibatkan penelitian pasar, evaluasi
potensial pemasok, negosiasi harga, dan penilaian terhadap kualitas,
kapabilitas produksi, keandalan, dan kepatuhan terhadap standar etis dan
lingkungan.
Seleksi pemasok dalam konteks Lean melibatkan evaluasi yang ketat
terhadap potensi pemasok dalam hal efisiensi, kualitas, dan keandalan.
Negosiasi harga dan penilaian terhadap kepatuhan standar dilakukan dengan
tujuan mengurangi biaya dan risiko. Dengan cara ini, pemasok yang paling
sesuai dengan prinsip Lean dipilih, mendukung operasi yang lebih ramping
dan efisien.
Seleksi pemasok dalam konteks Responsive melibatkan penilaian
terhadap fleksibilitas, kecepatan, dan adaptabilitas pemasok. Kriteria seperti
waktu pengiriman yang cepat, kapabilitas produksi yang fleksibel, dan
kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan permintaan menjadi
penting. Dengan cara ini, pemasok yang dapat mendukung operasi yang
responsif dipilih, memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan cepat
terhadap perubahan pasar.
Seleksi pemasok dalam konteks Sustainable melibatkan evaluasi terhadap
praktik keberlanjutan pemasok, termasuk penggunaan sumber daya, emisi,
kesejahteraan pekerja, dan tanggung jawab sosial. Kriteria seperti sertifikasi
lingkungan, kepatuhan terhadap standar tenaga kerja, dan transparansi
menjadi penting. Dengan cara ini, pemasok yang sejalan dengan tujuan
keberlanjutan perusahaan dipilih.
30 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
3. Pembuatan dan Pengiriman Pesanan
Setelah pemasok dipilih, perusahaan akan membuat dan mengirimkan
pesanan pembelian (PO). PO adalah dokumen resmi yang mencakup detail
seperti deskripsi produk, kuantitas, harga, syarat pembayaran, dan tanggal
pengiriman. Pengiriman pesanan yang tepat waktu dan akurat adalah kunci
untuk memastikan bahwa barang atau jasa diterima sesuai jadwal.
Proses pembuatan dan pengiriman pesanan dalam model Lean
dioptimalkan untuk mengurangi waktu dan upaya. Penggunaan teknologi dan
otomatisasi mungkin diterapkan untuk mempercepat proses dan mengurangi
kesalahan manusia. Dengan demikian, pesanan dibuat dan dikirimkan dengan
lebih cepat dan akurat, mendukung aliran kerja yang lancar.
Proses pembuatan dan pengiriman pesanan dalam model Responsive
dirancang untuk fleksibilitas dan kecepatan. Sistem yang terintegrasi dan
otomatisasi mungkin digunakan untuk memungkinkan perubahan cepat
dalam pesanan dan komunikasi real-time dengan pemasok. Dengan demikian,
pesanan dapat disesuaikan dan dikirimkan dengan cepat sesuai dengan
perubahan dalam permintaan atau kondisi pasar.
Proses pembuatan dan pengiriman pesanan dalam model Sustainable
mungkin mempertimbangkan dampak lingkungan dari pengiriman dan
kemasan. Pilihan untuk pengiriman yang efisien energi, kemasan yang dapat
didaur ulang, atau penggunaan teknologi digital untuk mengurangi
penggunaan kertas mungkin diimplementasikan. Dengan demikian, dampak
lingkungan dari proses pengadaan diminimalkan.
4. Penerimaan dan Inspeksi
Setelah barang diterima, proses penerimaan dan inspeksi dilakukan untuk
memastikan bahwa barang sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan
bebas dari cacat. Inspeksi dapat melibatkan pemeriksaan fisik, pengujian
kualitas, dan verifikasi dokumen. Ketidaksesuaian dapat mengakibatkan
penolakan atau perbaikan barang.
Dalam model Lean, penerimaan dan inspeksi dilakukan dengan cara yang
efisien untuk memastikan bahwa barang sesuai dengan spesifikasi tanpa
membuang waktu atau sumber daya. Inspeksi mungkin disederhanakan atau
diotomatisasi, dan prosedur yang jelas diikuti untuk menangani
Pengadaan dan Pembelian | 31
ketidaksesuaian. Dengan demikian, barang diterima dan diperiksa dengan
cepat dan efektif, tanpa menghambat operasi lainnya.
Dalam model Responsive, penerimaan dan inspeksi dilakukan dengan
cara yang memungkinkan penyesuaian cepat terhadap perubahan dalam
kualitas atau spesifikasi. Proses yang agil dan responsif terhadap perubahan
dalam spesifikasi atau standar kualitas diimplementasikan. Dengan demikian,
barang dapat diterima dan diperiksa dengan fleksibilitas, memungkinkan
perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan.
Dalam model Sustainable, penerimaan dan inspeksi melibatkan verifikasi
terhadap kepatuhan produk terhadap standar keberlanjutan yang disepakati.
Pemeriksaan terhadap sertifikasi lingkungan, bahan yang digunakan, dan
kondisi produksi mungkin dilakukan. Dengan demikian, hanya produk yang
memenuhi kriteria keberlanjutan yang diterima.
5. Pembayaran dan Penilaian Kinerja Pemasok
Setelah penerimaan dan inspeksi, proses pembayaran dilakukan sesuai
dengan syarat dan kondisi yang disepakati. Pembayaran yang tepat waktu
adalah bagian penting dari hubungan yang baik dengan pemasok. Selain itu,
penilaian kinerja pemasok dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa
pemasok terus memenuhi standar dan ekspektasi perusahaan.
Proses pembayaran dan penilaian kinerja pemasok dalam model Lean
dioptimalkan untuk efisiensi. Pembayaran mungkin diotomatisasi, dan
penilaian kinerja dilakukan secara berkala dengan menggunakan metrik yang
jelas dan objektif. Dengan demikian, hubungan dengan pemasok
dipertahankan dan ditingkatkan tanpa pemborosan waktu atau upaya yang
tidak perlu.
Proses pembayaran dan penilaian kinerja pemasok dalam model
Responsive dirancang untuk mendukung hubungan yang dinamis dengan
pemasok. Sistem pembayaran yang fleksibel dan penilaian kinerja yang
berfokus pada responsivitas dan adaptabilitas mungkin digunakan. Dengan
demikian, hubungan dengan pemasok dapat dipertahankan dan disesuaikan
sesuai dengan perubahan dalam kebutuhan dan kondisi pasar.
Proses pembayaran dan penilaian kinerja pemasok dalam model
Sustainable mungkin mencakup insentif atau syarat yang terkait dengan
keberlanjutan. Penilaian kinerja mungkin mencakup metrik terkait
32 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
keberlanjutan, seperti pengurangan emisi atau kontribusi terhadap
komunitas lokal. Dengan demikian, hubungan dengan pemasok mendukung
dan mendorong praktik keberlanjutan.
Proses pengadaan dalam rantai pasokan adalah serangkaian langkah yang
terstruktur yang melibatkan identifikasi kebutuhan, seleksi pemasok,
pembuatan dan pengiriman pesanan, penerimaan dan inspeksi, serta
pembayaran dan penilaian kinerja pemasok. Setiap langkah dalam proses ini
memerlukan perhatian terhadap detail dan koordinasi yang efektif antara
berbagai pihak yang terlibat. Melalui proses pengadaan yang efisien dan
efektif, perusahaan dapat memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh
sesuai dengan kebutuhan, kualitas, harga, dan waktu pengiriman yang
diharapkan, mendukung operasi bisnis yang lancar dan sukses.
B. STRATEGI PEMBELIAN
Strategi pembelian adalah pendekatan yang berbeda yang dapat diambil
oleh perusahaan dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Pilihan
strategi akan bergantung pada berbagai faktor seperti ukuran perusahaan,
industri, tujuan jangka panjang, dan kondisi pasar. Dengan memahami dan
menerapkan strategi pembelian yang tepat, perusahaan dapat
mengoptimalkan pengeluaran, mengelola risiko, mendukung tujuan bisnis,
dan meningkatkan kinerja keseluruhan dalam rantai pasokan. Strategi ini
dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan bisnis, sumber daya, dan tujuan
jangka panjang. Berikut adalah lima item utama dalam strategi pembelian:
1. Pembelian Volume (Bulk Buying)
Strategi ini melibatkan pembelian barang dalam jumlah besar untuk
mendapatkan diskon volume atau harga yang lebih menguntungkan. Ini
sering digunakan oleh perusahaan besar yang memiliki kebutuhan tinggi
untuk bahan baku atau produk tertentu. Meskipun dapat menghemat biaya,
strategi ini mungkin memerlukan manajemen persediaan yang cermat untuk
menghindari kelebihan stok. Hambatan yang mungkin terjadi:
Pengadaan dan Pembelian | 33
Kelebihan Persediaan:
Membeli dalam jumlah besar dapat menyebabkan kelebihan stok, yang
memerlukan penyimpanan tambahan dan meningkatkan risiko keusangan.
Dengan menerapkan manajemen persediaan yang cermat dan teknologi
pelacakan, kelebihan stok dapat dipantau dan dikendalikan.
Kekurangan Likuiditas:
Investasi besar dalam persediaan dapat mengikat modal, mengurangi
likuiditas perusahaan. Melalui analisis keuangan yang tepat dan perencanaan
modal kerja, likuiditas dapat dipertahankan meskipun melakukan pembelian
dalam jumlah besar.
2. Pembelian Just-in-Time (JIT)
Strategi JIT berfokus pada pembelian barang tepat pada waktunya untuk
produksi atau penjualan, tanpa menyimpan persediaan berlebih. Ini
membantu mengurangi biaya penyimpanan dan risiko keusangan, tetapi
memerlukan koordinasi yang ketat dengan pemasok dan pemahaman yang
mendalam tentang pola permintaan. Hambatan yang mungkin terjadi:
Risiko Ketergantungan Pemasok:
Ketergantungan pada pengiriman tepat waktu meningkatkan risiko
gangguan jika pemasok mengalami keterlambatan. Dengan membangun
hubungan yang kuat dengan pemasok dan memiliki alternatif cadangan, risiko
ketergantungan dapat diminimalkan.
Kurangnya Fleksibilitas:
Kapasitas untuk merespons perubahan mendadak dalam permintaan
mungkin terbatas tanpa persediaan cadangan. Melalui pemantauan
permintaan yang terus-menerus dan komunikasi yang efektif dengan
pemasok, fleksibilitas dapat ditingkatkan dalam sistem JIT.
3. Pembelian Berkelanjutan (Sustainable Procurement)
Strategi ini melibatkan pembelian barang dan jasa yang memenuhi
kriteria keberlanjutan, seperti ramah lingkungan, etis diproduksi, atau
bersumber lokal. Ini mencerminkan komitmen terhadap tanggung jawab
34 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
sosial dan lingkungan dan mungkin menjadi bagian dari strategi merek atau
kepatuhan regulasi. Hambatan yang mungkin terjadi:
Biaya Tinggi:
Produk berkelanjutan mungkin lebih mahal, yang dapat mempengaruhi
margin laba. Dengan melakukan negosiasi jangka panjang dan
mengidentifikasi insentif atau subsidi, biaya produk berkelanjutan dapat
dikelola.
Ketersediaan Terbatas:
Mungkin ada ketersediaan terbatas dari pemasok atau produk yang
memenuhi kriteria keberlanjutan. Melalui penelitian pasar yang menyeluruh
dan pengembangan kemitraan dengan pemasok berkelanjutan, ketersediaan
dapat ditingkatkan.
4. Pembelian Strategis (Strategic Sourcing)
Strategi ini melibatkan analisis mendalam tentang pengeluaran dan
kebutuhan pembelian, dengan tujuan mengidentifikasi peluang penghematan
dan peningkatan efisiensi. Ini mungkin mencakup negosiasi jangka panjang
dengan pemasok, konsolidasi pembelian, atau penggunaan teknologi untuk
mengotomatisasi proses pembelian. Hambatan yang mungkin terjadi:
Kompleksitas Implementasi:
Analisis dan negosiasi yang diperlukan mungkin kompleks dan
memerlukan sumber daya dan keahlian khusus. Dengan menggunakan alat
analisis yang tepat dan konsultasi dengan ahli, kompleksitas dalam
implementasi strategi dapat diatasi.
Resistensi dari Pemasok:
Pemasok mungkin menolak perubahan dalam syarat atau harga yang
dinegosiasikan. Melalui komunikasi terbuka dan negosiasi yang adil, resistensi
dari pemasok dapat diminimalkan.
Pengadaan dan Pembelian | 35
5. Pembelian Global (Global Sourcing)
Strategi ini melibatkan pembelian barang dari pemasok internasional
untuk mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga, kualitas, teknologi,
atau kapabilitas produksi. Meskipun dapat menawarkan keuntungan biaya,
strategi ini mungkin menimbulkan tantangan dalam hal logistik, regulasi, dan
manajemen risiko. Hambatan yang mungkin terjadi:
Tantangan Logistik dan Regulasi:
Mengimpor barang dari luar negeri dapat menimbulkan tantangan dalam
hal pengiriman, bea cukai, dan regulasi. Dengan bekerja sama dengan
perusahaan logistik berpengalaman dan memahami regulasi, tantangan ini
dapat diatasi.
Risiko Mata Uang dan Politik:
Fluktuasi mata uang dan perubahan politik atau regulasi di negara
pemasok dapat menimbulkan risiko tambahan. Melalui penggunaan
instrumen lindung nilai dan pemantauan politik yang terus-menerus, risiko ini
dapat dikelola.
Setiap strategi pembelian memiliki hambatan dan tantangan unik yang
harus dipertimbangkan dan dikelola. Pemahaman yang mendalam tentang
strategi yang dipilih, serta perencanaan dan manajemen yang cermat, dapat
membantu dalam mengatasi hambatan ini. Dengan demikian, perusahaan
dapat memaksimalkan manfaat dari strategi pembelian sambil mengurangi
risiko dan tantangan yang terkait.
C. NEGOSIASI DAN KONTRAK DENGAN PEMASOK
Negosiasi dan kontrak dengan pemasok adalah aspek inti dalam proses
pengadaan yang mempengaruhi hasil transaksi dan hubungan jangka panjang
antara pembeli dan pemasok. Melalui negosiasi yang efektif, perusahaan
dapat mencapai kesepakatan yang menguntungkan dan adil. Dengan kontrak
yang kuat, perusahaan dapat memastikan bahwa semua syarat dan kondisi
dijelaskan dan diikuti, memberikan dasar hukum yang kuat untuk transaksi.
Kedua aspek ini memerlukan keterampilan, persiapan, dan pemahaman yang
36 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
mendalam tentang dinamika yang terlibat, serta komitmen terhadap etika
dan profesionalisme dalam semua interaksi.
1. Negosiasi dengan Pemasok
Negosiasi adalah proses diskusi dan perundingan yang dilakukan antara
pembeli dan pemasok untuk mencapai kesepakatan bersama mengenai
syarat dan kondisi pembelian. Ini adalah langkah penting dalam pengadaan
yang dapat mempengaruhi harga, kualitas, waktu pengiriman, dan banyak
aspek lain dari transaksi. Berikut adalah beberapa elemen kunci dalam
negosiasi:
Persiapan:
Sebelum memulai negosiasi, pembeli harus memahami kebutuhannya,
mengetahui pasar, dan memiliki informasi tentang pemasok, termasuk
kekuatan dan kelemahannya. Dalam persiapan negosiasi, penelitian yang
menyeluruh tentang pemasok, pasar, dan kebutuhan spesifik harus dilakukan.
Pemahaman yang mendalam tentang dinamika yang terlibat menjadi kunci
untuk negosiasi yang sukses.
Komunikasi:
Negosiasi memerlukan komunikasi yang terbuka dan jujur antara kedua
pihak. Hal ini mencakup diskusi tentang kebutuhan, ekspektasi, batasan, dan
tujuan bersama. Dalam komunikasi, kejelasan, kejujuran, dan keterbukaan
harus diutamakan. Setiap ekspektasi dan kebutuhan harus disampaikan
dengan jelas, dan saling pengertian harus dicapai untuk mencegah
kesalahpahaman di masa depan.
Fleksibilitas:
Kedua pihak harus bersedia untuk berkompromi dan menemukan solusi
yang saling menguntungkan. Fleksibilitas dalam negosiasi dapat mengarah
pada hasil yang lebih baik bagi kedua pihak.
Dalam fleksibilitas, kesediaan untuk mendengarkan dan berkompromi
adalah esensial. Solusi yang saling menguntungkan harus dicari, dan kekakuan
dalam posisi dapat menghalangi pencapaian kesepakatan yang adil.
Pengadaan dan Pembelian | 37
Etika dan Profesionalisme:
Negosiasi harus dilakukan dengan etika dan profesionalisme, dengan
menghormati kepentingan dan posisi masing-masing pihak. Dalam etika dan
profesionalisme, integritas dan penghormatan terhadap pihak lain harus
dijaga. Tindakan yang tidak etis atau tidak profesional dapat merusak reputasi
dan hubungan jangka panjang.
2. Kontrak dengan Pemasok
Kontrak adalah perjanjian hukum yang mengikat antara pembeli dan
pemasok yang mencakup syarat dan kondisi transaksi. Ini adalah dokumen
yang penting yang menetapkan hak dan kewajiban kedua pihak dan
memberikan kerangka hukum untuk hubungan tersebut. Berikut adalah
beberapa elemen kunci dalam kontrak:
Syarat dan Kondisi:
Kontrak harus mencakup semua syarat dan kondisi yang relevan,
termasuk harga, kualitas, waktu pengiriman, pembayaran, dan lainnya. Dalam
syarat dan kondisi, kejelasan dan kelengkapan adalah penting. Setiap aspek
transaksi harus dijelaskan dengan detail, dan ambiguitas harus dihindari
untuk mencegah sengketa di masa depan.
Klausul Khusus:
Kontrak mungkin juga mencakup klausul khusus seperti penalti untuk
keterlambatan, syarat keberlanjutan, atau persyaratan kepatuhan lainnya.
Dalam klausul khusus, relevansi dan legalitas harus dipertimbangkan. Setiap
klausul harus sesuai dengan hukum yang berlaku dan relevan dengan
transaksi khusus.
Hak dan Kewajiban:
Kontrak harus jelas menetapkan hak dan kewajiban masing-masing pihak,
termasuk tanggung jawab dalam hal masalah atau sengketa. Dalam hak dan
kewajiban, keseimbangan dan keadilan harus diutamakan. Hak dan kewajiban
kedua pihak harus ditetapkan dengan cara yang adil dan seimbang.
38 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Mekanisme Penyelesaian Sengketa:
Kontrak harus mencakup mekanisme untuk menyelesaikan sengketa yang
mungkin muncul, seperti arbitrase atau mediasi. Dalam mekanisme
penyelesaian sengketa, kejelasan dan keterjangkauan adalah kunci. Proses
yang jelas dan dapat diakses harus ditetapkan untuk menyelesaikan sengketa
yang mungkin muncul.
Dalam negosiasi dan kontrak dengan pemasok, berbagai elemen memiliki
aspek penting yang harus diperhatikan. Dari persiapan hingga penyelesaian
sengketa, setiap langkah memerlukan perhatian khusus terhadap faktor-
faktor seperti kejelasan, kejujuran, fleksibilitas, etika, relevansi, dan keadilan.
Dengan mempertimbangkan aspek-aspek ini, perusahaan dapat memastikan
bahwa negosiasi dan kontrak dilakukan dengan cara yang efektif, adil, dan
menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat, mendukung hubungan
jangka panjang yang sukses dan operasi rantai pasokan yang lancar.
D. ETIKA DAN KEPATUHAN DALAM PENGADAAN
Etika dan kepatuhan dalam pengadaan adalah aspek inti yang
mempengaruhi cara organisasi melakukan pengadaan barang dan jasa.
Mereka membentuk dasar dari proses pengadaan yang adil, transparan, dan
sah, dan mempengaruhi reputasi dan keberhasilan organisasi dalam jangka
panjang. Dengan mematuhi prinsip etika yang kuat dan memastikan
kepatuhan yang ketat dengan semua hukum, peraturan, dan kebijakan yang
relevan, organisasi dapat membangun hubungan yang kuat dengan pemasok,
mengurangi risiko, dan mendukung operasi yang efisien dan efektif dalam
rantai pasokan.
1. Etika dalam Pengadaan
Etika dalam pengadaan merujuk pada prinsip moral dan nilai-nilai yang
mengatur perilaku individu dan organisasi dalam proses pengadaan. Ini
mencakup integritas, kejujuran, transparansi, dan penghormatan terhadap
hukum dan peraturan. Berikut adalah beberapa elemen kunci dalam etika
pengadaan:
Pengadaan dan Pembelian | 39
• Integritas:
Ini melibatkan perilaku yang jujur dan adil dalam semua aspek pengadaan,
termasuk negosiasi, penilaian, dan pemilihan pemasok.
• Transparansi:
Ini berarti bahwa semua proses dan keputusan dalam pengadaan harus
terbuka dan dapat dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan.
• Penghindaran Konflik Kepentingan:
Ini melibatkan mengidentifikasi dan mengelola potensi konflik
kepentingan yang mungkin mempengaruhi keputusan pengadaan.
• Penghormatan terhadap Hukum dan Peraturan:
Ini mencakup kepatuhan terhadap semua hukum dan peraturan yang
berlaku, termasuk peraturan tentang persaingan, hak cipta, dan
lingkungan.
2. Kepatuhan dalam Pengadaan
Kepatuhan dalam pengadaan merujuk pada kepatuhan terhadap hukum,
peraturan, kebijakan, dan standar yang berlaku dalam proses pengadaan. Ini
adalah aspek penting yang memastikan bahwa pengadaan dilakukan dengan
cara yang sah dan etis. Berikut adalah beberapa elemen kunci dalam
kepatuhan pengadaan: Kepatuhan terhadap Hukum dan Peraturan:
Ini melibatkan memahami dan mematuhi semua hukum dan peraturan
yang berlaku untuk pengadaan, termasuk peraturan perdagangan
internasional, peraturan lingkungan, dan peraturan tenaga kerja.
• Kepatuhan terhadap Kebijakan Internal:
Ini mencakup kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur internal
organisasi yang mungkin mencakup standar etika, kebijakan pengadaan
berkelanjutan, atau kebijakan penilaian pemasok.
• Pengawasan dan Audit:
Ini melibatkan pemantauan dan penilaian berkelanjutan dari proses
pengadaan untuk memastikan kepatuhan terus-menerus dengan semua
syarat dan kondisi yang relevan.
40 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
• Pelaporan dan Akuntabilitas:
Ini mencakup pelaporan yang tepat dan transparan tentang aktivitas
pengadaan dan pemenuhan tanggung jawab terhadap pihak internal dan
eksternal yang berkepentingan.
E. RANGKUMAN MATERI
Dalam bab ini, proses pengadaan dalam rantai pasokan telah dijelaskan,
dengan penekanan pada lima langkah utama yang melibatkan identifikasi
kebutuhan, seleksi pemasok, pembuatan dan pengiriman pesanan,
penerimaan dan inspeksi, serta pembayaran dan penilaian kinerja pemasok.
Penerapan model lean, responsive, dan sustainable dalam konteks ini juga
telah dijelaskan.
Selanjutnya, strategi pembelian yang berbeda telah diidentifikasi,
termasuk pembelian volume, Just-in-Time, pembelian berkelanjutan,
pembelian strategis, dan pembelian global. Setiap strategi ini telah dianalisis
untuk memahami tantangan yang mungkin dihadapi dan cara mengatasinya.
Negosiasi dan kontrak dengan pemasok telah menjadi fokus lain dalam
bab ini, dengan penekanan pada persiapan, komunikasi, fleksibilitas, serta
etika dan profesionalisme dalam negosiasi, dan syarat dan kondisi, klausul
khusus, hak dan kewajiban, serta mekanisme penyelesaian sengketa dalam
kontrak.
Akhirnya, etika dan kepatuhan dalam pengadaan telah dijelaskan, dengan
penekanan pada integritas, transparansi, penghindaran konflik kepentingan,
penghormatan terhadap hukum dan peraturan, serta kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan, kebijakan internal, pengawasan dan audit, serta
pelaporan dan akuntabilitas.
Secara keseluruhan, bab ini telah memberikan pandangan yang
komprehensif tentang pengadaan dan pembelian dalam SCM, dengan
menyoroti berbagai strategi, proses, dan prinsip yang membentuk dasar dari
aktivitas pengadaan yang efektif dan efisien. Melalui pemahaman yang
mendalam tentang aspek-aspek ini, organisasi dapat mengoptimalkan
pengeluaran, mengelola risiko, mendukung tujuan bisnis, dan meningkatkan
kinerja keseluruhan dalam rantai pasokan.
Pengadaan dan Pembelian | 41
42 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
BAB
4
PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN
A. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja membantu dalam menilai efektivitas dan efisiensi
operasi rantai pasokan dan dalam mengidentifikasi area yang memerlukan
perbaikan. Pengukuran kinerja rantai pasokan adalah proses yang kompleks
yang melibatkan penilaian berbagai aspek operasi. Dengan fokus pada
efisiensi biaya, waktu siklus, kualitas produk dan layanan, serta ketepatan
waktu pengiriman, perusahaan dapat mendapatkan pandangan yang holistik
tentang kinerja rantai pasokan mereka. Informasi ini penting dalam
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, menetapkan target dan tujuan,
dan menerapkan perbaikan yang diperlukan untuk mencapai efisiensi dan
efektivitas yang lebih besar dalam rantai pasokan.
1. Efisiensi Biaya
Efisiensi biaya adalah ukuran kunci dalam menilai kinerja rantai pasokan.
Ini mencakup analisis biaya produksi, distribusi, penyimpanan, dan
operasi lain yang terkait dengan rantai pasokan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi area di mana penghematan dapat dicapai tanpa
mengorbankan kualitas atau kecepatan layanan.
2. Waktu Siklus (Cycle Time)
Waktu siklus mengukur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
proses tertentu dalam rantai pasokan, seperti waktu dari pemesanan
hingga pengiriman. Pengurangan waktu siklus dapat meningkatkan
responsivitas dan fleksibilitas rantai pasokan, memungkinkan perusahaan
untuk merespons lebih cepat terhadap perubahan permintaan pasar.
3. Kualitas Produk dan Layanan
Kualitas produk dan layanan adalah ukuran penting dari kinerja rantai
pasokan. Ini mencakup penilaian kualitas bahan baku, proses produksi,
produk akhir, dan layanan pelanggan. Pemantauan dan peningkatan
kualitas dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan reputasi
perusahaan dalam pasar.
4. Ketepatan Waktu Pengiriman (On-Time Delivery)
Ketepatan waktu pengiriman adalah ukuran kinerja yang menilai sejauh
mana produk dikirim sesuai jadwal yang dijanjikan. Ini adalah indikator
kunci dari kinerja rantai pasokan dan dapat memiliki dampak signifikan
pada kepuasan pelanggan. Pengukuran ini membantu dalam
mengidentifikasi keterlambatan dan masalah lain yang mungkin
mempengaruhi pengiriman tepat waktu.
B. EFISIENSI BIAYA
Efisiensi biaya dalam rantai pasokan merupakan tujuan yang dikejar oleh
banyak organisasi. Dalam konteks pengadaan, pembelian, dan negosiasi,
berbagai strategi dan taktik dapat diterapkan untuk mencapai efisiensi biaya.
Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana efisiensi biaya dapat
diperoleh dalam aspek-aspek ini.
Dalam pengadaan, pemilihan pemasok yang tepat adalah kunci untuk
mencapai efisiensi biaya. Pemasok yang menawarkan harga yang kompetitif
tanpa mengorbankan kualitas dapat memberikan nilai yang lebih besar dalam
jangka panjang. Analisis menyeluruh tentang pemasok, termasuk penilaian
kinerja mereka, kapabilitas produksi, dan keandalan, sering dilakukan untuk
memastikan bahwa pemasok yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan
organisasi dengan biaya yang efisien.
Selain itu, strategi pengadaan yang tepat juga penting. Misalnya,
pengadaan bersama, di mana beberapa pembeli bersatu untuk membeli
dalam jumlah besar, dapat menghasilkan diskon volume yang signifikan.
44 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Demikian pula, pengadaan berkelanjutan, yang menekankan pada praktik
yang ramah lingkungan dan etis, dapat mengurangi risiko yang terkait dengan
regulasi lingkungan dan reputasi, sehingga menghemat biaya dalam jangka
panjang.
Dalam konteks pembelian, efisiensi biaya sering dicapai melalui
pengoptimalan proses dan teknologi. Otomatisasi proses pembelian dapat
mengurangi waktu dan upaya yang diperlukan untuk menyelesaikan transaksi,
sehingga mengurangi biaya tenaga kerja. Selain itu, analisis data yang cermat
dari pola pembelian dapat mengungkapkan peluang untuk konsolidasi
pembelian atau negosiasi harga yang lebih baik dengan pemasok.
Pembelian Just-in-Time, di mana bahan baku dibeli hanya ketika
diperlukan, adalah contoh lain dari bagaimana efisiensi biaya dapat dicapai.
Dengan mengurangi persediaan yang harus disimpan, perusahaan dapat
menghemat biaya penyimpanan dan mengurangi risiko kerusakan atau
keusangan.
Negosiasi dengan pemasok juga memainkan peran penting dalam
mencapai efisiensi biaya. Negosiasi yang efektif dapat menghasilkan harga
yang lebih baik, syarat pembayaran yang lebih menguntungkan, atau konsesi
lain yang dapat mengurangi biaya keseluruhan. Keterampilan negosiasi yang
kuat, didukung oleh informasi yang tepat tentang pasar, harga, dan posisi
bersaing pemasok, dapat memberikan keunggulan dalam negosiasi.
Selanjutnya, negosiasi kontrak jangka panjang dengan pemasok dapat
memberikan stabilitas harga dan mengurangi risiko fluktuasi harga. Dengan
mengunci harga dalam kontrak jangka panjang, perusahaan dapat
merencanakan dengan lebih baik dan menghindari dampak negatif dari
perubahan harga yang tak terduga.
Kesimpulannya, efisiensi biaya dalam pengadaan, pembelian, dan
negosiasi dapat dicapai melalui berbagai cara, termasuk pemilihan pemasok
yang tepat, strategi pengadaan yang cerdas, pengoptimalan proses
pembelian, dan negosiasi yang efektif. Dengan pendekatan yang terintegrasi
dan strategis terhadap aspek-aspek ini, perusahaan dapat mengurangi biaya
sambil mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas dan layanan. Ini,
pada gilirannya, dapat meningkatkan keunggulan bersaing dan posisi
perusahaan dalam pasar.
Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan | 45
C. WAKTU SIKLUS
Waktu siklus dalam konteks rantai pasokan merujuk pada durasi total
yang diperlukan untuk menyelesaikan proses tertentu, mulai dari permulaan
hingga penyelesaian. Mengurangi waktu siklus dapat meningkatkan efisiensi
dan responsivitas rantai pasokan. Dalam aspek pengadaan, pembelian, dan
negosiasi, berbagai pendekatan dapat diambil untuk mengoptimalkan waktu
siklus. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana hal ini dapat
dicapai.
Dalam pengadaan, waktu siklus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
termasuk pemilihan pemasok, proses evaluasi, dan metode pengiriman.
Pemilihan pemasok yang tepat, yang memiliki rekam jejak pengiriman tepat
waktu dan kualitas yang konsisten, adalah langkah awal dalam mengurangi
waktu siklus. Pemasok yang dapat diandalkan dan responsif dapat
memastikan bahwa bahan baku atau produk yang diperlukan tersedia sesuai
jadwal, sehingga mengurangi potensi keterlambatan dalam rantai pasokan.
Proses evaluasi pemasok yang efisien juga penting. Dengan menggunakan
teknologi dan alat evaluasi yang tepat, perusahaan dapat dengan cepat
menilai dan memilih pemasok yang memenuhi kriteria mereka.
Ini dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses
pengadaan dan memastikan bahwa produk atau bahan baku yang diperlukan
tersedia tanpa penundaan yang tidak perlu.
Metode pengiriman yang dipilih juga dapat mempengaruhi waktu siklus.
Dengan bekerja sama dengan pemasok untuk menentukan metode
pengiriman yang paling efisien, perusahaan dapat memastikan bahwa produk
dikirim dengan cara yang paling cepat dan ekonomis.
Dalam konteks pembelian, proses yang dioptimalkan dan teknologi yang
tepat dapat mengurangi waktu siklus. Otomatisasi proses pembelian,
misalnya, dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
transaksi. Dengan mengintegrasikan sistem pembelian dengan sistem
persediaan dan akuntansi, perusahaan dapat memastikan bahwa pesanan
diproses dengan cepat dan efisien.
Pembelian Just-in-Time juga dapat mengurangi waktu siklus dengan
memastikan bahwa bahan baku dibeli dan dikirim hanya ketika diperlukan. Ini
mengurangi kebutuhan untuk penyimpanan jangka panjang dan
46 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
memungkinkan perusahaan untuk merespons lebih cepat terhadap
perubahan permintaan pasar.
Dalam negosiasi, waktu siklus dapat dipengaruhi oleh keterampilan dan
persiapan yang tepat. Dengan memahami kebutuhan dan posisi bersaing
pemasok, serta pasar secara keseluruhan, perusahaan dapat menegosiasikan
kesepakatan dengan lebih cepat. Selain itu, dengan memiliki tim negosiasi
yang terampil dan berpengalaman, perusahaan dapat menavigasi proses
negosiasi dengan lebih efisien, mencapai kesepakatan yang menguntungkan
dalam waktu yang lebih singkat.
Kesimpulannya, waktu siklus dalam pengadaan, pembelian, dan negosiasi
dapat dioptimalkan melalui berbagai cara, termasuk pemilihan pemasok yang
tepat, proses evaluasi yang efisien, metode pengiriman yang tepat,
otomatisasi proses pembelian, pembelian Just-in-Time, dan negosiasi yang
efektif. Dengan fokus pada aspek-aspek ini, perusahaan dapat mengurangi
waktu siklus dalam rantai pasokan mereka, meningkatkan efisiensi, dan
menjadi lebih responsif terhadap perubahan pasar. Ini, pada gilirannya, dapat
memberikan keunggulan bersaing dan meningkatkan kinerja keseluruhan
dalam rantai pasokan.
D. KUALITAS PRODUK DAN LAYANAN
Kualitas produk dan layanan adalah aspek kritis dalam rantai pasokan
yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan dan reputasi
perusahaan. Dalam konteks pengadaan, pembelian, dan negosiasi, berbagai
strategi dan taktik dapat diterapkan untuk memastikan kualitas produk dan
layanan yang tinggi. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana
kualitas dapat diperoleh dalam aspek-aspek ini.
Dalam pengadaan, pemilihan pemasok yang tepat adalah langkah awal
dalam menjamin kualitas produk. Pemasok yang memiliki sertifikasi kualitas,
seperti ISO, dan yang memiliki rekam jejak pengiriman produk berkualitas
tinggi, dapat menjadi mitra yang dapat diandalkan. Evaluasi menyeluruh dari
pemasok, termasuk kunjungan ke fasilitas mereka dan pemeriksaan referensi,
dapat membantu dalam menilai kemampuan pemasok untuk memenuhi
standar kualitas yang diinginkan.
Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan | 47
Selain itu, pengadaan berkelanjutan yang menekankan pada praktik yang
etis dan ramah lingkungan dapat memastikan bahwa bahan baku dan produk
yang diperoleh memenuhi standar kualitas sosial dan lingkungan.
Ini dapat membantu dalam membangun reputasi perusahaan sebagai
entitas yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Dalam konteks pembelian, proses yang terstruktur dan terdokumentasi
dapat membantu dalam memastikan kualitas. Spesifikasi yang jelas dan rinci
tentang produk yang diperlukan, termasuk standar kualitas yang harus
dipenuhi, dapat mengurangi risiko kesalahan atau ketidaksesuaian. Selain itu,
proses inspeksi dan penerimaan yang ketat dapat memastikan bahwa produk
yang diterima memenuhi spesifikasi yang disepakati.
Otomatisasi proses pembelian juga dapat berkontribusi terhadap kualitas
dengan mengurangi risiko kesalahan manusia dalam pemesanan dan
pengolahan. Dengan mengintegrasikan sistem pembelian dengan sistem
kualitas, perusahaan dapat memastikan bahwa hanya produk yang
memenuhi standar kualitas yang dipesan dan diterima.
Dalam negosiasi, penekanan pada kualitas dapat menjadi bagian integral
dari diskusi dengan pemasok. Dengan menegosiasikan dan menetapkan
standar kualitas yang spesifik dalam kontrak, perusahaan dapat memastikan
bahwa pemasok memahami dan setuju dengan ekspektasi kualitas. Klausul
kontrak yang berkaitan dengan pemeriksaan kualitas, garansi, dan sanksi
untuk produk yang tidak memenuhi standar dapat memberikan perlindungan
tambahan.
Selain itu, negosiasi yang efektif dapat memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan produk berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.
Dengan memahami dinamika pasar dan posisi bersaing pemasok, perusahaan
dapat menegosiasikan harga yang adil tanpa mengorbankan kualitas.
Kesimpulannya, kualitas produk dan layanan dalam pengadaan,
pembelian, dan negosiasi dapat dicapai melalui berbagai cara, termasuk
pemilihan pemasok yang tepat, proses pengadaan yang terstruktur,
spesifikasi produk yang jelas, otomatisasi proses pembelian, dan negosiasi
yang efektif. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan strategis terhadap
aspek-aspek ini, perusahaan dapat memastikan bahwa produk dan layanan
yang mereka tawarkan memenuhi atau melampaui ekspektasi pelanggan. Ini,
48 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
pada gilirannya, dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, membangun
reputasi perusahaan, dan memberikan keunggulan bersaing dalam pasar.
E. KETEPATAN WAKTU PENGIRIMAN
Ketepatan waktu pengiriman adalah aspek penting dalam rantai pasokan
yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan dan efisiensi operasional.
Dalam konteks pengadaan, pembelian, dan negosiasi, berbagai strategi dan
taktik dapat diterapkan untuk memastikan pengiriman tepat waktu. Berikut
adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana ketepatan waktu
pengiriman dapat diperoleh dalam aspek-aspek ini.
Dalam pengadaan, pemilihan pemasok yang tepat adalah faktor kunci
dalam menjamin pengiriman tepat waktu. Pemasok yang memiliki rekam
jejak pengiriman yang handal dan yang dapat menunjukkan kapabilitas
logistik yang kuat dapat menjadi mitra yang dapat diandalkan. Evaluasi
menyeluruh dari pemasok, termasuk penilaian kapabilitas logistik mereka,
dapat membantu dalam menilai kemampuan pemasok untuk memenuhi
jadwal pengiriman yang diinginkan.
Selain itu, komunikasi yang efektif dengan pemasok tentang jadwal
pengiriman, ekspektasi, dan persyaratan dapat membantu dalam
menghindari kesalahpahaman atau penundaan. Dengan menetapkan jadwal
yang jelas dan realistis, dan dengan memantau kinerja pengiriman pemasok
secara teratur, perusahaan dapat mengidentifikasi dan mengatasi potensi
masalah sebelum mereka menjadi hambatan.
Dalam konteks pembelian, proses yang terstruktur dan terdokumentasi
dapat membantu dalam memastikan pengiriman tepat waktu. Spesifikasi
yang jelas dan rinci tentang produk yang diperlukan, termasuk jadwal
pengiriman yang diinginkan, dapat mengurangi risiko penundaan. Selain itu,
proses pelacakan dan pemantauan yang ketat dapat memastikan bahwa
produk yang diterima sesuai dengan jadwal yang disepakati.
Otomatisasi proses pembelian juga dapat berkontribusi terhadap
ketepatan waktu pengiriman dengan mengurangi waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan transaksi. Dengan mengintegrasikan sistem pembelian
dengan sistem logistik, perusahaan dapat memastikan bahwa pesanan
Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan | 49
diproses dengan cepat dan efisien, dan bahwa informasi tentang status
pengiriman mudah diakses.
Dalam negosiasi, penekanan pada ketepatan waktu pengiriman dapat
menjadi bagian integral dari diskusi dengan pemasok. Dengan
menegosiasikan dan menetapkan jadwal pengiriman yang spesifik dalam
kontrak, perusahaan dapat memastikan bahwa pemasok memahami dan
setuju dengan ekspektasi pengiriman. Klausul kontrak yang berkaitan dengan
jadwal pengiriman, garansi, dan sanksi untuk pengiriman yang terlambat
dapat memberikan perlindungan tambahan.
Selain itu, negosiasi yang efektif dapat memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan pengaturan pengiriman yang menguntungkan, seperti
pengiriman langsung atau pengiriman ekspres, tanpa biaya tambahan yang
signifikan. Dengan memahami dinamika pasar dan posisi bersaing pemasok,
perusahaan dapat menegosiasikan pengaturan pengiriman yang memenuhi
kebutuhan mereka tanpa mengorbankan biaya.
Kesimpulannya, ketepatan waktu pengiriman dalam pengadaan,
pembelian, dan negosiasi dapat dicapai melalui berbagai cara, termasuk
pemilihan pemasok yang tepat, proses pengadaan yang terstruktur,
spesifikasi produk yang jelas, otomatisasi proses pembelian, dan negosiasi
yang efektif.
Dengan pendekatan yang terintegrasi dan strategis terhadap aspek-aspek
ini, perusahaan dapat memastikan bahwa produk dikirim tepat waktu,
memenuhi ekspektasi pelanggan, dan mendukung operasi yang efisien dan
efektif. Ini, pada gilirannya, dapat meningkatkan kepuasan pelanggan,
membangun reputasi perusahaan, dan memberikan keunggulan bersaing
dalam pasar.
F. PENINGKATAN DAN OPTIMALISASI KINERJA
Peningkatan dan optimalisasi kinerja dalam rantai pasokan adalah proses
yang kompleks yang melibatkan evaluasi, perencanaan, dan implementasi
berbagai strategi dan taktik untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
keberlanjutan operasi. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang
bagaimana peningkatan dan optimalisasi kinerja dapat dicapai.
50 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Dalam konteks peningkatan kinerja, analisis menyeluruh dari operasi saat
ini sering dilakukan untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Melalui penggunaan alat analisis seperti analisis SWOT, evaluasi kinerja, dan
benchmarking, kelemahan dan peluang untuk perbaikan dapat diidentifikasi.
Data historis, metrik kinerja kunci, dan perbandingan dengan pesaing atau
standar industri dapat memberikan wawasan berharga tentang area yang
dapat dioptimalkan.
Setelah area yang memerlukan perbaikan diidentifikasi, perencanaan
strategis dilakukan untuk menentukan cara terbaik untuk mencapai
peningkatan. Ini mungkin termasuk pengembangan strategi baru, pengenalan
teknologi baru, atau perubahan dalam proses atau struktur organisasi.
Tujuan yang jelas, realistis, dan terukur ditetapkan, dan rencana aksi
dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam implementasi, perubahan yang diperlukan diterapkan secara
bertahap dan hati-hati untuk memastikan transisi yang mulus. Ini mungkin
termasuk pelatihan karyawan, pengenalan sistem baru, atau restrukturisasi
tim atau departemen. Pemantauan dan dukungan yang berkelanjutan
diberikan untuk memastikan bahwa perubahan diterapkan dengan efektif
dan bahwa potensi hambatan atau masalah diatasi dengan cepat.
Optimalisasi kinerja melampaui peningkatan dan berfokus pada mencapai
operasi yang paling efisien dan efektif yang mungkin. Ini mungkin termasuk
penggunaan teknologi canggih seperti otomatisasi, kecerdasan buatan, atau
analisis data besar untuk mengidentifikasi dan menerapkan perbaikan yang
lebih halus dan kompleks. Pendekatan yang lebih holistik terhadap rantai
pasokan, yang melihat operasi sebagai sistem yang terintegrasi dan saling
terkait, juga dapat membantu dalam mencapai optimalisasi.
Selanjutnya, optimalisasi kinerja mungkin juga melibatkan penekanan
yang lebih besar pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Ini mungkin
termasuk pengenalan praktik yang lebih ramah lingkungan, pengembangan
hubungan yang lebih etis dengan pemasok, atau upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan dan masyarakat.
Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan | 51
G. RANGKUMAN MATERI
Dalam bab ini, telah dijelaskan berbagai aspek penting yang berkaitan
dengan pengukuran dan peningkatan kinerja dalam manajemen rantai
pasokan (SCM). Berikut adalah rangkuman dari bab ini dalam format naratif
pasif:
Pertama, diperkenalkan empat item kinerja utama dalam rantai pasokan,
yaitu Efisiensi Biaya, Waktu Siklus, Kualitas Produk dan Layanan, serta
Ketepatan Waktu Pengiriman. Untuk setiap item, strategi dalam pengadaan,
pembelian, dan negosiasi telah dijelaskan, menunjukkan bagaimana masing-
masing aspek ini dapat ditingkatkan dan dioptimalkan.
Selanjutnya, proses peningkatan dan optimalisasi kinerja telah diuraikan,
dimulai dengan analisis menyeluruh dari operasi saat ini untuk
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Perencanaan strategis
dan implementasi yang hati-hati dari perubahan yang diperlukan telah
dijelaskan sebagai langkah penting dalam mencapai peningkatan yang
diinginkan.
Optimalisasi kinerja, sebagai tahap lanjutan dari peningkatan, juga telah
dijelaskan, dengan penekanan pada penggunaan teknologi canggih dan
pendekatan holistik terhadap rantai pasokan. Keberlanjutan dan tanggung
jawab sosial juga telah diidentifikasi sebagai aspek penting dari optimalisasi,
dengan penekanan pada praktik yang ramah lingkungan, hubungan etis
dengan pemasok, dan kesejahteraan karyawan dan masyarakat.
Kesimpulannya, bab ini telah memberikan pandangan yang komprehensif
tentang bagaimana kinerja dalam rantai pasokan dapat diukur, ditingkatkan,
dan dioptimalkan. Melalui pemahaman yang mendalam tentang item kinerja
utama dan strategi yang efektif untuk mengelolanya, perusahaan dapat
mencapai operasi yang lebih efisien, efektif, dan berkelanjutan. Ini, pada
gilirannya, dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, membangun reputasi
perusahaan, dan memberikan keunggulan bersaing dalam pasar yang
semakin kompetitif dan kompleks.
52 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
BAB
5
MANAJEMEN WAKTU
PEMENUHAN (LEAD TIME)
A. APA ITU LEAD TIME?
Lead time, dalam konteks manajemen rantai pasokan, merujuk pada
jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses tertentu, mulai
dari inisiasi hingga penyelesaian. Ini bisa mencakup waktu yang diperlukan
untuk memproduksi barang, waktu pengiriman dari pemasok ke produsen,
atau waktu yang diperlukan untuk memproses pesanan pelanggan. Berikut
adalah penjelasan tentang definisi dan pentingnya lead time dalam format
naratif pasif.
Dalam pengertian umum, lead time dianggap sebagai indikator kinerja
kunci dalam banyak operasi bisnis, terutama dalam industri manufaktur dan
distribusi. Dalam manajemen rantai pasokan, pengukuran dan pengurangan
lead time sering menjadi fokus utama, karena memiliki dampak langsung
pada efisiensi, efektivitas, dan kepuasan pelanggan.
Pentingnya lead time dapat dilihat dalam beberapa aspek. Pertama, lead
time yang lebih pendek dapat meningkatkan responsivitas terhadap
permintaan pasar, memungkinkan perusahaan untuk bereaksi lebih cepat
terhadap perubahan dalam permintaan atau preferensi konsumen. Ini, pada
gilirannya, dapat meningkatkan daya saing dan reputasi perusahaan dalam
pasar.
Kedua, pengurangan lead time sering dikaitkan dengan peningkatan
efisiensi operasional. Dengan mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan
atau inefisiensi dalam proses, perusahaan dapat mengurangi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau proses tertentu, sehingga
mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas.
Ketiga, pengelolaan lead time yang efektif dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan. Dengan memastikan bahwa produk dikirim tepat waktu dan
sesuai dengan jadwal yang dijanjikan, perusahaan dapat membangun
kepercayaan dan loyalitas pelanggan, yang penting untuk pertumbuhan dan
keberhasilan jangka panjang.
Keempat, pengelolaan lead time yang tepat juga dapat membantu dalam
perencanaan dan pengelolaan persediaan. Dengan memahami dan
mengontrol waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mengirim
barang, perusahaan dapat mengelola persediaan mereka dengan lebih efektif,
mengurangi biaya penyimpanan, dan meminimalkan risiko kekurangan atau
kelebihan persediaan.
Kesimpulannya, lead time adalah konsep penting dalam manajemen
rantai pasokan yang memiliki dampak luas pada operasi bisnis. Dengan
pengertian yang mendalam tentang lead time dan dengan pengelolaan yang
efektif, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, responsivitas, kepuasan
pelanggan, dan pengelolaan persediaan, semuanya berkontribusi terhadap
keberhasilan dan keunggulan bersaing dalam pasar yang semakin dinamis dan
kompetitif.
B. STRATEGI PENGURANGAN LEAD TIME
Strategi pengurangan lead time adalah pendekatan yang dirancang untuk
meminimalkan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses
tertentu dalam rantai pasokan. Strategi pengurangan lead time adalah aspek
penting dalam manajemen rantai pasokan yang efektif. Melalui otomatisasi,
pengelolaan persediaan yang efektif, kolaborasi dengan pemasok, dan
peningkatan proses yang berkelanjutan, perusahaan dapat mengurangi lead
time dalam berbagai aspek operasi mereka. Ini, pada gilirannya, dapat
meningkatkan efisiensi, kepuasan pelanggan, dan daya saing, sambil
54 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
mengurangi biaya dan risiko yang terkait dengan operasi yang lambat atau
tidak efisien.
1. Otomatisasi Proses:
Melalui otomatisasi proses, tugas-tugas yang berulang dan memakan
waktu dapat diotomatisasi, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikannya.
Misalnya, otomatisasi dalam sistem pemesanan dapat mempercepat
proses dari pemesanan hingga pengiriman, mengurangi waktu tunggu bagi
pelanggan.
Contoh: Amazon menggunakan robot dan sistem otomatisasi dalam
gudang mereka untuk mengambil, menyortir, dan mengemas produk. Hal ini
mempercepat proses pengiriman dan mengurangi lead time dari pemesanan
hingga pengiriman kepada pelanggan.
2. Pengelolaan Persediaan yang Efektif:
Strategi ini melibatkan pemantauan dan pengelolaan persediaan dengan
cermat untuk memastikan bahwa barang yang tepat tersedia pada waktu
yang tepat. Ini mungkin termasuk penggunaan sistem manajemen persediaan
canggih yang dapat memberikan wawasan real-time tentang persediaan dan
permintaan, memungkinkan perusahaan untuk merespons lebih cepat
terhadap perubahan pasar.
Contoh: Walmart menggunakan sistem manajemen persediaan yang
canggih yang terintegrasi dengan pemasok mereka. Ini memungkinkan
mereka untuk memantau persediaan dalam waktu nyata dan secara otomatis
melakukan pemesanan ulang, mengurangi risiko kekurangan stok dan
meminimalkan lead time.
3. Peningkatan Kolaborasi dengan Pemasok:
Kolaborasi yang erat dengan pemasok dapat membantu dalam
mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan dalam rantai pasokan.
Misalnya, komunikasi yang terbuka dan teratur dengan pemasok dapat
memungkinkan perusahaan untuk merencanakan dan menyesuaikan jadwal
pengiriman dengan lebih efektif, mengurangi waktu tunggu dan
meningkatkan efisiensi.
Manajemen Waktu Pemenuhan (Lead time) | 55
Contoh: Toyota menerapkan sistem "Just-In-Time" yang memerlukan
kolaborasi yang erat dengan pemasok. Dengan berkomunikasi secara teratur
dan berbagi data, mereka dapat menyinkronkan jadwal pengiriman dengan
kebutuhan produksi, mengurangi waktu tunggu dan biaya penyimpanan.
4. Analisis dan Peningkatan Proses yang Berkelanjutan:
Melalui evaluasi dan analisis proses yang berkelanjutan, perusahaan
dapat mengidentifikasi area yang inefisiensi atau memakan waktu dan
menerapkan perbaikan. Ini mungkin termasuk penggunaan alat seperti Six
Sigma atau Lean Manufacturing untuk mengidentifikasi pemborosan dan
mengimplementasikan perbaikan proses.
Contoh: General Electric menggunakan metodologi Six Sigma untuk
menganalisis dan meningkatkan proses manufaktur mereka. Dengan
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan dan hambatan, mereka
telah berhasil mengurangi lead time dalam berbagai operasi, meningkatkan
efisiensi dan kualitas.
Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana strategi pengurangan lead
time dapat diterapkan dalam praktik bisnis nyata. Dengan pendekatan yang
tepat dan komitmen terhadap peningkatan berkelanjutan, perusahaan dapat
mencapai pengurangan signifikan dalam lead time, yang berdampak positif
pada efisiensi, kepuasan pelanggan, dan hasil akhir.
C. TEKNOLOGI DALAM MANAJEMEN LEAD TIME
Teknologi memainkan peran penting dalam manajemen lead time,
memungkinkan perusahaan untuk memantau, menganalisis, dan
mengoptimalkan proses dengan cara yang lebih efisien dan efektif. Teknologi
dalam manajemen lead time menawarkan alat yang kuat untuk memantau,
menganalisis, dan mengoptimalkan proses dalam rantai pasokan. Dari
pelacakan persediaan dalam waktu nyata hingga integrasi fungsi bisnis dan
analisis data yang canggih, teknologi ini dapat membantu perusahaan dalam
mengurangi lead time, meningkatkan efisiensi, dan memenuhi kebutuhan
pelanggan dengan lebih efektif. Dalam pasar yang semakin dinamis dan
56 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
kompetitif, penerapan teknologi ini dapat menjadi faktor kunci dalam
mencapai keunggulan bersaing dan keberhasilan jangka panjang.
1. Sistem Manajemen Persediaan (Inventory Management Systems):
Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk melacak persediaan dalam
waktu nyata, memastikan bahwa stok yang tepat tersedia kapan pun
diperlukan. Misalnya, teknologi RFID dapat digunakan untuk memantau
lokasi dan status barang dalam rantai pasokan, memungkinkan
perusahaan untuk merespons lebih cepat terhadap perubahan
permintaan dan mengurangi lead time.
2. Perangkat Lunak Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (Enterprise
Resource Planning, ERP):
ERP mengintegrasikan berbagai fungsi bisnis, termasuk perencanaan
produksi, pengadaan, penjualan, dan keuangan, dalam satu sistem
terpadu. Hal ini memungkinkan aliran informasi yang lebih lancar antara
departemen, memfasilitasi perencanaan dan koordinasi yang lebih baik,
dan mengurangi lead time dalam berbagai proses.
3. Sistem Perencanaan Kebutuhan Bahan (Material Requirements Planning,
MRP):
MRP adalah sistem yang membantu dalam perencanaan, penjadwalan,
dan pengendalian proses produksi. Dengan mempertimbangkan faktor-
faktor seperti permintaan pelanggan, persediaan yang ada, dan kapasitas
produksi, MRP dapat membantu dalam mengoptimalkan jadwal produksi,
mengurangi waktu tunggu, dan meminimalkan biaya.
4. Analisis Data Besar (Big Data Analytics):
Analisis data besar melibatkan pengumpulan, pemrosesan, dan analisis
sejumlah besar data untuk mendapatkan wawasan dan prediksi yang
berharga. Dalam konteks manajemen lead time, ini dapat digunakan
untuk menganalisis pola permintaan, tren pasar, dan faktor lain yang
dapat mempengaruhi lead time, memungkinkan perusahaan untuk
membuat keputusan yang lebih tepat dan responsif.
Manajemen Waktu Pemenuhan (Lead time) | 57
D. STUDI KASUS
FreshFruit Juices Inc. adalah perusahaan pengolahan buah yang
mengkhususkan diri dalam produksi jus apel dan jambu berkualitas tinggi.
Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan menghadapi tantangan dalam
mengelola lead time, yang berdampak pada efisiensi operasional dan
kepuasan pelanggan.
Masalah: Lead time yang panjang dalam proses pengadaan bahan baku,
produksi, dan distribusi menyebabkan penundaan dalam pengiriman,
meningkatkan biaya penyimpanan, dan mengurangi kemampuan perusahaan
untuk merespons fluktuasi permintaan pasar.
Solusi: Untuk mengatasi tantangan ini, FreshFruit Juices Inc. memutuskan
untuk mengimplementasikan serangkaian teknologi informasi untuk
mengoptimalkan lead time:
1. Sistem Manajemen Persediaan dengan Teknologi RFID:
Perusahaan mengimplementasikan sistem pelacakan RFID untuk
memantau persediaan bahan baku dan produk jadi dalam waktu nyata.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk merespons lebih cepat terhadap
perubahan permintaan dan mengurangi waktu tunggu dalam proses
pengadaan.
2. Perangkat Lunak Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP):
Integrasi ERP memungkinkan aliran informasi yang lebih lancar antara
departemen pengadaan, produksi, penjualan, dan distribusi. Ini
membantu dalam koordinasi dan perencanaan yang lebih efektif,
mengurangi lead time dalam berbagai proses.
3. Sistem Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP):
MRP digunakan untuk mengoptimalkan jadwal produksi berdasarkan
permintaan pelanggan, persediaan yang ada, dan kapasitas produksi. Hal
ini mengurangi waktu tunggu dalam produksi dan meminimalkan biaya.
4. Analisis Data Besar untuk Prediksi Permintaan:
Perusahaan menggunakan analisis data besar untuk menganalisis pola
permintaan musiman dan tren pasar. Ini memungkinkan perusahaan
untuk membuat prediksi yang lebih akurat tentang kebutuhan bahan
baku dan produksi, mengoptimalkan jadwal, dan mengurangi lead time.
58 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Hasil: Implementasi teknologi ini menghasilkan pengurangan signifikan
dalam lead time di seluruh rantai pasokan FreshFruit Juices Inc. Efisiensi
operasional meningkat, biaya penyimpanan berkurang, dan kepuasan
pelanggan meningkat. Perusahaan juga menjadi lebih responsif terhadap
perubahan pasar, memperkuat posisinya dalam industri yang kompetitif.
Kesimpulan: Studi kasus ini menunjukkan bagaimana penerapan
teknologi informasi yang tepat dapat mengoptimalkan lead time dalam
industri pengolahan buah. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan
berfokus pada efisiensi, FreshFruit Juices Inc. berhasil mengatasi
tantangan dan mencapai peningkatan signifikan dalam operasi rantai
pasokannya.
E. RANGKUMAN MATERI
Dalam bab ini, eksplorasi mendalam dilakukan mengenai konsep waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan serangkaian proses atau aktivitas
dalam rantai pasokan. Diakui bahwa lead time adalah salah satu faktor kritis
yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas operasional. Strategi untuk
mengurangi lead time juga dijelaskan, termasuk peningkatan proses internal,
kolaborasi dengan pemasok, dan penggunaan teknologi canggih. Contoh
nyata disertakan untuk memberikan wawasan praktis tentang bagaimana
strategi ini dapat diimplementasikan dalam berbagai jenis industri.
Teknologi Informasi juga diidentifikasi sebagai alat penting dalam
manajemen lead time. Dijelaskan bagaimana sistem seperti Enterprise
Resource Planning (ERP), Just-In-Time (JIT), dan otomasi dapat membantu
dalam memonitor dan mengurangi lead time. Selain itu, sebuah studi kasus
tentang perusahaan pengolahan buah yang menghasilkan jus diberikan
sebagai ilustrasi tentang bagaimana teknologi informasi dapat digunakan
untuk optimalisasi lead time.
Manajemen Waktu Pemenuhan (Lead time) | 59
F. PERTANYAAN STUDI KASUS
1. Sebuah perusahaan agroindustri yang mengkhususkan diri dalam
produksi pupuk organik menghadapi tantangan dalam mengelola lead
time dari pengadaan bahan baku hingga pengiriman produk jadi.
Bagaimana perusahaan dapat menerapkan teknologi seperti Sistem
Manajemen Persediaan, ERP, dan MRP untuk mengoptimalkan lead time?
Bagaimana perusahaan dapat mengukur keberhasilan implementasi ini,
dan apa dampak potensialnya terhadap efisiensi, biaya, dan kepuasan
pelanggan?
2. Sebuah koperasi pertanian ingin mengurangi lead time dalam distribusi
produk segar seperti sayuran dan buah-buahan ke pasar lokal. Apa
strategi pengurangan lead time yang dapat diimplementasikan, termasuk
otomatisasi proses, kolaborasi dengan pemasok, dan analisis data besar?
Bagaimana strategi ini dapat disesuaikan dengan tantangan dan
kebutuhan unik dari rantai pasokan produk pertanian?
3. Sebuah perusahaan layanan pengiriman ekspres menghadapi persaingan
yang ketat dan permintaan pelanggan untuk pengiriman yang lebih cepat.
Bagaimana perusahaan dapat menggunakan teknologi seperti sistem
pelacakan real-time, analisis data besar, dan integrasi ERP untuk
mengurangi lead time dari pemesanan hingga pengiriman? Apa
tantangan yang mungkin dihadapi dalam implementasi teknologi ini, dan
bagaimana perusahaan dapat mengatasi tantangan tersebut untuk
mencapai pengurangan lead time yang signifikan?
60 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
BAB
6
FENOMENA BULLWHIP EFFECT
A. PENGENALAN BULLWHIP EFFECT
Fenomena Bullwhip Effect adalah salah satu konsep yang paling menarik
dan penting dalam manajemen rantai pasokan. Istilah ini menggambarkan
bagaimana perubahan kecil dalam permintaan konsumen dapat
menyebabkan fluktuasi yang lebih besar dan tidak terduga dalam pesanan
yang diteruskan melalui rantai pasokan.
Gambaran ini berasal dari visualisasi efek cambuk, di mana gerakan kecil
di pegangan cambuk dapat menghasilkan gelombang yang lebih besar di
ujung cambuk. Dalam konteks rantai pasokan, ini berarti bahwa perubahan
kecil dalam permintaan ritel dapat menghasilkan variasi yang lebih besar
dalam pesanan grosir, distribusi, dan produksi.
Bullwhip Effect dapat terjadi karena sejumlah alasan. Salah satunya
adalah kurangnya komunikasi dan koordinasi antara berbagai tingkatan rantai
pasokan. Misalnya, jika pengecer meningkatkan pesanan mereka dalam
menanggapi peningkatan permintaan jangka pendek, tanpa berkomunikasi
dengan pemasok tentang alasan peningkatan tersebut, pemasok mungkin
menganggap ini sebagai tren jangka panjang dan menyesuaikan produksi
mereka secara berlebihan.
Hal ini dapat menyebabkan fluktuasi yang lebih besar dalam persediaan
dan produksi di seluruh rantai pasokan. Selain itu, praktik pengelolaan
persediaan seperti pemesanan dalam jumlah besar untuk mendapatkan
diskon, atau penyesuaian pesanan berdasarkan perubahan harga, juga dapat
berkontribusi terhadap Bullwhip Effect. Lagi pula, perusahaan mungkin tidak
selalu memiliki wawasan yang jelas tentang permintaan konsumen aktual,
dan sebagai gantinya, mereka bereaksi terhadap apa yang mereka lihat dalam
pesanan dari pelanggan mereka, yang mungkin sudah terdistorsi oleh
berbagai faktor lain dalam rantai pasokan.
Dampak dari Bullwhip Effect bisa sangat merugikan. Ini dapat
menyebabkan peningkatan biaya persediaan, kapasitas produksi yang tidak
dimanfaatkan, penurunan pelayanan pelanggan, dan bahkan gangguan serius
dalam operasi bisnis. Oleh karena itu, pemahaman tentang Bullwhip Effect
dan strategi untuk mengurangi dampaknya adalah aspek penting dalam
manajemen rantai pasokan yang efektif.
B. STRATEGI MITIGASI BULLWHIP EFFECT
Strategi mitigasi Bullwhip Effect adalah pendekatan yang dirancang untuk
mengurangi atau menghilangkan fluktuasi yang tidak terduga dalam rantai
pasokan yang disebabkan oleh efek ini. strategi mitigasi Bullwhip Effect
melibatkan kombinasi komunikasi yang lebih baik, penggunaan teknologi,
pengurangan waktu tunggu, pengelolaan persediaan yang efektif, dan
pendidikan. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berfokus pada
pemahaman dan respons terhadap dinamika pasar yang sebenarnya,
perusahaan dapat mengurangi fluktuasi yang tidak perlu dalam rantai
pasokan, mendukung operasi yang lebih lancar dan efisien, dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
1. Peningkatan Komunikasi dan Kolaborasi:
Mengembangkan komunikasi yang terbuka dan teratur antara semua
pihak dalam rantai pasokan dapat membantu dalam menyediakan informasi
yang lebih akurat tentang permintaan konsumen.
Kolaborasi yang lebih erat dengan pemasok dan distributor
memungkinkan perusahaan untuk merespons lebih cepat terhadap
perubahan pasar dan mengurangi reaksi berlebihan. Dalam sebuah
perusahaan manufaktur, kolaborasi yang lebih erat telah dijalin antara
pengecer, distributor, dan pemasok. Melalui pertemuan reguler dan berbagi
data permintaan, fluktuasi dalam pesanan telah dikurangi. Misalnya,
62 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
peningkatan permintaan musiman telah dikomunikasikan lebih awal oleh
pengecer, sehingga pemasok dapat menyesuaikan produksi mereka tanpa
reaksi berlebihan.
2. Penggunaan Teknologi Informasi:
Implementasi teknologi seperti sistem perencanaan sumber daya
perusahaan (ERP) dan sistem manajemen persediaan dapat memberikan
wawasan real-time tentang permintaan dan persediaan. Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan
tepat waktu, mengurangi fluktuasi dalam pesanan dan persediaan.
Sebuah perusahaan ritel telah mengimplementasikan sistem ERP yang
terintegrasi dengan rantai pasokan mereka. Informasi tentang penjualan
harian dan persediaan diperbarui secara real-time, memungkinkan
perusahaan untuk menyesuaikan pesanan mereka dengan lebih tepat.
Sebagai hasilnya, variasi dalam pesanan ke pemasok telah berkurang, dan
persediaan lebih selaras dengan permintaan konsumen.
3. Pengurangan Waktu Tunggu dan Lead time:
Mengurangi waktu tunggu dalam pengadaan, produksi, dan distribusi
dapat membantu dalam mengurangi variasi dalam persediaan dan pesanan.
Strategi seperti perencanaan kebutuhan bahan (MRP) dan otomatisasi proses
dapat membantu dalam mengoptimalkan jadwal dan mengurangi lead time.
Dalam industri otomotif, salah satu pabrikan telah mengoptimalkan
proses pengadaan mereka melalui perencanaan kebutuhan bahan (MRP).
Waktu tunggu untuk komponen kunci telah dikurangi, dan lead time produksi
telah dipersingkat. Ini telah mengurangi fluktuasi dalam persediaan dan
pesanan, membuat rantai pasokan lebih responsif terhadap perubahan pasar.
4. Penerapan Praktik Pengelolaan Persediaan yang Efektif:
Praktik seperti pemesanan ulang otomatis, pengelolaan persediaan
bersama, dan perencanaan permintaan berdasarkan data historis dapat
membantu dalam mengurangi fluktuasi dalam pesanan dan persediaan. Ini
membantu dalam menyelaraskan persediaan dengan permintaan aktual,
mengurangi risiko reaksi berlebihan terhadap perubahan jangka pendek
dalam permintaan.
Fenomena Bullwhip Effect | 63
Sebuah perusahaan farmasi telah menerapkan sistem pemesanan ulang
otomatis berdasarkan data historis dan tren permintaan. Ini telah membantu
dalam mengurangi variasi dalam pesanan ke pemasok dan menjaga
persediaan pada tingkat yang optimal. Reaksi berlebihan terhadap perubahan
jangka pendek dalam permintaan telah diminimalkan, dan biaya persediaan
telah berkurang.
5. Pendidikan dan Pelatihan:
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada staf tentang dinamika dan
dampak dari Bullwhip Effect dapat membantu dalam mengembangkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana efek ini terjadi dan
bagaimana menghindarinya. Ini mencakup pelatihan dalam analisis data,
perencanaan, dan pengambilan keputusan strategis.
Dalam industri elektronik, program pelatihan telah diperkenalkan untuk
staf rantai pasokan tentang dinamika Bullwhip Effect. Melalui simulasi dan
analisis data, pemahaman tentang bagaimana efek ini terjadi dan bagaimana
menghindarinya telah ditingkatkan. Ini telah membantu dalam pengambilan
keputusan yang lebih tepat dan strategis, mengurangi fluktuasi dalam
pesanan dan persediaan.
Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana strategi mitigasi Bullwhip
Effect dapat diterapkan dalam berbagai konteks industri. Dengan pendekatan
yang tepat, perusahaan dapat mengurangi fluktuasi yang tidak perlu dalam
rantai pasokan, mendukung operasi yang lebih lancar dan efisien, dan
meningkatkan kepuasan pelanggan.
C. STUDI KASUS
CrispyPotato Chips Inc. adalah produsen kripik kentang yang terkenal
yang menghadapi tantangan Bullwhip Effect dalam rantai pasokannya.
Fluktuasi dalam permintaan konsumen menyebabkan variasi yang lebih besar
dalam pesanan ke pemasok kentang, bumbu, dan bahan kemasan. Hal ini
mengakibatkan peningkatan biaya persediaan, kapasitas produksi yang tidak
dimanfaatkan, dan gangguan dalam pengiriman.
64 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Bullwhip Effect terjadi karena kurangnya komunikasi antara pengecer,
distributor, dan pemasok, serta praktik pengelolaan persediaan yang tidak
efektif. Misalnya, promosi penjualan yang tidak terduga di tingkat pengecer
menyebabkan lonjakan pesanan yang tidak terduga, menyebabkan reaksi
berlebihan di seluruh rantai pasokan.
CrispyPotato Chips Inc. mengimplementasikan serangkaian strategi
mitigasi untuk mengatasi Bullwhip Effect:
1. Peningkatan Komunikasi dan Kolaborasi:
Perusahaan mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan pengecer
dan pemasok, berbagi informasi tentang promosi, tren musiman, dan
perubahan permintaan. Ini membantu dalam perencanaan yang lebih
tepat dan respons yang lebih terukur.
2. Penggunaan Teknologi Informasi:
Implementasi sistem ERP memungkinkan aliran informasi yang lebih
lancar antara penjualan, produksi, dan pengadaan. Informasi real-time
tentang penjualan dan persediaan membantu dalam pengambilan
keputusan yang lebih tepat.
3. Pengurangan Waktu Tunggu dan Lead time:
Perusahaan bekerja sama dengan pemasok lokal untuk mengurangi
waktu pengiriman bahan baku. Ini mengurangi lead time dan
memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap perubahan
permintaan.
4. Penerapan Praktik Pengelolaan Persediaan yang Efektif:
Sistem pemesanan ulang otomatis diperkenalkan, berdasarkan data
historis dan analisis permintaan. Ini membantu dalam menjaga
persediaan pada tingkat yang optimal dan mengurangi variasi dalam
pesanan.
5. Pendidikan dan Pelatihan:
Program pelatihan internal diluncurkan untuk mendidik staf tentang
Bullwhip Effect dan bagaimana menghindarinya. Ini meningkatkan
pemahaman dan keterampilan dalam pengambilan keputusan strategis.
Fenomena Bullwhip Effect | 65
Hasil: Implementasi strategi ini menghasilkan pengurangan signifikan
dalam fluktuasi pesanan dan persediaan di seluruh rantai pasokan
CrispyPotato Chips Inc. Biaya persediaan berkurang, efisiensi operasional
meningkat, dan kepuasan pelanggan meningkat.
Studi kasus ini menunjukkan bagaimana pemahaman yang mendalam
tentang Bullwhip Effect, dikombinasikan dengan strategi mitigasi yang
terintegrasi, dapat menghasilkan perbaikan signifikan dalam operasi rantai
pasokan. Dengan pendekatan yang terfokus dan berdasarkan data,
CrispyPotato Chips Inc. berhasil mengatasi tantangan ini, menciptakan rantai
pasokan yang lebih stabil, efisien, dan responsif terhadap dinamika pasar
yang sebenarnya.
D. RANGKUMAN MATERI
Dalam bab ini, fenomena Bullwhip Effect dalam manajemen rantai
pasokan telah dijelaskan secara mendalam. Dalam konteks ini, efek ini telah
didefinisikan sebagai fluktuasi yang tidak terduga dalam pesanan dan
persediaan yang disebabkan oleh perubahan kecil dalam permintaan
konsumen. Gambaran ini telah diberikan melalui analogi dengan gerakan
cambuk, di mana gerakan kecil di pegangan cambuk menghasilkan gelombang
yang lebih besar di ujung cambuk.
Penyebab Bullwhip Effect telah diidentifikasi, termasuk kurangnya
komunikasi dan koordinasi antara berbagai tingkatan rantai pasokan, serta
praktik pengelolaan persediaan seperti pemesanan dalam jumlah besar.
Dampak dari efek ini telah dijelaskan, termasuk peningkatan biaya persediaan,
kapasitas produksi yang tidak dimanfaatkan, dan penurunan pelayanan
pelanggan.
Strategi mitigasi Bullwhip Effect telah dijelaskan, dengan fokus pada
peningkatan komunikasi dan kolaborasi, penggunaan teknologi informasi,
pengurangan waktu tunggu dan lead time, pengelolaan persediaan yang
efektif, dan pendidikan dan pelatihan. Contoh konkret dari setiap strategi ini
telah disajikan, menunjukkan bagaimana mereka dapat diterapkan dalam
berbagai konteks industri.
66 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
Sebuah studi kasus tentang perusahaan kripik kentang, CrispyPotato
Chips Inc., telah disajikan, menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut
berhasil mengatasi Bullwhip Effect melalui serangkaian strategi mitigasi yang
terintegrasi. Hasil dari studi kasus ini menunjukkan pengurangan signifikan
dalam fluktuasi pesanan dan persediaan, penurunan biaya, dan peningkatan
efisiensi dan kepuasan pelanggan.
Secara keseluruhan, bab ini telah memberikan pandangan yang
komprehensif tentang Bullwhip Effect, dari definisi dan penyebabnya hingga
strategi untuk mengurangi atau menghilangkan efek ini. Melalui analisis yang
cermat dan pendekatan yang terfokus, bab ini menawarkan panduan
berharga untuk mengatasi tantangan ini dalam manajemen rantai pasokan,
mendukung operasi yang lebih lancar, efisien, dan responsif terhadap
dinamika pasar yang sebenarnya.
Fenomena Bullwhip Effect | 67
68 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
BAB
7
MANAJEMEN RISIKO
A. IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO
Identifikasi dan penilaian risiko adalah proses yang kompleks yang
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang rantai pasokan dan
lingkungan operasionalnya. Melalui identifikasi yang cermat dan penilaian
yang tepat, perusahaan dapat mengembangkan strategi manajemen risiko
yang efektif, yang memungkinkan mereka untuk mengantisipasi, merespons,
dan memitigasi risiko dalam cara yang mendukung operasi yang lancar dan
keberhasilan bisnis jangka panjang.
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah langkah awal dalam manajemen risiko dan
melibatkan pengenalan potensi ancaman yang dapat mempengaruhi rantai
pasokan. Proses ini mencakup:
Pengenalan Ancaman:
Ancaman dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk perubahan pasar,
fluktuasi harga bahan baku, gangguan logistik, perubahan regulasi, dan
bencana alam.
Identifikasi ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang
lingkungan operasional rantai pasokan. Antisipasi: Melakukan analisis tren
dan pemantauan lingkungan bisnis secara teratur untuk mengidentifikasi
ancaman potensial sebelum mereka menjadi masalah. Menggunakan alat
seperti analisis SWOT dan PESTEL untuk memahami faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi rantai pasokan.
Contoh: Perusahaan farmasi yang secara proaktif memantau perubahan
dalam regulasi pemerintah dapat mengidentifikasi ancaman potensial
terhadap rantai pasokannya, seperti perubahan dalam persyaratan impor
obat. Dengan demikian, perusahaan dapat menyesuaikan strategi
pengadaannya sebelum perubahan regulasi berlaku.
Analisis Sumber Risiko:
Ini melibatkan penilaian dari mana risiko berasal, termasuk pemasok,
distributor, teknologi, dan faktor eksternal seperti kondisi ekonomi dan
politik. Antisipasi: Mengembangkan profil risiko untuk setiap pemasok,
distributor, dan teknologi yang digunakan dalam rantai pasokan. Melakukan
audit dan penilaian risiko secara berkala untuk memahami sumber potensial
risiko dan mengembangkan rencana kontinjensi.
Contoh: Toyota melakukan audit terhadap pemasoknya untuk memahami
risiko yang terkait dengan ketersediaan komponen kritis. Ketika terjadi gempa
bumi di Jepang pada 2011, Toyota dapat merespons dengan cepat karena
sudah memahami sumber risiko dan memiliki rencana kontinjensi.
Pemetaan Risiko:
Mengidentifikasi risiko dalam konteks bagaimana mereka berinteraksi
dan saling terkait dalam rantai pasokan. Ini membantu dalam memahami
bagaimana risiko dalam satu area dapat mempengaruhi area lain. Antisipasi:
Membuat peta risiko yang menggambarkan bagaimana risiko berinteraksi dan
saling terkait dalam rantai pasokan. Menggunakan simulasi dan pemodelan
untuk memahami bagaimana perubahan dalam satu area dapat
mempengaruhi area lain, dan mengembangkan strategi untuk mengisolasi
atau mengurangi efek domino.
Contoh: Sebuah perusahaan makanan yang menggunakan pemetaan
risiko untuk mengidentifikasi bagaimana gangguan dalam pasokan bahan
baku dapat mempengaruhi produksi di berbagai pabrik. Dengan pemahaman
ini, perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengalihkan produksi
jika terjadi gangguan.
70 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
2. Penilaian Risiko
Dalam penilaian risiko, pendekatan yang hati-hati dan terukur biasanya
diambil untuk memastikan bahwa penilaian tidak terlalu berlebihan tetapi
tetap tepat sasaran. Melalui kombinasi analisis kuantitatif dan kualitatif,
validasi dan verifikasi, dan penggunaan kriteria yang jelas dan objektif,
penilaian risiko yang seimbang dan objektif dapat dicapai. Pendekatan ini
mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan alokasi sumber daya
yang efektif dalam manajemen risiko, tanpa mengorbankan keakuratan atau
relevansi penilaian. Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
menilai risiko tersebut untuk menentukan sejauh mana mereka dapat
mempengaruhi rantai pasokan. Proses ini mencakup:
Penilaian Dampak:
Ini melibatkan penilaian potensi dampak dari setiap risiko pada operasi
rantai pasokan. Dampak dapat dinilai dalam hal biaya, waktu, kualitas, dan
reputasi. Dalam penilaian dampak, metode kuantitatif dan kualitatif sering
digabungkan untuk memahami potensi kerugian dari risiko. Untuk
menghindari penilaian yang berlebihan, analisis sensitivitas biasanya
dilakukan.
Dengan cara ini, berbagai skenario dipertimbangkan, dan dampak yang
paling mungkin dapat diidentifikasi. Pendekatan yang seimbang ini
memastikan bahwa dampak tidak dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Penilaian Probabilitas:
Ini melibatkan penilaian sejauh mana risiko mungkin terjadi. Probabilitas
dapat dinilai berdasarkan data historis, analisis statistik, atau penilaian
subjektif oleh para ahli. Penilaian probabilitas dilakukan dengan
mempertimbangkan data historis, analisis statistik, dan penilaian subjektif
oleh para ahli. Untuk menghindari penilaian yang berlebihan, validasi silang
dengan data dari sumber yang berbeda biasanya dilakukan. Dengan
menggabungkan berbagai sumber informasi, penilaian probabilitas yang lebih
seimbang dan objektif dapat dicapai.
Manajemen Risiko | 71
Penentuan Prioritas Risiko:
Berdasarkan penilaian dampak dan probabilitas, risiko kemudian
diprioritaskan untuk menentukan mana yang perlu ditangani terlebih dahulu.
Ini membantu dalam mengalokasikan sumber daya dengan cara yang paling
efektif.
Dalam menentukan prioritas risiko, matriks risiko sering digunakan untuk
menggabungkan dampak dan probabilitas. Untuk menghindari penilaian yang
berlebihan, kriteria yang jelas dan objektif biasanya ditetapkan. Dengan
menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, risiko dapat
diprioritaskan dengan cara yang konsisten dan transparan, tanpa overestimasi
atau underestimasi pentingnya risiko tertentu.
Pengembangan Metrik:
Metrik kinerja dikembangkan untuk mengukur sejauh mana risiko
dikelola dengan efektif. Ini dapat mencakup indikator seperti tingkat
kepatuhan, waktu respons terhadap insiden, dan tingkat kepuasan pelanggan.
Dalam pengembangan metrik, indikator kinerja yang dapat diukur dan
relevan biasanya dipilih. Untuk menghindari penilaian yang berlebihan,
proses validasi dan verifikasi biasanya dilakukan. Dengan memvalidasi metrik
terhadap tujuan bisnis dan memverifikasi dengan data nyata, metrik yang
tepat sasaran dan realistis dapat dikembangkan.
B. RANGKUMAN MATERI
Dalam bab ini, manajemen risiko dalam konteks global, khususnya dalam
bidang agribisnis, telah dijelaskan secara mendalam. Dimulai dengan
pemahaman tentang regulasi dan kepatuhan global, di mana peraturan dan
persyaratan kepatuhan di berbagai negara dan wilayah dianalisis.
Penyesuaian dengan berbagai peraturan ini diidentifikasi sebagai elemen
kunci, dan strategi kepatuhan global yang efektif dikembangkan untuk
memastikan operasi rantai pasokan yang sesuai dengan hukum.
Secara keseluruhan, bab ini menyediakan pandangan yang komprehensif
tentang manajemen risiko dalam konteks global, dengan penekanan pada
antisipasi dan mitigasi. Melalui analisis yang cermat dan strategi yang tepat,
risiko ini dapat dikelola dengan efektif, mendukung operasi rantai pasokan
72 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
yang lancar dan berkelanjutan dalam skala global. Pendekatan ini mendukung
pengambilan keputusan yang tepat dan alokasi sumber daya yang efektif
dalam manajemen risiko, tanpa mengorbankan keakuratan atau relevansi
penilaian.
Manajemen Risiko | 73
74 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
BAB
8
PENUTUP
A. REKOMENDASI PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari buku ini, yang menyajikan berbagai konsep, strategi,
dan aplikasi dalam Supply Chain Management (SCM), terutama dalam
konteks agribisnis, beberapa rekomendasi pembelajaran selanjutnya
disarankan.
Pertama, penelitian lebih lanjut dalam teknologi terkini yang digunakan
dalam SCM disarankan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang
teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan
analitik data besar, pemahaman tentang bagaimana teknologi ini dapat
diintegrasikan ke dalam rantai pasokan dapat ditingkatkan.
Kedua, pengembangan keterampilan dalam analisis data dan
pengambilan keputusan berbasis data disarankan. Kursus atau pelatihan
dalam analisis data, pemodelan prediktif, dan visualisasi data dapat
membantu dalam menginterpretasikan dan menggunakan informasi yang
kompleks untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat dalam SCM.
Ketiga, eksplorasi lebih lanjut tentang praktik berkelanjutan dalam SCM
disarankan. Ini termasuk pemahaman tentang standar lingkungan, sosial, dan
tata kelola (ESG) dan bagaimana mereka dapat diintegrasikan ke dalam
strategi rantai pasokan yang berkelanjutan.
Keempat, partisipasi dalam jaringan profesional dan konferensi industri
disarankan. Melalui interaksi dengan profesional lain dalam bidang SCM,
pengetahuan terkini tentang tren industri, tantangan, dan peluang dapat
diperoleh.
Kelima, kajian lebih lanjut tentang manajemen risiko global, termasuk
strategi mitigasi, regulasi internasional, dan praktik terbaik dalam manajemen
risiko, disarankan. Ini dapat mencakup studi kasus, simulasi, dan pelatihan
praktis dalam manajemen risiko.
Kesimpulannya, setelah mempelajari buku ini, ada banyak jalur
pembelajaran yang dapat dijelajahi untuk memperdalam pengetahuan dan
keterampilan dalam SCM. Dari teknologi dan analisis data hingga
keberlanjutan dan manajemen risiko, berbagai aspek SCM menawarkan
peluang untuk pertumbuhan dan spesialisasi lebih lanjut dalam bidang ini.
B. REKOMENDASI PENELITIAN
Setelah memahami berbagai aspek Supply Chain Management (SCM),
berikut adalah beberapa rekomendasi arah penelitian yang dapat dijelajahi
untuk memajukan pengetahuan dan praktik dalam bidang ini:
1. Integrasi Teknologi Canggih dalam SCM:
Penelitian tentang bagaimana teknologi seperti Artificial Intelligence (AI),
Internet of Things (IoT), dan Blockchain dapat diintegrasikan ke dalam
rantai pasokan. Ini termasuk studi tentang bagaimana teknologi ini dapat
meningkatkan efisiensi, transparansi, dan keamanan dalam SCM.
2. SCM Berkelanjutan:
Eksplorasi lebih lanjut tentang bagaimana prinsip-prinsip keberlanjutan
dapat diintegrasikan ke dalam rantai pasokan. Ini termasuk penelitian
tentang pengurangan jejak karbon, penggunaan sumber daya yang efisien,
dan pengembangan rantai pasokan yang etis dan bertanggung jawab
secara sosial.
3. Manajemen Risiko Global dalam SCM:
Analisis mendalam tentang bagaimana perusahaan dapat
mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko dalam konteks global. Ini
termasuk penelitian tentang strategi mitigasi risiko, lindung nilai, dan
adaptasi terhadap perubahan regulasi dan kondisi pasar.
76 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
4. Optimalisasi Lead time dan Responsivitas:
Studi tentang bagaimana perusahaan dapat mengurangi waktu siklus dan
meningkatkan responsivitas dalam rantai pasokan. Ini termasuk
penelitian tentang metode peramalan permintaan, pengoptimalan
persediaan, dan penggunaan teknologi untuk pengiriman waktu nyata.
5. Strategi Mitigasi Bullwhip Effect:
Penelitian tentang fenomena Bullwhip Effect dan bagaimana dampaknya
dapat diminimalkan melalui koordinasi yang lebih baik, berbagi informasi,
dan perencanaan bersama dalam rantai pasokan.
6. Pengembangan Kemitraan dan Kolaborasi dalam SCM:
Eksplorasi tentang bagaimana perusahaan dapat mengembangkan
kemitraan dan kolaborasi yang efektif dengan pemasok, distributor, dan
pelanggan. Ini termasuk penelitian tentang negosiasi, kontrak, dan
pengembangan hubungan jangka panjang.
7. Analisis Dampak Teknologi Informasi pada SCM:
Penelitian tentang bagaimana teknologi informasi telah mengubah
lanskap SCM. Ini termasuk studi tentang bagaimana sistem informasi
terintegrasi, analitik data besar, dan solusi berbasis cloud dapat
meningkatkan kinerja rantai pasokan.
Rekomendasi arah penelitian ini mencerminkan tantangan dan peluang
yang ada dalam SCM saat ini. Dengan mengejar penelitian dalam bidang-
bidang ini, peneliti, praktisi, dan pemangku kepentingan lainnya dapat
berkontribusi terhadap pengembangan praktik SCM yang lebih inovatif,
efisien, dan berkelanjutan.
C. PENUTUP
Dalam buku ini, pembaca telah dipandu melalui eksplorasi mendalam
tentang Supply Chain Management (SCM), suatu bidang yang kompleks
namun vital dalam dunia bisnis modern. Melalui bab-bab yang beragam,
berbagai aspek SCM telah diungkap, mulai dari konsep dasar, strategi,
pengadaan, kinerja, manajemen waktu pemenuhan, fenomena Bullwhip
Effect, hingga manajemen risiko.
Penutup | 77
Dalam perjalanannya, buku ini tidak hanya menyajikan teori dan prinsip,
tetapi juga mengintegrasikan contoh nyata, studi kasus, dan aplikasi praktis.
Dengan pendekatan ini, pembaca diberikan pandangan yang holistik tentang
bagaimana SCM berfungsi dalam konteks nyata, termasuk tantangan, peluang,
dan solusi yang ada.
Pentingnya teknologi dalam mengubah lanskap SCM telah menjadi tema
yang konsisten sepanjang buku ini. Dari integrasi teknologi canggih seperti
Artificial Intelligence dan Internet of Things hingga penggunaan analitik data
untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat, teknologi telah ditekankan
sebagai alat penting dalam mencapai efisiensi dan inovasi dalam rantai
pasokan.
Buku ini juga telah menyoroti pentingnya keberlanjutan dalam SCM.
Melalui eksplorasi tentang bagaimana prinsip-prinsip keberlanjutan dapat
diintegrasikan ke dalam rantai pasokan, pembaca diajak untuk merenungkan
bagaimana bisnis dapat beroperasi dengan cara yang bertanggung jawab
secara sosial dan lingkungan.
Manajemen risiko, terutama dalam konteks global, juga telah dianalisis
dengan cermat. Dalam dunia bisnis yang semakin saling terkait, pemahaman
tentang bagaimana mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko menjadi
krusial. Buku ini menyediakan panduan tentang bagaimana mengembangkan
strategi mitigasi risiko yang efektif dan adaptif.
Refleksi atas pembelajaran ini mengungkapkan bahwa SCM adalah bidang
yang dinamis dan multifaset. Tidak ada pendekatan tunggal atau solusi
sederhana; sebaliknya, efektivitas dalam SCM memerlukan pemahaman yang
mendalam, analisis yang cermat, dan fleksibilitas dalam menghadapi
perubahan dan tantangan yang konstan.
Sebagai penutup, buku ini berfungsi sebagai sumber daya yang berharga
bagi siapa saja yang ingin memahami atau bekerja dalam bidang SCM.
Dengan kombinasi teori yang kuat, aplikasi praktis, dan pandangan ke depan
tentang arah penelitian dan pembelajaran selanjutnya, buku ini berkontribusi
terhadap pengetahuan dan praktek dalam bidang yang terus berkembang ini.
78 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
DAFTAR PUSTAKA
Ahi, P., & Searcy, C. (2013). A Comparative Literature Analysis of Definitions
for Green and Sustainable Supply Chain Management. Journal of
Cleaner Production, 52, 329-341. DOI: 10.1016/j.jclepro.2013.02.010
Cachon, G. P., & Terwiesch, C. (2019). Matching Supply with Demand: An
Introduction to Operations Management (4th ed.). McGraw-Hill.
Chen, I. J., & Paulraj, A. (2004). Towards a Theory of Supply Chain
Management: The Constructs and Measurements. Journal of
Operations Management, 22(2), 119-150. DOI:
10.1016/j.jom.2003.12.007
Chopra, S., & Meindl, P. (2018). Supply Chain Management: Strategy,
Planning, and Operation (7th ed.). Pearson.
Christopher, M. (2016). Logistics & Supply Chain Management (5th ed.).
Pearson.
Craighead, C. W., Blackhurst, J., Rungtusanatham, M. J., & Handfield, R. B.
(2007). The Severity of Supply Chain Disruptions: Design Characteristics
and Mitigation Capabilities. Decision Sciences, 38(1), 131-156. DOI:
10.1111/j.1540-5915.2007.00151.x
Fisher, M. L. (1997). What is the Right Supply Chain for Your Product? Harvard
Business Review, 75(2), 105-116.
Gunasekaran, A., Patel, C., & Tirtiroglu, E. (2001). Performance Measures and
Metrics in a Supply Chain Environment. International Journal of
Operations & Production Management, 21(1/2), 71-87. DOI:
10.1108/01443570110358468
Harrison, T. P., & van Hoek, R. I. (2008). Logistics Management and Strategy:
Competing Through the Supply Chain (3rd ed.). Pearson.
Hugos, M. H. (2018). Essentials of Supply Chain Management (4th ed.). Wiley.
Ivanov, D., & Sokolov, B. (2010). Adaptive Supply Chain Management.
Springer.
Lee, H. L. (2002). Aligning Supply Chain Strategies with Product Uncertainties.
California Management Review, 44(3), 105-119. DOI:
10.2307/41166135
Lee, H. L., & Whang, S. (2004). E-Business and Supply Chain Integration.
Stanford Global Supply Chain Management Forum, SGSCMF-W2-2004.
Lummus, R. R., & Vokurka, R. J. (1999). Defining Supply Chain Management: A
Historical Perspective and Practical Guidelines. Industrial Management
& Data Systems, 99(1), 11-17. DOI: 10.1108/02635579910243829
Manuj, I., & Mentzer, J. T. (2008). Global Supply Chain Risk Management
Strategies. International Journal of Physical Distribution & Logistics
Management, 38(3), 192-223. DOI: 10.1108/09600030810866986
Mentzer, J. T. (2004). Fundamentals of Supply Chain Management: Twelve
Drivers of Competitive Advantage. SAGE Publications.
Seuring, S., & Müller, M. (2008). From a Literature Review to a Conceptual
Framework for Sustainable Supply Chain Management. Journal of
Cleaner Production, 16(15), 1699-1710. DOI:
10.1016/j.jclepro.2008.04.020
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., & Simchi-Levi, E. (2008). Designing and
Managing the Supply Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies (3rd
ed.). McGraw-Hill.
Stadtler, H. (2015). Supply Chain Management: An Overview. In H. Stadtler &
C. Kilger (Eds.), Supply Chain Management and Advanced Planning (5th
ed., pp. 3-28). Springer.
Wisner, J. D., Tan, K. C., & Leong, G. K. (2016). Principles of Supply Chain
Management: A Balanced Approach (4th ed.). Cengage Learning.
80 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
GLOSARIUM
Istilah Definisi
Supply Chain Proses pengelolaan aliran barang, layanan, informasi,
Management (SCM) dan keuangan dari pemasok awal hingga konsumen
akhir.
Lead time Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
atau aktivitas tertentu dalam rantai pasokan.
Bullwhip Effect Fenomena di mana perubahan kecil dalam
permintaan konsumen menyebabkan fluktuasi besar
dalam rantai pasokan.
Manajemen Risiko Proses identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
yang mungkin mempengaruhi rantai pasokan.
Pengadaan Proses memperoleh barang atau jasa yang diperlukan
melalui kontrak dengan pemasok eksternal.
Strategi Global Pendekatan yang mengintegrasikan operasi rantai
pasokan di berbagai pasar dan negara.
Strategi Lokal Pendekatan yang menyesuaikan operasi rantai
pasokan dengan kebutuhan dan kondisi pasar lokal.
Kemitraan dan Kerja sama antara perusahaan dalam rantai pasokan
Kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Model Lean Pendekatan yang berfokus pada penghilangan
pemborosan dan peningkatan efisiensi dalam rantai
pasokan.
Model Responsive Pendekatan yang menekankan fleksibilitas dan
respons cepat terhadap perubahan permintaan pasar.
Model Sustainable Pendekatan yang menekankan praktik berkelanjutan
dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Efisiensi Biaya Pengoptimalan penggunaan sumber daya untuk
mengurangi biaya sambil mempertahankan kualitas
dan kinerja.
Istilah Definisi
Kualitas Produk dan Ukuran sejauh mana produk atau layanan memenuhi
Layanan standar dan ekspektasi pelanggan.
Ketepatan Waktu Kemampuan untuk mengirim produk atau layanan
Pengiriman tepat waktu sesuai jadwal yang dijanjikan.
Teknologi Informasi Penggunaan teknologi untuk mengelola dan
mengoptimalkan informasi dalam rantai pasokan.
Negosiasi dan Proses mencapai perjanjian bersama dengan pemasok
Kontrak atau pelanggan melalui diskusi dan perjanjian formal.
Etika dan Kepatuhan Adanya standar etika dan kepatuhan hukum dalam
operasi rantai pasokan.
Peningkatan dan Proses perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan
Optimalisasi kinerja dan efektivitas rantai pasokan.
Identifikasi dan Proses mengidentifikasi dan menilai potensi risiko
Penilaian Risiko dalam rantai pasokan.
Waktu Siklus Durasi total waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proses atau siklus tertentu dalam
rantai pasokan.
82 | Manajemen Rantai Pasok Adaptif Teori Dan Praktik
PROFIL PENULIS
Dr. Hani Sirine, S.E., M.M.
Buku ini ditulis oleh Hani Sirine, seorang staf pengajar
pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, sejak tahun
2003 sampai sekarang. Perempuan kelahiran Semarang, 7
November 1978 ini menempuh pendidikan S1 pada
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Semarang pada tahun 1996. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Magister
Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro, pada tahun 2000, dan mengambil
pendidikan S3 pada Program Studi Doktor Manajemen, Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, pada tahun 2017. Dalam
penelitian dan tulisannya, penulis mendalami tema-tema seperti manajemen
operasi, manajemen strategik, kewirausahaan, manajemen dan organisasi,
manajemen proyek, penganggaran, spiritualitas, tanggung jawab sosial
perusahaan, dan tujuan keberlanjutan bersama. Karya ilmiahnya telah
dipublikasikan di berbagai jurnal akademik, dan ia juga memberikan
presentasi di konferensi nasional maupun internasional. Penulis telah
menerbitkan hampir 40 karya ilmiah yang ditulis dalam pemahaman yang
mendalam, baik dari sudut pandang pembaca sebagai individu maupun
organisasi, sehingga menjadi karya- karya yang menginspirasi dan memberi
kontribusi bagi banyak pihak.