MATA KULIAH

FALSAFAH & ETIKA

PROFESI KEPOLISIAN
S1 ANGKATAN 80/ 23 NOPEMBER 2022
RAHMADSYAH LUBIS
 TEORI ETIKA
1. HEDONISME
2. EUDOMONIA
3. UTILITARIAN
4. DEONTOLOGY
 AKSI/TINDAKAN

LEGITIMASI (ETIS, LOGIS, RASIONAL)

ARGUMENTASI
 ILMU ADMINISTRASI,
ETIKA/ MANAJEMEN LANTAS,
FILSAFA LOGISTIK, DLL HAVE THE
T MORAL “MANUAL/ OPERATIONAL
GUIDANCE”
 ARISTIPPOS (433-355 SM: HEDON
MORAL AKTUAL/BADANI. UTK MERAIH
HEDONISME KESENANGAN KITA HARUS
MENGENDALIKAN, BUKAN
MENINGGALKAN, KESENANGAN.

EPIKUROS (341-270 SM): MENAMBAH

HEDON NON-BADANI, BEBAS DARI
KERESAHAN DLM JIWA (ATARAXIA).
SETIAP KESENANGAN DINILAI BAIK,
NAMUN TIDAK SETIAP KESENANGAN
HARUS DIMANFAATKAN GUNA
MEMELIHARA ATARAXIA).
 WHAT IS HEDONISM?
• The term “hedonism,” from the Greek word ἡδονή (hēdonē) for
pleasure, refers to several related theories about what is good for
us, how we should behave, and what motivates us to behave in
the way that we do.
• All hedonist
• ic theories identify pleasure and pain as the only important
elements of whatever phenomena they are designed to describe.
• Hedonism states that all and only pleasure is intrinsically
valuable and all and only pain is intrinsically not valuable.
 TYPES OF
HEDONISM
A.FOLK HEDONISM: It is used in modern
literature, or by non-philosophers in their everyday talk, its
meaning is quite different from the meaning it takes when
used in the discussions of philosophers. It is about a person
who seeks out pleasure for themselves without any particular
regard for their own future well-being or for the well-being of
others. It is about someone who never misses an opportunity
to indulge of the pleasure of sex, drugs, and rock ‘n’ roll
(PSYCHOLOGICAL HEDONISM)
B. VALUE HEDONISM & PRUDENTIOAL
HEDONISM
Hedonism as a theory about value (best referred to as Value
Hedonism) holds that all and only pleasure is intrinsically valuable
and all and only pain is intrinsically dis-valuable. The term
“intrinsically” is an important part of the definition and is best
understood in contrast to the term “instrumentally.” Something is
intrinsically valuable if it is valuable for its own sake. Pleasure is
thought to be intrinsically valuable because, even if it did not lead to
any other benefit, it would still be good to experience. Money is an
example of an instrumental good; its value for us comes from what we
can do with it (what we can buy with it). The fact that a copious
amount of money has no value if no one ever sells anything reveals
C. MOTIVATIONAL HEDONISM
• It (more commonly referred to by the less descriptive label, “
Psychological Hedonism“) is the theory that the desires to
encounter pleasure and to avoid pain guide all of our
behavior.
• The desires to seek pleasure and avoid pain often or always
have some influence on our behavior.
• All behavior is governed by the desires to encounter pleasure
and to avoid pain (and only those desires).
• Many of the decisions we make seem to be based on motives
other than seeking pleasure and avoiding pain.
D. RATIONALIZING HEDONISM

Konsep hedonisme yang rasional ini dinilai lebih masuk akal sebab saat
seseorang menginginkan suatu kesenangan, dia memikirkan dulu
konsekuensi dari perbuatannya. Di satu sisi sebenarnya paham
hedonisme ini cukup baik karena mengajarkan masyarakat untuk
bersikap bodo amat dengan keadaan sekitarnya yang bisa saja
menyakitkan dirinya. Namun di sisi lain, paham ini malah dapat
menjerumuskannya kepada kebebasan yang berisiko menyakitkan di
kemudian hari. Jadi, seperti kategori hedonisme yang disebutkan di atas,
kita perlu bertanggung jawab atas pilihan hidup. Dengan demikian,
paham apa pun yang kita anut tidak akan menjadi backfire alias
bumerang.
WHY DO WE BECOME HEDONE?

1. INTERNALLY, PEOPLE HAVE

NEVER BEEN SATISIFIED WITH
EVERYTHING THEY HAVE.
2. EXTERNALLY, PEOPLE ADOPT
SEVERAL ROUTINITIES THAT
MAKE THEM PLEASED FROM
OUTSIDE OF THEIR
ENVIRONMENT.
THE CHARACTERISTICS OF
HEDONISM
• Penganut hedonisme berpikir bahwa tujuan
hidup mereka hanyalah bersenang-senang atau
mencari kesenangan saja.
• Sayangnya, karena berfokus pada kesenangan
saja, penganut paham hedonisme akhirnya
lupa bahwa kadang kala menahan rasa sakit
justru membawa keuntungan tertentu.
• Sikap hedonisme ini sering berakhir pada
konsumerisme. Orang tersebut malah
mengutamakan keinginan daripada kebutuhan
.
POSITIVE & NEGATIVE IMPACTS OF HEDONISM

• Menciptakan kebahagiaan dari diri

sendiri
• Menggerakan roda perekonomian
• Menjadi boros
• Memicu utang
• Tidak memikirkan masa depan
 HOW TO AVOID HEDONISM
 Membuat perencanaan keuangan
 Menganggarkan alokasi kebutuhan bulanan
 Mencatat seluruh pengeluaran
 Prioritaskan kebutuhan dibandingkan
keinginan
 Rutin bersedekah
 Sediakan dana untuk asuransi sebagai
perlindungan diri
• K. BERTENS (Etika, 2005) menguraikan kritiknya
terhadap sistem filsafat hedonisme: mentejajarkan
kesenangan dengan moralitas yang baik.
• Kesenangan yang melukai orang lain?
• Tingkah laku manusia dibimbing oleh kesenangan.
 TEORI EUDOMONIA

• Pemuasan tubuh (hedonisme Aristipos) dan pemuasan

tubuh dan jiwa (hedonisme Epikuros) bermuara pada
dimensi kesenangan yang berbeda dengan kebahagiaan
sebagaimana dirumuskan dalam sistem filsafat eudomonia.
• Aristoteles mengatakan bahwa manusia tidak akan
menemukan kebahagiaan jika hanya melulu
mengorientasikan aktifitasnya kepada kesenangan dan
manusia juga tak akan menemukan kebahagiaan jika hanya
mengorientasikan aktifitasnya sekedar hanya untuk
mancari kebahagiaan.
• Kebahagiaan didekati dengan cara merealisasikan
potensi diri
• Salah satu kewajiban dasar manusia adalah
mengembangkan diri; “manusia adalah tugas bagi
dirinya sendiri”, tulis Franz Magnis (1987;119).
• Kebahagiaan (eudomonia), sebagai tujuan akhir hanya
dapat diperoleh ketika manusia mampu menanggalkan
egonya bersamaan dengan cara mengembangkan diri
yang ditempuh melalui dua komponen: intelektual dan
moral.
 TEORI UTILITARIAN

• UTILIS (bahasa Lain) artinya BERGUNA. Sesuatu itu baik

apabila memberikan manfaat atau nilai guna.
• Ada dua nilai guna: berguna bagi saya pribadi dan
berguna bagi orang lain.
• Menganjurkan penghayatan moral yang kritis dan rasional.
• Memberikan “energi kritis” terhadap aturan moral.
• Utilitarian merangsang suasana pertanggungjawaban;
suatu keputusan, tindakan msaih mengandung pertanyaan
moral sejauh dapat mempertanggungjawabkan akibat-
akibatnya bagi semua fihak yang terkena keputusan itu.
•
 TEORI DEONTOLOGI
• It comes from the word “deon” meaning what should be done
(obligation), a.k.a., Teori Kewajiban.
• Mengukur baik tidaknya sebuah tindakan bukan dari
hasilnya, tetapi pada maksud (niat) si pelaku.
• Immanuel Kant (1724–1804): apa saja yang disebut baik
tergantung pada kehendak yang baik. Sebaliknya, apa saja
yang baik akan menjadi tidak baik kalau tidak didasari
kehendak yang tidak baik. Pintar dan cerdas tentu sebuah
kualitas yang baik, namun tanpa didasari kehendak yang
tidak baik kepintarannya dan kecerdasannya menjadi potensi
yang membahanyakan, menjadi tidak baik.
• Sebuah tindakan baik hanya jika dilakukan karena tindakan
tsb wajib dilakukan. Tindakan semacam itu oleh Kant disebut
“legalitas”. Term legalitas ini selanjutnya (melalui perubahan
sosial) menjadi dimaknai sebagai ‘taat hukum’; suatu
tindakan bersifat moral jika semata-mata dilakukan karena
untuk hukum dan moral.
• Jika tindakan saya didorong oleh kewajiban berbuat baik,
barulah tindakan tadi mempunyai bobot moral baik.
• Mengapa demikian? Dugaan saya tindakan atas dasar
kewajiban lebih menyita pengorbanan, saya harus
mengorbankan tindakan yang semau-saya sendiri (ada aspek
“menahan diri”); sementara pada tindakan yang mengikuti
kecenderungan tidak demikian.