2
Most read
3
Most read
19
Most read
MINI RISET
STOIKIOMETRI
Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Kimia
DISUSUN
OLEH:
Nama Mahasiswa : Linda Rosita
Nim : 4173131020
Kelas : Kimia Dik B 2017
Jurusan : Kimia
Dosen pengampu : Dr. Ajat Sudrajat, M.Si
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif
antara zat-zat yang terlibat dalam pereaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun hasil reaksi.
Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom H dan O dalam molekul H₂O.
Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan
prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya Stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran
perbandingan kuantitatif atau pegukuran perbandingan antar unsur kimia satu dengan yang
lain.
Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia seperti,
makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga tubuh.
Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk.
Bahan bakar dan plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati tanaman dalam daun disintesis
dan dan O oleh pengaruh sinar matahari. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim
dikenal sebagi “stokiometri”. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar
hubungan kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.
Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif
stokiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian terdapat
suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan yang
habis disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk
menentukan reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang
dihasilkan. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan. Diharapkan kita mengerti tentang
pereaksi pembatas dan pereaksi sisa.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui suhu campuran stoikiometri HCI – NaOH (Asam – Basa).
2. Mengetahui suhu campuran stoikiometri CuSO4 –NaOH.
3. Mengetahui reaksi yang terjadi antara HCl dan NaOH.
4. Mengetahui reaksi yang terjadi antara CuSO4dan NaOH.
5. Mengetahu titik optimum HCI – NaOH dan CuSO4 – NaOH.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Dasar Teori
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur).
Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel atom ion, molekul
yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah
ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam
reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan
reaksi.
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan
dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar
totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan
perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik
terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimum atau minimum yang sesuai titik
stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Titik
maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang dihasilkan dari suatu larutan
dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar pereaksinya sedangkan titik minimum adalah
titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel. Terlihat dalam grafik
sumbu x yaitu pembagian dari mmol kedua larutan yang dipakai sedangkan sumbu y yaitu
selisih antara Takhir dikurangi Tmula.
Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebur habis
bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu
reaktan habis bereaksi duluan sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut
pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi
karena pereaksi yang lain sudah habis duluan, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa
dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya
diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling
fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak
terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa.
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah :
1. Hukum kekekalan massa
Hukum kekekalan massa ditemukan oleh Antonio Lauren Lavoisier (1785) yang
berbunyi ”massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Contoh larutan A
terdiri dari perak nitrat 3,40 gram dan 25 ml air ditambahkan kedalam larutan B yang
terdiri dari 3,92 gram kalium kromat dan 25 ml air. Pada pencampuran ini terjadi
reaksi dan menghasilkan endapan coklat. Setelah selesai dan ditimbang ternyata bobot
campuran larutan A dan B itu tetap, yaitu 57,32 gram. Berdasarkan hukum kekekalan
massa cacah atom tiap unsur ( bersenyawa atau bebas) yang ada disebelah kiri tanda
panah persis sama dengan cacah atom tiap unsur atau senyawa yang ada disebalah
kanan.
2. Hukum perbandingan tetap
Setelah munculnya hukum kekekalan massa, maka sekitar tahun 1800 Josep Louis
Proust melakukan penelitian tentang hubungan massa unsur-unsur yang membentuk
senyawa. Hasil penelitannya menunjukkan perbandingan massa unsur-unsur yang
menbentuk suatu senyawa tetap. Kemudian lahir hukum proust atau hukum
perbandingan tetap yang berbunyi: “setiap senyawa terbentuk dari unsur-unsur
dengan perbandingan tetap”
3. Hukum perbandingan ganda
John Dalton tahun 1804 adalah orang yang pertama kali meneliti kasus adanya
perbandingan tertentu suatu unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa lebih dari
satu, yang dikenal dengan nama hukum perbandingan tetap.Hukum Perbandingan
Ganda berbunyi; “bila dua macam unsur yang sama banyaknya, massa unsur
berikutnya dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bilangan bulat
positif dan sederhana”.
Contoh: pada senyawa antara nitrogen dan oksigen.
Senyawa
Bobot (gram) Perbandingan massa oksigen
untuk massa nitrogen tetapNitrogen Oksigen
Nitrogen monoksida 4 6 1 x 16
Nitrogen dioksida 4 2 2 x 16
Nitrogen trioksida 4 0 3 x 16
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa untuk massa nitrogen tetap
maka perbandingan oksigen dari ketiga tersebut adalah; 1 : 2 : 3
4. Hukum perbandingan volume
Hubungan antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph
Louis Gay-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan
tetap yang berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila
diukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan bilangan
bulat dan sederhana.
5. Hukum Avogadro
Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro
membuat hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap,
“semua gas yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama cacahnya”
(Syukri S 1999).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan waktu Percobaan
Lokasi percobaan dilakukan di laboratorium kimia lantai I pada tanggal
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu studi yang objektif, sistematis,
dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena yang bertujuan untuk
menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara mengekpos satu atau lebih kelompok
eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dbandingkan dengan satu
atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.
3.3. Sumber data
Data yang diperoleh langsung hasil eksperimen yang telah dilakukan.
3.4. Teknik analisis data
Di penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif . Teknik analisis data kuantitatif
di dalam percobaan kuantitatif yaitu menggunakan grafik dan hasil perhitungan melalui
rumus molaritas.
3.5. Alat dan Bahan
 Alat
 Bahan
No Nama Bahan Rumus Kimia Konsentrasi Wujud Warna Jumlah
1 Larutan natrium hidroksida NaOH 1 M Cair Bening 170 ml
2 Larutan asam klorida HCI 1 M Cair Bening 75 ml
3 Larutan tembaga (II) sulfat CuSO4 1 M Cair Bening 100 ml
3.6. Prosedur kerja
Stoikiometri Asam-Basa
Dalam percobaan ini, gunakan larutan NaOH 1 M dan HCl 1 M.
1. Dalam sebuah beaker gelas, masukkan 5 ml larutan NaOH 1 M, kemudian catat
temperaturnya. Kedalam beaker gelas lain , masukkan 25 ml larutan HCl 1 M dan catat
temperaturnya.
2. Usahakan temperatur kedua larutan sama sebelum dicampur.
3. Campur kedua larutan tersebut, kemudian catat temperatur maksimum campurannya.
4. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan :
a. 10 ml NaOH dan 20 ml HCl
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Beaker gelas 50 ml 4 buah
2 Termometer 1500C 1 buah
3 Gelas ukur 100 ml 1 buah
4 Pipet ukur 50 ml 1 buah
b. 15 ml NaOH dan 15 ml HCl
c. 20 ml NaOH dan 10 ml HCl
d. 25 ml NaOH dan 5 ml HCl
Stoikiometri CuSO4-NaOH.
Dalam percobaan ini, gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 1 M.
1. Dalam sebuah beaker gelas, masukkan 10 ml larutan NaOH 1 M, kemudian catat
temperaturnya.
2. Kedalam beaker gelas lain , masukkan 40 ml larutan HCl 1 M dan catat temperaturnya.
3. Campur kedua larutan tersebut, kemudian catat temperatur maksimum campurannya.
4. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan :
a. 20 ml NaOH dan 30 ml HCl
b. 30 ml NaOH dan 20 ml HCl
c. 40 ml NaOH dan 10 ml HCl
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PERCOBAAN
4.1. Tabel Hasil Percobaan
Tabel Pengamatan Asam - Basa NaOH - HCl HCL
V NaOH V HCl T0C Mula-Mula T0C Akhir ∆T0C
NaOH HCl
5 ml 25 ml 300C 300C 320C 20C
10 ml 20 ml 290C 290C 300C 10C
15 ml 15 ml 280C 280C 320C 40C
20 ml 10 ml 280C 280C 300C 20C
25 ml 5 ml 290C 290C 320C 30C
Tabel Pengamatan CUSO 4 - NaOH
V CuSO4 V NaOH
T0C Mula-Mula
T0C Akhir ∆T0C
CuSO4 NaOH
40 ml 10 ml 280C 280C 300C 20C
30 ml 20 ml 280C 280C 300C 20C
20 ml 30 ml 280C 280C 300C 20C
100 ml 40 ml 280C 280C 300C 20C
4.2. Reaksi-Reaksi
Reaksi Asam-Basa NaoH- HCl
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O
Reaksi CuSO4 – NaOH
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
4.3. Pembahasan
Stoikiometri Asam-Basa
a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M
Suhu campuran
5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl = Takhir0C = 320C
5 ml NaOH = T0C mula-mula = 300C
25 ml HCl = T0C mula-mula = 300C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 320C – 300C
= 20C
Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl
= 1 M x 5 ml = 1 M x 25 ml
= 5 mmol. = 25 mmol
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l)
M 10 mmol 20 mmol - -
B 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol -
S - 10 mmol 10 mmol 10 mmol
Keterangan: 5 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening T0a = 300C direaksikan dengan
25 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 300C. Kemudian larutan
(NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi T0 akhir = 320C. Dan terbentuk NaCl 5 mmol. Yang
habis bereaksi adalah NaOH. Sehingga hasil reaksi bersifat asam, karena yang bersisa asam
kuat. ∆T0C dari reaksi ini adalah 20C.
b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M
Suhu campuran
10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M = Takhir0C = 300C
10 ml NaOH = T0C mula-mula = 290C
20 ml HCl = T0C mula-mula = 290C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 300C – 290C
= 10C
Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl
= 1 M x 10 ml = 1 M x 20 ml
= 10 mmol. = 20 mmol
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l)
M 10 mmol 20 mmol - -
B 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol -
S - 10 mmol 10 mmol 10 mmol
Keterangan: 10 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C direaksikan
dengan 20 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C. Kemudian
larutan (NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C, dan ∆T0C =
10C. Dan terbentuk NaCl 10 mmol. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Sehingga hasil reaksi
bersifat asam, karena yang bersisa pada reaksi ini adalah HCl (asam kuat).
c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M
Suhu campuran
15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M = Takhir0C = 320C
15 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C
15 ml HCl = T0C mula-mula = 280C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 320C – 280C
= 40C
Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl
= 1 M x 15 ml = 1 M x 15 ml
= 15 mmol. = 15 mmol
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l)
M 15 mmol 15 mmol - -
B 15 mmol 15 mmol 15 mmol 15 mmol -
S - - 15 mmol 15 mmol
Keterangan: 15 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan
dengan 15 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C yang habis
bereaksi adalah NaOH dan HCl. Sehingga hasil reaksi bersifat netral, karena kedua larutan
pada reaksi ini habis tidak ada sisa. Dan terbentuk NaCl 15 mmol. Kemudian larutan (NaOH
+ HCl) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 320C, ∆T0C = 40C.
d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M
Suhu campuran
20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M = Takhir0C = 300C
20 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C
10 ml HCl = T0C mula-mula = 280C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 300C – 280C
= 20C
Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl
= 1 M x 20 ml = 1 M x 10 ml
= 20 mmol. = 10 mmol
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l)
M 20 mmol 10 mmol - -
B 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol -
S 10 mmol - 10 mmol 10 mmol
Keterangan: 20 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan
dengan 10 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C. Kemudian
larutan (NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C, ∆T0C = 20C .
Dan terbentuk NaCl 10 mmol. Yang habis bereaksi adalah HCl. Sehingga hasil reaksi bersifat
basa, karena yang bersisa pada reaksi ini adalah NaOH (basa kuat).
e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M
Suhu campuran
25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M = Takhir0C = 320C
25 ml NaOH = T0C mula-mula = 290C
5 ml HCl = T0C mula-mula = 290C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 320C – 290C
= 30C
Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl
= 1 M x 25 ml = 1 M x 5 ml
= 25 mmol. = 5 mmol
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l)
M 25 mmol 5 mmol - -
B 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol -
S 20 mmol - 5 mmol 5 mmol
Keterangan: 25ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C direaksikan
dengan 5ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C. Kemudian larutan
(NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi perubahan suhu menjadi 320C. Dan terbentuk NaCl 5
mmol. Yang habis bereaksi adalah HCl. Sehingga hasil reaksi bersifat basa, karena yang
tersisa NaOH (basa kuat). ∆T0C dari reaksi ini adalah 30C.
Setelah melakukan percobaan hingga lima kali percobaan dengan variasi volume yang
berbeda, dapat diketahui bahwa benar stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang
kuantitas pereaksi dan hasil reaksi. Dan percobaan kita mengetahui hasil reaksi bersifat sesuai
dengan pereaksi (larutan) yang tersisa. Kita juga dapat mengetahui dan menentukan reaksi
pembatas. Dengan mengukur temperatur setiap larutan, kemudian larutan tersebut di campur
dan diukur kembali temperatur, kita dapat mengetahui bahwa suatu awal suatu larutan akan
mengalami perubahan suhu jika dicampurkan dengan larutan lain, sehingga kita dapat
mengetahui ∆T0C dari larutan campuran tadi. Dan karena pada percobaan ini menggunakan
NaOH yang mana adalah basa kuat dan HCl adalah asam kuat. Dari beberapa penjelasan kita
akan mengetahui bahwa hasil dari kedua larutan itu adalah NaCl (garam netral), namun
melalui percobaan ini kita dapat mengetahui sifat dari garam tersebut. Dan seperti yang telah
dijabarkan bahwa sifat dari hasil reaksi ditentukan dari larutan apa yang tersisa atau habis.
Jika larutan yang bersisa adalah asam maka garam yang dihasilkan akan bersifat asam, dan
apabila yang bersisa adalah larutan yang bersifat basa maka garam yang dihasilkan akan
bersifat basa. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan:
a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M: menghasilkan garam yang bersifat asam.
b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M: menghasilkan garam yang bersifat asam.
c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M: menghasilkan garam yang bersifat netral.
d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M: menghasilkan garam bersifat basa.
e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M: menghasilkan garam bersifat basa.
Berdasarkan data di atas juga dapat mengetahui bahwa larutan yang bereaksi dengan
konsentrasi sama maka yang akan mempengaruhi molnya adalah volume dari larutan tersebut.
Dan jika molnya bernilai besar maka ialah yang akan tersisa ketika bereaksi dan membuat
larutan campuran memiliki sifat yang sama dengannya. Perubahan suhu yang dialami pun
sama. Namun, ketika kedua larutan dicampurkan maka temperaturnya akan mengalami
perubahan yaitu meningkat, sehingga diperoleh nilai perubahan suhu (∆T0C). Pada percobaan
ini, setiap larutan awal memiliki temperatur yang sama sebelum dicampurkan. Pasangan asam
kuat dengan basa kuat menghasilkan garam. Garam ini bersifat netral sehingga volume yang
berbeda suhunya tetap. Volume tidak berpengaruh terhadap suhu.
Stoikiometri CuSO4 dan NaOH
a. 40 ml CuSO4 + 10 ml NaOH
Suhu campuran
40 ml CuSO4+ 10 ml NaOH = Takhir0C = 300C
40 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C
10 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 300C – 280C
= 20C
Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH
= 1 M x 40 ml = 1 M x 10 ml
= 40 mmol. = 10 mmol
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
M 40 mmol 10 mmol - -
B 5 mmol 10 mmol 5 mmol 5 mmol -
S 35 mmol - 5 mmol 5 mmol
Keterangan: 10ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan
dengan 40ml CUSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian
larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis
bereaksi adalah NaOH. Banyak mol CuSO4 yang bereaksi adalah 5 mmol, sementara
koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol.
Sehingga NaOH habis, sementara CuSO4 bersisa 35 mmol. Perubahan suhu yang terjadi
adalah 20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan.
b. 30 ml CuSO4 + 20 ml NaOH
Suhu campuran
30 ml CuSO4 + 20 ml NaOH = Takhir0C = 300C
30 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C
20 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 300C – 280C
= 20C
Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH
= 1 M x 30 ml = 1 M x 20 ml
= 30 mmol. = 20 mmol
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
M 30 mmol 20 mmol - -
B 10 mmol 20 mmol 10 mmol 10 mmol -
S 20 mmol - 10 mmol 10 mmol
Keterangan: 20 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan
dengan 30 ml CUSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian
larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis
bereaksi adalah NaOH. Banyak mol CuSO4 yang bereaksi adalah 10 mmol, sementara
koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol.
Sehingga NaOH habis, sementara CuSO4 bersisa 20 mmol. Perubahan suhu yang terjadi
adalah 20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan.
c. 20 ml CuSO4 + 30 ml NaOH
Suhu campuran
20 ml CuSO4 + 30 ml NaOH = Takhir0C = 300C
20 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C
30 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 300C – 280C
= 20C
Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH
= 1 M x 20 ml = 1 M x 30 ml
= 20 mmol. = 30 mmol
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
M 20 mmol 30 mmol - -
B 15 mmol 30 mmol 15 mmol 15 mmol -
S 5 mmol - 15 mmol 15 mmol
Keterangan: 30 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan
dengan 20 ml CUSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian
larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis
bereaksi adalah NaOH. Banyak mol CuSO4 yang bereaksi adalah 15 mmol, sementara
koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol.
Sehingga NaOH habis, sementara CuSO4 bersisa 5 mmol. Perubahan suhu yang terjadi adalah
20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan.
d. 10 ml CuSO4 + 40 ml NaOH
Suhu campuran
10 ml CuSO4 + 40 ml NaOH = Takhir0C = 300C
10 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C
40 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C
∆T0C = Ta0C - To0C
= 300C – 280C
= 20C
Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH
= 1 M x 10 ml = 1 M x 40 ml
= 10 mmol. = 40 mmol
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
M 10 mmol 40 mmol - -
B 10 mmol 20 mmol 10 mmol 10 mmol -
S - 20 mmol 10 mmol 10 mmol
Keterangan: 40 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan
dengan 10 ml CuSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian
larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis
bereaksi adalah CuSO4. Banyak mol NaOH yang bereaksi adalah 20 mmol, sementara
koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol.
Sehingga CuSO4 habis, sementara CuSO4 bersisa 10 mmol. Perubahan suhu yang terjadi
adalah 20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan.
Dari data pengamatan diatas dapat kita simpulkan bahwa garam yang terbentuk
dipengaruhi oleh mol reaksi pembatas. Reaksi pembatas adalah reaksi yang dijadikan sebagai
patokan pengurangan sehingga dapat diketahui larutan mana yang tersisa. Sebanyak reaksi
pembataslah mol yang dimiliki oleh garam yang terbentuk. Untuk reaksi asam-basa kita dapat
mengetahui sifat dari larutan yang terbentuk (campuran/garam). Ini didasarkan oleh larutan
yang tersisa. Sementara dalam stoikiometri CuSO4 - NaOH, karena ini reaksi antara garam
yang bersifat asam dengan basa kuat, nantinya akan terbentuk garam dan basa lemah. Dan
dalam reaksi ini akan dihasilkannya endapan yaitu berasal dari larutan , logam tembaga akan
menggumpal dalam larutan. Kita dapat mengetahuinya juga melalui mol yang terjadi pada
reaksi.
Dari data hasil pengamatan yang dilakukan suhu pada setiap perlakuan mulai dari yang
pertama sampai yang terakhir semua perubahan suhu (∆T) nya sama yaitu 20C.Apabila dibuat
grafik hubungan antara ∆T dengan volume maka grafik yang terbentuk berupa garis lurus
horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa setiap volume suhunya sama (suhu konstan).
Pada literatur seharusnya, semakn banyak volume NaOH yang dicampurkan maka suhu
yang terbentuk juga semakin tinggi. Tetapi, pada saat pengamatan dimana volume NaOH
yang dicampurkan 20 ml seharusnya suhunya lebih tinggi dibandingkan campuran antara 15
ml NaOH dengan 10 ml CuSO4 . hal ini disebabkan karena perbedaan ruangan, karena
ruangan tempat pengamatan bukan ruang hampa udara.
GRAFIK SISTEM STOIKIOMETRI ASAM-BASA (HCl-NaOH)
Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : Mol HCl
5 mmol : 25 mmol 20 mmol : 10 mmol
1 : 5 2 : 1
Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : mol HCl
10 mmol : 20 mmol 25 mmol : 5 mmol
1 : 2 5 : 1
Mol NaOH : mol HCl
15 mol : 15 mmol
1 : 1
a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M , Takhir0C = 320C
b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C
c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C
d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C
e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C
GRAFIK SISTEM STOIKIOMETRI CuSO4- NaOH
Mol CuSO4 : mol NaOH Mol CuSO4 : Mol NaOH
40 mmol : 10 mmol 20 mmol : 30 mmol
4 : 1 2 : 3
Mol CuSO4 : mol NaOH Mol CuSO4 : mol NaOH
30 mmol : 20 mmol 10 mmol : 40 mmol
2 : 2 1 : 4
29
30
31
32
33
1:1 1:2 1:5 2:1 5:1
GRAFIK STOIKIOMETRI ASAMBASA (HCL -
NaOH)
perbandingan - ∆T0C
Takhir0C
perbandingan
a. 40 ml CuSO4 1 M + 10 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
b. 30 ml CuSO4 1 M + 20 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
c. 20 ml CuSO4 1 M + 30 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
d. 10 ml CuSO4 1 M + 40 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
Kesimpulan grafik
1. STOIKIOMETRI ASAM-BASA (HCl-NaOH)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah volume = jumlah mol. Misalkan volume NaOH
sebesar 5 ml memiliki jumlah 5 mmol. Hal ini berlaku pada semua volume yang lain yang
berupa asam basa (HCl-NaOH). Hal ini dikarenakan jumlah konsentrasi pada setiap larutan
sama yaitu sebesar 1 M. Perubahan suhu campuran memiliki hasil yang berbeda-beda pada
setiap larutan. Tetapi ada kesamaan jumlah suhu campuranya yaitu pada larutan 5 ml NaOH 1
M + 25 ml HCl 1 M , 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M
yaitu memiliki suhu campuran 320C. Sedangkan kesamaan yang lain terdapat pada larutan 10
ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M yaitu memiliki suhu
campuran 300C. Sehingga pada grafik diperoleh bentuk zig-zag. Namun, suhu awal pada kedua
larutan sama sebelum dicampur yaitu :
a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M , Takhir0C = 320C
b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C
c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C
d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C
e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C
Dengan asam kuat dan basa kuat menghasilkan garam. Garam ini bersifat netral
sehingga volume yang berbeda memiliki suhu awal yang tetap. Volume tidak berpengaruh
terhadap perubahan suhu.
2. STOIKIOMETRI CuSO4- NaOH
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah volume = jumlah mol. Misalkan volume
CuSO4 40 ml memiliki jumlah 40 mmol pula. Hal ini berlaku pada semua volume yang lain
0
10
20
30
40
1:4 2:3 3:2 4:1
GRAFIK SISTEM STOIKIOMETRI
CuSO4- NaOH
perbandingan-∆T0C
Takhir0C
perbandingan
yang berupa asam basa (CuSO4- NaOH). Hal ini dikarenakan jumlah konsentrasi pada setiap
larutan sama yaitu sebesar 1 M. Perubahan suhu awal maupun suhu campuran memiliki hasil
yang sama, sehingga hubungan antara ∆T dengan volume/perbandingan volume berbentuk
garis horizontal. Maka dari grafik tersebut tidak dapat diketahui titik maksimum dan juga titik
minimumnya. Dari grafik tersebut juga diperoleh perubahan suhunya sama yaitu 20C.
Sedangkan pada suhu campurannya 300C . Hal ini menunujukkan bahwa setiap volume
suhunya sama (suhu konstan).
e. 40 ml CuSO4 1 M + 10 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
f. 30 ml CuSO4 1 M + 20 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
g. 20 ml CuSO4 1 M + 30 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
h. 10 ml CuSO4 1 M + 40 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
BAB V
KESIMPULAN
1. Suhu campuran stoikiometri Asam-Basa HCl-NaOH
a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M , Takhir0C = 320C
b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C
c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C
d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C
e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C
2. Suhu campuran stoikiometri CuSO4- NaOH
a. 40 ml CuSO4 1 M + 10 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
b. 30 ml CuSO4 1 M + 20 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
c. 20 ml CuSO4 1 M + 30 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
d. 10 ml CuSO4 1 M + 40 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
3. Reaksi yang terjadi antara HCl-NaOH merupakan reaksi penetralan. Reaksi asam basa dalam
medium air biasanya menghasilkan garam dan air. Garam yang terbentuk merupakan senyawa
ionik yang berbentuk dari suatu kation selain H+
dan suatu anion selain OH−
dan atau O2−
.
karena asam HCl dan basa NaOH senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan.
4. Reaksi yang terjadi antara CuSO4- NaOH merupakan reaksi pengendapan yang dicirikan dengan
terbentuknya produk yang tidak larut atau endapan. Endapan yang dihasilkan yaitu Cu(OH)2 .
zat dikatakan larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan dengan air.
Cu(OH)2 yang terbentuk tidak larut mengandung OH−
.
5. -Titik optimum stoikiometri NaOH terhadap ∆T ketika mol sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C.
mol HCL terhadap ∆T titik optimumnya ketika mol HCl sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C.
-Titik optimum stoikiometri NaOH terhadap ∆T tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan
dan ∆T 0C= 20C. Titik optimum mol CuSO4 terhadap ∆T tidak dapat diketahui karena ∆T
nya konstan dan ∆T0C= 20C.
BAB IV
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Untuk Sistem stoikiometri NaOH-HCl
Grafik mol NaoH terhadap ∆T
Grafik mol HCl terhadap ∆T0
Titik optimum
2. Mol NaOH terhadap ∆T titik optimumnya ketika mol sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C.
Mol HCL terhadap ∆T titik optimumnya ketika mol HCl sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C.
3. Jumlah mol pada titik optimum :
Mol NaOH ketika pada titik optimum 15 mmol
Mol HCL ketika pada titik optimum 15 mmol
4. Jumlah mol (NaOH-HCl) yang beraksi
Jumlah mol NaOH yang bereaksi :
a. 5 ml NaOH : yang bereaksi 5 mmol.
b. 10 ml NaOH : yang bereaksi 10 mmol
c. 15 ml NaOH : yang bereaksi 15 mmol
d. 20 ml NaOH : yang bereaksi 20 mmol
e. 25 ml NaOH : yang bereaksi 25 mmol
Jumlah mol HCl yang bereaksi :
a. 25 ml HCl : yang bereaksi 25 mmol.
b. 20 ml HCl : yang bereaksi 20 mmol
c. 15 ml HCl : yang bereaksi 15 mmol
d. 10 ml HCl : yang bereaksi 10 mmol
e. 5 ml HCl : yang bereaksi 5 mmol
0
1
2
3
4
5
5 10 15 20 25
mol NaOH- ∆T0C
0
1
2
3
4
5
5 10 15 20 25
perbandingan-∆T0C
5. Perbandingan terkecil jumlah mol NaOH terhadap HCl
Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : Mol HCl
5 mmol : 25 mmol 20 mmol : 10 mmol
1 : 5 2 : 1
Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : mol HCl
10 mmol : 20 mmol 25 mmol : 5 mmol
1 : 2 5 : 1
Mol NaOH : mol HCl
15 mmol : 15 mmol
1 : 1
Perbandingan terkecil adalah ketika mol NaOH sebesar 15 mmol dan mol HCl sebesar 15
mmol. Perbandingan 1:1
Perbandingan tersebut dapat diperoleh dari stoikiometri asam-basa
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l)
6. Untuk sistem CuSO4- NaOH
Grafik jumlah mol NaOH terhadap ∆T
Grafik jumlah mol CuSO4 terhadap ∆T
7. mol NaOH terhadap ∆T titik optimumnya tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan dan
∆T 0C= 20C.
mol CuSO4 terhadap ∆T titik optimumnya tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan dan
∆T0C= 20C.
8. Jumlah mol pada titik optimum pada CuSO4- NaOH tidak dapat diketahui karena ∆T nya
konstan dan ∆T0C= 20C. Jumlah mol pada CuSO4 yaitu 10 mmol, 20, mmol, 30 mmol, 40
mmol. Sedangkan pada NaOH yaitu 10 mmol, 20, mmol, 30 mmol, 40 mmol.
9. Jumlah mol NaOH-CuSO4 yang bereaksi :
0
1
2
3
10 20 30 40
mol NaOH- ∆T0C
0
1
2
3
10 20 30 40
mol NaOH- ∆T0C
NaOH yang bereaksi CuSO4 yang bereaksi
10 mmol 10 mmol
20 mmol 20 mmol
30 mmol 30 mmol
40 mmol 40 mmol
10. Perbandingan jumlah mol NaOH-CuSO4 yang terkecil
mol NaOH : mol CuSO4 = 10 mmol : 40 mmol = 1 : 4
11. Perbandingan tersebut diperoleh dari stoikiometri NaOH-CuSO4
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
12. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa stoikiometri
dipengaruhi oleh konsentrasi dan juga volume dalam hal ini konsep mol. Perubahan suhu
yang dimiliki oleh larutan berbeda meskipun konsentrasinya sama.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Chang , R, 2004, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
Maghfiroh, L, dkk, 2016, Identifikasi tingkat pemahaman konsep stoikiometri pada pereaksi
pembatas dalam jenis-jensi reaksi kimia siswa kelas x MIA SMA Negeri 4 Malang, Jurnal
pembelajaran kimia (J-PEK), 1(2), 33-37, ISSN : 2528-6536.
Norjana , R, dkk, 2016, Identifikasi tingkat pemahaman konsep hukum hukum dasar kimia
penerapannya dalam stoikiometri pada siswwa kelas X IPAdi MAN 3 Malang, Jurnal
pembelajaran kimia (J-PEK),1(2), 44-49, ISSN : 2528-6536.
Sutresna, N, 2007, Cerdas belajar kimia, Grafindo, Bandung.
Zul, A, 2009, Kimia Dasar, Usupress, Medan.

More Related Content

PPTX
Penyakit pernafasan (Asma)
PPTX
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
DOCX
Persamaan Diferensial [orde-2]
PPTX
penulisan daftar pustaka
DOCX
Laporan praktikum destilasi sederhana
DOCX
1. identifikasi karbohidrat
DOCX
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
PPTX
PPT Teks Eksplanasi
Penyakit pernafasan (Asma)
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Persamaan Diferensial [orde-2]
penulisan daftar pustaka
Laporan praktikum destilasi sederhana
1. identifikasi karbohidrat
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
PPT Teks Eksplanasi

What's hot (20)

DOCX
Laporan Praktikum Stoikiometri
DOCX
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
PDF
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
DOCX
Laporan praktikum analisis kesadahan air
DOCX
Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan
DOC
Laporan Penggunaan Mikroskop
DOCX
laporan praktikum titrasi asam basa
DOC
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
DOCX
laporan praktikum titrasi pengendapan
DOCX
Uji Biuret
DOCX
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
PPTX
Mengukur Laju Respirasi Jangkrik
DOCX
Jurnal reaksi redoks
DOCX
Uji safonifikasi
DOCX
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
DOCX
Laporan Praktikum Asam Basa
DOC
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
DOCX
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
DOCX
Bab iv asidi alkalimetri
DOCX
Laporan praktikum kimia analisa (ANALISA KUALITATIF)
Laporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan
Laporan Penggunaan Mikroskop
laporan praktikum titrasi asam basa
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
laporan praktikum titrasi pengendapan
Uji Biuret
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Mengukur Laju Respirasi Jangkrik
Jurnal reaksi redoks
Uji safonifikasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
Bab iv asidi alkalimetri
Laporan praktikum kimia analisa (ANALISA KUALITATIF)
Ad

Similar to Laporan praktikum stoikiometri (20)

DOCX
Makalah Stoikiometri
PPTX
stoikiometri larutan_kimia sekolah 2_2024
PPT
Stoikiometri
PPTX
STOIKIOMETRI
DOCX
Modul kd 1_kim_pkim
DOCX
Modul kd 1_kim_pkim
PPTX
Stoikiometri
PPTX
Aplikasi stokiometri1
PPTX
Aplikasi stokiometri1
PPTX
bab 6.pptx
PPTX
TEORI KINETIK GAS - physics.pptx
PPTX
BAB 4_HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA (IPA KIMIA X KurMer).pptx
PPTX
BAB 4_HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA (IPA KIMIA X KurMer).pptx
PPTX
Stoikiometri Siiip
PPT
Kimia bab1
PPTX
Materi PPT Hukum Dasar Kimia-by Annisa Nur M
PPTX
Kimia Materi
PPTX
Materi Sesi 3 Hukum Hukum Dasar Kimia dan Perhitungannya
PPTX
BAB 4_HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA (IPA KIMIA X KurMer).pptx
Makalah Stoikiometri
stoikiometri larutan_kimia sekolah 2_2024
Stoikiometri
STOIKIOMETRI
Modul kd 1_kim_pkim
Modul kd 1_kim_pkim
Stoikiometri
Aplikasi stokiometri1
Aplikasi stokiometri1
bab 6.pptx
TEORI KINETIK GAS - physics.pptx
BAB 4_HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA (IPA KIMIA X KurMer).pptx
BAB 4_HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA (IPA KIMIA X KurMer).pptx
Stoikiometri Siiip
Kimia bab1
Materi PPT Hukum Dasar Kimia-by Annisa Nur M
Kimia Materi
Materi Sesi 3 Hukum Hukum Dasar Kimia dan Perhitungannya
BAB 4_HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA (IPA KIMIA X KurMer).pptx
Ad

More from Linda Rosita (20)

DOCX
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
DOCX
ANALISIS INSTRUMEN TES
PDF
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PPTX
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PDF
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
PDF
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
PPTX
CBR BORON
DOCX
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
DOCX
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
DOCX
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
DOCX
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
DOCX
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
DOCX
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
DOCX
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
DOCX
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
PPTX
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
PPTX
Kromatografi vakum cair
DOCX
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
DOCX
PEMISAHAN ZONE MELTING
DOCX
CBR ZONE MELTING
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
ANALISIS INSTRUMEN TES
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR BORON
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
Kromatografi vakum cair
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZONE MELTING
CBR ZONE MELTING

Recently uploaded (20)

PPTX
Merancang dan Mengelola PESAN dalam Komunikasi Pemasaran di Era Digital 4.0_W...
PDF
2. ATP Fase F - PA. Islam (1)-halaman-1-digabungkan.pdf
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Informatika Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
PPT SILVIA YULITA dompet digtal shopeepay
PDF
Materi Sosialisasi OMI Jawa Timur 2025.pdf
PDF
PPT Evaluasi Keseluruhan Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
PPTX
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
PDF
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
PDF
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
PPTX
Paparan Pembelajaran Mendalam V2 (fix).pptx
PPTX
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
PPTX
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKWU Pengelolaan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PPTX
PDF_Penyelarasan_Visi,_Misi,_dan_Tujuan_
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
PPTX
Ikrar Pamong dan Panca Prasetya KORPRI dan JUga Ikrar Bela Negara
PDF
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
Merancang dan Mengelola PESAN dalam Komunikasi Pemasaran di Era Digital 4.0_W...
2. ATP Fase F - PA. Islam (1)-halaman-1-digabungkan.pdf
Modul Ajar Deep Learning Informatika Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPT SILVIA YULITA dompet digtal shopeepay
Materi Sosialisasi OMI Jawa Timur 2025.pdf
PPT Evaluasi Keseluruhan Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
Paparan Pembelajaran Mendalam V2 (fix).pptx
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning PKWU Pengelolaan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PDF_Penyelarasan_Visi,_Misi,_dan_Tujuan_
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
Ikrar Pamong dan Panca Prasetya KORPRI dan JUga Ikrar Bela Negara
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...

Laporan praktikum stoikiometri

  • 1. MINI RISET STOIKIOMETRI Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Kimia DISUSUN OLEH: Nama Mahasiswa : Linda Rosita Nim : 4173131020 Kelas : Kimia Dik B 2017 Jurusan : Kimia Dosen pengampu : Dr. Ajat Sudrajat, M.Si PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam pereaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom H dan O dalam molekul H₂O. Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya Stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pegukuran perbandingan antar unsur kimia satu dengan yang lain. Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar dan plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati tanaman dalam daun disintesis dan dan O oleh pengaruh sinar matahari. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal sebagi “stokiometri”. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia. Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif stokiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian terdapat suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan yang habis disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan. Diharapkan kita mengerti tentang pereaksi pembatas dan pereaksi sisa. 1.2. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui suhu campuran stoikiometri HCI – NaOH (Asam – Basa). 2. Mengetahui suhu campuran stoikiometri CuSO4 –NaOH. 3. Mengetahui reaksi yang terjadi antara HCl dan NaOH. 4. Mengetahui reaksi yang terjadi antara CuSO4dan NaOH. 5. Mengetahu titik optimum HCI – NaOH dan CuSO4 – NaOH.
  • 3. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Dasar Teori Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi. Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimum atau minimum yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Titik maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang dihasilkan dari suatu larutan dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar pereaksinya sedangkan titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel. Terlihat dalam grafik sumbu x yaitu pembagian dari mmol kedua larutan yang dipakai sedangkan sumbu y yaitu selisih antara Takhir dikurangi Tmula. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebur habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas. Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis bereaksi duluan sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena pereaksi yang lain sudah habis duluan, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa. Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah : 1. Hukum kekekalan massa Hukum kekekalan massa ditemukan oleh Antonio Lauren Lavoisier (1785) yang berbunyi ”massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Contoh larutan A terdiri dari perak nitrat 3,40 gram dan 25 ml air ditambahkan kedalam larutan B yang terdiri dari 3,92 gram kalium kromat dan 25 ml air. Pada pencampuran ini terjadi reaksi dan menghasilkan endapan coklat. Setelah selesai dan ditimbang ternyata bobot campuran larutan A dan B itu tetap, yaitu 57,32 gram. Berdasarkan hukum kekekalan massa cacah atom tiap unsur ( bersenyawa atau bebas) yang ada disebelah kiri tanda panah persis sama dengan cacah atom tiap unsur atau senyawa yang ada disebalah kanan. 2. Hukum perbandingan tetap Setelah munculnya hukum kekekalan massa, maka sekitar tahun 1800 Josep Louis Proust melakukan penelitian tentang hubungan massa unsur-unsur yang membentuk senyawa. Hasil penelitannya menunjukkan perbandingan massa unsur-unsur yang menbentuk suatu senyawa tetap. Kemudian lahir hukum proust atau hukum perbandingan tetap yang berbunyi: “setiap senyawa terbentuk dari unsur-unsur dengan perbandingan tetap” 3. Hukum perbandingan ganda
  • 4. John Dalton tahun 1804 adalah orang yang pertama kali meneliti kasus adanya perbandingan tertentu suatu unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa lebih dari satu, yang dikenal dengan nama hukum perbandingan tetap.Hukum Perbandingan Ganda berbunyi; “bila dua macam unsur yang sama banyaknya, massa unsur berikutnya dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bilangan bulat positif dan sederhana”. Contoh: pada senyawa antara nitrogen dan oksigen. Senyawa Bobot (gram) Perbandingan massa oksigen untuk massa nitrogen tetapNitrogen Oksigen Nitrogen monoksida 4 6 1 x 16 Nitrogen dioksida 4 2 2 x 16 Nitrogen trioksida 4 0 3 x 16 Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa untuk massa nitrogen tetap maka perbandingan oksigen dari ketiga tersebut adalah; 1 : 2 : 3 4. Hukum perbandingan volume Hubungan antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph Louis Gay-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan tetap yang berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila diukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan bilangan bulat dan sederhana. 5. Hukum Avogadro Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro membuat hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap, “semua gas yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama cacahnya” (Syukri S 1999).
  • 5. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu Percobaan Lokasi percobaan dilakukan di laboratorium kimia lantai I pada tanggal 3.2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara mengekpos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dbandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan. 3.3. Sumber data Data yang diperoleh langsung hasil eksperimen yang telah dilakukan. 3.4. Teknik analisis data Di penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif . Teknik analisis data kuantitatif di dalam percobaan kuantitatif yaitu menggunakan grafik dan hasil perhitungan melalui rumus molaritas. 3.5. Alat dan Bahan  Alat  Bahan No Nama Bahan Rumus Kimia Konsentrasi Wujud Warna Jumlah 1 Larutan natrium hidroksida NaOH 1 M Cair Bening 170 ml 2 Larutan asam klorida HCI 1 M Cair Bening 75 ml 3 Larutan tembaga (II) sulfat CuSO4 1 M Cair Bening 100 ml 3.6. Prosedur kerja Stoikiometri Asam-Basa Dalam percobaan ini, gunakan larutan NaOH 1 M dan HCl 1 M. 1. Dalam sebuah beaker gelas, masukkan 5 ml larutan NaOH 1 M, kemudian catat temperaturnya. Kedalam beaker gelas lain , masukkan 25 ml larutan HCl 1 M dan catat temperaturnya. 2. Usahakan temperatur kedua larutan sama sebelum dicampur. 3. Campur kedua larutan tersebut, kemudian catat temperatur maksimum campurannya. 4. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan : a. 10 ml NaOH dan 20 ml HCl No Nama Alat Ukuran Jumlah 1 Beaker gelas 50 ml 4 buah 2 Termometer 1500C 1 buah 3 Gelas ukur 100 ml 1 buah 4 Pipet ukur 50 ml 1 buah
  • 6. b. 15 ml NaOH dan 15 ml HCl c. 20 ml NaOH dan 10 ml HCl d. 25 ml NaOH dan 5 ml HCl Stoikiometri CuSO4-NaOH. Dalam percobaan ini, gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 1 M. 1. Dalam sebuah beaker gelas, masukkan 10 ml larutan NaOH 1 M, kemudian catat temperaturnya. 2. Kedalam beaker gelas lain , masukkan 40 ml larutan HCl 1 M dan catat temperaturnya. 3. Campur kedua larutan tersebut, kemudian catat temperatur maksimum campurannya. 4. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan : a. 20 ml NaOH dan 30 ml HCl b. 30 ml NaOH dan 20 ml HCl c. 40 ml NaOH dan 10 ml HCl
  • 7. BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PERCOBAAN 4.1. Tabel Hasil Percobaan Tabel Pengamatan Asam - Basa NaOH - HCl HCL V NaOH V HCl T0C Mula-Mula T0C Akhir ∆T0C NaOH HCl 5 ml 25 ml 300C 300C 320C 20C 10 ml 20 ml 290C 290C 300C 10C 15 ml 15 ml 280C 280C 320C 40C 20 ml 10 ml 280C 280C 300C 20C 25 ml 5 ml 290C 290C 320C 30C Tabel Pengamatan CUSO 4 - NaOH V CuSO4 V NaOH T0C Mula-Mula T0C Akhir ∆T0C CuSO4 NaOH 40 ml 10 ml 280C 280C 300C 20C 30 ml 20 ml 280C 280C 300C 20C 20 ml 30 ml 280C 280C 300C 20C 100 ml 40 ml 280C 280C 300C 20C 4.2. Reaksi-Reaksi Reaksi Asam-Basa NaoH- HCl NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O Reaksi CuSO4 – NaOH CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq) 4.3. Pembahasan Stoikiometri Asam-Basa a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M Suhu campuran 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl = Takhir0C = 320C 5 ml NaOH = T0C mula-mula = 300C 25 ml HCl = T0C mula-mula = 300C ∆T0C = Ta0C - To0C = 320C – 300C = 20C Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl
  • 8. = 1 M x 5 ml = 1 M x 25 ml = 5 mmol. = 25 mmol NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l) M 10 mmol 20 mmol - - B 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol - S - 10 mmol 10 mmol 10 mmol Keterangan: 5 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening T0a = 300C direaksikan dengan 25 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 300C. Kemudian larutan (NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi T0 akhir = 320C. Dan terbentuk NaCl 5 mmol. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Sehingga hasil reaksi bersifat asam, karena yang bersisa asam kuat. ∆T0C dari reaksi ini adalah 20C. b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M Suhu campuran 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M = Takhir0C = 300C 10 ml NaOH = T0C mula-mula = 290C 20 ml HCl = T0C mula-mula = 290C ∆T0C = Ta0C - To0C = 300C – 290C = 10C Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl = 1 M x 10 ml = 1 M x 20 ml = 10 mmol. = 20 mmol NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l) M 10 mmol 20 mmol - - B 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol - S - 10 mmol 10 mmol 10 mmol Keterangan: 10 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C direaksikan dengan 20 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C. Kemudian larutan (NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C, dan ∆T0C = 10C. Dan terbentuk NaCl 10 mmol. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Sehingga hasil reaksi bersifat asam, karena yang bersisa pada reaksi ini adalah HCl (asam kuat). c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M Suhu campuran 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M = Takhir0C = 320C 15 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C 15 ml HCl = T0C mula-mula = 280C ∆T0C = Ta0C - To0C
  • 9. = 320C – 280C = 40C Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl = 1 M x 15 ml = 1 M x 15 ml = 15 mmol. = 15 mmol NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l) M 15 mmol 15 mmol - - B 15 mmol 15 mmol 15 mmol 15 mmol - S - - 15 mmol 15 mmol Keterangan: 15 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan dengan 15 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C yang habis bereaksi adalah NaOH dan HCl. Sehingga hasil reaksi bersifat netral, karena kedua larutan pada reaksi ini habis tidak ada sisa. Dan terbentuk NaCl 15 mmol. Kemudian larutan (NaOH + HCl) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 320C, ∆T0C = 40C. d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M Suhu campuran 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M = Takhir0C = 300C 20 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C 10 ml HCl = T0C mula-mula = 280C ∆T0C = Ta0C - To0C = 300C – 280C = 20C Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl = 1 M x 20 ml = 1 M x 10 ml = 20 mmol. = 10 mmol NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l) M 20 mmol 10 mmol - - B 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol - S 10 mmol - 10 mmol 10 mmol Keterangan: 20 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan dengan 10 ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C. Kemudian larutan (NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C, ∆T0C = 20C . Dan terbentuk NaCl 10 mmol. Yang habis bereaksi adalah HCl. Sehingga hasil reaksi bersifat basa, karena yang bersisa pada reaksi ini adalah NaOH (basa kuat). e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M Suhu campuran 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M = Takhir0C = 320C
  • 10. 25 ml NaOH = T0C mula-mula = 290C 5 ml HCl = T0C mula-mula = 290C ∆T0C = Ta0C - To0C = 320C – 290C = 30C Mol NaOH = M NaOH + V NaOH Mol HCL = M HCl + V HCl = 1 M x 25 ml = 1 M x 5 ml = 25 mmol. = 5 mmol NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l) M 25 mmol 5 mmol - - B 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol - S 20 mmol - 5 mmol 5 mmol Keterangan: 25ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C direaksikan dengan 5ml HCl 1 M yang mula-mula berwarna bening dan bersuhu 290C. Kemudian larutan (NaOH + HCl) direaksikan dan terjadi perubahan suhu menjadi 320C. Dan terbentuk NaCl 5 mmol. Yang habis bereaksi adalah HCl. Sehingga hasil reaksi bersifat basa, karena yang tersisa NaOH (basa kuat). ∆T0C dari reaksi ini adalah 30C. Setelah melakukan percobaan hingga lima kali percobaan dengan variasi volume yang berbeda, dapat diketahui bahwa benar stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang kuantitas pereaksi dan hasil reaksi. Dan percobaan kita mengetahui hasil reaksi bersifat sesuai dengan pereaksi (larutan) yang tersisa. Kita juga dapat mengetahui dan menentukan reaksi pembatas. Dengan mengukur temperatur setiap larutan, kemudian larutan tersebut di campur dan diukur kembali temperatur, kita dapat mengetahui bahwa suatu awal suatu larutan akan mengalami perubahan suhu jika dicampurkan dengan larutan lain, sehingga kita dapat mengetahui ∆T0C dari larutan campuran tadi. Dan karena pada percobaan ini menggunakan NaOH yang mana adalah basa kuat dan HCl adalah asam kuat. Dari beberapa penjelasan kita akan mengetahui bahwa hasil dari kedua larutan itu adalah NaCl (garam netral), namun melalui percobaan ini kita dapat mengetahui sifat dari garam tersebut. Dan seperti yang telah dijabarkan bahwa sifat dari hasil reaksi ditentukan dari larutan apa yang tersisa atau habis. Jika larutan yang bersisa adalah asam maka garam yang dihasilkan akan bersifat asam, dan apabila yang bersisa adalah larutan yang bersifat basa maka garam yang dihasilkan akan bersifat basa. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan: a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M: menghasilkan garam yang bersifat asam. b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M: menghasilkan garam yang bersifat asam. c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M: menghasilkan garam yang bersifat netral. d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M: menghasilkan garam bersifat basa. e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M: menghasilkan garam bersifat basa. Berdasarkan data di atas juga dapat mengetahui bahwa larutan yang bereaksi dengan konsentrasi sama maka yang akan mempengaruhi molnya adalah volume dari larutan tersebut.
  • 11. Dan jika molnya bernilai besar maka ialah yang akan tersisa ketika bereaksi dan membuat larutan campuran memiliki sifat yang sama dengannya. Perubahan suhu yang dialami pun sama. Namun, ketika kedua larutan dicampurkan maka temperaturnya akan mengalami perubahan yaitu meningkat, sehingga diperoleh nilai perubahan suhu (∆T0C). Pada percobaan ini, setiap larutan awal memiliki temperatur yang sama sebelum dicampurkan. Pasangan asam kuat dengan basa kuat menghasilkan garam. Garam ini bersifat netral sehingga volume yang berbeda suhunya tetap. Volume tidak berpengaruh terhadap suhu. Stoikiometri CuSO4 dan NaOH a. 40 ml CuSO4 + 10 ml NaOH Suhu campuran 40 ml CuSO4+ 10 ml NaOH = Takhir0C = 300C 40 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C 10 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C ∆T0C = Ta0C - To0C = 300C – 280C = 20C Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH = 1 M x 40 ml = 1 M x 10 ml = 40 mmol. = 10 mmol CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq) M 40 mmol 10 mmol - - B 5 mmol 10 mmol 5 mmol 5 mmol - S 35 mmol - 5 mmol 5 mmol Keterangan: 10ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan dengan 40ml CUSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Banyak mol CuSO4 yang bereaksi adalah 5 mmol, sementara koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol. Sehingga NaOH habis, sementara CuSO4 bersisa 35 mmol. Perubahan suhu yang terjadi adalah 20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan. b. 30 ml CuSO4 + 20 ml NaOH Suhu campuran 30 ml CuSO4 + 20 ml NaOH = Takhir0C = 300C 30 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C 20 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C ∆T0C = Ta0C - To0C = 300C – 280C
  • 12. = 20C Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH = 1 M x 30 ml = 1 M x 20 ml = 30 mmol. = 20 mmol CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq) M 30 mmol 20 mmol - - B 10 mmol 20 mmol 10 mmol 10 mmol - S 20 mmol - 10 mmol 10 mmol Keterangan: 20 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan dengan 30 ml CUSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Banyak mol CuSO4 yang bereaksi adalah 10 mmol, sementara koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol. Sehingga NaOH habis, sementara CuSO4 bersisa 20 mmol. Perubahan suhu yang terjadi adalah 20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan. c. 20 ml CuSO4 + 30 ml NaOH Suhu campuran 20 ml CuSO4 + 30 ml NaOH = Takhir0C = 300C 20 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C 30 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C ∆T0C = Ta0C - To0C = 300C – 280C = 20C Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH = 1 M x 20 ml = 1 M x 30 ml = 20 mmol. = 30 mmol CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq) M 20 mmol 30 mmol - - B 15 mmol 30 mmol 15 mmol 15 mmol - S 5 mmol - 15 mmol 15 mmol Keterangan: 30 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan dengan 20 ml CUSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Banyak mol CuSO4 yang bereaksi adalah 15 mmol, sementara koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol. Sehingga NaOH habis, sementara CuSO4 bersisa 5 mmol. Perubahan suhu yang terjadi adalah 20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan.
  • 13. d. 10 ml CuSO4 + 40 ml NaOH Suhu campuran 10 ml CuSO4 + 40 ml NaOH = Takhir0C = 300C 10 ml CuSO4 = T0C mula-mula = 280C 40 ml NaOH = T0C mula-mula = 280C ∆T0C = Ta0C - To0C = 300C – 280C = 20C Mol CuSO4 = M CuSO4 + V CuSO4 Mol NaOH = M NaOH + V NaOH = 1 M x 10 ml = 1 M x 40 ml = 10 mmol. = 40 mmol CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq) M 10 mmol 40 mmol - - B 10 mmol 20 mmol 10 mmol 10 mmol - S - 20 mmol 10 mmol 10 mmol Keterangan: 40 ml NaOH 1 M mula-mula berwarna bening dan bersuhu 280C direaksikan dengan 10 ml CuSO4 1 M yang mula-mula bersuhu 280C dan berwarna biru. Kemudian larutan (CuSO4 + NaOH) direaksi dan terjadi perubahan suhu menjadi 300C. Yang habis bereaksi adalah CuSO4. Banyak mol NaOH yang bereaksi adalah 20 mmol, sementara koefisien NaOH memiliki nilai 2, maka banyak mol NaOH yang bereaksi 2x5 = 10 mmol. Sehingga CuSO4 habis, sementara CuSO4 bersisa 10 mmol. Perubahan suhu yang terjadi adalah 20C. Warna campuran baru dan terdapat endapan. Dari data pengamatan diatas dapat kita simpulkan bahwa garam yang terbentuk dipengaruhi oleh mol reaksi pembatas. Reaksi pembatas adalah reaksi yang dijadikan sebagai patokan pengurangan sehingga dapat diketahui larutan mana yang tersisa. Sebanyak reaksi pembataslah mol yang dimiliki oleh garam yang terbentuk. Untuk reaksi asam-basa kita dapat mengetahui sifat dari larutan yang terbentuk (campuran/garam). Ini didasarkan oleh larutan yang tersisa. Sementara dalam stoikiometri CuSO4 - NaOH, karena ini reaksi antara garam yang bersifat asam dengan basa kuat, nantinya akan terbentuk garam dan basa lemah. Dan dalam reaksi ini akan dihasilkannya endapan yaitu berasal dari larutan , logam tembaga akan menggumpal dalam larutan. Kita dapat mengetahuinya juga melalui mol yang terjadi pada reaksi. Dari data hasil pengamatan yang dilakukan suhu pada setiap perlakuan mulai dari yang pertama sampai yang terakhir semua perubahan suhu (∆T) nya sama yaitu 20C.Apabila dibuat grafik hubungan antara ∆T dengan volume maka grafik yang terbentuk berupa garis lurus horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa setiap volume suhunya sama (suhu konstan). Pada literatur seharusnya, semakn banyak volume NaOH yang dicampurkan maka suhu yang terbentuk juga semakin tinggi. Tetapi, pada saat pengamatan dimana volume NaOH yang dicampurkan 20 ml seharusnya suhunya lebih tinggi dibandingkan campuran antara 15
  • 14. ml NaOH dengan 10 ml CuSO4 . hal ini disebabkan karena perbedaan ruangan, karena ruangan tempat pengamatan bukan ruang hampa udara. GRAFIK SISTEM STOIKIOMETRI ASAM-BASA (HCl-NaOH) Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : Mol HCl 5 mmol : 25 mmol 20 mmol : 10 mmol 1 : 5 2 : 1 Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : mol HCl 10 mmol : 20 mmol 25 mmol : 5 mmol 1 : 2 5 : 1 Mol NaOH : mol HCl 15 mol : 15 mmol 1 : 1 a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M , Takhir0C = 320C b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C GRAFIK SISTEM STOIKIOMETRI CuSO4- NaOH Mol CuSO4 : mol NaOH Mol CuSO4 : Mol NaOH 40 mmol : 10 mmol 20 mmol : 30 mmol 4 : 1 2 : 3 Mol CuSO4 : mol NaOH Mol CuSO4 : mol NaOH 30 mmol : 20 mmol 10 mmol : 40 mmol 2 : 2 1 : 4 29 30 31 32 33 1:1 1:2 1:5 2:1 5:1 GRAFIK STOIKIOMETRI ASAMBASA (HCL - NaOH) perbandingan - ∆T0C Takhir0C perbandingan
  • 15. a. 40 ml CuSO4 1 M + 10 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C b. 30 ml CuSO4 1 M + 20 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C c. 20 ml CuSO4 1 M + 30 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C d. 10 ml CuSO4 1 M + 40 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C Kesimpulan grafik 1. STOIKIOMETRI ASAM-BASA (HCl-NaOH) Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah volume = jumlah mol. Misalkan volume NaOH sebesar 5 ml memiliki jumlah 5 mmol. Hal ini berlaku pada semua volume yang lain yang berupa asam basa (HCl-NaOH). Hal ini dikarenakan jumlah konsentrasi pada setiap larutan sama yaitu sebesar 1 M. Perubahan suhu campuran memiliki hasil yang berbeda-beda pada setiap larutan. Tetapi ada kesamaan jumlah suhu campuranya yaitu pada larutan 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M , 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M yaitu memiliki suhu campuran 320C. Sedangkan kesamaan yang lain terdapat pada larutan 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M yaitu memiliki suhu campuran 300C. Sehingga pada grafik diperoleh bentuk zig-zag. Namun, suhu awal pada kedua larutan sama sebelum dicampur yaitu : a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M , Takhir0C = 320C b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C Dengan asam kuat dan basa kuat menghasilkan garam. Garam ini bersifat netral sehingga volume yang berbeda memiliki suhu awal yang tetap. Volume tidak berpengaruh terhadap perubahan suhu. 2. STOIKIOMETRI CuSO4- NaOH Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah volume = jumlah mol. Misalkan volume CuSO4 40 ml memiliki jumlah 40 mmol pula. Hal ini berlaku pada semua volume yang lain 0 10 20 30 40 1:4 2:3 3:2 4:1 GRAFIK SISTEM STOIKIOMETRI CuSO4- NaOH perbandingan-∆T0C Takhir0C perbandingan
  • 16. yang berupa asam basa (CuSO4- NaOH). Hal ini dikarenakan jumlah konsentrasi pada setiap larutan sama yaitu sebesar 1 M. Perubahan suhu awal maupun suhu campuran memiliki hasil yang sama, sehingga hubungan antara ∆T dengan volume/perbandingan volume berbentuk garis horizontal. Maka dari grafik tersebut tidak dapat diketahui titik maksimum dan juga titik minimumnya. Dari grafik tersebut juga diperoleh perubahan suhunya sama yaitu 20C. Sedangkan pada suhu campurannya 300C . Hal ini menunujukkan bahwa setiap volume suhunya sama (suhu konstan). e. 40 ml CuSO4 1 M + 10 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C f. 30 ml CuSO4 1 M + 20 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C g. 20 ml CuSO4 1 M + 30 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C h. 10 ml CuSO4 1 M + 40 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C
  • 17. BAB V KESIMPULAN 1. Suhu campuran stoikiometri Asam-Basa HCl-NaOH a. 5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M , Takhir0C = 320C b. 10 ml NaOH 1 M + 20 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C c. 15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C d. 20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1 M, Takhir0C = 300C e. 25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M, Takhir0C = 320C 2. Suhu campuran stoikiometri CuSO4- NaOH a. 40 ml CuSO4 1 M + 10 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C b. 30 ml CuSO4 1 M + 20 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C c. 20 ml CuSO4 1 M + 30 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C d. 10 ml CuSO4 1 M + 40 ml NaOH 1 M , Takhir0C = 300C 3. Reaksi yang terjadi antara HCl-NaOH merupakan reaksi penetralan. Reaksi asam basa dalam medium air biasanya menghasilkan garam dan air. Garam yang terbentuk merupakan senyawa ionik yang berbentuk dari suatu kation selain H+ dan suatu anion selain OH− dan atau O2− . karena asam HCl dan basa NaOH senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan. 4. Reaksi yang terjadi antara CuSO4- NaOH merupakan reaksi pengendapan yang dicirikan dengan terbentuknya produk yang tidak larut atau endapan. Endapan yang dihasilkan yaitu Cu(OH)2 . zat dikatakan larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan dengan air. Cu(OH)2 yang terbentuk tidak larut mengandung OH− . 5. -Titik optimum stoikiometri NaOH terhadap ∆T ketika mol sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C. mol HCL terhadap ∆T titik optimumnya ketika mol HCl sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C. -Titik optimum stoikiometri NaOH terhadap ∆T tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan dan ∆T 0C= 20C. Titik optimum mol CuSO4 terhadap ∆T tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan dan ∆T0C= 20C.
  • 18. BAB IV JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS 1. Untuk Sistem stoikiometri NaOH-HCl Grafik mol NaoH terhadap ∆T Grafik mol HCl terhadap ∆T0 Titik optimum 2. Mol NaOH terhadap ∆T titik optimumnya ketika mol sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C. Mol HCL terhadap ∆T titik optimumnya ketika mol HCl sebesar 15 mmol dan ∆T0C= 40C. 3. Jumlah mol pada titik optimum : Mol NaOH ketika pada titik optimum 15 mmol Mol HCL ketika pada titik optimum 15 mmol 4. Jumlah mol (NaOH-HCl) yang beraksi Jumlah mol NaOH yang bereaksi : a. 5 ml NaOH : yang bereaksi 5 mmol. b. 10 ml NaOH : yang bereaksi 10 mmol c. 15 ml NaOH : yang bereaksi 15 mmol d. 20 ml NaOH : yang bereaksi 20 mmol e. 25 ml NaOH : yang bereaksi 25 mmol Jumlah mol HCl yang bereaksi : a. 25 ml HCl : yang bereaksi 25 mmol. b. 20 ml HCl : yang bereaksi 20 mmol c. 15 ml HCl : yang bereaksi 15 mmol d. 10 ml HCl : yang bereaksi 10 mmol e. 5 ml HCl : yang bereaksi 5 mmol 0 1 2 3 4 5 5 10 15 20 25 mol NaOH- ∆T0C 0 1 2 3 4 5 5 10 15 20 25 perbandingan-∆T0C
  • 19. 5. Perbandingan terkecil jumlah mol NaOH terhadap HCl Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : Mol HCl 5 mmol : 25 mmol 20 mmol : 10 mmol 1 : 5 2 : 1 Mol NaOH : mol HCl Mol NaOH : mol HCl 10 mmol : 20 mmol 25 mmol : 5 mmol 1 : 2 5 : 1 Mol NaOH : mol HCl 15 mmol : 15 mmol 1 : 1 Perbandingan terkecil adalah ketika mol NaOH sebesar 15 mmol dan mol HCl sebesar 15 mmol. Perbandingan 1:1 Perbandingan tersebut dapat diperoleh dari stoikiometri asam-basa NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H2O (l) 6. Untuk sistem CuSO4- NaOH Grafik jumlah mol NaOH terhadap ∆T Grafik jumlah mol CuSO4 terhadap ∆T 7. mol NaOH terhadap ∆T titik optimumnya tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan dan ∆T 0C= 20C. mol CuSO4 terhadap ∆T titik optimumnya tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan dan ∆T0C= 20C. 8. Jumlah mol pada titik optimum pada CuSO4- NaOH tidak dapat diketahui karena ∆T nya konstan dan ∆T0C= 20C. Jumlah mol pada CuSO4 yaitu 10 mmol, 20, mmol, 30 mmol, 40 mmol. Sedangkan pada NaOH yaitu 10 mmol, 20, mmol, 30 mmol, 40 mmol. 9. Jumlah mol NaOH-CuSO4 yang bereaksi : 0 1 2 3 10 20 30 40 mol NaOH- ∆T0C 0 1 2 3 10 20 30 40 mol NaOH- ∆T0C
  • 20. NaOH yang bereaksi CuSO4 yang bereaksi 10 mmol 10 mmol 20 mmol 20 mmol 30 mmol 30 mmol 40 mmol 40 mmol 10. Perbandingan jumlah mol NaOH-CuSO4 yang terkecil mol NaOH : mol CuSO4 = 10 mmol : 40 mmol = 1 : 4 11. Perbandingan tersebut diperoleh dari stoikiometri NaOH-CuSO4 CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq) 12. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa stoikiometri dipengaruhi oleh konsentrasi dan juga volume dalam hal ini konsep mol. Perubahan suhu yang dimiliki oleh larutan berbeda meskipun konsentrasinya sama.
  • 21. BAB VII DAFTAR PUSTAKA Chang , R, 2004, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta. Maghfiroh, L, dkk, 2016, Identifikasi tingkat pemahaman konsep stoikiometri pada pereaksi pembatas dalam jenis-jensi reaksi kimia siswa kelas x MIA SMA Negeri 4 Malang, Jurnal pembelajaran kimia (J-PEK), 1(2), 33-37, ISSN : 2528-6536. Norjana , R, dkk, 2016, Identifikasi tingkat pemahaman konsep hukum hukum dasar kimia penerapannya dalam stoikiometri pada siswwa kelas X IPAdi MAN 3 Malang, Jurnal pembelajaran kimia (J-PEK),1(2), 44-49, ISSN : 2528-6536. Sutresna, N, 2007, Cerdas belajar kimia, Grafindo, Bandung. Zul, A, 2009, Kimia Dasar, Usupress, Medan.