Kepaniteraan Klinik IKM-KP
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
7.7. Pendidikan kesehatan
7.8. Promosi kesehatan
9 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat
termasuk anak usia sekolah
28 Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat terkait
program kesehatan pemerintah (misalnya KIA, kesehatan
reproduksi, gizi masyarakat, TB Paru, dll.)
Dr. Subur Prajitno, MS., AKK.
DR. Dr. Lilik Djuari, MKes., AKK.
Dr. Samsriyaningsih Handajani, MKes., MEd., PhD.
PENDAHULUAN
Deklarasi Alma Ata pada tahun 1978 menghasilkan strategi utama
dalam pencapaian Kesehatan Bagi Semua (Health For All) melalui
Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care).
Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada, berlangsung Konferansi
International Promosi Kesehatan yang menghasilkan Piagam Ottawa
(Ottawa Charter).
Aktivitas utama Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa adalah :
1. Advokasi (Advocating),
2. Pemberdayaan (Enabling) dan
3. Mediasi (Mediating).
Health Promotion is "the process of enabling people to increase
control over their health and its determinants, and thereby improve
their health", according to the World Health Organization's (WHO)
2005 Bangkok Charter for Health Promotion in a Globalized World.
Preventive Medicine natural history of any disease
Agent
Death
Severe
Environ Moderate
Host
-ment Mild illness
Clinical horizon
Tissue damage
stimuli Cell damage
Pre Pathogenesis Period Pathogenesisaccumulation
Colonization/ Period Cure
Health Specific Early Disability Rehabilitation
Protection Diagnosis + Limitation
Promotion
Prompt
Treatment
Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif
Primary Prevention Secondary Prevention Tertiary
Prevention
Level of Preventions Hugh Nelson Leavell (C) & Mabel Breen Blackman (C of E. Gurney Clark),
Preventive Medicine for Doctor in His Community , 1979.
Level Definition
Primary Primary prevention strategies intend to avoid the
prevention development of disease. Most population-based
health promotion activities are primary preventive
measures
Secondary Secondary prevention strategies attempt to
prevention diagnose and treat an existing disease in its early
stages before it results in significant morbidity
Tertiary These treatments aim to reduce the negative
prevention impact of established disease by restoring
function and reducing disease-related
complications
Quaternary This term describes the set of health activities
prevention that mitigate or avoid the consequences of
unnecessary or excessive interventions in health
system
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/MENKES/SK/ll/2005 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah PROMOSI KESEHATAN
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat,
sesuai dengan kondisi sosialbudaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
PROMOSI KESEHATAN PUSKESMAS adalah Upaya
Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat
untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap
individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan
mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
UKM Esensial Promosi Kesehatan
Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas
dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah
masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah
masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi
mengancam, secara mandiri.
Disamping itu, petugas kesehatan puskesmas diharapkan
marnpu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan
masyarakat untuk melakukan PHBS
Pasal 6
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a, Puskesmas berwenang untuk:
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan
yang diperlukan;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan
kesehatan;
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan
sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan
pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas;
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;
dan
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
Pasal 7
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
mengutamakan upaya promotif dan preventif;
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat;
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien,
petugas dan pengunjung;
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
f. melaksanakan rekam medis;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya;
dan
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi
medis dan Sistem Rujukan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
Strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah :
1. Pemberdayaan
2. Bina Suasana
3. Advokasi
4. Kemitraan
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk
menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan, kemauan
dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
Menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan>
a. Pemberdayaan Individu
b. Pemberdayaan Keluarga
c. Pemberdayaan Masyarakat
1. Promosi Kesehatan Puskesmas adalah Upaya Puskesmas
melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap
individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan
mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
2. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di
puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu ber Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai bentuk
pemecahan masalah masalah kesehatan yang dihadapinya,
baik masalah masalah kesehatan yang diderita maupun
yang berpotensi mengancam, secara mandiri.
3. Disamping itu, petugas kesehatan puskesmas diharapkan
marnpu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan
masyarakat untuk melakukan PHBS
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/MENKES/SK/V/2007
Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
a. Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap
petugas kesehatan puskesmas terhadap individu-individu
yang datang memanfaatkan pelayanan puskesmas. Di
samping itu, individu-irrdividu yang menjadi sasaran
kunjungan misal, upaya keperawatan kesehatan
masyarakat, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan
perilaku baru kepada individu yang mungkin mengubah
perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh individu
tersebut.
Metode yang digunakan dapat berupa pilihan atau
kombinasi dari dialog, demonstrasi, konseling dan
bimbingan. Demikian pula media komunikasi yang
digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari
lembar balik / leaflet, gambar/foto (poster) atau media lain
yang mudah dibawau ntuk kunjungan rumah.
b. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh petugas
puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah
terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu pengunjung
puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di wilayah
kerja puskesmas.
Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk
memperkenalkan perilaku baru yang mungkin mengubah
perilaku yang selama ini dipraktikan oleh keluarga
tersebut.
Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk
pemberdayaan keluarga dapat berupa pilihan atau
kombinasi. Metodenya antara lain dialog, demonstrasi,
konseling dan media komunikasi seperti lembar balik,
leaflet, gambar / foto (poster) atau media lain yang mudah
dibawa saat kunjungan
rumah.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan terhadap masyarakat (sehelompok
anggota masyarakat) yang dilakukan oleh petugas
puskesmas merupakan upaya penggerakan atau
pengorganisasian masyarakat.
Beberapa yang harus dilakukan oleh puskesmas dalam
pemberdayaan masyarakat yang berwujud UKBM:
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : Posyandu, Polindes,
Bina Keluarga Balita
Upaya Pengobatan: Pos Obat Desa, Pos Kesehatan
Desa
Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan
Gizi; Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Upaya Kesehatan Sekolah : dokter kecil, penyertaan
guru dan orang tua/ wali murid, Saka Bakti Husada.Pos
Kesehatan Pesantren
Upaya kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau
lingkungan sosial yang mendorong individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan
berperan aktif dalarn setiap upaya penyelenggaraan
kesehatan.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan
masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak individu,
keluarga dan masyarakat mengalami peningkatan dari
fase "tahu" ke fase "mau" perlu diciptakan lingkungan
yang mendukung. Keluarga atau orang yang
mengantarkan pasien ke Puskesmas, penjenguk pasien
dan petugas kesehatan mempunyai pengaruh untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung
opini yang positif terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan.
3. Advokasi
Advokasi merupakan upaya / proses yang terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang
terkait (tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal) agar
masyarakat diilingkungan puskesmas berdaya untuk
mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta
menciptakan lingkungan sehat.
Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu
diperhatikan bahwa sasaran advokasi hendaknya,
diarahkan / dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan :
1) Memahami / menyadari persoalan yang diajukan
2) Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang
diajukan,
3) Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam
berperan
4) Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
5) Menyampaikan langkah tindak lanjut,
Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah
"Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik" Artinya bahan advokasi
harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan,
budaya, kesukaan, dan lain-lain).
Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi
Mencakup unsur-urisur pokok, yaitu Apa, Mengapa,
Dimana, Bilamana, Siapa d an Bagarmana (5 W + 1 H).
Memuat masalah dan plihan-pilihan kemungkinan untuk
memecahkan masalah.
Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.
Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar,
dan lain-lain.
Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas,
tetap ijelas.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi,
prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan
dikembangkan antara petugas kesehatan Puskesmas
dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam
Pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan
advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dikembangkan
karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas
promosi kesehatan, petugas kesehatan puskesmas
harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti
misalnya kelompok profesi, pemuka agama, LSM, media
massa, dan ain-lain.
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan
dan dipraktikkan adalah :
1) Kesetaraan
2) Keterbukaan
3) Saling menguntungkan.
Kesetaraan.
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang
bersifat hierarkis (atas-bawah) semua harus diawali dengan
kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam
kedudukan yang sederajat.
Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.
Keterbukaan.
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya
kejujuran dari masing-masing prhak. Setiap usul / saran /
komentar harus disertai dengan itikad yang jujur, sesuai fakta,
tidak menutup-tutupi sesuatu.
Saling menguntungkan.
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung
keuntungan di semua pihak (win-win solution). Misalnya dalam
hubungan antara tenaga kesehatan Puskesmas dengan
pasien / kliennya, maka setiap solusi yang ditawarkan
hendaknya juga berisi penjelasan tentang keuntungannya bagi
si pasien / klien. Demikian juga dalam hubungan antara
Puskesmas dengan pihak donatur.
Terdapat tujuh landasan (tujuh saling) yaitu :
1) Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-
masing,
2) Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing,
3) Saling berupaya untuk membangun hubungan,
4) Saling berupaya untuk mendekati,
5) Saling terbuka terhadap kritik / saran, serta mau membantu
dan dibantu.
6) Saling mendukung upaya masing-masing,
7) Saling mengharga upaya masing-masing
Pendukung Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaannya strategi promosi kesehatan harus
diperkuat dengan :
1. Metode dan Media yang tepat, serta tersedianya
2. Sumber Daya yang memadai.
1. Metode dan Media
Metode komunikasi adalah proses komunikasi.
Pemllihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan
kemasan informasinya, keadaan penerima informasi
(termasuk sosial budayanya), dan hal-hal lain seperti ruang
dan waktu.
Media informasi juga perlu dipilih sesuai metode yang
telah ditetapkan, memperhatikan sasaran / penerima
informasi.
2. Sumber Daya
tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM),
sarana/peralatan termasuk media komunikasi, dan
dana atau anggaran.
Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan
oleh koordinator yang mempunyai kapasitas dibidang
promosi kesehatan.
Koordinator tersebut dipilih dari tenaga khusus promosi
kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat atau PKM).
Jika tidak tersedia tenaga khusus promosi kesehatan
tersebut dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan
puskesmas yang melayani pasien/ klien (dokter,
perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain).
KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DIDALAM GEDUNG
PUSKESMAS
1) Tempat Pendaftaran
2) Poliklinik
3) Ruang Pelayanan KIA & KB
4) Ruang Perawatan Inap
5) Laboratorium
6) Kamar Obat
7) Tempat Pembayaran
8) Klinik Khusus
9) Halaman
10) Taman Puskesmas
11) Dinding Puskesmas
12) Pagar Pembatas Kawasan Puskesmas
13) Kantin/ Kios di Kawasan Puskesmas
14) Tempat lbadah
KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI LUAR GEDUNG
PUSKESMAS
Pelaksanaan promosi kesehatan diluar gedung dilakukan oleh
Puskesmas bekerja sama dengan berbagai pihak potensial
lainya, dengan menerapkan ABG (Advokasi, Bina suasana,
dan Pemberdayaan Masyarakat) yaitu :
a. Promosi Kesehatan melalui pendekatan individu
b. Promosi Kesehatan melalui pendekatan kelompok (Tim
Penggerak PKK, posyandu, karang taruna, Saka Bakti
Husada, majelis taklim)
c. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi massa
(seperti kelompok kesenian tradisional dan lain-lain).
d. Penggerakan dan pengorganisasian masyarakat.
A. Kunjungan Rumah
B. Pemberdayaan Berjenjang
C. Pengorganisasian Masyarakat
Proses pemberdayaan berjenjang tersebut adalah sebagai
berikut :
Diawali dengan petugas puskesmas membantu para pemuka
masyarakat, dengan langkah-langkah :
1. Survei Mawas Diri (SMD).
Dalam langkah ini, para pemuka masyarakat (misalnya
para Pengurus RW/RT, Pemuka Agama, Tim Penggerak
PKK) dibimbing untuk melakukan pengenalan masalah-
masalah kesehatan yang melanda masyarakatnya.
2. Musyawarah Masyarakat {MM),
Dalam langkah ini para pemuka masyarakat dibimbing
membahas hasil SMD dalam musyawarah kecil di antara
mereka, untuk dirumuskan dan direncanakan jaian
keluarnya (pemecahannya)
Selanjutnya para pemuka masyarakat dibimbing untuk
memberdayakan para kader melalui langkah :
1. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (PPK).
Dalam langkah ini para pemuka masyarakat dibimbing
untuk menetapkan Pengurus/Pengelola UKBM (dalam
bentuk sesuai untuk mengatasi masalah, yaitu misalnya:
Pos Kesehatan Desa atau Poskesdes), dan pelaksana
UKBM (yaitu tenaga kesehatan dan kader).
2. Pelaksanaan Kegiatan (PK)
Dalam langkah ini, petugas kesehatan dan para kader
mulai melakukan pelayanannya kepada rnasyarakat
melalui kegiatan-kegiatan UKBM (misalnya Poskesdes).
3. Dukungan, Pemantauan, dan Bimbingan {DPB).
Dalam langkah ini, Puskesmas dibantu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaksanakan bina suasana dan
advokasi.
Promosi Kesehatan Nasional
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
SASARAN PROMOSI KESEHATAN
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga)
jenis sasaran, yaitu :
(1) sasaran primer,
(2) sasaran sekunder dan
(3) sasaran tersier.
Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih
dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka
formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain),
organisasi kemasyarakatan dan media massa.
Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain
yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan
sumber daya.
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari :
(1) pemberdayaan, yang didukung oleh
(2) bina suasana dan
(3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat
(4) kemitraan.
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu,
keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu,
mau dan mampu mempraktikkan PHBS.
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif
dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan
dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu
yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik
dari segi materi maupun non materi.
PELAKSANA PROMOSI KESEHATAN
dua kategori pelaksana promosi kesehatan, yaitu :
(1) setiap petugas kesehatan dan
(2) petugas khusus promosi kesehatan (disebut penyuluh
kesehatan masyarakat).
Setiap petugas kesehatan yang melayani pasien dan ataupun
individu sehat (misalnya dokter, perawat, bidan, tenaga gizi,
petugas laboratorium dan lain-lain) wajib melaksanakan promosi
kesehatan. Namun demikian tidak semua strategi promosi
kesehatan yang menjadi tugas utamanya, melainkan hanya
pemberdayaan.
Petugas khusus promosi kesehatan diharapkan dapat membantu
para petugas kesehatan lain dalam melaksanakan pemberdayaan,
yaitu dengan:
1) Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi
guna memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan
pemberdayaan.
2) Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau
melalui kemitraan dengan pihak-pihak lain.
3) Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina
suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari pembuat
kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran tersier).
UKBM
(Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat / UKBM) :
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
b. Upaya pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Upaya perbaikan gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi,
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah: Dokter Kecil, penyertaan guru
dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan
(DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos
UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana
sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana
keagamaan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas
Behaviour Change
METODE menurut Tujuan
1. Pengubahan Pengetahuan ( Cognitif ) :
- Ceramah
- Kuliah
- Presentasi
- Wisata Karya
- Curah Pendapat
- Seminar
- Studi kasus
- Tugas baca
- Simposium
- Panel
- Konferensi
2. Pengubahan Sikap ( Afektif ) :
- Diskusi
- Tanya Jawab
- Role playing
- Pemutaran Film / Tape
- Simulasi
3. Pengubahan Tindakan ( Psikomotor ) :
- Latihan sendiri
- Bengkel kerja
- Demonstrasi
- Experimen
METODE menurut Sasaran
1. Penyuluhan Perorangan :
- Guidance & Counseling
- Interview / Wawancara
2. Penyuluhan Kelompok :
• Kelompok Kecil :
- Diskusi Kelompok
- Brainstorming ( Curah Pendapat )
- Buzz group
- Bola salju / Snow balling
- Role play
- Simulation game
• Kelompok Besar :
- Ceramah
- Seminar
3. Penyuluhan Massa :
– Billboard
– Ceramah umum / Kampanye
– Pidato
– Tontonan / Hiburan masyarakat ( Dongeng,
Ludruk, Wayang, Komedi, dsb. )
– Sinetron
– Pesan keliling desa
– Tulisan di Koran / Majalah
MEDIA DISEMINASI INFORMASI DALAM
BIDANG KESEHATAN
Media
Alat Bantu ( Peraga / Media ) Penyuluhan adalah alat
alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan Penyuluhan , dengan prinsip :
semakin banyak frekwensi dan semakin adekwat
intensitas Penyuluhan dan
semakin banyak jenis indera masyarakat yang dikenai
stimulus, maka semakin baik pulalah Persepsi yang
diinginkan dari masyarakat dapat tercapai.
1. Kata kata
2. Tulisan
3. Rekaman /
Radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field trip
8. Demonstrasi
9. Sandiwara
10. Benda tiruan
11. Benda asli
Edgar Dale menyatakan sebuah Kerucut tingkat
intensitas stimulus yang dihasilkan berbagai
Alat Bantu / Peraga / Media Penyuluhan .
Semakin besar nomer Alat Bantu / Peraga /
Media Penyuluhan , semakin besar intensitas
stimulus yang dihasilkan.
Media menurut jumlah sasaran
1. Perorangan :
- Brosur
- Buku / Booklet
- Foto
2. Kelompok :
- Flipchart (Lembar Balik)
- Poster
- Leaflet
- Flannelgraph
- Flashcard
- Slide / Transparancies-OHP / LCD Projector
- Film
- Model
3. Massa :
- Fyer
- Baliho
- Spanduk/Umbul-umbul
Behavior Change :
1. The Social Learning / Social Cognitive Theory
2. The Diffution of Innovation Theory
3. The Health Belief Model
4. The Cognitive Dissonance Model
5. The Maslow’s Hierarchy of Needs Model
6. Theory of Reasoned Action
7. Theory of Planned Behavior
8. The Transtheoretical Model
9. Theory Of Health Behavior Determinants / The Precede-
Proceed model, Dr. Lawrence W. Green
10. Theory Of Behavior Changes (Mathews)
11. Model WHO expert
12. Model Snehandu B. Karr
Desa Siaga Aktif
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor
1529/MENKES/SK/X/2010
Tentang
Pedoman Umum
Pengembangan
Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
1. Tujuan Umum :
Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang
peduli, tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri,
sehingga derajat kesehatannya meningkat.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif di setiap tingkat Pemerintahan.
b. Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku
kepentingan pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa
dan kelurahan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
c. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar di desa dan kelurahan.
d. Mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dapat melaksanakan survailans
berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan
ibu, pertumbuhan anak, lingkungan, dan perilaku),
penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, serta
penyehatan lingkungan.
e. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana,
maupun sumber daya lain, yang berasal dari pemerintah,
masyarakat dan swasta/dunia usaha, untuk pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
f. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
Rumah Tangga di desa atau kelurahan.
PENGERTIAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA
AKTIF
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau kelurahan, yang
:
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari
melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan
yang ada di wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan
Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan
survailans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan
perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan
Siaga Aktif memiliki komponen :
(1) Pelayanan kesehatan dasar,
(2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan
mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan
kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan,
(3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau
Kelurahan Siaga Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM,
serta kegiatan kader dan masyarakat. Pelayanan ini selanjutnya
didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti
Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit.
Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-
petunjuk teknis dengan pengawasan dan bimbingan dari
Puskesmas.
Pelayanan kesehatan dasar berupa :
(1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil,
(2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui,
(3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta
(4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit.
UNTUK IBU UNTUK IBU UNTUK ANAK :
HAMIL : MENYUSUI : Pemberian
Pertolongan Pelayanan ibu nifas kapsul Vitamin A
persalinan oleh
nakes
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PENGEMBANGAN UKBM
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui
pengembangan UKBM yang ada di desa.
Kegiatan difokuskan kepada upaya :
1. survailans berbasis masyarakat,
2. kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana ,
3. penyehatan lingkungan.
1. Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan
penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu
oleh tenaga kesehatan.
Kegiatan-kegiatannya berupa :
1) Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat
2) Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas
kesehatan untuk respon cepat,
3) Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan
masalah kesehatan
4) Pelaporan kematian.
2. Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah
upaya upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah
dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan, dengan
berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian
Kesehatan.
Kegiatan-kegiatannya berupa :
1) Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk
mengungsi,
2) Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah
kesehatan akibat bencana dan mencegah faktor-faktor
penyebab masalah,
3) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi
dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah, dan
lain-lain) di tempat pengungsian,
4) Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah,
5) Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.
KEGIATAN PRA BENCANA
KEGIATAN SAAT BENCANA
KEGIATAN PASCA BENCANA
3. Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
desa/kelurahan dan permukiman agar terhindar dari penyakit
dan masalah kesehatan.
Kegiatan-kegiatannya berupa :
1) Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar,
2) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi
dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah dan limbah,
dan lain-lain),
3) Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran
lingkungan.
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
– Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib
melaksanakan PHBS, adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
– Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS
yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga.
PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa dan
kelurahan Siaga Aktif meliputi perilaku sebagai berikut :
1. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika
mengetahui dirinya, keluarganya, temannya atau tetangganya
menderita penyakit menular.
2. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke
Poskesdes/Pustu/ Puskesmas bila terserang penyakit.
3. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas
kesehatan.
4. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas
(bagi ibu).
5. Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang
(terutama bagi perempuan termasuk pada saat hamil dan
menyusui).
6. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.
7. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak.
8. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga
kesehatan.
9. Mengonsumsi Kapsul Vitamin A bagi ibu nifas.
10. Memberi ASI eksklusif kepada bayinya (0-6 bulan).
11. Memberi Makanan Pendamping ASI.
12. Memberi Kapsul Vitamin A untuk bayi dan balita setiap bulan
Februari dan Agustus.
13. Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur serta
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA
untuk memantau pertumbuhannya.
14. Membawa bayi/anak, ibu, dan wanita usia subur untuk
diimunisasi.
15. Tersedianya oralit dan zinc untuk penanggulangan Diare.
16. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan
dalam keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu
bersalin, ambulan, dan lain-lain).
17. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan
kesehatan, termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan.
18. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencana.
19. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
20. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
21. Menggunakan jamban sehat
22. Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan
menggunakannya.
23. Memberantas jentik-jentik nyamuk.
24. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah,
desa/kelurahan maupun di lingkungan pemukiman.
25. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
26. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan
menyalahgunakan napza serta bahan berbahaya lain.
27. Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas atau
sarana kesehatan lain.
28. Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga
(TOGA) dan Warung Hidup di halaman masing-masing
rumah atau secara bersama-sama (kolektif).
29. Melaporkan kematian.
30. Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan.
31. Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS.
Ke 31 indikator PHBS tersebut dilaksanakan pada 5 tatanan, yaitu :
1) Tatanan rumah tangga
2) Tatanan institusi pendidikan
3) Tatanan tempat kerja
4) Tatanan tempat-tempat umum
5) Tatanan institusi kesehatan
Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Tatanan Rumah
Tangga digunakan 10 (sepuluh) perilaku yang merupakan indikator
yaitu :
1. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
2. memberi ASI eksklusif kepada bayi,
3. menimbang berat badan balita,
4. menggunakan air bersih,
5. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
6. menggunakan jamban sehat,
7. memberantas jentik nyamuk,
8. mengonsumsi sayur dan buah setiap hari,
9. melakukan aktivitas fisik setiap hari,
10. tidak merokok di dalam rumah.
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Tatanan rumah tangga :
Kepala Rumah Tangga harus menjadi panutan dan mendorong
anggota rumah tangganya untuk mempraktikkan PHBS.
Ia juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Rumah Tangga.
Tatanan institusi pendidikan :
yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pesantren, seminari, dan
sejenisnya, pemilik institusi pendidikan dan para pendidik merupakan
panutan dan mendorong anak didiknya dalam mempraktikkan PHBS.
Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Pendidikan.
Tatanan tempat kerja :
pabrik, toko, kantor/perusahaan, dan lain-lain, pemilik dan pengelola
tempat kerja tersebut harus menjadi panutan dan mendorong para
pekerja/ karyawannya dalam mempraktikkan PHBS.
Pemilik dan pengelola tempat kerja juga wajib menyediakan sarana
dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Tempat Kerja.
Tatanan tempat-tempat umum :
stasiun, terminal, pelabuhan, bandara, pasar, pertokoan (mal), tempat
hiburan, tempat rekreasi/pariwisata, tempat ibadah, dan lain-lain
sejenis, pemilik dan pengelola tempat umum harus menjadi panutan
dan mendorong para pekerja/karyawan dan pengunjungnya dalam
mempraktikkan PHBS.
Mereka juga bertanggung jawab untuk menyediakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Tempat-tempat Umum.
Tatanan institusi kesehatan :
Pustu, Puskesmas, klinik, rumah sakit, dan lain-lain,
pemilik/pengelola dan para petugasnya merupakan panutan dan
mendorong pasien dan pengunjung lain dalam mempraktikkan
PHBS.
Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Kesehatan.
f. Memanfaatkan Forum Desa/Kelurahan yang sudah ada,
dengan susunan sebagai berikut :
Ketua : Kepala Desa/Lurah
Wakil Ketua/Sekretaris : Sekretaris Desa/Kelurahan
Anggota :
1) Perangkat Pemerintahan Desa/Kelurahan
2) Unsur Lembaga Kemasyarakatan seperti Tim
Penggerak PKK
3) organisasi agama
4) Gerakan Pramuka
5) KPM Desa/Kelurahan, kader kesehatan/ Kelurahan
6) tokoh masyarakat
2. Forum Desa/Kelurahan Siaga Tingkat Desa/Kelurahan
a. Melakukan rapat berkala (minimal 4 kali setahun) untuk
pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
b. Secara berkala melaporkan perkembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif kepada Kepala Desa/Lurah.
PENTAHAPAN
Pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori
Desa Siaga Aktif / Kelurahan Siaga Aktif :
1. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya
3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama
4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri
KRITERIA PENTAHAPAN DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
1. Forum Desa / Ada, tetapi belum Berjalan, tetapi belum Berjalan setiap Triwulan Berjalan setiap bulan
Kelurahan berjalan rutin setiap triwulan
2. KPM/Kader Sudah ada minimal 2 Sudah ada 3-5 Orang Sudah ada 6-8 orang Sudah ada 9 orang atau
Kesehatan Orang lebih
3. Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya
Pelayanan Kesehatan
Dasar
4. Posyandu & UKBM Posyandu ya, UKBM Posyandu & 2 UKBM Posyandu & 3 UKBM Posyandu & 4 UKBM
lainnya aktif lainnya tidak aktif lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
5. Dukungan dana untuk Sudah ada dana dari Sudah ada dana dari Sudah ada dana dari Sudah ada dana dari
kegiatan kesehatan di Pemerintah Desa dan Pemerintah Desa dan Pemerintah Desa dan Pemerintah Desa dan
Desa dan Kelurahan Kelurahan serta sumber Kelurahan serta satu Kelurahan serta dua Kelurahan serta dua
dana lainnya belum ada sumber dana lainnya sumber dana lainnya sumber dana lainnya
6. Peran serta Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
masyarakat dan masyarakat dan tidak masyarakat dan peran masyarakat dan peran masyarakat dan peran
Organisasi ada peran aktif ormas aktif satu ormas aktif dua ormas aktif lebih dari dua
kemasyarakatan ormas
7. Peraturan Kepala Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
Desa atau peraturan direalisasikan direalisasikan direalisasikan
Bupati/Walikota
8. Pembinaan PHBS di Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS
Rumah Tangga kurang dari 20% rumah minimal 20% rumah kuraminimal 40% rumah minimal 70%
tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada rumah tangga yang ada
Kepustakaan
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1193/MENKES/SK/X/2004 Tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1529/MENKES/SK/X/2010 Tentang Pedoman Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
6. Hafni Rochmah, dkk. Panduan Integrasi Promosi Kesehatan dalam
Program-Program Kesehatan di Kabupaten / Kota. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 2006.
7. Lily S. Sulistyowati. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah
Kesehatan - Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 2011.
8. Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (PTM). Kementerian Kesehatan RI - Pusat
Promosi Kesehatan 2010