By
Iing Akhirudin
TUGAS KIMIA KOORDINASI
Teori Orbital Molekul Dan Ligan Field Theory
Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Kelebihan dan KelemahanTeori-Teori
Sebelumnya
Teori IkatanValensi
Kelebihan
 Dapat menjelaskan interaksi ikatan
kovalen antara ligan dan atom pusat yang
membentuk orbital hibridisasi
 Dapat menggambarkan bentuk geometri
dari suatu senyawa kompleks
Kelemahan
 Tiadak dapat menjelaskan sifat
kemagnetan dari suatu senyawa
kompleks
 Selain itu juga, teori ikatan valensi tidak
dapat menjelaskan warna dan kestabilan
dari suatu senyawa kompleks
Teori Medan Kristal
Kelebihan
Dapat menjelaskan sebagian besar dari sifat-
sifat senyawa ataupun ion kompleks, seperti
sifat kemagnetan, kestabilan, dan warna
yang terbentuk dari suatu senyawa kompleks
Kelemahan
mengannggap interaksi antara ion pusat
dengan ligan-ligannya hanya merupakan
interaksi elektrostatik
Teori Orbital Molekul
 Teori orbital molekul mempertimbangkan interaksi
elektrostatik dan interaksi kovalenantara atom
pusat dengan ligan
 Orbital-orbital pada atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan
saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul baru
 Orbital-orbital yang terdapat pada atom pusat akan mengalami
kenaikkan tingkatan energy tertentu setiap orbitalnya, sehingga
memiliki orbital ikatan dan orbital tidak berikatan
 Orbital-orbital yang mempunyai energi sama/hampir sama atau
dapat mengadakan tumpang tindih yang lebih luas, dapat
bergabung dan membentuk orbital molekul bonding dan
antibonding
Diagram EnergyYang Dihasilkan Dari
F3B.NH3
Pada diagram orbital ini dapat
dilihat bahwa pasangan
electron bebas yang berasal dari
atom N menempati orbital bonding
BN (pada energy yang lebih rendah)
dan menstabilkan senyawa kompleks
tersebut
 Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam jika
posisinya segaris dengan logam, atau berada tepat pada
sumbu/garis penghubung ion pusat dan ligan
 Orbital molekul terbentuk sebagai gabungan/kombinasi dari
orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan
 Misalkan pada senyawa kompleks oktahedral, ligan
mendekat ke logam sepanjang sumbu x, y, dan z, sehingga orbital
simetri σ nya membentuk kombinasi ikatan dan anti-ikatan pada
orbital eg (dz2 dan dx2−y2), sedangkan orbital t2g (dxy, dxz dan
dyz) yang tersisa menjadi orbital tidak berikatan
 Beberapa interaksi ikatan dan anti-ikatan yang lemah dengan
orbital s dan p logam juga terjadi, sehingga menghasilkan total 6
orbital molekul ikatan dan 6 orbital anti-ikatan
Proses Pembentukkan Diagram Orbital
Pada Senyawa Kompleks Oktahedral
 Metal valenci orbital merupakan
orbital logam atau ion logam pada keadaan
bebas atau sebelum ada interaksi dengan
ligan
 ML6 molecular orbital merupakan orbital
molekul kompleks octahedral yang
melibatkan baik interaksi elektrostatik
maupun interaksi kovalen
 Ligand δ-orbital merupakan orbital-
orbital dari ligan sebelum terjadi interaksi
dengan orbital-orbital atom logam,
disebut juga orbital-orbital kelompok
ligan
 Δo selisih antara energi bonding dan
antibonding
Contoh 1 : [Co(NH3)6]3+
diamagnetic
Cara pengisian ke 18 elektronnya
 Pertama, mengisikan 6 pasang
elektron pada orbital-orbital alg,
tul, dan eg
 Kedua, mengisikan 6 elektron yang
tersisa pada orbital t2g secara
berpasangan karena kompleks
[Co(NH3)6]3+ merupakan kompleks
dengan medan kuat, harga 10Dq > P
 Sifat diamagnetic ion kompleks
[Co(NH3)6]3+ ditunjukkan dengan
berpasangannya semua
elektron yang terdapat pada
orbital molekul kompleks.
Memiliki 18 elektron
Cara pengisian 18 elektron
 Pertama, mengisikan 6 pasang elektron
pada orbital-orbital alg, tul, dan eg.
 kedua, mengisikan 3 elektron yang pada
orbital t2g dan 2 elektron pada
orbital eg* karena ion kompleks[CoF6]3-
merupakan kompleks dengan medan lemah
sehingga menghasilkan high spin,dan
harga 10Dq < P
 Ketiga, memasangkan 1 elektron yang
tersisa dengan salah satu elektron tak
berpasangan yang terdapat pada orbital t2g
 Sifat paramagnetic ion kompleks [CoF6]3-
ditunjukkan dengan adanya 4
elektron tidak berpasangan pada
orbital molekul kompelks tersebut
Contoh 1 : [CoF6]3-
paramagnetik
Memiliki 18 elektron
Proses Pembentukkan Diagram Orbital
Pada Senyawa KompleksTerahedral
 5 orbital d pada atom pusat
mengalami pemisahan
menjadi orbital t2 dan e
 Kompleks terahedral
merupakan kompleks dengan
medan lemah 10Dq < P
Proses Pembentukkan Diagram Orbital
Pada Senyawa Kompleks Bujursangkar
• 4 pasangan elektron
akan menempati ikatan
sigma
• Sedangkan elektron-
elektron yang tersisa akan
menempati orbital-orbital
yang diatasnya
• Kompleks bujur sangkar
cenderung memiliki
medan kuat harga 10
Dq > P
Pembentukkan orbital phi (π) pada
suatu senyawa kompleks
 Orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz,
dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah
dengan orbital logam
 Ikatan π pada kompleks oktahedral terbentuk dengan dua cara yaitu:
melalui orbital p ligan yang tidak digunakan pada ikatan σ, ataupun
melalui orbital molekul π atau π* yang terdapat pada ligan
 Dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat bertindak sebagai asam
Lewis yang menerima pasangan elektron yang didonorkan oleh logam
 Orbital-orbital p logam digunakan untuk ikatan σ, sehingga interaksi
π terjadi melalui orbital d, yakni dxy, dxz dan dyz
 Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan,
sehingga meningkatkan kestabilan kompleks
LANJUTAN……….
Ligan Akseptor phi (π)
 Ligan ini terbentuk karena orbtal phinya
kosong
 Orbital ligan yang kosong, mempunyai
energi tinggi, elektron dari orbital t2g akan
mengisi orbital molekul bonding dengan
energi rendah, akibatnya ∆0 akan
bertambah
Ligan Donor phi (π)
 Sejumblah ligan tertentu memiliki orbital
π yang telah terisi elektron dan
mengalami overlap dengan orbital t2g dari
logam, sehingga menghasilkan ikatan π
 Orbital ligan yang terisi elektron memiliki
energi rendah sehingga elektron ligan
mengisi orbital bonding t2g. elektron dari
orbital logam t2g mengisi orbital antibonding
t2g, sehingga ∆0 lebih kecil
 Teori medan ligan melihat efek atom donor energi orbital d di
kompleks logam
 Pada saat ligand mengikat atom pusat maka akan terjadi
interaksi antara ligand dan atom pusat yang
menyebabkan meningkatnya energy orbital d pada atom pusat
 Efek meningkatnya orbital d pada atom pusat tergantung pada
ligand yang membentuk geometri senyawa kompleks dengan atom
pusat
 ligand yang dapat membentuk geometri senyawa kompleks
tetrahedral dengan atom pusat akan memiliki efek yang
berbeda dengan ligand yang dapat membentuk geometri senyawa
kompleks octahedral dengan atom pusat, karena keduanya
akan berinteraksi dengan cara yang berbeda dengan orbital d
Misalkan Suatu Senyawa Kompleks
Dengan Bentuk Geometri Oktahedral
 Diasumsikan semua enam ligannya
terletak disepanjang sumbu x, y,
dan z
 Ada 2 orbital d yang akan
berinteraksi sangat kuat dengan
ligan tersebut, yaitu orbital dx2-
y2 dan dz2
 Bersama-sama, orbital atom pusat
dengan orbital ligan keduanya
berinteraksi dan akan membentuk
ikatan baru dan orbital antibonding
Berikut adalah kelima orbital d
Lanjutan………
Logam biasanya memiliki elektron d yang jauh lebih tinggi energinya
daripada atom donor (seperti oksigen, sulfur, nitrogen atau fosfor)
Oleh karena itu kombinasi orbital antibonding akan lebih dekat ke
orbital d atom pusat, karena keduanya memiliki energy yang relative tinggi
Sedangkan kombinasi orbital bonding akan lebih dekat dengan
orbital ligan, karena keduanya memiliki energy yang relative rendah
Orbital dx2-y2 dan dz2 pada senyawa kompleks bentuk geomtri
octahedral, keduanya akan dinaikkan energi yang relatif tinggi dengan
ikatan sigma yang berinteraksi dengan orbital donor
Jika orbital d dari atom pusat telah terisi elektron, maka
dimungkinkan skema diagram orbitalnya sebagai berikut :
 Diasumsikan enam ligan semuanya terletak di sepanjang
sumbu x, y dan z
 Orbital dx2-y2 dan dz2 terletak disepanjang
sumbu ikatan
 Kedua orbital ini akan dinaikkan energinya yang relatif
tinggi
 Orbital ini seperti tingkat antibonding
 Orbital ini terkadang disebut juga sebagai orbital “eg”
 Sedangakan tiga orbital d lainnya, dxy , dxz dan dyz ,
semuanya terletak di antara ligan atau terletak di antara
sumbu ikatan
 Orbital ini akan berinteraksi secara lemah dengan
elektron donor pada ligan
 Ketiga orbital tersebut lebih seperti orbital
nonbonding, dan biasanya disebut orbital "t2g"
Kemungkinan elektron berpasangan
atau tidak berpasangan pada orbital d
 Pada keadaan dasar ion besi (II) memiliki konfigurasi
elektron [Ar] 4d6 maka setiap elektronnya menempati orbital d
 Namun pada senyawa kompleks K4[Fe(CN)6], dalam hal ini
orbital d tidak lagi dalam tingkat energy yang sama, melainkan
ada 2 kemungkinan konfigurasi elektron valensi pada ion besi (II)
 Apakah semua elektron valensi pada ion besi (II) berpasangan
atau tidak berpasangan ?
Lanjutan………
Pilihannya tergantung dari berapa energi yang dibutuhkan untuk
menempatkan elektron pada orbital lain diatas orbital d,dan berapa
energy yang dibutuhkan untuk menempatkan elektron di orbital d
yang sama agar berpasangan
Jika "splitting energi" cukup rendah dan spin tinggi, maka
elektron pada orbital d tidak berpasangan melainkan menempati
orbital lain yang memiliki energi lebih besar dibandingkan orbital d
Sedangkan "splitting energi" cukup besar dan spin rendah,
maka elektron pada orbital d akan berpasangan
“Senyawa dengan elektron berenergi tinggi pada
umumnya lebih labil, artinya melepaskan
ligan lebih mudah”
Faktor yang menentukan besarnya
splitting energy orbital d
 Sebagian didasarkan pada kekuatan medan ligan
 Bergantung pada muatan pada ion logam
 Dan apakah logam berada dibaris pertama, kedua atau
ketiga dari logam transisi pada SPU
 Semakin tinggi muatan pada logam, semakin besar
splitiing energi orbital dny
Logam transisi pada baris kedua dan ketiga pada tabel
periodik hampir tidak pernah memiliki spin tinggi pada suatu senyawa
kompleks sehingga splitting energi orbital dnya besar
Dari sudut pandang yang sangat sederhana, logam baris kedua dan ketiga
pada tabel periodic memiliki lebih banyak proton pada inti atomnya dari
logam transisi baris pertama
Namun gagasan tersebut tidak secara keseluruhan menggambarkan logam transisi baris
kedua dan ketiga karena nyatanya kekuatan ikatan logam-ligan lebih
besar sangat banyak ditemukan dibaris kedua dan ketiga daripada baris pertama
Berikut adalah diagram orbital untuk kompleks
octahedral termasuk adanya kontribusi orbital s
dan p
 Hasil interaksi antara atom pusat
dengan ligan, ditunjukkan pada
bagian tengah pada gambar
 Diagram splitting energy
orbital d ditunjukkan dalam sebuah
kotak
 Misalkan diagram di atas adalah
untuk logam transisi baris pertama,
kedua, dan ketiga, namun untuk
logam baris kedua atau ketiga dengan
ikatan yang lebih kuat
 Karena peningkatan tumpang-tindih orbitalnya, selain itu
semua proton pada inti atom yang menarik elektron ligan
lebih kuat
 Adapun yang membuat logam transisi baris kedua dan ketiga
lebih rendah spin dan energi untuk memasangkan
elektronnya, dikarena logam transisi baris kedua dan ketiga
memiliki orbital lebih besar sehingga ada lebih
banyak ruang untuk dua elektron dalam satu orbital, dengan
sedikit tolakan
 Akibatnya, elektron jauh lebih mungkin berpasangan
dibanding untuk menempati tingkat energi berikutnya
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
SELESAI

More Related Content

PPTX
TOM (Teori Orbital Molekul)
PPTX
Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"
PPTX
Laju Reaksi ppt
PPTX
Pencemaran Tanah
PPTX
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atom
PPTX
Evaluasi pembelajaran menggunakan google forms
PPTX
Properties of periodic table by Saliha Rais
PPTX
biomolekul
TOM (Teori Orbital Molekul)
Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"
Laju Reaksi ppt
Pencemaran Tanah
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atom
Evaluasi pembelajaran menggunakan google forms
Properties of periodic table by Saliha Rais
biomolekul

What's hot (20)

DOCX
Ikatan pi dan ikatan sigma
PDF
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
PPTX
Senyawa koordinasi (kompleks)
DOCX
Kelarutan sebagai fungsi suhu
PPTX
Teori orbital molekul
PDF
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
PDF
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
DOCX
Laporan praktikum destilasi sederhana
PDF
Kimia Organik semester 7
PPT
Stereokimia tep thp
PPTX
Kestabilan ion kompleks
PPTX
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
PPTX
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
PDF
Simetry
PPT
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echang
PPT
Reaksi Osidas Dan Reduksi PPT
PDF
Analisis kation dan anion
DOCX
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
PPTX
Gugus fungsional senyawa organik
Ikatan pi dan ikatan sigma
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Senyawa koordinasi (kompleks)
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Teori orbital molekul
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
Laporan praktikum destilasi sederhana
Kimia Organik semester 7
Stereokimia tep thp
Kestabilan ion kompleks
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
Simetry
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echang
Reaksi Osidas Dan Reduksi PPT
Analisis kation dan anion
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
Gugus fungsional senyawa organik
Ad

Similar to Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT (20)

PPTX
Teori orbital molekul kompleks
PPTX
PPT Teori Medan Kristal Kimia Anorganik Lanjut.pptx
PPT
Struktur Molekul
PPT
2 ikatan-kimia1
PPTX
7. Teori ikatan valensi.pptx
PPTX
Teori orbital molekul
PPTX
Molekular orbital
PPT
2 ikatan-kimia1
PPT
Ikatan kimia kelas x
PPT
ikatan-kimia kelas 10 kurikulum merdeka.
PDF
BAB-2-ORBITAL.pdf
DOCX
RPP Ikatan Kimia, Bahan Ajar Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar.docx
PDF
1_7462_KES1ffgggghhhhhhh07_092018_pdf.pdf
PPT
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
PPT
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
PPT
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
PPT
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
PPT
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
PPT
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
PPTX
Ikatan Polar dan Non Polar
Teori orbital molekul kompleks
PPT Teori Medan Kristal Kimia Anorganik Lanjut.pptx
Struktur Molekul
2 ikatan-kimia1
7. Teori ikatan valensi.pptx
Teori orbital molekul
Molekular orbital
2 ikatan-kimia1
Ikatan kimia kelas x
ikatan-kimia kelas 10 kurikulum merdeka.
BAB-2-ORBITAL.pdf
RPP Ikatan Kimia, Bahan Ajar Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar.docx
1_7462_KES1ffgggghhhhhhh07_092018_pdf.pdf
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
Ikatan Polar dan Non Polar
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
PDF
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
DOCX
Modul Informatika 8 Bab 1, Kurikulum Merdeka
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
PPTX
7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT.pptx xx
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
PDF
Bahan Bacaan Rencana Kolaborasi Inkuiri.pdf
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
PPTX
Keusahawanan dan Perniagaan Islam - Dr Mohd Adib Abd Muin 20 Ogos 2025.pptx
PDF
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
PDF
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
PDF
Jurnal Kode Etik Guru Untuk Persyaratan PPG
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas 12 Terbaru 2025
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
PDF
Materi PPT Seminar #AITalks: AI dan Iman
PPTX
MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
Modul Informatika 8 Bab 1, Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT.pptx xx
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
Bahan Bacaan Rencana Kolaborasi Inkuiri.pdf
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas XII SMA Terbaru 2025
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
Keusahawanan dan Perniagaan Islam - Dr Mohd Adib Abd Muin 20 Ogos 2025.pptx
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
Jurnal Kode Etik Guru Untuk Persyaratan PPG
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas 12 Terbaru 2025
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
Materi PPT Seminar #AITalks: AI dan Iman
MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka

Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT

  • 1. By Iing Akhirudin TUGAS KIMIA KOORDINASI Teori Orbital Molekul Dan Ligan Field Theory Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta
  • 2. Kelebihan dan KelemahanTeori-Teori Sebelumnya Teori IkatanValensi Kelebihan  Dapat menjelaskan interaksi ikatan kovalen antara ligan dan atom pusat yang membentuk orbital hibridisasi  Dapat menggambarkan bentuk geometri dari suatu senyawa kompleks Kelemahan  Tiadak dapat menjelaskan sifat kemagnetan dari suatu senyawa kompleks  Selain itu juga, teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan warna dan kestabilan dari suatu senyawa kompleks Teori Medan Kristal Kelebihan Dapat menjelaskan sebagian besar dari sifat- sifat senyawa ataupun ion kompleks, seperti sifat kemagnetan, kestabilan, dan warna yang terbentuk dari suatu senyawa kompleks Kelemahan mengannggap interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligannya hanya merupakan interaksi elektrostatik
  • 3. Teori Orbital Molekul  Teori orbital molekul mempertimbangkan interaksi elektrostatik dan interaksi kovalenantara atom pusat dengan ligan  Orbital-orbital pada atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul baru  Orbital-orbital yang terdapat pada atom pusat akan mengalami kenaikkan tingkatan energy tertentu setiap orbitalnya, sehingga memiliki orbital ikatan dan orbital tidak berikatan  Orbital-orbital yang mempunyai energi sama/hampir sama atau dapat mengadakan tumpang tindih yang lebih luas, dapat bergabung dan membentuk orbital molekul bonding dan antibonding
  • 4. Diagram EnergyYang Dihasilkan Dari F3B.NH3 Pada diagram orbital ini dapat dilihat bahwa pasangan electron bebas yang berasal dari atom N menempati orbital bonding BN (pada energy yang lebih rendah) dan menstabilkan senyawa kompleks tersebut
  • 5.  Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam jika posisinya segaris dengan logam, atau berada tepat pada sumbu/garis penghubung ion pusat dan ligan  Orbital molekul terbentuk sebagai gabungan/kombinasi dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan  Misalkan pada senyawa kompleks oktahedral, ligan mendekat ke logam sepanjang sumbu x, y, dan z, sehingga orbital simetri σ nya membentuk kombinasi ikatan dan anti-ikatan pada orbital eg (dz2 dan dx2−y2), sedangkan orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) yang tersisa menjadi orbital tidak berikatan  Beberapa interaksi ikatan dan anti-ikatan yang lemah dengan orbital s dan p logam juga terjadi, sehingga menghasilkan total 6 orbital molekul ikatan dan 6 orbital anti-ikatan
  • 6. Proses Pembentukkan Diagram Orbital Pada Senyawa Kompleks Oktahedral  Metal valenci orbital merupakan orbital logam atau ion logam pada keadaan bebas atau sebelum ada interaksi dengan ligan  ML6 molecular orbital merupakan orbital molekul kompleks octahedral yang melibatkan baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen  Ligand δ-orbital merupakan orbital- orbital dari ligan sebelum terjadi interaksi dengan orbital-orbital atom logam, disebut juga orbital-orbital kelompok ligan  Δo selisih antara energi bonding dan antibonding
  • 7. Contoh 1 : [Co(NH3)6]3+ diamagnetic Cara pengisian ke 18 elektronnya  Pertama, mengisikan 6 pasang elektron pada orbital-orbital alg, tul, dan eg  Kedua, mengisikan 6 elektron yang tersisa pada orbital t2g secara berpasangan karena kompleks [Co(NH3)6]3+ merupakan kompleks dengan medan kuat, harga 10Dq > P  Sifat diamagnetic ion kompleks [Co(NH3)6]3+ ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang terdapat pada orbital molekul kompleks. Memiliki 18 elektron
  • 8. Cara pengisian 18 elektron  Pertama, mengisikan 6 pasang elektron pada orbital-orbital alg, tul, dan eg.  kedua, mengisikan 3 elektron yang pada orbital t2g dan 2 elektron pada orbital eg* karena ion kompleks[CoF6]3- merupakan kompleks dengan medan lemah sehingga menghasilkan high spin,dan harga 10Dq < P  Ketiga, memasangkan 1 elektron yang tersisa dengan salah satu elektron tak berpasangan yang terdapat pada orbital t2g  Sifat paramagnetic ion kompleks [CoF6]3- ditunjukkan dengan adanya 4 elektron tidak berpasangan pada orbital molekul kompelks tersebut Contoh 1 : [CoF6]3- paramagnetik Memiliki 18 elektron
  • 9. Proses Pembentukkan Diagram Orbital Pada Senyawa KompleksTerahedral  5 orbital d pada atom pusat mengalami pemisahan menjadi orbital t2 dan e  Kompleks terahedral merupakan kompleks dengan medan lemah 10Dq < P
  • 10. Proses Pembentukkan Diagram Orbital Pada Senyawa Kompleks Bujursangkar • 4 pasangan elektron akan menempati ikatan sigma • Sedangkan elektron- elektron yang tersisa akan menempati orbital-orbital yang diatasnya • Kompleks bujur sangkar cenderung memiliki medan kuat harga 10 Dq > P
  • 11. Pembentukkan orbital phi (π) pada suatu senyawa kompleks  Orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam  Ikatan π pada kompleks oktahedral terbentuk dengan dua cara yaitu: melalui orbital p ligan yang tidak digunakan pada ikatan σ, ataupun melalui orbital molekul π atau π* yang terdapat pada ligan  Dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat bertindak sebagai asam Lewis yang menerima pasangan elektron yang didonorkan oleh logam  Orbital-orbital p logam digunakan untuk ikatan σ, sehingga interaksi π terjadi melalui orbital d, yakni dxy, dxz dan dyz  Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga meningkatkan kestabilan kompleks
  • 13. Ligan Akseptor phi (π)  Ligan ini terbentuk karena orbtal phinya kosong  Orbital ligan yang kosong, mempunyai energi tinggi, elektron dari orbital t2g akan mengisi orbital molekul bonding dengan energi rendah, akibatnya ∆0 akan bertambah Ligan Donor phi (π)  Sejumblah ligan tertentu memiliki orbital π yang telah terisi elektron dan mengalami overlap dengan orbital t2g dari logam, sehingga menghasilkan ikatan π  Orbital ligan yang terisi elektron memiliki energi rendah sehingga elektron ligan mengisi orbital bonding t2g. elektron dari orbital logam t2g mengisi orbital antibonding t2g, sehingga ∆0 lebih kecil
  • 14.  Teori medan ligan melihat efek atom donor energi orbital d di kompleks logam  Pada saat ligand mengikat atom pusat maka akan terjadi interaksi antara ligand dan atom pusat yang menyebabkan meningkatnya energy orbital d pada atom pusat  Efek meningkatnya orbital d pada atom pusat tergantung pada ligand yang membentuk geometri senyawa kompleks dengan atom pusat  ligand yang dapat membentuk geometri senyawa kompleks tetrahedral dengan atom pusat akan memiliki efek yang berbeda dengan ligand yang dapat membentuk geometri senyawa kompleks octahedral dengan atom pusat, karena keduanya akan berinteraksi dengan cara yang berbeda dengan orbital d
  • 15. Misalkan Suatu Senyawa Kompleks Dengan Bentuk Geometri Oktahedral  Diasumsikan semua enam ligannya terletak disepanjang sumbu x, y, dan z  Ada 2 orbital d yang akan berinteraksi sangat kuat dengan ligan tersebut, yaitu orbital dx2- y2 dan dz2  Bersama-sama, orbital atom pusat dengan orbital ligan keduanya berinteraksi dan akan membentuk ikatan baru dan orbital antibonding
  • 17. Lanjutan……… Logam biasanya memiliki elektron d yang jauh lebih tinggi energinya daripada atom donor (seperti oksigen, sulfur, nitrogen atau fosfor) Oleh karena itu kombinasi orbital antibonding akan lebih dekat ke orbital d atom pusat, karena keduanya memiliki energy yang relative tinggi Sedangkan kombinasi orbital bonding akan lebih dekat dengan orbital ligan, karena keduanya memiliki energy yang relative rendah Orbital dx2-y2 dan dz2 pada senyawa kompleks bentuk geomtri octahedral, keduanya akan dinaikkan energi yang relatif tinggi dengan ikatan sigma yang berinteraksi dengan orbital donor
  • 18. Jika orbital d dari atom pusat telah terisi elektron, maka dimungkinkan skema diagram orbitalnya sebagai berikut :  Diasumsikan enam ligan semuanya terletak di sepanjang sumbu x, y dan z  Orbital dx2-y2 dan dz2 terletak disepanjang sumbu ikatan  Kedua orbital ini akan dinaikkan energinya yang relatif tinggi  Orbital ini seperti tingkat antibonding  Orbital ini terkadang disebut juga sebagai orbital “eg”  Sedangakan tiga orbital d lainnya, dxy , dxz dan dyz , semuanya terletak di antara ligan atau terletak di antara sumbu ikatan  Orbital ini akan berinteraksi secara lemah dengan elektron donor pada ligan  Ketiga orbital tersebut lebih seperti orbital nonbonding, dan biasanya disebut orbital "t2g"
  • 19. Kemungkinan elektron berpasangan atau tidak berpasangan pada orbital d  Pada keadaan dasar ion besi (II) memiliki konfigurasi elektron [Ar] 4d6 maka setiap elektronnya menempati orbital d  Namun pada senyawa kompleks K4[Fe(CN)6], dalam hal ini orbital d tidak lagi dalam tingkat energy yang sama, melainkan ada 2 kemungkinan konfigurasi elektron valensi pada ion besi (II)  Apakah semua elektron valensi pada ion besi (II) berpasangan atau tidak berpasangan ?
  • 20. Lanjutan……… Pilihannya tergantung dari berapa energi yang dibutuhkan untuk menempatkan elektron pada orbital lain diatas orbital d,dan berapa energy yang dibutuhkan untuk menempatkan elektron di orbital d yang sama agar berpasangan Jika "splitting energi" cukup rendah dan spin tinggi, maka elektron pada orbital d tidak berpasangan melainkan menempati orbital lain yang memiliki energi lebih besar dibandingkan orbital d Sedangkan "splitting energi" cukup besar dan spin rendah, maka elektron pada orbital d akan berpasangan
  • 21. “Senyawa dengan elektron berenergi tinggi pada umumnya lebih labil, artinya melepaskan ligan lebih mudah”
  • 22. Faktor yang menentukan besarnya splitting energy orbital d  Sebagian didasarkan pada kekuatan medan ligan  Bergantung pada muatan pada ion logam  Dan apakah logam berada dibaris pertama, kedua atau ketiga dari logam transisi pada SPU  Semakin tinggi muatan pada logam, semakin besar splitiing energi orbital dny
  • 23. Logam transisi pada baris kedua dan ketiga pada tabel periodik hampir tidak pernah memiliki spin tinggi pada suatu senyawa kompleks sehingga splitting energi orbital dnya besar Dari sudut pandang yang sangat sederhana, logam baris kedua dan ketiga pada tabel periodic memiliki lebih banyak proton pada inti atomnya dari logam transisi baris pertama Namun gagasan tersebut tidak secara keseluruhan menggambarkan logam transisi baris kedua dan ketiga karena nyatanya kekuatan ikatan logam-ligan lebih besar sangat banyak ditemukan dibaris kedua dan ketiga daripada baris pertama
  • 24. Berikut adalah diagram orbital untuk kompleks octahedral termasuk adanya kontribusi orbital s dan p  Hasil interaksi antara atom pusat dengan ligan, ditunjukkan pada bagian tengah pada gambar  Diagram splitting energy orbital d ditunjukkan dalam sebuah kotak  Misalkan diagram di atas adalah untuk logam transisi baris pertama, kedua, dan ketiga, namun untuk logam baris kedua atau ketiga dengan ikatan yang lebih kuat
  • 25.  Karena peningkatan tumpang-tindih orbitalnya, selain itu semua proton pada inti atom yang menarik elektron ligan lebih kuat  Adapun yang membuat logam transisi baris kedua dan ketiga lebih rendah spin dan energi untuk memasangkan elektronnya, dikarena logam transisi baris kedua dan ketiga memiliki orbital lebih besar sehingga ada lebih banyak ruang untuk dua elektron dalam satu orbital, dengan sedikit tolakan  Akibatnya, elektron jauh lebih mungkin berpasangan dibanding untuk menempati tingkat energi berikutnya