LAPSUS BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Pembimbing : dr. Galih Satriyo Hutomo
Narasumber : dr.Ari Sardito Sp.B
STATUS PASIEN
IDENTITAS
• No. RM
• Nama : Tn. Kasdi
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Usia : 62th
• Alamat : Alang-alang caruban Jombang
• Pekerjaan : Petani
• Pendidikan : SD
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• Status : Sudah menikah
• Jaminan : KIS
• Tgl MRS : 09-1-2018
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dibawa keluarganya ke IGD RSUM dengan keluhan nyeri perut ba
gian bawah sejak tadi malam, pasien juga mengeluh susah buang air kecil sejak
kurang lebih 3 hari, BAK hanya menetes, dan sebentar sebentar ingin buang air
kecil tapi tidak bisa, harus mengedan untuk kencing, kencing menetes dan setela
h kencing masih terasa ada sisa. Pasien juga mengeluh nyeri saat kencing. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk di bawah perut sampai selangkangan.
Riwayat kencing berwarna merah (-), kencing nanah (-), kencing batu (-), nyeri pi
nggang (-), mual muntah (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes disangkal, riwayat sakit
jantung dan paru disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang sdakit seperti ini
Riwayat Sosial ekonomi & Kebiasaan:
Pasien bekerja sebagai petani, pasien sering mengkonsumsi kopi,
sering mengkonsumsi jamu-jamuan tradisional bila badan terasa pegal,
dan pasien kadang- kadang juga menjelaskan sering menahan untuk
BAK bila sedang bekerja. , riwayat konsumsi alcohol dan obat-obatan
disangkal, pasien tidak pernah orahraga.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, N: 94x/m, P: 20x/m, T: 36,8’C
Kepala-leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-), dispneu (-/-)
Jantung : S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : SN vesikuler/vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-),
sonor/sonor
Abdomen : supel, BU (+) normal,, hepar & lien tidak
teraba, timpani (+) nyeri tekan supra pubik (+), Buli-buli tampak penuh (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 det, sianosis (-/-), edema (-/-)
Status Urologi
Regio Suprapubic
Inspeksi : Kesan buli-buli penuh, warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak m
assa , hematom tidak ada, edema tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan (+) , buli-buli teraba, massa tumor tidak teraba.
Regio Genitalia Eksterna
Inspeksi : Tampak penis tersirkumsisi, OUE pada gland penis, tanda radang (-) skr
otum tampak normal, hematom (-), edema (-).
Palpasi : Pada penis tidak teraba massa tumor, tidak nyeri tekan. Pada skrotum ter
aba dua buah testis, kesan normal, massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 09 Januari 2018
Hemoglobin : 12,7 (N: 13,5 - 18,6 g/dl)
Leukosit : 8.000 (N: 4.000 – 11.000 /cmm)
Trombosit : 234.000 (N: 150.000 – 450.000 /cmm)
Hematocrit : 36,1% (N: 40 - 54)
Glukosa sewaktu : 114 (N < 125 mg/dl)
SGOT : 21 (N < 37 U/l)
SGPT : 28 (N < 40 U/l)
Ureum (BUN) : 23 (N: 4,7 – 23,4 mg/dl)
Kreatinin : 0,9 (N: 0,8 – 1,5 mg/dl)
Kurang dari Kadang-kadang
Tidak perna Kurang dari set Lebih dari sete Hampir selal
sekali dalam Skitar sekor
h engah ngah u
lima kali (50%)
Selama sebulan terakhir seberapa 4
sering anda merasa tidak lampias 0 1 2 3 4 5
saat selesai berkemih?
Selama sebulan terakhir seberapa 4
sering anda harus kencing dalam
0 1 2 3 4 5
waktu kurang dari 2 jam setelah s
elesai berkemih?
Selama sebulan terakhir seberapa 5
sering anda mendapatkan bahwa 0 1 2 3 4 5
anda kencing terputus putus?
Selama sebulan terakhirseberapa 4
Skor QOL: 5 sering anda mendapatkan sulit me 0 1 2 3 4 5
Total IPSS Score : 32
nahan kencing?
Selama sebulan terakhir seberapa 0 1 2 3 4 5 5
Ringan : 0-7 sering pancaran kencing anda lem
Sedang: 8-19 ah?
Berat : 20-35 Selama sebulan terakhir seberapa 0 1 2 3 4 5 5
sering anda harus mengejan saat
berkemih?
Selama sebulan terakhir seberapa 0 1 2 3 4 5 5
sering anda harus terbangun untu
k berkemih sejak mulai tidur hing
ga bangun pagi?
Skor IPSS Total (pertanyaan 1-7)
(skor kualitas hidup) Senang sekali Senang Pada umumnya pua Campuran antara pu Pada umumnya tida Tidak bahagia
s as dan tidak k puas
Seandainya anda harus menghabi 0 1 2 3 4 5 5
skan sisa hidup dengan fungsi ber
kemih saat ini bagaimana perasaa
n anda?
DIAGNOSIS
Diagnosis Utama : BPH
Diagnosis Sekunder : Ca prostat
TATALAKSANA
Tatalaksana di ruang gawat darurat:
• Pasang Cateter Volume urin 1100cc
• Pro USG abdomen
• IVFD RL 20 tpm
• MRS atas permintaan pasien
FOLLOW UP
Tanggal 9 januari 2018
Subjektif:
Nyeri sudah berkurang
Objektif:
TD 120/80, N 84x/m, P 20x/m, S 36’c
Hasil Usg Abdomen
Assessment
BPH + Gasatritis
Planning
KRS
Follow up Poli bedah
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hiperplasia Prostat Benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat men
galami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer. Selain itu, B
PH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang bersifat jinak yang hanya timbul pada la
ki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut.
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Prostat berbentuk seperti pyra
mid terbalik dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang mengelilingi uretra
pars prostatica
Fisiologi Prostat
Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret dari
vesikula seminalis yang merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen b
erisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu dapat dite
mukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-
enzim lain dan lipid. Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi
otot polos. kelenjar prostat juga menghasilkan cairan dan plasma seminalis, denga
n perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada
waktu ejakulasi.
Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperpl
asia prostat. Namun ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timb
ulnya hiperplasia prostat jinak adalah:
1. Teori Dihidrotestosteron.
2. Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron.
3. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat.
4. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
5. Teori Stem sel.
-Teori dihidrotestosteron -Interaksi stroma epitel -Berkurangnya kematian sel prostat (Apoptosi
s)
-Ketidak seimbangan hormon esterogen d -Peningkatan 5- alfa reduktasedari
an testosteron reseptor endogen
Hiperplasi pada epitel dan stroma pada kelenjar prostat
Penyempitan Lumen Ureter Prostatika
Menghambat aliran urinalis
Peningkatan tekanan intra vesikal
Manifestasi klinis
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)
Obstruksi Iritasi
Hesistansi Frekuensi
Pancaran miksi lemah Nokturi Timbulnya gejala LUTS mer
upakan manifestasi kompen
sasi otot buli-buli untuk me
ngeluarkan urine. Pada suat
Intermitensi Urgensi
u saat, otot buli-buli menga
Distensi abdomen Disuria lami kepayahan (fatigue) se
hingga jatuh ke dalam fase
Terminal dribbling (menetes) Urgensi dan disuria jarang terja dekompensasi yang diwuju
dkan dalam bentuk retensi
di, jika ada disebabkan oleh ket urin akut.
Volume urine menurun
idakstabilan detrusor sehingga t
Mengejan saat berkemih erjadi kontraksi involunter.
Pemeriksaan Fisik
• Teraba massa kistus di daerah supra simfisis oleh karena buli
-buli yang terisi penuh
• Pemeriksaan colok dubur / digital rectal examination( DRE )
• Derajat berat obstruksi Derajat berat obstruksi dapat
diukur dengan menentukan jumlah sisa urin setelah miksi spontan
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Sedimen urin
b. Kultur urin
c. Faal ginjal
d. Gula darah
e. Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)
2. Pemeriksaan Patologi Anatomi
BPH dicirikan oleh berbagai kombinasi dari hiperplasia epitel dan stro
ma di prostat
3. Pencitraan pada Benigna Prostat Hiperplasia:
a. Foto polos
b. Pemeriksaan ultrasonografi trans rectal (TRUS)
c. Ultrasonografi trans abdominal
d. Sistografi buli
4. Pemeriksaan lain
a. Residual urin :
b. Pancaran urin/flow rate :
Keterangan :
Gambaran aliran urin atas : dewasa muda yang asimtomatik, aliran urin lebih dari
15mL/s, urin residu 9 mL pada ultrasonografi.
Gambaran aliran urin bawah : dewasa tua dengan benigna hyperplasia prostat, te
rlihat waktu berkemih memanjang dengan aliran urin kurang dari 10mL/s, pasien i
ni urin residunya 100 mL
Menetukan diagnosa
1. Anamnesa
Hal yang perlu ditanyakan pada pasien adalah usia dan gejala-gejala yang dialami pasien seperti pada g
ejala klinis. Sistem skoring diperlukan untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pasien yg diisi secar
a subjektif. Sistem skoring yang digunakan adalah Skor Internasional Gejala Prostat atau International Pr
ostate Symptom Score (IPSS)
2. Pemeriksaan fisik
a. Kandung kemih
Pada pemeriksaan didapati kandung kemih terisi penuh dan teraba
massa akibat retensi urin
b. Colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE)
Pada pemeriksaan DRE didapati prostat teraba membesar, konsistensi
kenyal, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan
nodul, menonjol ke dalam rektum
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap
Komponen yang diperiksa antara lain ureum, kreatinin, elektrolit, BUN,
dan gula darah
b. Urin
Dilakukan kultur urin dan sensitivitas untuk melihat kemungkinan infeksi
c. Prostate Spesific Antigen (PSA)
Pemeriksaan PSA ditujukan pada pasien yang memiliki resiko BPH. Pe
meriksaan ini dilakukan sebagai skreening untuk deteksi dini kanker
4. Pemeriksaan pencitraan
a. Foto polos abdomen
Foto polos abdomen digunakan untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih
b.IVP (intravenous Pyelography)
IVP digunakan untuk melihat kemungkinan adanya hidroureter atau hidronefrosis,
memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi p
rostat
c.Transrectal Ultrasound (TRUS)
TRUS digunakan untuk mengetahui volume kelenjar prostat
d.Ultrasonografi transabdominal
Ultrasonografi transabdominal digunakan untuk mendeteksi adanya hidronefrosis a
taupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH
e.Sistografi
Sistografi digunakan bila terdapat hematuria atau kemungkinan terdapat tumor
Tatalaksana
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah untuk memperbaiki
keluhan miksi, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi
obstruksi infravesika, mengembalikan fungsi ginjal jika
terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urin setelah
miksi, dan mencegah progresifitas penyakit.
Pilihan terapi tergantung dari hasil skor IPSS pasien
1. Watchful waiting
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS di bawah
7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien
tidak mendapat terapi apapun karena dapat sembuh sendiri dan di beri
penjelasan mengenai semua hal yang dapat memperburuk keluhanya, seperti
tidak boleh mengkonsusmsi kopi atau alkohol (dapat mengiritasi kandung
empedu) tidah boleh menahan kencing terlalu lama dan harus rutinkontrol secara
periodik setelah 6 bulan.
2. Medikamentosa
Pilihan terapi medikamentosa ditujukan untuk pasien dengan skor IPSS 8-19. Ob
at-obatan yang dapat digunakan antara lain :
a. Penghambat reseptor adrenergik-α1 (α1 adrenergic blocker)
Tujuannya adalah untuk mengurangi resistensi otot polos prostat.
b. Penghambat 5α-reduktase
Tujuannya adalah untuk mengurangi volume prostat dengan cara menuru
nkan kadar DHT
3. Operasi
Pilihan operasi ditujukan untuk pasien dengan skor IPSS 20-35.
Penyelesaian masalah hiperplasia prostat jangka panjang yang paling baik saat
ini adalah pembedahan.
Indikasi pembedahan ditujukan pada pasien BPH yang
tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa, mengalami retensi
urin, infeksi saluran kemih berulang, hematuria, gagal ginjal, dan timbul batu
saluran kemih atau penyulit lainnya akibat obstruksi saluran kemih bagian
bawah.
Beberapa contoh tindakan bedah
a. Transuretral Resection of the Prostate (TURP)
TURP merupakan gold standart dan operasi yang paling banyakdikerjakan
di seluruh dunia
b. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan dua insisi dengan pisau Collins
pada posisi jam 5 dan 7. Insisi diawali dari distal ke orificium uretra dan ke-l
uar melalui verumontanum
c. Prostatektomi terbuka
Prostatektomi terbuka dilakukan pada keadaan prostat yang sangat besar
(>100 gram). Tindakan ini dapat dilakukan melalui pendekatan suprapubik t
ransvesikal (Freyer) atau retropubik infravesikal (Millin)
Observasi Medikamentosa Operasi Invasive minimal
Watchful Penghambat Prostatektomi terbuka TUMT
waiting adrenergik α TUBD
Penghambat Endourologi Stent uretra
reduktese α TUNA
Fisioterapi 1. TURP
Hormonal 2. TUIP
3. TULP
Elektovaporasi
Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna
Komplikasi
Hiperplasia Prostat
↓
Penyempitan lumen uretra posterior
↓
Tekanan intravesika meningkat
↓ ↓
Buli-buli: Ginjal dan ureter:
Hipertrofi otot detrusor
Trabekulasi Hidroureter
Selula Hidronefrosis
Divertikel buli-buli Gagal ginjal
TERIMAKASIH